Repeat breeder atau kawin berulang merupakan kondisi dimana hewan betina yang telah
dikawinkan 2-3 kali atau lebih namun tidak bunting. Sehingga menyebabkan penurunan
efisiensi reproduksi seperti tingginya angka S/C (jumlah perkawinan hingga bunting),
Repeat breeder dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti kelainan genetic,
faktor betina, faktor pejantan, tekhnik IB yang salah, faktor nutrisi, dan faktor menejemen
Kelainan genetic yang mungkin terjadi adalah aplasia tuba falopii, uterus didelphis.
Faktor betina yang mungkin terjadi kista folikel, delay ovulasi, multiple ovulasi,
anormalitas ovum.
Tekhnik IB yang salah seperti penumpahan semen diposisi yang salah, thawing
yang tidak benar, penyimpanan straw yang salah, IB pada kebuntingan awal, salah
treatment hormone.
Faktor nutrisi yang buruk seperti kekurangan vitamin ADE, defisiensi phosphor,
selenium
Faktor menejem yang salah sehingga terjadi heat stress, over population.
Kelainan genetik
Aplasia tuba falopii, maka pada ovarium tetap ada pertumbuhan folikel dan terjadi
ovulasi. Gejala estrus juga akan terlihat namun karena tuba falopii tidak
berkembang maka spermatozoa hasil IB tidak akan pernah bisa membuahi ovum
sehingga setelah serviks langsung tuba falopii. Maka folikel masih terbentuk dan
masih terjadi ovulasi. Namun tempat untuk embrio melakukan implantasi dan
Faktor betina
normal, sehingga pertumbuhan folikel tetap ada kadar esterogen tinggi dan timbul
birahi. Namun saat di IB tidak akan bunting karena tidak ada ovulasi ovum pasca
Delay ovulasi merupakan keadaan dimana ovulasi dari ovum terjadi hambatan
dapat terjadi karena faktor hormonal. Sehingga waktu perkiraan untuk melakukan
spermatozoa terlalu lama menunggu di tuba falopii dan mati. Saat ovum telah
ovulasi diwaktu yang sama spermatozoa telah mati. Tidak terjadi fertilisasi.
Multiple ovulasi yakni dimana lebih dari satu ovum yang mengalami ovulasi. Hal
ini menyebabkan bunting kembar namun pada sapi yang bersifat monopora
kemungkinanya sangat kecil. Sehingga ovum yang lain hanya terbuang sia-sia.
Abnormalitas ovum seperti ukuran yang terlalu besar, kecil, bentuk sehingga akan
Faktor pejantan
saat mengawini secara alami atau saat semennya digunakan untuk IB akan
spermatozoa yang dihasilkan. Bila terjadi jumlah atau kualitas spermatozoa maka
Cripthocid merupakan keadaan dimana testis tidak turun ke skrotum tetap berada
Pada
spermatozoa yang tinggi sehingga spermatozoa tidak dpat bergerak progessif maju
Penumpahan semen yang mengandung spermatozoa harus tepat apabila tidak tepat
maka spermatozoa akan kesulitan untuk mencapai ampula tuba falopii dan
melakukan fertilisasi.
Proses thawing yang tidak benar juga akan menyebabkan kematian spermatozoa
menyiapkan straw juga tidak boleh langsung terpapar sinar matahari karena sifat
spermatozoa fotophobia.
di IB kan kualitas dan kuantitas spermatozoa dalam straw buruk dan susah untuk
membuahi ovum.
anamnesa secara baik dan saat palpasi rektal dijumpai korpus luteum maka
abortus dan akan terjadi kawin berulang pada siklus estrus selanjutnya.
Defisiensi nutrisi
Kalsium
reproduksi melalui penurunan absorbsi mineral mineral lain seperti P, Mn, Zn dan
Fosfor
rendahnya konsepsi, calving interval yang panjang, kematian embrio, pedet lahir
Kalium
pada sapi
Magnesium
Gejala awal defisiensi NaCl pada sapi ditandai dengan perilaku menjilati
berbagai macam benda seperti batuan, kayu, tanah dan keringat hewan lain.
serta penurunan bobot badan akibat defisiensi ion Na, Cl dan senyawa NaCl dapat
Protein
Vitamin A
Defisiensi vitamin A pada hewan betina menyebabkan keratinisasi lapisan epitel
Vitamin E