LAPORAN KASUS
STASE ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
Oleh :
Alif Ramadhan, S.Ked
21904101005
Pembimbing Klinik :
dr. Haris Wibawanto, Sp.OG
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan laporan
kasus yang berjudul ”GVP4004 UK 33-34 Minggu
Janin/Tunggal/Hidup/Intrauterine Dengan Pre Eklampsia Berat dengan Impending
Eklampsia dan Grandemultipara” sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Terimakasih saya ucapkan kepada pembimbing dr. Haris Wibawanto, Sp.OG atas
bimbingan dalam penulisan makalah ini.
Penulisan makalah ini, disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik
Madya, Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi. Penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca sekalian. Penulis berharap makalah ini dapat berguna
dan digunakan sebagaimana mestinya.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
membangun, sehingga bisa menjadi refleksi dan koreksi pada pembuatan tugas
selanjutnya. Kritik dan saran dapat disampaikan langsung kepada penulis melalui
e-mail: Alif.96ramadhan@gmail.com. Atas perhatian dan dukungan dari semua
pihak, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
Penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai penambah
wawasan dalam ilmu pengetahuan obstetri dan ginekologi khususnya
tentang PEB dan Grande multipara.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
A. Identitas
Nama : Ny. H
Usia : 42 tahun
Alamat : Pakisaji, Banyuwangi
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Banyuwangi
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
No. RM : 25-78-**
MRS : 03 Juni 2021
B. Keluhan Utama
Mules
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mules ±5 hari SMRS disertai pusing
sejak 5 minggu SMRS. Saat ini pasien mengaku sedang menjalani
kehamilan yang kelima. Pasien sebelumnya. Pasien sebelumnya kontrol ke
poli kandungan RS Fatimah dengan tekanan darah 180/110 mmhg dan
diarahkan ke IGD RSBL.
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan
keluhan mules dan kepala terasa pusing. Pasien melakukan ANC secara
rutin selama kehamilan ini 2x di PKM Kabat, dengan HPHT lupa dan HPL
29 Juli 2021.
Pemeriksaan USG pertama dilakukan pada 02 Juni 2021 dengan dr.
Sulis, Sp.OG didapatkan hasil UK 33/34 minggu.
4
Tempat
Tanggal Keluhan UK BB TD TFU
ANC
17/5/21 PKM TAA 20 minggu 73 kg 180/90 17 cm
Nyeri perut
3/6/21 PKM 28 minggu 71.9 kg 170/90 25 cm
bagian kanan
F. Riwayat Menstruasi
Pasien menarche saat usia 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, selama 7
hari, rutin setiap bulan.
G. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali, selama lupa tahun.
H. Riwayat Alergi
Obat : Disangkal
Makanan : Disangal
Bahan kimia : Disangkal
Asma : disangkal
Oedem :
- -
+ +
Pemeriksaan Obstetri :
Leopold I : presentasi bokong, TFU 22 cm
Leopold II : Letak punggung kanan
Leopold III : letak kepala
Djj : 158 x/mnt
His : (+) 1x/10mnt, selama 5 detik
VT : Pervaginam bersih dan belum ada pembukaan.
Imunologi-
serologi
Rapid antigen negatif
SARS cov-2
Interpretasi hasil USG pertama tanggal 02/06/21 dengan dr. Sulis, Sp.OG
di RSUD Blambangan
- Janin tunggal , DJJ (+)
- Letak kepala
- Placenta corpus anterior gr II, ketuban cukup
- Usia gestasi 33/34 minggu
- HPL 29-7-21
Elektrokardiogragi (EKG) 03/06/21
2.8 Resume
Pasien atas nama Ny. D (perempuan), usia 41 th, dari Cluring, Kab.
Banyuwangi, beragama Islam, suku Jawa, sudah menikah dengan latar
belakang pendidikan tamatan SD dan ibu rumah tangga. Pasien datang
dengan keluhan mules ±5 hari SMRS disertai pusing sejak 5 minggu SMRS.
9
Saat ini pasien mengaku sedang menjalani kehamilan yang kelima. Pasien
sebelumnya. Pasien sebelumnya kontrol ke poli kandungan RS Fatimah
dengan tekanan darah 180/110 mmhg dan diarahkan ke IGD RSBL.Setelah
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan keluhan mules dan
kepala terasa pusing. Pasien melakukan ANC secara rutin selama kehamilan
ini 2x di PKM Kabat, dengan HPHT lupa dan HPL 29 Juli 2021.
Pemeriksaan USG pertama dilakukan pada 02 Juni 2021 dengan dr. Sulis,
Sp.OG didapatkan hasil UK 33/34 minggu.
Dalam pemeriksaan fisik ditemukan KU lemas dengan GCS 456, BMI
36,6 kg/m2 dan TD : 170/110 mmHg. Pada pemeriksaan obstetric TFU 22
cm, puka, letak kepala serta pada pemeriksa VT belum ditemukan adanya
pembukaan.
Pada pemeriksaan penunjang DL ditemukan leukositosis 17,3 dan
neutrophil 70,6 Interpretasi hasil USG pertama tanggal 02/06/21 dengan dr.
Sulis, Sp.OG di RSUD Blambangan. Janin tunggal , DJJ (+), Letak kepala,
Placenta corpus anterior gr II, ketuban cukup, Usia gestasi 33/34 minggu,
HPL 29-7-21.
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Hipertensi dalam Kehamilan
3.1.1. Definisi
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik
≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg4.
3.1.2 Klasifikasi
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur
kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan.
b. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria.
c. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang atau
koma.
d. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi
kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai
proteinuria.
e. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi
tanpa proteinuria4.
3.1.3. Faktor Risiko
Dari berbagai macam faktor risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan
maka dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Primigravida
b. Hiperplasentosis, seperti molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Umur yang ekstrim.
d. Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia dan eklampsia
e. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
f. Obesitas4.
11
Klasifikasi preeklampsia :
1. Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan merupakan suatu sindroma spesifik kehamilan
dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme
pembuluh darah dan aktivasi endotel5.
2. Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah
sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai
proteinuria lebih dari 5 g/24 jam 5.
3.2.2. Epidemiologi
Menurut data SDKI pada 2007, AKI di Indonesia mencapai tertinggi di
ASEAN dengan 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di
Indonesia masih jauh dari Millenium Development Goals (MDGs) nomor 5 untuk
mengurangi AKI hingga 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Kematian ibu dari preeklampsia-eklampsia di Jawa Timur dilaporkan 117 (28,2%)
dari 414 kematian ibu pada 2007. Di Rumah Sakit Umum dr. Soetomo, penyakit
ini merupakan penyebab kematian ibu nomor satu selama bertahun-tahun dengan
angka diikuti 57% (1999), 54% (2000), 58% (2001), 48% (2002), 45% (2006) dan
60% (2007)6.
Preeklampsia dapat menyebabkan kematian karena preeklampsia dapat
diikuti oleh beberapa risiko komorbiditas. Untuk bayi, risikonya termasuk
Retardasi Pertumbuhan Intrauterin (IUGR), kematian, kelahiran prematur yang
akan menyebabkan komplikasi dan kecacatan. Risiko untuk wanita termasuk
kejang (eklampsia), gagal ginjal, edema paru, stroke, dan kematian. Kematian
pada bayi dan ibu karena preeklamsia berat dapat dihindari dengan melakukan
Sistem Rujukan yang baik (RS) yang perencanaan yang lebih baik dan rujukan
tepat waktu ke fasilitas kesehatan yang memiliki kemampuan manajemen untuk
kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir. Alasan mengapa preeklampsia perlu
dirujuk adalah bahwa preeklampsia berat dapat menyebabkan konsekuensi serius
bagi ibu, janin, atau keduanya karena dapat berkembang menjadi eklampsia dan
kematian6.
3.2.3. Faktor Risiko Preeklampsia
16
Proteinuria
• Bila proteinuria timbul :
- Sebelum hipertensi, umumnya merupakan gejala penyakit ginjal
- Tanpa hipertensi, maka dapat dipertimbangkan sebagai penyulit
kehamilan
- Tanpa kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg
• Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis pre-eklampsia, tetapi
proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga
sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah
lahir lebih dulu.
• Pengukuran proteinuria, dapat dilakukan dengan urin dipstick
100mg/l atau + 1, sekurang-kurangnya diperiksa 2 kali urin acak
selang 6 jam dan pengumpulan proteinuria dalam 24 jam. Dianggap
patologis bila besaran proteinuria ≥ 300 mg/24 jam4.
Asam Urat Serum
Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Hal ini disebabkan oleh
hipovolemia, yang menimbulkan penurunan aliran darah ginjal dan
mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga menurunkan
sekresi asam urat. Peningkatan asam urat dapat terjadi juga akibat
iskemia jaringan4.
Kreatinin
Sama halnya dengan kadar asam urat serum, kadar kreatinin
plasma pada pre-eklampsia juga meningkat. Hal ini disebabkan oleh
hipovolemia, maka aliran darah ginjal menurun, mengakibatkan
menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga menurunnya sekresi kreatinin,
disertai peningkatan kreatinin plasma. Dapat mencapai kadar kreatinin
plasma ≥ 1 mg/cc, dan biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dengan
penyulit pada ginjal4.
Oliguria dan Anuria
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran
darah ke ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin menurun
(oliguria), bahkan dapat terjadi anuria. Berat ringannya oliguria
19
plasenta4.
3.2.5. Gambaran Klinik Preeklampsia berat
Preeklampsia merupakan penyulit dalam kehamilan yang akut dan dapat
terjadi ante, intra dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat
dibagi menjadi preeklampsia ringan dan berat 4.
Pembagian preeklampsia ringan dan berat tidaklah berarti adanya dua
penyakit ang jelas berbed, sebab seringakali ditemukan penderita dengan
preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam
koma 4.
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat individual.
Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia mana yang
timbul lebih dahulu. Timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala
yang paling penting. Namun, sayangnya penderita seringkali tidak merasakan
perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala,
gangguan pengelihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah lanjut
4
.
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila didapatkan hipertensi
dalam kehamilan dengan satu atau lebih gejala di bawah ini berikut:
a. Tekanan darah sistolik ≥160 dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sedah dirawat di
rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring
b. Proteinuria lebih 5 gr/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif
c. Oliguria yaitu produksi urin < 500 cc / 24 jam
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma
e. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma,
dan pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula glisson)
g. Edema paru – paru dan sianosis
h. Hemolisis mikroangiopatik
i. Trombositopenia berat : < 100.000 sel / mm3 atau penurunan trombosit
dengan cepat
23
g) Solusio plasenta
h) Koma
i) Trombosis vena9.
Kematian maternal
Munculnya satu atau lebih dari komplikasi tersebut dan muncul secara
bersamaan, merupakan indikasi untuk terminasi kehamilan berapapun umur
gestasi9.
Fetal
a) Pertumbuhan janin terhambat
Pada usia kehamilan 36 minggu, masalah utama adalah IUGR. IUGR
terjadi karena plasenta iskemi yang terdiri dari area infark.
b) Persalinan prematur
c) Perdarahan serebral
d) Pneumorhorax
e) Serebral Palsy9.
3.2.8. Prognosis
Kematian ibu pada preeklampsia 3x lipat dari kematian dalam obstetri dan
pada eklampsia angka kematian ibu berkisar 7-17%. Angka kematian perinatal
pada preeklampsia berkisar 10%. Prematuritas merupakan penyebab utama
kematian perinatal. Angka kejadian prematuritas pada preeklampsia paling sedikit
2x kehamilan normal. Angka kematian bayi prematur lebih kurang 22%. Kejang
merupakan faktor utama sebagai penyebab kematian ibu. Kriteria yang dapat
meningkatkan angka kematian ibu (Kriteria Eden) antara lain10:
1. Kejang 10x atau lebih
2. Koma 6 jam atau lebih
3. Temperatur ≥39oC
4. Nadi ≥120x per menit
5. Pernafasan ≥40x per menit
6. Edema pulmonal
7. Sianosis
8. Urin ≤30ml/jam10.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
a. Anamnesis
1. Usia ibu 42 tahun
2. Usia kehamilan 33/34 minggu
3. Nyeri kepala (+), pandangan kabur (+), mual (-) dan muntah (-)
4. Kenceng – kenceng (+), darah (-), lendir (-), cairan (-)
5. HPHT : lupa
6. ANC di PKM Kabat 2x dengan tekanan darah rata-rata 180/90 mmHg
29
b. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : lemah
b. GCS : 456 (compos mentis)
c. TD : 170/100 mmHg; N: 99 x/m; RR : 22 x/m; T: 36,6oC
d. BB : 72 kg , TB : 151cm BMI = 32 (Obesitas Kelas II)
e. Status Obstetri
i. TFU : 22 cm
ii. DJJ : 158/menit
iii. VT : Ø (-)
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Leukosit : 173000 /µL
b. Protein urin : +3
Berdasarkan data dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang maka didapatkan diagnosis GVP4004 UK 33-34 minggu dengan PEB +
impending eklamsi dan grandemulti.
Diagnosis preeklampsia ditegakkan karena didapatkan tekanan darah tinggi
pada pasien yaitu 180/110 mmHg. Tekanan darah pasien tinggi terjadi saat usia
kehamilan > 20 minggu. Hal ini merupakan dasar penegakan diagnosis dari
preeklampsia. Adapun faktor risiko preeklampsia-eklampsia yang terdapat pada
pasien ini obesitas dimana BMI 31 yang tergolong dalam Obesitas Kelas II. ,usia
>35 tahun, MAP 140 serta Riwayat PEB sebelumnya dimana faktor-faktor
tersebut merupakan faktor risiko terjadinya preeklampsia.
30
terjadinya eclampsia atau adanya komplikasi pada ibu dan bayi. Pemilihan metode
terminasi didasarkan pada usia kehamilan, presentasi janin, skor servik, dan
kondisi ibu dan janin. Terminasi kehamilan merupakan salah satu cara untuk
mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Preeklampsia merupakan suatu penyakit hipertensi yang terjadi pada usia
kehamilan >20 minggu yang dapat disertai dengan proteinuria atau gangguan
organ lainnya berupa trombositopenia, gangguan ginjal, gangguan fungsi liver,
edema paru.
Dari hasil anamnesis Ny.H usia 42 tahu datang dengan keluhan tekanan
darah tinggi 200/110, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan pandangan kabur. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/100 mmHg dan BMI 31
33
5.1 Saran
Perlunya penegakan diagnosis sedini dan penanganan adekuat sehingga
dapat mencegah perkembangan penyakit menjadi eklampsia.
Perlu dilakukan skrining risiko terjadinya preeklampsia untuk setiap wanita
hamil sejak awal kehamilannya sehingga upaya pencegahan preeklampsia
optimal dan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Nankali A, Malek-khosravi S, Zangeneh M, Rezaei M, Hemati Z & Kohzadi
M. Maternal Complication Associated with Severe Preeclampsia. The Journal
of Obstetrics and Gynecology of India. 2013; 63:112-5.
2. Wagner LK. Diagnosis and Management of Preeclampsia. AFP. 2004;
70:2317-24.
3. Yeasmin, S., Nazneen, R., Akhter, S., Jahan, N., 2015. HELLP Syndrome – A
diagnostic dilemma. Northern International Medical College Journal. 7 (1) :
87-90
12. Isukapalli, V., Saiaja, G., Radhika. 2015. HELLP Syndrome: A Dangerous
Complication of Preeclampsia. International Journal of Current Medical and
Applied Science. 5 (3): 191-194
13. Kota, L.N., Garikapati, K., Kodey, P.D., Gayathri, K.B., 2017. Study on
HELLP Syndrome – maternal and perinatal outcome. International Journal of
Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology. 6 (2) : 714-719
14. Hemant S, Chabi S, Frey D. 2013. Review Article: Hellp Syndrome. The
Journal of Obstetric and Gynecology of India. Available from URL:
http://medind.nic.in/jaq/t09/i1/jaqt09i1p30.pdf.
15. T. Gupta, Gupta N, dkk. 2013.Maternal And Perinatal Outcome In Patients
With Severe Preeclampsia/ Eclampsia With And Without Hellp Syndrome.
Journal of Universal College of Medical Sciences Vol.1 No.04
16. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. 2012. Obstetric Williams
Edisi 23 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
17. Lam M, Dierking E. Intensive Care Unit issues in eclampsia and HELLP
syndrome. International Journal of Critical Illness & Injury Science. 2017
Jul-Sep; 7(3): 136–141
18. Anis R,Nanang M Y, Fivy K. Studi Eksplorasi Penatalaksanaan Hipertensi
pada Wanita Hamil. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. 2018. JMPF
Vol. 8 No. 4 : 189 – 199
19. POGI. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan
Tatalaksana Preeklampsia. Jakarta