Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Gregorian Antonius Manek (2120 31357)
2. Agnes Sri Wahyuni (2120 31336)
3. Jennie Bernadeth (2120 31359)
4. Maximiliano Adriman (1120 31337)
5. Claudius Ferrel (2120 31362)
6. Caroline Nugroho ()
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya kami boleh diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
tugas makalah kami dengan tema yang secara khusus membahas tentang manusia
dan akhir hidup.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada ibu winda selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan segala bentuk arahan, masukan, dan nasihat
yang berkaitan dengan pembuatan makalah, sehingga pekerjaan kami boleh
terselesaikan dengan baik.
Kami tahu bahwa pekerjaan kami ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan masukan-masukan yang membangun.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................5
1.3 Manfaat Penulisan...............................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Hukuman Mati.....................................................................................................6
2.1.1 Pengertian................................................................................................... 6
2.1.2 Jenis Atau Metode Hukuman Mati...............................................................6
2.1.3 Pandangan Gereja Mengenai Hukuman Mati............................................. 6
2.2 Bunuh Diri..........................................................................................................8
2.2.1 Pengertian.....................................................................................................8
2.2.2 Ciri-Ciri Orang Ingin Melakukan Bunuh Diri............................................ 8
2.2.3 Cara Mengatasi Keinginan Orang Yang Mau Bunuh Diri.........................10
2.2.4 Pandangan Gereja Terhadap Tindakan Bunuh Diri....................................11
2.3 Euthanasia..........................................................................................................13
2.3.1 Pengertian...................................................................................................13
2.3.2 Jenis-Jenis Euthanasia................................................................................13
2.3.3 Alasan Orang Melakukan Euthanasia........................................................14
2.3.4 Pandangan Gereja Tentang Euthanasia......................................................15
BAB III REFLEKSI MATERI
3.1 Refleksi..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................18
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
dibahas berkaitan dengan kematian yaitu bunuh diri, Euthanasia, dan hukuman
mati. Ketiganya memiliki kesamaan yakni orang tersebut sudah tahu kapan dia
akan mati dan bagaimana dia akan mati. Atau dengan kata lain manusia sendiri
yang merencanakan kematian mereka sendiri. Dan pastinya hal tersebut akan
menimbulkan kontroversi dalam masyarakat. Ada banyak contoh kasus yang
berkaitan salah satunya kasus Amrozi bin Nurhasyim (biasa dipanggil Amrozi;
lahir di Lamongan, 5 Juli 1962–meninggal di Nusa Kambangan, 9 November 2008
pada umur 46 tahun) adalah seorang terpidana yang dihukum mati karena menjadi
penggerak utama dalam Peristiwa Bom Bali 2002.
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 HUKUMAN MATI
2.1.1 Pengertian Hukuman Mati.
2.1.1.1Secara umum:
Hukuman mati adalah suatu hukuman atau vonis yang dijatuhkan
pengadilan (atau tanpa pengadilan) sebagai bentuk hukuman terberat
yang dijatuhkan atas seseorang akibat perbuatannya.
2.1.1.2 Menurut ajaran gereja:
Gereja mengajarkan bahwa hukuman mati diperbolehkan hanya
apabila"identitas dan tanggung-jawab pihak yang bersalah telah
dipastikan sepenuhnya" dan apabila hukuman mati tersebut adalah satu-
satunya jalan untuk melindungi pihak-pihak lain dari kejahatan pihak
yang bersalah ini.
2.1.2 Jenis Atau Metode Hukuman Mati
a. Hukuman Pancung merupakan hukuman dengan cara potong kepala.
b. Hukuman Rajam merupakan hukuman dengan cara dilempari batu hingga
mati.
c. Hukuman sengatan Listrik merupakan hukuman dengan cara duduk di
kursi yang kemudian dialiri listrik bertegangan tinggi.
d. Hukuman gantung merupakan hukuman dengan cara digantung di tiang
gantungan.
e. Hukuman suntik mati merupakan hukuman dengan cara disuntik obat
yang dapat membunuh.
f. Hukuman Tembak merupakan hukuman dengan cara menembak jantung
seseorang, biasanya pada hukuman ini terpidana harus menutup mata
untuk tidak melihat.
2.1.3 Pandangan Gereja Mengenai Hukuman Mati
2.1.3.1 Kutipan dari jaman lampau ketika Gereja Katolik menerima hukuman
mati.
a. Surat Paus Innocensius III kpeada Uskup Agung Tarragonta, mengenai
rumus pengakuan iman yang diwajibkan bagi para pengikut P. Waldo.
Pada tahun 1210 dikatakan, “Kuasa sipil dapat, tanpa dosa berat,
6
melaksanakan pengadilan asalkan mengadili dengan adil, tidak karena
benci, dengan arif, tidak tergesa-gesa”.
b. Katekismus Romawi yang diterbitkan berdasarkan dekret Konsili
Trente (1566) : Bentuk lain kematian sah merupakan wewenang
otoritas sipil yang diserahi kuasa atas hidup dan mati; dengan
pelaksanaan legal dan yudisial mereka menghukum orang bersalah dan
melindungi orang tak bersalah.
2.1.3.2 Kutipan dari ajaran Gereja yang paling baru mengenai hukuman mati :
mulai dengan menerima dengan syarat sampai menolak.
Katekismus Gereja Katolik (11 Agustus 1992) menyatakan : Untuk
menjaga kepentingan umum masyarakat diperlukanupaya untuk
membuat penyerang tak mampu merugikan.Karena itu ajaran tradisional
Gereja mengakui dan mendasari hak dan kewajiban otoritas publik yang
legitim untuk menghukum penjahat dengan hukuman yang setimpal
dengan beratnya kejahatan,tak terkecuali dalam kasus yang amat
berat,hukuman mati.
2.1.3.3 Dasar biblis kitab suci tentang Hukuman Mati.
Allah adalah yang menetapkan hukuman mati: “Siapa yang
menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia,
sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri”
(Kejadian 9:6). Yesus akan bersetuju hukuman mati dalam perkara-
perkara lain.
2.1.3.4 Ensiklik Paus Yohanes Paulus II “Evangelium Vitae” No 55-57
(25 Maret 1995)
Dalam ensiklik Evangelium Vitae yang diterbitkan tahun 1995, Paus
Yohanes Paulus II menghapuskan status persyaratan untuk keamanan
publik dari hukuman mati ini dan menyatakan bahwa, dalam masyarakat
modern saat ini, hukuman mati tidak dapat didukung keberadaannya.
Berikut kutipannya: “Jelaslah bahwa untuk pencapaian tujuan ini
(=melindungi masyarakat), hakikat dan lingkup hukuman harus dinilai
dan diputuskan dengan seksama, dan tak perlu terlalu jauh sampai
melaksanakan eksekusi mati bagi pelanggar kecuali dalam kasus-kasus
yang mutlak perlu; dengan kata lain, bila mustahil dengan cara lain
melindungi masyrakat. Namun dewasa ini sebagai hasil perbaikan terus-
menerus dalam penataan sistem pidana, kasus demikian amat jarang,
7
kalau tidak praktis tidak ada” (No 56). Dengan demikian Gereja Katolik
tidak mendukung hukuman mati.
Malu
Merasa bersalah
Hancur, rusak, atau ternoda
Tidak berguna
Kesepian atau sendirian
Menjadi beban bagi orang lain
8
3. Mencari cara untuk bunuh diri
5. Mengucapkan perpisahan
9
6. Menarik diri dari orang lain
10
1. Terapi bicara
Terapi bicara atau psikoterapi dalah salah satu metode pengobatan
yang memungkinkan untuk menurunkan risiko pasien mencoba bunuh
diri. Terapi yang diberikan biasanya berupa Cognitive behavioral therapy
(CBT), yang bertujuan untuk mengajari pasien cara mengatasi berbagai
peristiwa dan emosi yang berkontribusi pada pikiran dan perilaku bunuh
diri. Terapi ini juga membantu pasien untuk mengganti pemikiran negatif
dengan positif sehingga kembali bisa merasakan kepuasan dalam hidup.
2. Pemberian obat
Jika terapi bicara tidak cukup untuk mengatasi keinginan bunuh diri,
profesional kesehatan mental bisa memberikan obat untuk meredakan
gejala seperti depresi dan kecemasan. Mengobati gejala-gejala ini dapat
membantu mengurangi atau menghilangkan pikiran untuk bunuh diri.
Berikut obat-obatan yang bisa diberikan untuk mengatasi keinginn bunuh
diri: antidepresan obat anti-psikotik obat anti-kecemasan.
3. Perubahan gaya hidup
11
melanggar hukum kasih dimana kita juga harus mencintai diri kita
sendiri.
Alkitab memandang kasus bunuh diri sama bobotnya dengan
pembunuhan, karena itulah kenyataannya,-Pembunuhan diri.Allah
hanyalah satu-satunya yang boleh memutuskan waktu dan dengan cara
apa seseorang akan meninggal. Seperti yang tertulis dalam Mazmur
31:15, “Masa hidupku ada dalam tangan-Mu.”
Allah adalah pemberi kehidupan. Ia memberi, dan Ia mengambilnya
kembali (Ayub 1:21). Bunuh diri adalah bentuk pembunuhan kepada
diri sendiri, menjadi tindakan durhaka, karena hal itu menjadi bentuk
penolakan manusia atas karunia kehidupan dari Allah. Tidak satupun,
pria ataupun wanita, diperbolehkan mengambil alih otoritas Allah dan
Mengakhiri kehidupan pribadi mereka. Jadi, menurut Alkitab, bunuh
diri adalah dosa. Bunuh diri tentunya berdampak buruk bagi mereka
yang ditinggalkan. Bekas luka batin yang disebabkan seseorang yang
bunuh diri bisa pulih dengan waktu yang lama.
2.3 EUTHANASIA
2.3.1 Pengertian
a. Secara umum
Eutanasia (dari bahasa Yunani: ευθανασία -ευ, eu yang artinya "baik",
dan θάνατος, thanatos yang berarti kematian) adalah praktik pencabutan
kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak
menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal,
biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
b. Menurut para ahli
I. Philo Euthanasia berarti mati dengan tenang dan baik.
II. Djoko Prakoso dan Djaman Adhi Nirwanto. Euthanasia adalah suatu
kematian yang terjadi dengan pertolongan atau tidak dengan
pertolongan dokter.
III. Suetonis Penulis romawi dalam bukunya yang berjudul “Vita
Ceasarum” mengatakan bahwa Euthanasia berarti mati cepat tanpa
derita.
13
I. Euthanasia aktif langsung, yaitu cara pengakhiran kehidupan melalui
tindakan medis yang diperhitungkan akan langsung mengakhiri hidup
pasien. Misalnya dengan memberi tablet sianida atau suntikan zat yang
segera mematikan.
II. Euthanasia aktif tidak langsung, yang menunjukkan bahwa tindakan
medis yang dilakukan tidak akan langsung mengakhiri hidup pasien,
tetapi diketahui bahwa risiko tindakan tersebut dapat mengakhiri hidup
pasien. Misalnya, mencabut oksigen atau alat bantu kehidupan lainnya.
b. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala
tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup
manusia, sehingga pasien diperkirakan akan meninggal setelah tindakan
pertolongan dihentikan.
c. Euthanasia volunter
Euthanasia jenis ini adalah Penghentian tindakan pengobatan atau
mempercepat kematian atas permintaan sendiri.
d. Euthanasia involunter
Euthanasia involunter adalah jenis euthanasia yang dilakukan pada
pasien dalam keadaan tidak sadar yang tidak mungkin untuk
menyampaikan keinginannya.Dalam hal ini dianggap famili pasien yang
bertanggung jawab atas penghentian bantuan pengobatan. Perbuatan ini
sulit dibedakan dengan perbuatan kriminal.
14
2.3.4 Pandangan Gereja Tentang Euthanasia
Sejak awal Gereja sangat menghargai martabat manusia. Gereja hidup
berdasar pada Sabda Tuhan.Tuhan bersabda “janganlah membunuh” (Kel
21:13). Dibalik perintah ini terkandung cinta Tuhan yang mendalam pada
manusia dan penghormatan yang tinggi terhadap hidup manusia. Yesus
sendiri menegaskan supaya hidup saling mengasihi. “ Inilah perintahKu,
yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu”
(Yoh 15:12). Apabila seseorang mengalami cinta Tuhan maka dia akan
mampu hidup dalam cinta dan mengasihi sesamanya.
15
deklarasi tentang eutanasia pada 5 Mei 1980. Kongrasi mengajak umat untuk
memperhatikan hidup manusia. Hidup manusia itu sangat bernilai.
Paus Paulus VI, memberi Amanat kepada Sidang Umum PBB, 4
Oktober 1965, “kemajuan teknik dan dan ilmu manusia yang canggih tetap
memperhatikan pengabdian pada manusia. Maka intervensi untuk
memperjuangkan nilai-nilai dan hak-hak pribadi manusia harus dijaga.
Orientasi dan pemikiran yang jernih untuk menolong kehidupan manusia
pertama-tama mengalir dari semua kaum beriman kristiani dan juga kepada
mereka yang mengakui perutusan Gereja, yang ahli dalam kemanusiaan,
dalam pengabdian cintakasih dan kehidupan” (Lihat, Kotbah Misa
Penutupan tahun Suci, 25 Desember 1975).
16
BAB 3
REFLEKSI MATERI
3.1 Refleksi
Kematian memang bagi banyak orang adalah hal yang menakutkan dan
mungkin hal yang paling tidak diharapkan. Perkataan kematian dapat
membawa pikiran kita kepada liang kubur, atau tubuh kita akan membusuk dan
berubah menjadi abu ataupun debu tanah.Dalam kehidupan ini kita bertumbuh,
berjuang dalam suka dan duka. Namun semua ada waktunya, semua ada
akhirnya. Nafas akan berhenti, umur kita tergenapi. Segalanya akan habis,
barang apapun yang kita punyai di dunia ini tak ada sedikitpun yang dapat kita
bawa. Semuanya berakhir, hanya jiwa kita saja yang masih hidup, dan
menghadap kepada Tuhan, dengan membawa iman, pengharapan dan kasih.
Perihal kecemasan itu perlu kita ketahui sebagai para pengikut Tuhan
bahwa kematian adalah sesuatu yang alami dan kita manusia tidak tahu kapan
itu akan datang kepada kita, sebab kehidupan dan kematian kita sudah
direncanakan oleh Allah sendiri bahkan sebelum kita manusia dijadikan. Allah
yang memberikan segala hal kepada kita dan hanya Allah saja yang bisa
mengambilnya dari kita. Oleh karena itu, tugas kita adalah melihat, mana yang
penting bagi kehidupan kita selanjutnya di surga, dan melakukannya. Kita
harus semakin bijaksana menggunakan waktu yang ada, untuk semakin
mengenal, mengasihi dan memuliakan Tuhan. Sebab Dia-lah yang akan kita
jumpai setelah kehidupan ini. Dia-lah yang merupakan segala-galanya bagi
kita, dan yang menjadi sumber dan puncak kebahagiaan kita yang sejati dan
kekal selamanya.
Melihat hal-hal yang kami sampaikan berkaitan dengan Euthanasia,
Bunuh Diri, Hukuman Mati, diatas dengan melihat juga dari sisi Gereja,sangat
tidak mulialah bawasannya kematian yang seharusnya adalah hak Allah
diambil oleh manusia. Kita manusia hanya ditugaskan oleh Allah untuk
merawat kehidupan dan alam sekitar kita. Sebab kehidupan adalah anugerah
terindah yang diberikan oleh Allah dan sudah sepantasnya kita menjaganya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Artikel,(2020). Memahami Orang yang Ingin Bunuh Diri: Tanda dan cara
mengatasinya.diunduh tanggal 15 Desember 2020 dari :
https://health.kompas.com/read/2020/08/01/120400768/memahami-orang-
yang-ingin-bunuh-diri--tanda-dan-cara-mengatasinya?page=all.
https://www.tagar.id/tujuh-jenis-hukuman-mati-masih-berlaku-saat-ini
Artikel,(2013). Macam-macam Euthanasia. diunduh tanggal 10 Desember 2020
dari :
https://satriabajahikam.blogspot.com/2013/04/macam-macam-
euthanasia.html
Artikel,diunduh tanggal 10 Desember 2020 dari :
https://www.carmelia.net/index.php/artikel/tanya-jawab-iman/2738-
eutanasia-dalam-pandangan-gereja-katolik
18