Anda di halaman 1dari 34

PERATURAN POKOK KLASIS

RUMUSAN PTTG & RUMUSAN SS XXXIII


CATATAN PERTIMBANGAN
USULAN SIDANG KOMISI D (Tim Perumus)
BAB I BAB I
 HAKIKAT  HAKIKAT

Pasal 1 Pasal 1
  Tidak ada perubahan.  
Klasis adalah wadah kebersamaan jemaat-jemaat GMIT Klasis adalah wadah kebersamaan jemaat-jemaat GMIT yang
yang dirupakan oleh persidangan para presbiter dan dirupakan oleh Persidangan para Presbiter dan pelaksanaan
pelaksanaan program kebersamaan di wilayah tertentu. program kebersamaan di wilayah tertentu.

BAB II BAB II
NAMA DAN TEMPAT NAMA DAN TEMPAT

Pasal 2 Pasal 2
Nama Nama
   
Penamaan klasis diatur sebagai berikut : Penamaan klasis diatur sebagai berikut :
Tidak ada perubahan.
a. nama klasis ditetapkan dalam persidangan klasis yang a. Nama Klasis ditetapkan dalam Persidangan Klasis yang
hendak dimekarkan dalam koordinasi dengan Majelis hendak dimekarkan dalam koordinasi dengan Majelis
Sinode;  Sinode; 
b. nama klasis ditetapkan dengan mempertimbangkan b. Nama Klasis ditetapkan dengan mempertimbangkan
faktor geografis, sosial, budaya, dan kebutuhan faktor geografis, sosial, budaya, dan kebutuhan
pelayanan; pelayanan.

Pasal 3 Tidak ada perubahan. Pasal 3


Tempat Tempat
   
(1) Wilayah klasis diatur dengan mempertimbangkan faktor (1) Wilayah Klasis diatur dengan mempertimbangkan faktor
geografis, sosial, budaya, dan kepentingan pelayanan. geografis, sosial, budaya, dan kepentingan pelayanan.
(2) Wilayah klasis ditetapkan dalam persidangan klasis dan (2) Wilayah klasis ditetapkan dalam Persidangan Klasis dan
disyahkan dengan keputusan Majelis Sinode. disahkan dengan Keputusan Majelis Sinode.
(3) Kantor klasis dibangun dalam wilayah klasis. (3) Kantor Klasis dibangun dalam wilayah Klasis.
1
(4) Kantor klasis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat (4) Kantor Klasis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dibangun secara mandiri atau terintegrasi pada salah satu dibangun secara mandiri atau terintegrasi pada salah satu
kantor jemaat yang diputuskan dalam persidangan klasis. kantor jemaat yang diputuskan dalam Persidangan Klasis.

BAB III BAB III


PEMBENTUKAN KLASIS PEMBENTUKAN KLASIS
Pasal 4
  Pasal 4
(1) Pembentukan Klasis adalah pembentukan wadah  
kebersamaan jemaat-jemaat di wilayah tertentu (1) Pembentukan Klasis adalah pembentukan wadah
berdasarkan kebutuhan pelayanan untuk saling kebersamaan jemaat-jemaat di wilayah tertentu
menopang dalam menata diri dan pelayanan serta untuk Tidak ada perubahan. berdasarkan kebutuhan pelayanan untuk saling menopang
mengembangkan mutu relasi antar jemaat-jemaat dalam dalam menata diri dan pelayanan serta untuk
lingkup Klasis dan Sinode. mengembangkan mutu relasi antar jemaat-jemaat dalam
(2) Pembentukan Klasis terdiri atas: lingkup Klasis dan Sinode.
a. Pemekaran Klasis; (2) Pembentukan Klasis terdiri atas:
b. Penggabungan Klasis. a. Pemekaran Klasis;
b. Penggabungan Klasis.

Pasal 5 Pasal 5
Tujuan Tujuan
   
Klasis dibentuk dengan tujuan: Klasis dibentuk dengan tujuan:
a. memelihara, mengelola, dan memupuk kebersamaan a. memelihara, mengelola, dan memupuk kebersamaan antar
antar jemaat dalam suatu wilayah klasis; Jemaat dalam suatu wilayah Klasis;
b. memperlengkapi jemaat-jemaat untuk saling menopang Tidak ada perubahan substansi. b. memperlengkapi jemaat-jemaat untuk saling menopang
dalam melaksanakan amanat kerasulan; dalam melaksanakan Amanat Kerasulan;
c. mengartikulasikan suara dan kepentingan jemaat di c. mengartikulasikan suara dan kepentingan Jemaat pada
lingkup sinode; Persidangan di lingkup Sinodal;
d. memperlancar pelaksanaan keputusan dan program d. memperlancar pelaksanaan keputusan dan program yang
yang ditetapkan di lingkup Sinode. ditetapkan dalam Persidangan di lingkup Sinodal.

Pasal 6 Tidak ada perubahan substansi. Pasal 6


Tata Cara Pembentukan Klasis Tata Cara Pembentukan Klasis
   
2
(1) Pembentukan Klasis didasarkan pada Persidangan (1) Pembentukan Klasis ditetapkan dalam Persidangan Klasis
Klasis yang terkait dengan rencana pemekaran dan/atau yang terkait dengan rencana pemekaran dan/atau
penggabungan dan disusul dengan studi kelayakan yang penggabungan dan disusul dengan studi kelayakan yang
dilakukan oleh Majelis Sinode dalam koordinasi dengan dilakukan oleh Majelis Sinode dalam koordinasi dengan
Majelis Jemaat dan Majelis Klasis. Majelis Jemaat dan Majelis Klasis.
(2) Pemekaran Klasis sebagaimana dimaksud pada pasal 4 (2) Pemekaran Klasis sebagaimana dimaksud pada pasal 4
ayat (2) butir a di atas dapat terjadi karena alasan ayat (2) butir a di atas dapat terjadi karena alasan tertentu
tertentu didasarkan pada hasil persidangan Klasis yang didasarkan pada Keputusan Persidangan Klasis yang
terkait dengan rencana pemekaran dan disusul dengan terkait dengan rencana pemekaran dan disusul dengan
studi kelayakan oleh Majelis Sinode dalam koordinasi studi kelayakan oleh Majelis Sinode dalam koordinasi
dengan Majelis Jemaat dan Majelis Klasis terkait. dengan Majelis Jemaat dan Majelis Klasis terkait.
(3) Penggabungan Klasis sebagaimana dimaksud pada (3) Penggabungan Klasis sebagaimana dimaksud pada Pasal
Pasal 4 ayat (2) butir b di atas, dapat terjadi karena 4 ayat (2) butir b di atas, dapat terjadi karena alasan
alasan tertentu didasarkan pada hasil persidangan Klasis tertentu didasarkan pada Keputusan Persidangan Klasis
yang terkait dengan rencana penggabungan dan disusul yang terkait dengan rencana penggabungan dan disusul
dengan studi kelayakan oleh Majelis Sinode dan Majelis dengan studi kelayakan oleh Majelis Sinode dan Majelis
Klasis terkait. Klasis terkait.

BAB IV Tidak ada perubahan. BAB IV


PENGEMBANGAN KLASIS PENGEMBANGAN KLASIS

Pasal 7 Pasal 7
   
(1) Pengembangan klasis adalah proses mendukung dan (1) Pengembangan Klasis adalah proses mendukung dan
memfasilitasi perwujudan potensi jemaat-jemaat dalam memfasilitasi perwujudan potensi jemaat-jemaat dalam
lingkup klasis untuk mampu menghadirkan tanda-tanda lingkup Klasis untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan
kerajaan Allah. Allah.
(2) Pengembangan klasis meliputi pembangunan jemaat (2) Pengembangan Klasis meliputi pembangunan jemaat,
dan pembangunan manusia serta pengembangan sarana pembangunan manusia dan pengembangan sarana
pendukung di lingkup klasis. pendukung di lingkup klasis.
(3) Pengembangan klasis dilaksanakan secara terencana, (3) Pengembangan klasis dilaksanakan secara terencana,
sistematis, berproses, terbuka, dan terarah. sistematis, berproses, terbuka, dan terarah.
(4) Subyek dan sasaran pembangunan manusia (4) Subyek dan sasaran pembangunan manusia sebagaimana
sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) mencakup dimaksudkan pada ayat (2) mencakup pembangunan
pembangunan individu dan persekutuan. individu dan persekutuan.

3
Pasal 8 Pasal 8
Tujuan Pengembangan Klasis Tujuan Pengembangan Klasis
   
(1) Pengembangan Klasis dilaksanakan dengan tujuan (1) Pengembangan Klasis dilaksanakan dengan tujuan
menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yaitu kasih, menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yaitu kasih,
perdamaian, keadilan, kebenaran, dan kesetaraan. perdamaian, keadilan, kebenaran, dan kesetaraan.
(2) Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian tujuan Tidak ada perubahan. (2) Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian tujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1), proses
pengembangan Klasis dilaksanakan secara dialogis pengembangan Klasis dilaksanakan secara dialogis
dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu dengan mempertimbangkan dan memperhatikan
pengetahuan, teknologi dan seni budaya tanpa perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
kehilangan identitas.  budaya tanpa kehilangan identitas. 

BAB V BAB V
HUBUNGAN HUBUNGAN
ANTAR KLASIS, JEMAAT, DAN SINODE ANTAR KLASIS, JEMAAT DAN SINODE
   
Pasal 9 Pasal 9
Hubungan Antar Klasis Hubungan Antar Klasis
Tidak ada perubahan.
   
(1) Hubungan antar klasis adalah hubungan yang setara. (1) Hubungan antar Klasis adalah hubungan yang setara.
(2) Hubungan antar klasis dikoordinasikan oleh Majelis (2) Hubungan antar Klasis dikoordinasikan oleh Majelis
Klasis Harian salah satu Klasis di suatu wilayah teritori Klasis Harian salah satu Klasis di suatu wilayah teritori
dalam koordinasi Majelis Sinode. dalam koordinasi Majelis Sinode.

Pasal 10 Reposisi ayat dan penambahan ayat (3), Pasal 10


Hubungan Klasis dan Jemaat konsisten dengan Perpok Jemaat Hubungan Klasis dan Jemaat
  tentang Hubungan.  
(1) Hubungan klasis dan jemaat adalah hubungan (1) Klasis merupakan wadah kebersamaan Pelayanan Jemaat-
kebersamaan pelayanan jemaat-jemaat dalam wilayah jemaat dalam suatu wilayah tertentu.
pelayanan tertentu; (2) Hubungan Klasis dan Jemaat adalah hubungan
(2) Klasis merupakan wadah kebersamaan pelayanan kebersamaan pelayanan Jemaat-jemaat dalam wilayah
jemaat-jemaat dalam suatu wilayah tertentu. pelayanan Klasis;
(3) Hubungan Jemaat dan Klasis adalah hubungan dialektis,
4
dialogis, koordinatif, konsultatif, dan
pertanggungjawaban.

Pasal 11 Pasal 11
Hubungan Klasis dan Sinode Hubungan Klasis dan Sinode
   
(1) Klasis merupakan wadah musyawarah yang (1) Klasis merupakan wadah musyawarah yang
memperlancar komunikasi dan informasi antara jemaat memperlancar komunikasi dan informasi antara Jemaat
dan sinode secara timbal balik. dan Sinode secara timbal balik.
(2) Para presbiter dari klasis menghadiri Persidangan Tidak ada perubahan substansi, hanya (2) Klasis mengambil bagian dalam Sinode dengan mengutus
Sinode dengan membawa keputusan persidangan klasis. penyesuaian dengan Perpok Jemaat para Presbiter dan membawa keputusan Persidangan
(3) Klasis melaksanakan produk-produk kebersamaan yang tentang Hubungan. Klasis.
dihasilkan oleh sinode. (3) Klasis melaksanakan produk-produk kebersamaan yang
(4) Hubungan klasis dan sinode adalah hubungan dialektis, dihasilkan oleh Persidangan di lingkup Sinodal.
dialogis, koordinatif, konsultatif dan (4) Hubungan Klasis dan Sinode adalah hubungan dialektis,
pertanggungjawaban. dialogis, koordinatif, konsultatif, dan
pertanggungjawaban.

BAB VI BAB VI
WEWENANG, TUGAS, DAN TANGGUNG JAWAB WEWENANG, TUGAS, DAN TANGGUNG JAWAB
   
Pasal 12 Pasal 12

(1) Klasis menerima kewenangan dari Allah melalui GMIT (1) Klasis menerima kewenangan dari Allah melalui GMIT
untuk terlibat dalam misi Allah di dunia. untuk terlibat dalam misi Allah di dunia.
Tidak ada perubahan substansi.
(2) Klasis bertugas untuk melaksanakan program (2) Klasis bertugas untuk melaksanakan program
pelayananan dan membentuk badan pelayanan. pelayananan dan membentuk Badan Pelayanan.
(3) Klasis mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada (3) Klasis mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada
Tuhan yang dilaksanakan Persidangan Klasis dan Tuhan melalui Persidangan Klasis dan Persidangan
Persidangan Sinode. Sinode.

Pasal 13 Ayat (3) huruf c dan e telah termuat Pasal 13


Program Pelayanan secara implisit dalam huruf a. Program Pelayanan
   
5
(1) Program pelayanan kebersamaan diusulkan jemaat- (1) Program Pelayanan kebersamaan diusulkan jemaat-
jemaat lingkup Klasis. jemaat dalam lingkup Klasis.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan (2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan penetapan persidangan jemaat yang berdasarkan penetapan Persidangan Jemaat yang
diadakan sebelumnya. diadakan sebelumnya.
(3) Program pelayanan kebersamaan pada lingkup klasis (3) Program Pelayanan kebersamaan pada lingkup Klasis
mencakup: mencakup:
a. pelaksanaan panca pelayanan lintas jemaat yang a. pelaksanaan Panca Pelayanan GMIT yang mengacu
mengacu pada Rencana Induk Pelayanan (RIP) dan pada Rencana Induk Pelayanan (RIP) dan Haluan
Haluan Kebijakan Umum Pelayanan (HKUP); Kebijaksanaan Umum Pelayanan (HKUP) GMIT;
b. memfasilitasi kebersamaan untuk saling menopang b. memfasilitasi kebersamaan untuk saling menopang
dalam pelaksanaan panca pelayanan; dalam pelaksanaan Panca Pelayanan;
c. penjabaran program pelayanan kebersamaan yang c. pengelolaan perbendaharaan lingkup Klasis;
dihasilkan oleh sinode ke dalam program
kebersamaan lingkup Klasis;
d. pengelolaan perbendaharaan lingkup Klasis;
e. pelaksanaan program-program yang telah
ditetapkan dalam lingkup sinode.

Pasal 14 Ayat (2) sampai ayat (5) tidak Pasal 14


Pembentukan Badan Pelayanan diperlukan karena termuat dalam Pasal Pembentukan Badan Pelayanan Klasis
  tentang Majelis Klasis dan Pasal  
(1) Badan pelayanan klasis adalah Majelis Klasis yang tentang Majelis Klasis Harian, (1) Badan Pelayanan Klasis adalah Majelis Klasis yang
merupakan mandataris persidangan klasis. termasuk pasal tentang Pemilihan merupakan mandataris Persidangan Klasis.
(2) Persidangan Klasis membentuk Majelis Klasis Harian Majelis Klasis Harian. (2) Dalam pelaksanaan tugas, Majelis Klasis dibantu oleh
dalam rangka pelaksanaan program pelayanan Sedangkan pasal (7) dipindahkan ke Badan Pembantu Pelayanan Klasis dan Unit Pembantu
kebersamaan jemaat-jemaat lingkup klasis. pasal yang berbicara tentang BPPK. Pelayanan Majelis Klasis.
(3) Usulan calon anggota Majelis Klasis Harian Pasal (8) dipindahkan ke pasal tentang
dilaksanakan dalam persidangan Majelis Jemaat UPPMK.
sebelumnya.
(4) Calon anggota Majelis Klasis Harian dipilih dan
ditetapkan dengan keputusan persidangan klasis.
(5) Anggota Majelis Klasis diperhadapkan dalam kebaktian
khusus
(6) Dalam pelaksanaan tugas, Majelis Klasis dibantu oleh

6
Badan Pembantu Pelayanan Klasis dan Unit Pembantu
Pelayanan (UPP) Majelis Klasis.
(7) Pembentukan Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis
berdasarkan kebutuhan pelaksanaan panca pelayanan.
(8) Pengurus Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis
sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) di atas akan
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pelaksana Peraturan
Pokok Klasis.

Pasal 15
Pertanggungjawaban Majelis Klasis
 
(1) Pertanggungjawaban Majelis Klasis disampaikan dalam
persidangan Klasis.
(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mencakup:
a. pelaksanaan Tata GMIT;
b. pelaksanaan program pelayanan;
Pasal ini dipindahkan ke BAB X
c. pengelolaan perbendaharaan.
tentang MAJELIS KLASIS Pasal 48
(3) Penilaian terhadap pertanggungjawaban Majelis Klasis
tentang Wewenang, Tugas dan
mencakup:
Tanggung Jawab Majelis Klasis.
a. kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tugas;
b. inovasi dan kreativitas dalam pelaksanaan tugas;
c. ketidakberhasilan dalam pelaksanaan tugas dengan
pemberian rekomendasi, penanggulangan dan/atau
pembinaan dengan semangat pastoral.
(4) Penilaian pertanggungjawaban Majelis Klasis dilakukan
dalam Persidangan Klasis dan Persidangan Majelis
Sinode.

Catatan untuk BAB VII:


- PTTG mengusulkan: BAB VII secara
keseluruhan mengalami perubahan
dalam hal reposisi ayat dan huruf dalam
7
rangka menyesuaikan dengan maksud
pasal tentang “Dasar dan Bentuk”.
Setiap ayat tentang dasar direposisi
menjadi ayat (1), disusul ayat tentang
bentuk dan selanjutnya ayat tentang cara.
- Sidang Komisi D (Menggelama)
menyetujui dan dibawa ke Pleno.
- Tim Perumus merapikan secara
keseluruhan.

BAB VII Tidak ada perubahan substansi, kecuali BAB VII


PANCA PELAYANAN tata urutan agar sesuai tingkat keluasan PANCA PELAYANAN
  persekutuan;  
Bagian Pertama Ayat (2) huruf b dihilangkan karena Bagian Pertama
PERSEKUTUAN tidak ada dalam struktur. PERSEKUTUAN
   
Pasal 16 Pasal 15
Dasar dan Bentuk-Bentuk Persekutuan Dasar dan Bentuk Persekutuan
   
(1) Persekutuan lingkup klasis terbentuk atas dasar (1) Persekutuan lingkup Klasis didasarkan pada
Ketritunggalan Allah. ketritunggalan Allah.
(2) Bentuk-bentuk persekutuan lingkup klasis terdiri atas: (2)  Bentuk persekutuan lingkup Klasis terdiri dari:
a. persekutuan jemaat-jemaat pada wilayah tertentu; a. persekutuan jemaat-jemaat dalam lingkup Klasis;
b. persekutuan kelompok jemaat yang disebut rayon b. persekutuan kategorial, fungsional, atau profesional
klasis; antar Jemaat-jemaat dalam lingkup Klasis;
c. persekutuan dengan sesama manusia dan seluruh c. persekutuan dengan sesama manusia dan seluruh
ciptaan; ciptaan.
d. persekutuan kategorial, fungsional, atau profesional (3) Persekutuan dalam lingkup Klasis dilaksanakan dengan
lintas jemaat. cara:
(3) Persekutuan antar jemaat lingkup klasis dilaksanakan a. ibadah bersama;
dengan cara: b. pertukaran pengkhotbah;
a. ibadah bersama; c. perkunjungan antar jemaat;
b. pertukaran pengkhotbah; d. kegiatan kebersamaan lainnya;
c. kunjungan antar jemaat; e. membangun kerukunan dan keserasian hidup dengan
8
d. kegiatan kebersamaan lainnya; sesama anggota jemaat, gereja lain, organisasi
e. membangun kerukunan dan keserasian hidup Kristen, agama lain, negara, masyarakat, dan
dengan sesama anggota jemaat, gereja lain, lingkungan hidup.
organisasi Kristen, agama lain, negara, masyarakat,
dan lingkungan hidup.

Pasal 17 Pasal 16
Tujuan Persekutuan Tujuan Persekutuan
   
Persekutuan lingkup klasis dilaksanakan dengan tujuan Persekutuan lingkup Klasis dilaksanakan dengan tujuan
untuk: untuk:
a. menyatakan damai sejahtera Allah; a. menyatakan damai sejahtera Allah;
b. membangun, memelihara, dan mengembangkan b. mewujudkan kebersamaan dan persaudaraan sebagai
Perubatan urutan, isi tetap.
kehidupan sebagai anak-anak Allah; keluarga Allah di antara jemaat-jemaat dalam lingkup
c. mewujudkan kasih, keadilan, kebenaran, dan kesetaraan Klasis.
di antara seluruh ciptaan Tuhan. c. membangun, memelihara dan mengembangkan
d. mewujudkan kebersamaan dan persaudaraan sebagai kehidupan sebagai anak-anak Allah;
keluarga Allah di antara jemaat-jemaat dalam d. mewujudkan kasih, keadilan, kebenaran, dan kesetaraan
lingkungan Klasis. di antara sesama manusia dan seluruh ciptaan.

Pasal 18 Pasal 17
Fungsi Persekutuan Fungsi Persekutuan
   
Persekutuan lingkup Klasis dilaksanakan dengan fungsi: Persekutuan lingkup Klasis dilaksanakan dengan fungsi:
a. memelihara relasi dengan Allah dalam iman kepada Menyesuaikan dengan keputusan a. memelihara relasi persekutuan dalam iman kepada Allah
terhadap Perpok Jemaat dan Perpok Tritunggal (bnd.Ef. 1:14; Rm. 8:22-23, 26-28);
Roh Kudus sebagai penjamin (Ef. 1:14; Rm. 8:22-23,
Klasis. b. memelihara relasi dengan sesama manusia dan seluruh
26-28);
ciptaan.
b. memelihara relasi dengan sesama manusia dan seluruh
ciptaan Tuhan.

Bagian Kedua Bagian Kedua


KESAKSIAN KESAKSIAN
 
Pasal 19 Pasal 18
Bentuk Bentuk Kesaksian Dasar dan Bentuk Kesaksian
9
   
(1) Bentuk-bentuk kesaksian lingkup klasis, terdiri atas: (1) Kesaksian di lingkup Klasis didasarkan pada hidup dan
a. kesaksian dengan kata-kata; pengajaran Yesus Kristus tentang Kerajaan Allah.
b. kesaksian dengan perbuatan. (2) Bentuk kesaksian lingkup Klasis, terdiri dari:
(2) Bentuk-bentuk kesaksian sebagaimana dimaksudkan a. kesaksian dengan kata-kata;
pada ayat (1) wajib dipahami sebagai suatu keutuhan. b. kesaksian dengan perbuatan.
(3) Kesaksian di lingkup klasis dilaksanakan dengan cara: (3) Bentuk kesaksian sebagaimana dimaksudkan pada ayat
a. khotbah, pengajaran, tulisan, kesenian, teknologi Perubahan urutan ayat sesuai maksud (2) wajib dipahami sebagai suatu keutuhan.
komunikasi, dan informasi; Pasal tentang Dasar dan Tujuan. (4) Kesaksian lingkup Klasis dilaksanakan dengan cara:
b. mewujudkan kasih, kebenaran, keadilan, dan Ayat (4) huruf a – d menyesuaikan a. khotbah, pengajaran, tulisan, kesenian, teknologi
kesetaraan dalam kehidupan sehari-hari; dengan Perpok Jemaat. komunikasi, dan informasi;
c. memperdengarkan suara kenabian dan kritis b. dialogis, jujur dan terbuka dengan segala resiko;
terhadap praktik ketidak-adilan dan penindasan. c. menyebarkan sumber-sumber tertulis mengenai
(4) Kesaksian di lingkup klasis terbentuk atas dasar hidup kesaksian dan pengajaran GMIT.
dan pengajaran Yesus Kristus tentang Kerajaan Allah. d. Mendampingi dan menopang jemaat-jemaat dalam
melaksanakan tugas kesaksian.

Pasal 20 Pasal 19
Tujuan Kesaksian Tujuan Kesaksian
   
Kesaksian di lingkup klasis dilaksanakan dengan tujuan: Kesaksian di lingkup Klasis dilaksanakan untuk:
a. mendampingi dan menopang jemaat-jemaat dalam Menyesuaikan dengan perubahan pada a. mewujudkan kasih, perdamaian, kebenaran, keadilan, dan
Perpok Jemaat. kesetaraan dalam kehidupan sehari-hari;
pelaksaaan tugas kesaksian;
b. menyatakan damai sejahtera Allah bagi dunia; b. menyatakan damai sejahtera Allah bagi dunia;
c. menumbuhkembangkan iman kepada Yesus Kristus. c. menumbuhkembangkan iman kepada Yesus Kristus.

Pasal 21 Menyesuaikan dengan perubahan pada Pasal 20


Fungsi Kesaksian Perpok Jemaat. Fungsi Kesaksian
   
Kesaksian di lingkup klasis dilaksanakan dengan fungsi: Kesaksian di lingkup Klasis dilaksanakan dengan fungsi:
a. mendorong dan mengarahkan pelaksanaan kesaksian a. menyaksikan kuasa pembebasan Allah di dalam Yesus
bersama dalam wilayah klasis; Kristus.
b. mengoordinir program-program kesaksian bersama di b. memperdengarkan suara kenabian dan kritis terhadap
praktek ketidakadilan dan penindasan.
lingkup klasis;

10
c. mengawasi tugas kesaksian dan pengajaran yang
dilakukan oleh jemaat-jemaat di lingkup klasis;
d. d. Mendorong dan mengarahkan pengembangan ajaran
GMIT dalam lingkup Klasis.

Bagian Ketiga Bagian Ketiga


PELAYANAN KASIH PELAYANAN KASIH
   
Pasal 22 Pasal 21
Bentuk-Bentuk Pelayanan Kasih Dasar dan Bentuk Pelayanan Kasih
   
(1) Bentuk-bentuk pelayanan kasih lingkup klasis (1) Pelayanan kasih di lingkup Klasis terbentuk atas dasar
mencakup semua bentuk pelayanan kasih di lingkup hidup dan pelayanan Yesus Kristus yang menyebut diri-
jemaat; Nya sebagai seorang Diakonos (bnd. Luk 22:27).
(2) Bentuk-bentuk pelayanan kasih sebagaimana (2) Bentuk pelayanan kasih lingkup Klasis dapat terdiri dari:
a. pelayanan pendidikan;
dimaksudkan pada ayat (1) wajib dipahami sebagai
b. pelayanan ekonomi;
suatu keutuhan;
c. pelayanan kesehatan;
(3) Pelayanan kasih di lingkup klasis dilaksanakan dengan Reposisi ayat; menyesuaikan dengan d. pelayanan sosial dan lingkungan hidup;
cara: struktur Bagian. Memperhatikan e. pelayanan budaya;
a. pelayanan karitatif; Perpok Jemaat dan Perpok Sinode. f. pelayanan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM);
b. pelayanan reformatif; g. pelayanan pendidikan politik.
c. pelayanan transformatif. (3) Bentuk-bentuk pelayanan kasih sebagaimana
(4) Bentuk dan cara pelayanan kasih sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) wajib dipahami sebagai suatu
dimaksudkan pada ayat (1) dan (3) dilaksanakan bagi keutuhan;
jemaat-jemaat di lingkup klasis dan masyarakat; (4) Pelayanan kasih lingkup Klasis dilaksanakan dengan
cara:
(5) Pelayanan kasih di lingkup klasis dilaksanakan atas
a. pelayanan kasih karitatif;
dasar hidup dan pelayanan Yesus Kristus yang b. pelayanan kasih reformatif;
menyebut diri-Nya sebagai seorang diakonos (Luk c. pelayanan kasih transformatif.
22.27). (5) Bentuk dan cara pelayanan kasih sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (2) dan (4) wajib dilaksanakan
bagi jemaat-jemaat di lingkup Klasis dan masyarakat;

Pasal 23 Penambahan frasa: dalam pimpinan Pasal 22


11
Tujuan Pelayanan Kasih Tujuan Pelayanan Kasih
   
Pelayanan kasih di lingkup klasis dilaksanakan dengan Roh Kudus (sama dengan Perpok Pelayanan kasih lingkup Klasis dilaksanakan dengan tujuan
tujuan mewujudkan cinta kasih kristus kepada sesama. Jemaat dan Sinode) mewujudkan cinta kasih Yesus Kristus kepada sesama dalam
pimpinan Roh Kudus.

Pasal 24 Pasal 23
Fungsi Pelayanan Kasih Fungsi Pelayanan Kasih
   
Pelayanan kasih di lingkup klasis dilaksanakan dengan Pelayanan kasih lingkup Klasis dilaksanakan dengan fungsi:
Tidak ada perubahan.
fungsi: a. mengalami kasih Allah dalam pimpinan Roh Kudus;
a. mengalami kasih Allah dalam pimpinan Roh Kudus; b. saling menguatkan dalam kasih Yesus Kristus.
b. saling menguatkan dalam kasih Yesus Kristus.

Bagian Keempat Reposisi ayat. Bagian Keempat


IBADAH Penambahan dasar Alkitab; sesuai Tata IBADAH
  Dasar.  
Pasal 25 Pasal 24
Bentuk-bentuk Ibadah Dasar dan Bentuk Ibadah
   
(1) Bentuk-bentuk ibadah di lingkup klasis, terdiri atas: (1) Ibadah lingkup Klasis terbentuk atas dasar:
a. ibadah persidangan klasis; a. Panggilan Allah (bnd. Kel. 4:22-23);
b. Ibadah kategorial/fungsional/profesional lingkup b. Pengorbanan Yesus Kristus (bnd. Ibr. 9:11-14; 10:19-
klasis; 25);
c. ibadah-ibadah khusus lainnya. c. Penyertaan Roh Kudus (bnd. Kis. 2).
(2) Ibadah di lingkup klasis dilaksanakan dengan cara: (2) Bentuk ibadah lingkup Klasis dapat terdiri dari:
a. ibadah liturgis, yang dilaksanakan dengan a. Ibadah Persidangan Klasis;
memperhatikan hubungan timbal balik antara aspek b. Ibadah Kategorial/Fungsional/Profesional di lingkup
universal dan dimensi kontekstual; Klasis;
b. ibadah karya. c. Ibadah-Ibadah Khusus.
c. Cara-cara ibadah sebagaimana dimaksudkan pada (3) Ibadah lingkup Klasis dilaksanakan dengan cara:
butir a dan b di atas dipahami sebagai suatu a. Ibadah liturgis, dengan memperhatikan hubungan
keutuhan. timbal balik antara aspek universal dan dimensi
(3) Ibadah di lingkup klasis terbentuk atas dasar: kontekstual;
a. panggilan Allah (Kel 4:22-23) b. Ibadah karya;
12
b. pengorbanan Yesus Kristus (Ibr 9:11-14; 10:19-25). c. Cara-cara ibadah sebagaimana dimaksudkan pada
huruf a dan b di atas dipahami sebagai suatu
keutuhan.

Pasal 26 Pasal 25
Tujuan Ibadah Tujuan Ibadah
   
Ibadah di lingkup Klasis dilaksanakan dengan tujuan: Ibadah di lingkup Klasis dilaksanakan dengan tujuan:
a. memuliakan Allah; a. Memuliakan Allah;
Penambahan huruf d, sesuai keputusan
b. mendengarkan Firman Allah; b. Menyatakan syukur
Pleno untuk Perpok Jemaat.
c. menyampaikan pergumulan hidup kepada Allah; c. Mendengarkan Firman Allah;
d. merayakan persaudaraan antar anggota GMIT. d. Merayakan persekutuan dengan Allah dan persaudaraan
dengan sesama.
e. Menyampaikan pergumulan hidup kepada Allah;

Pasal 27 Pasal 26
Fungsi Ibadah Fungsi Ibadah
   
Ibadah di lingkup klasis dilaksanakan dengan fungsi: Ibadah di lingkup Klasis dilaksanakan dengan fungsi:
a. mengalami kehadiran Allah dalam persekutuan yang a. Mengalami kehadiran Allah dalam persekutuan yang
menyembah Allah dalam roh dan kebenaran (Mat. menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran (bnd. Mat.
18:20; Yoh. 4:23); Tidak ada perubahan. 18:20; Yoh. 4:23);
b. menolong warga jemaat membawa pergumulan mereka b. Menolong warga jemaat membawa pergumulan mereka
kepada Tuhan untuk mohon pertolongan-Nya; kepada Tuhan untuk mohon pertolongan-Nya;
c. memotivasi, mendasari, menerangi, dan mengarahkan c. Memotivasi, mendasari, menerangi, dan mengarahkan
seluruh proses persidangan dengan Firman Allah; seluruh proses Persidangan dengan Firman Allah;
d. mendasari, memotivasi, menerangi, dan mengarahkan d. Mendasari, memotivasi, menerangi, dan mengarahkan
seluruh proses kegiatan kategorial dan/atau fungsional seluruh proses kegiatan kategorial, fungsional dan
dengan Firman Allah. profesional dengan Firman Allah.

Bagian Kelima Bagian Kelima


PENATALAYANAN PENATALAYANAN
13
  - Mempertimbangkan perubahan  
Pasal 28 pada Perpok Jemaat dan Perpok Pasal 27
Bentuk-Bentuk Penatalayanan Klasis untuk Bagian Kelima tentang Dasar dan Bentuk Penatalayanan
  Penatalayanan.
Bentuk-bentuk penatalayanan lingkup klasis, terdiri atas: - Reposisi Pasal 34 (PTTG) menjadi (1) Penatalayanan di lingkup Klasis terbentuk atas dasar
a. penataan lembaga gereja dalam lingkup klasis; ayat (1) dari Pasal 27 (Rumusan amanat penciptaan dan penebusan.
b. penataan lingkungan hidup. Baru) tentang Dasar Penatalayanan. (2) Bentuk penatalayanan di lingkup Klasis, terdiri dari:
- Reposisi Pasal 37 (PTTG) menjadi a. Penataan diri;
ayat (3) dari Pasal 27 (rumusan b. Penataan lingkungan hidup dan lingkungan sosial.
Baru) tentang cara penatalayanan. (2) Penatalayanan di lingkup Klasis dilaksanakan dengan
cara:
a. Terpadu, terbuka, hemat, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Mengutamakan keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup dan lingkungan sosial.

Pasal 29 Pasal 28
   Penataan Diri
Penataan kelembagaan sebagaimana dimaksud pada Pasal
28 huruf a mencakup: Penataan diri lingkup Klasis sebagaimana dimaksud pada
a. manajemen pelayanan; Perubahan memperhatikan Perpok Pasal 27 ayat (2) huruf a mencakup:
b. pengadaan, pemeliharaan, dan pengembangan sumber Jemaat dan Sinode. a. Manajemen pelayanan;
daya manusia; b. Pengadaan, pemeliharaan dan pengembangan sumber
c. perbendaharaan. daya manusia;
c. Perbendaharaan.

Paragraf 1 Tidak ada perubahan substansi; Paragraf 1


MANAJEMEN PELAYANAN penyesuaian dengan keputusan SS Manajemen Pelayanan
  tentang Perpok Jemaat.  
Pasal 30 Pasal 29
   
(1) Asas manajemen pelayanan lingkup klasis mengacu (1) Asas manajemen pelayanan lingkup Klasis mengacu pada
pada prinsip presbiterial sinodal sebagaimana diatur prinsip Presbiterial Sinodal sebagaimana diatur dalam
dalam Tata Dasar GMIT Pasal 8 ayat (2). Tata Dasar GMIT Pasal 8 ayat (2).
(2) Fungsi-fungsi manajemen pelayanan meliputi: motivasi, (2) Fungsi-fungsi manajemen pelayanan lingkup Klasis
14
penelitian, perencanaan, pengorganisasian, meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pembentukan
pembentukan staf, kepemimpinan, koordinasi, staf, penggerakan, koordinasi, pelaksanaan, pengawasan,
pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan. evaluasi dan pelaporan.
(3) Tujuan manajemen pelayanan klasis adalah untuk (3) Tujuan manajemen pelayanan lingkup Klasis adalah
mencapai kedewasaan jemaat-jemaat di lingkup klasis untuk mencapai kedewasaan jemaat-jemaat di lingkup
dan kesejahteraan masyarakat. Klasis dan kesejahteraan masyarakat yang holistik secara
(4) Keseluruhan manajemen pelayanan klasis dipimpin oleh efektif dan efisien.
Majelis Klasis. (4) Keseluruhan manajemen pelayanan lingkup Klasis
dipimpin oleh Majelis Klasis dalam koordinasi dengan
Majelis Sinode dan Majelis Jemaat.

Paragraf 2 Paragraf 2
PENGADAAN, PEMELIHARAAN DAN Pengadaan, Pemeliharaan, dan
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Pengembangan Sumber Daya Manusia
   
Pasal 31 Pasal 30

(1) Pengadaan sumber daya manusia (SDM) pelayanan Tidak ada perubahan substansi; hanya (1) Pengadaan sumber daya manusia dilaksanakan untuk
lingkup klasis adalah dengan tujuan menjawab perubahan istilah: semua ayat menjawab kebutuhan pelayanan.
kebutuhan pelayanan. menggunakan frasa yang sama: (2) Pemeliharaan sumber daya manusia dilaksanakan untuk
(2) Pemeliharaan SDM pelayanan adalah dalam rangka “dilaksanakan untuk”; sama dengan kesejahteraan pelaksana pelayanan dan kelanjutan
Perpok Jemaat. pelayanan.
kesejahteraan pelaksana pelayanan dan keberlanjutan
(3) Pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan untuk
pelayanan.
meningkatkan kuantitas, kualitas, dan kreativitas
(3) Pengembangan SDM lingkup klasis adalah dalam pelaksana pelayanan.
rangka meningkatkan kuantitas, kualitas, dan kreativitas
pelaksana pelayanan.

Paragraf 3 Perubahan pada ayat (5) agar sesuai Paragraf 3


PERBENDAHARAAN dengan fungsi Badan Pembantu Perbendaharaan
  Pelayanan yang melaksanakan tugas  
Pasal 32 Pengawasan, yaitu BPPPJ. Pasal 31
Ayat (2) perubahan urutan.
(1) Perbendaharaan GMIT di lingkup klasis mencakup (1) Perbendaharaan GMIT di lingkup Klasis mencakup uang,
uang, barang bergerak dan yang tidak bergerak. barang bergerak dan yang tidak bergerak.

15
(2) Perbendaharaan GMIT di lingkup klasis berasal dari (2) Perbendaharaan GMIT di lingkup Klasis berasal dari
persembahan anggota GMIT, sumbangan, atau bantuan persembahan anggota GMIT, hasil usaha/pengelolaan
pihak lain yang tidak mengikat, dan hasil aset, sumbangan, atau bantuan pihak lain yang tidak
usaha/pengelolaan aset sesuai tata GMIT. mengikat sesuai Tata GMIT.
(3) Tujuan pengelolaan perbendaharaan GMIT di lingkup (3) Tujuan pengelolaan perbendaharaan GMIT di lingkup
Klasis adalah untuk memaksimalkan pelaksanaan
klasis adalah untuk memaksimalkan pelaksanaan
pelayanan.
pelayanan. (4) Pengelolaan perbendaharaan GMIT lingkup Klasis
(4) Pengelolaan perbendaharaan GMIT di lingkup klasis dilaksanakan oleh Majelis Klasis dengan
dilaksanakan oleh Majelis Klasis dengan bantuan/kerjasama Majelis Jemaat dan Majelis Sinode.
bantuan/kerjasama Majelis Jemaat dan Majelis Sinode. (5) Sumber utama pembiayaan pelayanan lingkup Klasis
(5) Pembiayaan pelayanan di lingkup klasis menjadi menjadi tanggung jawab jemaat-jemaat di lingkup Klasis
tanggung jawab jemaat-jemaat di lingkup klasis dan dan Sinode.
sinode. (6) Pengawasan perbendaharaan GMIT lingkup Klasis
(6) Pengawasan perbendaharaan GMIT di lingkup Klasis dilaksanakan oleh Badan Pertimbangan dan Pengawasan
dilaksanakan oleh Badan Pembantu Pelayanan Klasis Pelayanan Klasis (BPPPK).
(7) Pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan GMIT
yang memiliki wewenang, tugas dan tanggung jawab
lingkup Klasis secara periodik dilaksanakan dalam
melaksanakan pertimbangan dan pengawasan pelayanan Persidangan Klasis dan Persidangan Majelis Sinode.
di lingkup Klasis. (8) Majelis Klasis wajib mendorong partisipasi jemaat-jemaat
(7) Pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan dalam pembiayaan pelayanan lingkup Klasis dan Sinode
GMIT di lingkup klasis secara periodik dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
dalam persidangan klasis dan persidangan Majelis
Sinode.
(8) Majelis Klasis wajib mendorong partisipasi jemaat-
jemaat dalam pembiayaan pelayanan di lingkup klasis
dan sinode sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Paragraf 4 Pasal ini mesti dipisahkan dari paragraf Penataan Lingkungan Hidup
PENATAAN LINGKUNGAN HIDUP tentang penataan diri.
  Pasal 32
Pasal 33
(1) Jemaat-jemaat di lingkup Klasis bertanggungjawab untuk
(1) Jemaat-jemaat di lingkup klasis bertanggungjawab menata, menjaga dan merawat alam semesta ciptaan
untuk menata, menjaga, dan merawat alam semesta Allah.
16
ciptaan Allah. (2) Jemaat-jemaat di lingkup Klasis dapat bekerjasama
(2) Jemaat-jemaat di lingkup klasis dapat bekerjasama dengan pihak lain yang memiliki keprihatinan yang sama
dengan pihak lain yang memiliki keprihatinan yang terhadap lingkungan hidup dan lingkungan sosial.
sama terhadap masalah lingkungan hidup.
 
Pasal 34
Dasar Penatalayanan
Pasal 34 telah termuat dalam Pasal 28
 
(Rumusan Baru) ayat (1) tentang Dasar -
Penatalayanan di lingkup klasis dilaksanakan atas dasar
Penatalayanan.
amanat penciptaan dan penebusan.

Pasal 35 Pasal 33
Tujuan Penatalayanan Tujuan Penatalayanan
   
(1) Penatalayanan diri di lingkup klasis dilaksanakan Penatalayanan lingkup Klasis dilaksanakan dengan tujuan:
dengan tujuan adanya keteraturan dan ketertiban Tidak ada perubahan subtansi, kecuali a. adanya keteraturan dan ketertiban pelayanan (bnd. 1 Kor.
pelayanan. penambahan dasar Alkitab. 14:40).
(2) Penatalayanan lingkungan hidup di lingkup klasis b. terwujudnya keseimbangan dan kelestarian lingkungan
dilaksanakan dengan tujuan terwujudnya keseimbangan hidup dan lingkungan sosial.
dan kelestarian lingkungan hidup.

Pasal 36 Pasal 34
Fungsi Penatalayanan Fungsi Penatalayanan
   
Tidak ada perubahan substansi, kecuali
(1) Penatalayanan diri di lingkup klasis dilaksanakan Penatalayanan lingkup Klasis dilaksanakan dengan fungsi
penggabungan ayat (1) dan ayat (2)
dengan fungsi memaksimalkan pelaksanaan pelayanan. memaksimalkan pelaksanaan pelayanan dan
dalam satu kalimat; sesuai keputusan
(2) Penatalayanan lingkungan hidup di lingkup klasis mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam.
tentang Perpok Jemaat.
dilaksanakan dengan fungsi mengharmoniskan
hubungan manusia dan alam.

Pasal 37 Isi pasal 37 Cara Penatalayanan -


Cara Penatalayanan (PTTG) dipindahkan ke pasal 27 Dasar
  dan Bentuk Penatalayanan ayat (3)
(1) Penatalayanan diri di lingkup klasis dilaksanakan tentang cara penatalayanan.
dengan cara terpadu, terbuka, hemat, dan dapat
17
dipertanggungjawabkan.
(2) Penatalayanan lingkungan hidup di lingkup klasis
mengutamakan keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup.

BAB VIII BAB VIII


PERSIDANGAN PERSIDANGAN
   
Bagian Pertama Pasal 35
Umum Jenis Persidangan
 
Tidak ada perubahan substansi. Jenis persidangan lingkup Klasis terdiri dari:
Pasal 38 a. Persidangan Klasis;
Persidangan lingkup klasis terdiri atas: b. Persidangan Klasis istimewa;
a. persidangan klasis; c. Persidangan Majelis Klasis.
b. persidangan klasis istimewa;
c. persidangan Majelis Klasis.
 
Pasal 39 - Pasal 37 dijabarkan dalam tiga Bagian Pertama
Persidangan Klasis bagian, dan dimulai dengan Judul: Persidangan Klasis
  Bagian Pertama, dan seterusnya.
(1) Persidangan klasis adalah wadah pengambilan - Penambahan huruf pada ayat (4) Pasal 36
keputusan jemaat-jemaat GMIT dalam wilayah tertentu untuk mengakomodir pasal terkait  
dengan Persidangan. (1) Persidangan Klasis adalah wadah pengambilan keputusan
berkaitan dengan program kebersamaan.
yang mengikat seluruh jemaat dalam lingkup Klasis.
(2) Persidangan klasis dilaksanakan empat tahun sekali. (2) Persidangan Klasis dilaksanakan sekurang-kurangnya
(3) Persidangan klasis diadakan oleh Majelis Klasis. satu kali dalam empat tahun, sesuai kebutuhan.
(4) Persidangan Kalsis diadakan dengan tujuan: (3) Persidangan Klasis dilaksanakan oleh Majelis Klasis.
a. Mengevaluasi proses pelayanan lingkup klasis (4) Persidangan Klasis dilaksanakan dengan tujuan:
dalam satu periode atau empat tahun; a. Mengevaluasi proses pelayanan lingkup Klasis dalam
b. Menilai, menerima, atau menolak laporan satu periode atau empat tahun;
pertanggungjawaban Majelis Klasis; b. Menilai, menerima atau menolak laporan
c. Merumuskan dan menetapkan pokok-pokok pertanggungjawaban Majelis Klasis;
program pelayanan kebersamaan untuk empat c. Merumuskan dan menetapkan Pokok-pokok Program
pelayanan kebersamaan untuk empat tahun berikut
tahun berikut;
18
d. Memilih Majelis Klasis Harian. sesuai Haluan Kebijaksanaan Umum Pelayanan
e. Melaksanakan penjaringan bakal calon anggota GMIT;
Majelis Sinode untuk disampaikan kepada Panitia d. Memilih Majelis Klasis Harian.
Pemilihan Majelis Sinode.  e. Merekomendasikan kepada Majelis Klasis untuk
membentuk dan mengangkat anggota-anggota Badan
Pembantu Pelayanan Klasis.
f. Melaksanakan penjaringan bakal calon Majelis
Sinode untuk disampaikan kepada Panitia Pemilihan
Majelis Sinode. 

Pasal 40 Perubahan pada ayat (3) huruf c tentang Pasal 37


Proses Persidangan Klasis perutusan. Proses Persidangan Klasis
   
(1) Pemanggil persidangan klasis adalah Majelis Klasis. (1) Pemanggil Persidangan Klasis adalah Majelis Klasis.
(2) Tempat, waktu, dan acara persidangan klasis (2) Tempat, waktu dan agenda Persidangan Klasis ditetapkan
disampaikan kepada jemaat di lingkup klasis paling oleh Persidangan Klasis sebelumnya dan diumumkan ke
lambat satu bulan sebelum persidangan klasis jemaat-jemaat lingkup Klasis paling lambat satu bulan
dilaksanakan. sebelum Persidangan Klasis dilaksanakan.
(3) Persidangan klasis dihadiri oleh unsur jemaat dalam (3) Persidangan Klasis dihadiri oleh:
lingkup klasis yang bersangkutan dan Majelis Klasis, a. Majelis Klasis,
yakni: b. Badan Pembantu Pelayanan Klasis,
a. anggota Majelis Klasis, Badan Pembantu c. Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis,
Pelayanan Klasis dan Unit Pembantu Pelayanan d. Pendeta yang bukan Ketua Majelis Jemaat,
Majelis Klasis; e. Perutusan jemaat-jemaat yang terdiri dari satu orang
b. pendeta yang bukan Ketua Majelis Jemaat; Penatua, satu orang Diaken dan satu orang Pengajar.
c. seorang anggota Majelis Jemaat dari tiap mata f. Undangan sesuai kebutuhan.
jemaat; (4) Persidangan Klasis dapat dihadiri oleh anggota Majelis
d. Undangan lain yang dipandang perlu. Sinode Harian.
(4) Persidangan klasis dapat dihadiri oleh anggota Majelis (5) Persidangan Klasis dipimpin oleh Majelis Ketua
Sinode Harian. Persidangan yang berasal dari utusan jemaat-jemaat
(5) Persidangan klasis dipimpin oleh Majelis Ketua bukan anggota Majelis Klasis yang berjumlah ganjil,
Persidangan yang berasal dari utusan jemaat-jemaat minimal tiga orang termasuk Ketua Majelis Klasis dengan
bukan anggota Majelis Klasis yang berjumlah ganjil, mempertimbangkan aspek keseimbangan gender.
minimal tiga orang termasuk ketua Majelis Klasis (6) Sekretaris Persidangan Klasis adalah Sekretaris Majelis
dengan mempertimbangkan aspek keseimbangan Klasis.

19
gender. (7) Pengambilan keputusan dalam Persidangan Klasis
(6) Sekretaris persidangan klasis adalah Sekretaris Majelis dilaksanakan melalui musyawarah mufakat.
Klasis. (8) Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka
(7) Pengambilan keputusan dalam persidangan klasis keputusan dapat diambil melalui voting dan/atau undi
dilaksanakan melalui musyawarah mufakat. yang didahului doa.
(8) Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka (9) Hasil keputusan Persidangan Klasis disampaikan oleh
keputusan dapat diambil melalui voting dan/atau undi Majelis Klasis kepada jemaat-jemaat di lingkup Klasis
yang didahului dengan permohonan doa kepada Tuhan paling lambat satu bulan setelah Persidangan Klasis.
secara bersama.
(9) Hasil keputusan persidangan klasis disampaikan oleh
Majelis Klasis kepada jemaat-jemaat di lingkup klasis
paling lambat satu bulan setelah persidangan klasis.

BAB IX - Bukan BAB baru, melainkan Bagian Kedua


Bagian Kedua Bagian Kedua dari Jenis-jenis Persidangan Klasis Istimewa
Persidangan Klasis Istimewa Persidangan Lingkup Klasis.
  - Penambahan ayat (2) tentang Pasal 38
Pasal 41 kedudukan SKI; sesuai Perpok
Jemaat dan Sinode. (1) Persidangan Klasis Istimewa adalah persidangan yang
(1) Persidangan Klasis Istimewa adalah persidangan yang - Perubahan urutan pada huruf a, b diadakan dalam rangka menanggulangi masalah-masalah
diadakan dalam rangka menanggulangi masalah- dan c pada ayat (3). strategis yang sangat mendesak.
masalah strategis yang sangat mendesak pada lingkup (2) Kedudukan Persidangan Klasis Istimewa setara dengan
klasis. Persidangan Klasis.
(2) Masalah-masalah yang dimaksud pada ayat (1) terdiri (3) Masalah-masalah yang dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas: dari:
a. adanya potensi perpecahan antar jemaat dalam a. tidak berfungsinya Majelis Klasis dan/atau Majelis
lingkup klasis; Klasis Harian.
b. adanya kebutuhan mendesak untuk ditanggapi; b. adanya potensi perpecahan antar jemaat dalam
c. tidak berfungsinya Majelis Klasis dan/atau Majelis lingkup Klasis;
Klasis Harian. c. adanya kebutuhan mendesak untuk ditanggapi;
(3) Persidangan Klasis Istimewa diadakan oleh Majelis (4) Persidangan Klasis Istimewa dilaksanakan oleh Majelis
Klasis dan/atau Majelis Sinode Harian. Klasis dan/atau Majelis Sinode Harian.
 
Pasal 42 Disesuaikan dengan Pasal Persidangan Pasal 39
Proses Persidangan Klasis Istimewa Klasis. Proses Persidangan Klasis Istimewa
20
   
(1) Persidangan Klasis Istimewa dapat diusulkan oleh: (1) Persidangan Klasis Istimewa dapat diusulkan oleh :
a. sepertiga anggota Majelis Klasis; a. satu pertiga anggota Majelis Klasis atau;
b. sepertiga jemaat dalam Klasis atau; b. satu pertiga jemaat dalam Klasis atau;
d. sepertiga anggota sidi dari setiap jemaat. c. satu pertiga anggota sidi dari setiap jemaat.
(2) Jika Majelis Klasis tidak berfungsi maka pemanggil (2) Jika Majelis Klasis tidak berfungsi maka pemanggil
persidangan Klasis Istimewa adalah Majelis Sinode Persidangan Klasis Istimewa adalah Majelis Sinode
Harian. Harian.
(3) Tempat, waktu, dan acara persidangan klasis istimewa (3) Tempat, waktu dan agenda Persidangan Klasis Istimewa
disampaikan oleh pemanggil paling lambat satu bulan ditetapkan oleh pelaksana Persidangan dan disampaikan
sebelum persidangan klasis istimewa dilaksanakan. kepada jemaat-jemaat paling lambat satu bulan sebelum
(4) Persidangan Klasis Istimewa dihadiri oleh: Persidangan Klasis Istimewa dilaksanakan.
a. anggota Majelis Klasis, Badan Pembantu (4) Persidangan Klasis Istimewa dihadiri oleh:
Pelayanan Klasis dan Unit Pembantu Pelayanan a. Majelis Klasis,
Majelis Klasis; b. Badan Pembantu Pelayanan Klasis,
b. pendeta yang bukan Ketua Majelis Jemaat; c. Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis;
c. seorang anggota majelis jemaat dari tiap mata d. Pendeta yang bukan Ketua Majelis Jemaat;
jemaat; e. Perutusan Jemaat-jemaat yang terdiri dari satu orang
d. undangan lain yang dipandang perlu. Penatua, satu orang Diaken dan satu orang Pengajar.
(5) Persidangan klasis istimewa dipimpin oleh Majelis f. Wakil Pengusul.
Ketua Persidangan yang berjumlah ganjil. minimal tiga g. Undangan sesuai kebutuhan.
orang termasuk ketua Majelis Klasis dengan (5) Persidangan Klasis Istimewa dipimpin oleh Majelis Ketua
mempertimbangkan aspek keseimbangan gender. Bila Persidangan yang berjumlah ganjil, minimal tiga orang
Majelis Sinode Harian menjadi pemanggil maka termasuk Ketua Majelis Klasis atau salah satu anggota
seorang anggota Majelis Sinode Harian menjadi Majelis Sinode Harian jika Majelis Klasis tidak berfungsi,
anggota Majelis Ketua Persidangan. dengan mempertimbangkan aspek keseimbangan gender.
(6) Sekretaris persidangan klasis istimewa adalah Sekretaris (6) Sekretaris Persidangan Klasis Istimewa adalah Sekretaris
Majelis Klasis, dan bila Majelis Sinode Harian menjadi Majelis Klasis, atau Sekretaris Majelis Sinode jika
pemanggil, sekretaris persidangan adalah sekretaris Majelis Klasis tidak berfungsi.
Majelis Sinode. (7) Pengambilan keputusan dalam Persidangaan Klasis
(7) Pengambilan keputusan dalam Persidangaan Klasis Istimewa dilaksanakan melalui musyawarah mufakat.
Istimewa dilaksanakan melalui musyawarah mufakat. (8) Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka
(8) Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka persidangan mengusulkan permasalahan tersebut ke
persidangan mengusulkan permasalahan tersebut ke lingkup Sinode.
lingkup Sinode. (9) Hasil Persidangan Klasis Istimewa disampaikan oleh

21
(9) Hasil persidangan klasis istimewa disampaikan oleh Majelis Klasis atau Majelis Sinode Harian kepada Jemaat
Majelis Klasis atau Majelis Sinode Harian kepada dan Majelis Sinode paling lambat satu bulan setelah
jemaat dan Majelis Sinode paling lambat satu bulan sidang berakhir.
setelah sidang berakhir.

- Pasal ini merupakan bagian ketiga Bagian Ketiga


Pasal 43 dari Jenis-jenis Persidangan Persidangan Majelis Klasis
Persidangan Majelis Klasis Lingkup Klasis.
  - Reposisi ayat. Pasal 40
(1) Persidangan Majelis Klasis diadakan untuk - Isi menyesuaikan dengan pasal lain  
menjabarkan keputusan Persidangan Klasis, keputusan yang terkait; sambil memperhatikan (1) Persidangan Majelis Klasis dilaksanakan sekurang-
Persidangan Majelis Sinode, dan keputusan Persidangan juga Keputusan/Pleno tentang kurangnya satu kali dalam satu tahun.
Sinode. Perpok Jemaat. (2) Persidangan Majelis Klasis dilaksanakan oleh Majelis
(2) Persidangan Majelis Klasis dilaksanakan sekurang- Klasis Harian.
kurangnya setahun sekali sebelum Persidangan Majelis (3) Persidangan Majelis Klasis dilaksanakan dengan tujuan:
Sinode dan sesudah Persidangan Majelis Jemaat a. Menindaklanjuti keputusan Persidangan Klasis,
(3) Persidangan Majelis Klasis diselenggarakan oleh keputusan Persidangan Majelis Sinode dan keputusan
Majelis Klasis Harian. Persidangan Sinode.
(4) Persidangan Majelis Klasis diadakan dengan tujuan: b. Mengevaluasi Program Pelayanan kebersamaan
a. menetapkan program pelayanan kebersamaan jemaat-jemaat dan Anggaran Penerimaan dan Belanja
jemaat-jemaat tahunan dan Rencana Anggaran Majelis Klasis tahunan.
Pendapatan Belanja Klasis (RAPBK); c. Menetapkan program pelayanan kebersamaan
b. menindak-lanjuti hasil evaluasi dan rekomendasi jemaat-jemaat dan anggaran pendapatan dan belanja
Persidangan Klasis; Klasis (APB MK) tahun berikutnya;
c. merumuskan kelanjutan program pelayanan d. Mempersiapkan pertanggungjawaban akhir periode
kebersamaan Majelis Klasis tahun berikut. pelayanan kemajelisan, karena itu Persidangan
e. mempersiapkan pertanggungjawaban akhir periode Majelis Klasis tahun keempat dilaksanakan
pelayanan kemajelisan, karena itu Persidangan mendahului Persidangan Klasis.
Majelis Klasis tahun keempat dilaksanakan e. Mempersiapkan agenda persidangan Klasis pada
mendahului Persidangan Klasis. Persidangan Majelis Klasis tahun keempat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Persidangan Majelis f. Memberhentikan anggota Majelis Klasis dan Badan
Klasis ini diatur dalam Peraturan Pelaksana Peraturan Pembantu Pelayanan Klasis yang berhenti karena
Pokok. permohonan sendiri, meninggal dunia atau karena
pelanggaran peraturan disiplin dan penilikan GMIT.
g. Mengangkat anggota Majelis Klasis dan Badan

22
Pembantu Pelayanan Jemaat antar waktu. Ketentuan
lebih lanjut mengenai Persidangan Majelis Klasis
diatur dalam Peraturan Pelaksana Peraturan Pokok.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Persidangan Majelis
Klasis ini diatur dalam Peraturan Pelaksana Peraturan
Pokok.

Pasal 44 Pasal 41
Proses Persidangan Majelis Klasis Proses Persidangan Majelis Klasis
   
(1) Pemanggil Persidangan Majelis Klasis adalah Majelis (1) Pemanggil Persidangan Majelis Klasis adalah Majelis
Klasis Harian. Klasis Harian.
(2) Tempat, waktu, dan acara persidangan Majelis Klasis (2) Tempat, waktu dan agenda Persidangan Majelis Klasis
ditetapkan dengan mempertimbangkan tempat, waktu, ditetapkan oleh Majelis Klasis.
dan acara Persidangan Klasis. (3) Persidangan Majelis Klasis dihadiri oleh anggota Majelis
(3) Persidangan Majelis Klasis dihadiri oleh anggota Klasis, Badan Pembantu Pelayanan Klasis, Unit
Majelis Klasis, anggota Badan Pembantu Pelayanan Pembantu Pelayanan Majelis Klasis, dan undangan.
Klasis dan Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis. (4) Persidangan Majelis Klasis dipimpin oleh Majelis Klasis
(4) Persidangan Majelis Klasis dipimpin oleh Ketua Harian.
Majelis Klasis. (5) Sekretaris Persidangan Majelis Klasis adalah Sekretaris
(5) Sekretaris Persidangan Majelis Klasis adalah Sekretaris Majelis Klasis.
Majelis Klasis. (6) Pengambilan keputusan dalam persidangan Majelis Klasis
(6) Pengambilan keputusan dalam persidangan Majelis dilaksanakan melalui musyawarah mufakat.
Klasis dilaksanakan melalui musyawarah mufakat. (7) Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka
(7) Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka keputusan dapat diambil melalui voting dan/atau undi
keputusan dapat diambil melalui voting dan/atau undi yang didahului dengan doa.
yang didahului dengan permohonan doa kepada Tuhan (8) Hasil Persidangan Majelis Klasis disampaikan kepada
secara bersama. jemaat-jemaat di dalam lingkup Klasis dan kepada
(8) Hasil Persidangan Majelis Klasis disampaikan kepada Majelis Sinode paling lambat satu bulan setelah
jemaat-jemaat di dalam lingkup klasis dan kepada persidangan Persidangan Majelis Klasis.
Majelis Sinode paling lambat satu bulan setelah
persidangan berakhir.

Pasal 45 Tidak ada perubahan substansi. Pasal 42


Rapat Majelis Klasis Harian Rapat Majelis Klasis Harian
23
(1) Rapat Majelis Klasis Harian diadakan untuk: (1) Rapat Majelis Klasis Harian dilaksanakan sekurang-
a. Menerima usulan Majelis Jemaat lingkup Klasis kurangnya satu kali dalam tiga bulan.
untuk diteruskan ke Persidangan Majelis Klasis; (2) Rapat Majelis Klasis Harian dilaksanakan untuk:
b. Mengadakan persiapan untuk penyelenggaraan a. Menerima usulan Majelis Jemaat di lingkup Klasis
Persidangan Majelis Klasis dan Persidangan Klasis; untuk diteruskan ke Persidangan Majelis Klasis;
b. Mengadakan persiapan untuk penyelenggaraan
c. Mengatur teknis pelaksanaan Keputusan Majelis
Persidangan Majelis Klasis dan Persidangan Klasis;
Klasis; c. Mengatur teknis pelaksanaan Keputusan Majelis
d. Mengadakan evaluasi terhadap segala kegiatan Klasis;
pelayanan rutin Majelis Klasis dan Unit Pembantu d. Mengadakan evaluasi terhadap segala kegiatan
Pelayanan Majelis Klasis. pelayanan rutin Majelis Klasis dan Unit Pembantu
(2) Rapat Majelis Klasis Harian dihadiri oleh anggota- Pelayanan Majelis Klasis.
anggota Majelis Klasis Harian dan dapat diperluas (3) Rapat Majelis Klasis Harian dihadiri oleh Majelis Klasis
dengan kehadiran Ketua Unit Pembantu Pelayanan Harian dan dapat diperluas dengan kehadiran pimpinan
Majelis Klasis, dan undangan lainnya sesuai kebutuhan. Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis, dan undangan
(3) Dalam hal kebutuhan mendesak Majelis Klasis Harian sesuai kebutuhan.
(4) Dalam hal kebutuhan mendesak Majelis Klasis Harian
dapat mengadakan rapat untuk menindaklanjuti usulan
dapat mengadakan rapat untuk menindaklanjuti usulan
Majelis Jemaat dan Unit Pembantu Pelayanan terkait. Majelis Jemaat dan Unit Pembantu Pelayanan terkait.

Pasal 46 Ayat (4) dipindahkan ke pasal Pasal 43


Proses Rapat Majelis Klasis Harian sebelumnya pada ayat (1). Proses Rapat Majelis Klasis Harian

(1) Pemanggil rapat Majelis Klasis Harian adalah Ketua dan (1) Pemanggil Rapat Majelis Klasis Harian adalah Ketua dan
Sekretaris Majelis Klasis; Sekretaris Majelis Klasis;
(2) Rapat Majelis Klasis Harian dipimpin oleh Ketua (2) Rapat Majelis Klasis Harian dipimpin oleh Ketua Majelis
Majelis Klasis; Klasis.
(3) Pengambilan keputusan dilaksanakan melalui (3) Sekretaris Rapat Majelis Klasis Harian adalah Sekretaris
musyawarah mufakat. Dan apabila tidak tercapai Majelis Klasis.
musyawarah mufakat maka keputusan dapat diambil (4) Pengambilan keputusan dilaksanakan melalui musyawarah
melalui voting dan/atau undi yang didahului doa mufakat. Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat
bersama. maka keputusan dapat diambil melalui voting dan/atau
(4) Rapat Majelis Klasis Harian diadakan paling sedikit satu undi yang didahului doa.
kali dalam tiga bulan. (5) Hasil Rapat Majelis Klasis Harian disampaikan kepada

24
(5) Hasil Rapat Majelis Klasis Harian disampaikan kepada Majelis Klasis.
Majelis Klasis.

BAB X BAB X
MAJELIS KLASIS MAJELIS KLASIS
   
Bagian Pertama Bagian Pertama
Umum Umum
 
Pasal 47 Pasal 44
Tidak ada perubahan.
Hakikat Hakikat
   
Majelis Klasis adalah badan pelayanan yang menjalankan Majelis Klasis adalah Badan Pelayanan yang menjalankan
fungsi keorganisasian yang memimpin dan fungsi keorganisasian yang memimpin dan mengoordinasikan
mengoordinasikan pelayanan kebersamaan jemaat-jemaat pelayanan kebersamaan jemaat-jemaat dalam lingkup Klasis.
dalam lingkup klasis.

Pasal 48 - Penambahan: Substansi “Tanggung Pasal 45


Wewenang dan Tugas Jawab” pada judul. Wewenang, Tugas dan Tanggungjawab
  - Penyesuaian dengan keputusan  
(1) Majelis Klasis memiliki wewenang untuk: tentang Perpok Jemaat dan Sinode. (1) Majelis Klasis memiliki wewenang untuk:
a. mengoordinasikan kegiatan-kegiatan kebersamaan a. Mengoordinasikan pelaksanaan program
pada lingkup klasis; kebersamaan di lingkup klasis;
b. memanggil jemaat-jemaat untuk menghadiri b. Memanggil jemaat-jemaat untuk menghadiri
Persidangan Klasis; persidangan klasis;
c. mendampingi Majelis Jemaat dalam penyelesaian c. Mengangkat dan memperlengkapi anggota Badan
masalah-masalah lingkup jemaat; Pembantu Pelayanan Klasis serta membentuk,
d. mendampingi jemaat-jemaat dalam rangka mengawasi dan membina pimpinan Unit Pembantu
pembangunan jemaat untuk perwujudan jemaat Pelayanan Majelis Klasis.
misioner; d. Menetapkan program pelayanan tahunan dan
e. menjadi penghubung jemaat-jemaat dengan Anggran Penerimaan Dan Belanja Majelis Klasis
pemerintah, dan lembaga sosial kemasyarakatan (APBJ MK)
lainnya dalam lingkup klasis. (2) Majelis Klasis bertugas untuk:
(2) Majelis Klasis mempunyai tugas: a. Mendampingi dan memberdayakan jemaat-jemaat
a. meneruskan masalah-masalah pelayanan jemaat dalam penyelesaian masalah-masalah pelayanan di
25
yang tidak dapat diselesaikan pada lingkup klasis lingkup Klasis;
kepada Majelis Sinode untuk penanganan b. Bersama dan/atau mewakili Majelis Sinode dalam
selanjutnya; rangka penjemaatan dan pelaksanaan keputusan-
b. mendampingi dan memberdayakan jemaat-jemaat keputusan sinodal di jemaat-jemaat dalam lingkup
dalam penyelesaian masalah-masalah pelayanan di Klasis.
lingkup klasis; c. Bersama Majelis Sinode melaksanakan pemekaran
c. Bersama dan/atau mewakili Majelis Sinode dalam jemaat, penempatan dan mutasi pendeta;
rangka penjemaatan dan pelaksanaan keputusan- d. Bersama Majelis Jemaat dan Majelis Sinode
keputusan sinodal di jemaat-jemaat dalam lingkup mengelola perbendaharaan GMIT;
Klasis. e. Memperlancar arus komunikasi dan informasi antara
d. bersama Majelis Sinode dalam rangka penentuan Majelis Jemaat dan Majelis Sinode secara timbal-
untuk pemekaran jemaat, penempatan dan mutasi balik;
pendeta; f. Meneruskan masalah-masalah pelayanan lingkup
f. bersama Majelis Jemaat dan Majelis Sinode secara Jemaat yang tidak dapat diselesaikan pada lingkup
timbal- balik dalam pengelolaan perbendaharaan Klasis kepada Majelis Sinode untuk penanganan
GMIT; selanjutnya;
g. memperlancar arus komunikasi dan informasi g. Mewakili jemaat-jemaat dalam koordinasi Majelis
antara Majelis Jemaat dan Majelis Sinode secara Sinode perihal hubungan dengan pemerintah dan
timbal-balik; lembaga sosial kemasyarakatan lainnya dalam
h. mewakili jemaat-jemaat dalam koordinasi Majelis lingkup Klasis.
Sinode perihal hubungan dengan pemerintah dan (3) Majelis Klasis bertanggung jawab kepada Persidangan
lembaga sosial kemasyarakatan lainnya dalam Klasis.
lingkup klasis. (4) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) mencakup:
a. pelaksanaan Tata GMIT;
b. pelaksanaan Program Pelayanan;
c. pengelolaan perbendaharaan.
(5) Penilaian terhadap pertanggungjawaban Majelis Klasis
mencakup:
a. kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
tugas;
b. inovasi dan kreativitas dalam pelaksanaan tugas;
c. ketidakberhasilan dalam pelaksanaan tugas dengan
pemberian rekomendasi, penanggulangan dan/atau
pembinaan dengan semangat pastoral.

26
(6) Penilaian pertanggungjawaban Majelis Klasis dilakukan
dalam Persidangan Klasis dan Persidangan Majelis
Sinode.

Pasal 49 Pasal 46
Struktur Struktur
   
Struktur majelis klasis terdiri atas: Struktur Majelis Klasis terdiri dari:
a. Majelis Klasis; a. Majelis Klasis (MK);
b. Majelis Klasis Harian; b. Majelis Klasis Harian (MKH);
c. Badan Pembantu Pelayanan Klasis (BPPK); c. Badan Pembantu Pelayanan Klasis (BPPK);
d. Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis (UPPMK). d. Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis (UPPMK).
 
Pasal 50 Mengakomodir isi pasal 14 ayat (2) Pasal 47
Pemilihan sampai ayat (5) tentagn Pembentukan Pemilihan
  Badan Pelayanan, dengan pemahaman  
(1) Pemilihan anggota Majelis Klasis dilaksanakan sesuai bahwa Badan Pelayanan adalah Majelis (1) Pemilihan Majelis Klasis dilaksanakan sesuai dengan
dengan Peraturan GMIT tentang Pemilihan anggota Jemaat sebagai Mandataris Persidangan Peraturan GMIT tentang Pemilihan Majelis Klasis yang
Majelis Klasis yang ditetapkan oleh Sinode. Klasis, yang dipilih. ditetapkan oleh Sinode.
(2) Syarat-syarat untuk menjadi anggota Majelis Klasis (2) Syarat-syarat anggota Majelis Klasis yang dipilih adalah:
adalah: a. terdaftar sebagai anggota sidi pada salah satu jemaat
a. terdaftar sebagai salah satu anggota sidi pada salah dalam klasis;
satu jemaat; b. sedang menjabat sebagai Presbiter di lingkup Klasis;
b. sedang menjadi presbiter di lingkungan GMIT; c. memiliki kemampuan untuk bertumbuh dalam iman,
c. memiliki kemampuan untuk bertumbuh dalam hikmat, pengetahuan, kejujuran dan kerendahan hati;
iman, hikmat, pengetahuan, kejujuran dan d. menjadi teladan;
kerendahan hati; e. mengutamakan kepentingan GMIT di atas
d. menjadi teladan; kepentingan pribadi, keluarga dan kelompok;
e. mengutamakan kepentingan GMIT di atas f. berjiwa mempersatukan;
kepentingan pribadi, keluarga dan kelompok; g. mampu berkomunikasi dan memelihara hubungan
f. berjiwa mempersatukan; manusiawi;
g. mampu berkomunikasi dan memelihara hubungan h. setia pada Tata GMIT;
manusiawi; i. memiliki etos kerja yang berorientasi pada tujuan dan
h. setia pada Tata GMIT; sasaran pelayanan;
i. sedang menjadi anggota Majelis Jemaat; j. memiliki kecakapan dan ketrampilan tentang
27
j. memiliki etos kerja yang berorientasi pada tujuan organisasi dan manajemen;
dan sasaran pelayanan; k. telah berdomisili di wilayah Klasis sekurang-
k. memiliki kecakapan dan ketrampilan tentang kurangnya tiga tahun.
organisasi dan manajemen; (3) Persidangan Klasis memilih Majelis Klasis Harian dalam
l. telah berdomisili di wilayah klasis sekurang- rangka pelaksanaan Program Pelayanan kebersamaan
kurangnya tiga tahun. Jemaat-jemaat lingkup Klasis.
(4) Usulan bakal calon Majelis Klasis Harian dilaksanakan
dalam Persidangan Majelis Jemaat.
(5) Calon Majelis Klasis Harian dipilih dan ditetapkan
dengan Keputusan Persidangan Klasis.
(6) Majelis Klasis terpilih diperhadapkan dalam kebaktian
khusus.

Bagian Kedua Perubahan redaksi. Bagian Kedua


Unsur Unsur
   
Paragraf 1 Paragraf 1
Majelis Klasis Majelis Klasis
 
Pasal 51  Pasal 48

(1) Majelis klasis terdiri atas pendeta, penatua, diaken, dan (1) Majelis klasis terdiri dari Pendeta, Penatua, Diaken, dan
pengajar. Pengajar.
(2) Unsur-unsur kemajelisan tersebut berada dalam (2) Unsur-unsur kemajelisan tersebut memiliki fungsi yang
kedudukan yang setara. berbeda namun berada dalam kedudukan yang setara.
(3) Periode pelayanan Majelis Klasis adalah empat tahun. (3) Periode pelayanan Majelis Klasis adalah empat tahun.
(4) Anggota Majelis Klasis dapat dipilih hanya untuk dua (4) Anggota Majelis Klasis dapat dipilih hanya untuk dua
periode pelayanan berturut-turut. periode pelayanan berturut-turut.
(5) Setelah dua periode pelayanan, anggota Majelis Klasis (5) Setelah dua periode pelayanan, anggota Majelis Klasis
tersebut diberikan masa jeda selama paling sedikit satu tersebut diberikan masa jeda selama sekurang-kuranya
periode pelayanan. satu periode pelayanan.
(6) Setelah masa jeda, mantan anggota Majelis Klasis (6) Setelah masa jeda, mantan anggota Majelis Klasis
tersebut dapat dipilih kembali baik untuk jabatan yang tersebut dapat dicalonkan dan dipilih kembali baik untuk
sama maupun yang berbeda. jabatan yang sama maupun yang berbeda.
(7) Susunan Majelis Klasis terdiri atas: (7) Susunan Majelis Klasis terdiri dari:

28
a. Ketua merangkap anggota; a. Ketua merangkap anggota;
b. Wakil ketua merangkap anggota b. Wakil ketua merangkap anggota
d. Sekretaris merangkap anggota; c. Sekretaris merangkap anggota;
e. Bendahara merangkap anggota; d. Bendahara merangkap anggota;
f. Anggota-anggota. e. Anggota-anggota.
(7) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara adalah (8) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara adalah
anggota Majelis Klasis Harian yang dipilih dalam anggota Majelis Klasis Harian yang dipilih dalam
persidangan klasis. Persidangan Klasis.
(8) Ketua dan Wakil Ketua Majelis Klasis adalah pendeta. (9) Ketua dan Wakil Ketua Majelis Klasis adalah Pendeta.
(9) Sekretaris dan Bendahara Majelis Klasis adalah unsur (10) Sekretaris dan Bendahara Majelis Klasis adalah unsur
presbiter non-pendeta Presbiter non-pendeta
(10) Anggota Majelis Klasis terdiri atas: (11) Anggota Majelis Klasis terdiri dari:
a. Ketua Majelis Jemaat di lingkup klasis yang a. Para Ketua Majelis Jemaat di lingkup Klasis
bersangkutan secara ex-officio; bersangkutan secara ex-officio;
b. unsur penatua, diaken, dan pengajar yang dipilih b. unsur Penatua, Diaken dan Pengajar yang dipilih
dalam Persidangan Klasis; dalam Persidangan Klasis;
c. jumlah unsur presbiter non pendeta disesuaikan c. jumlah anggota Majelis Klasis dari unsur Presbiter
dengan kebutuhan. non-pendeta disesuaikan dengan kebutuhan.

Pasal Baru. Paragraf 2


Disesuaikan dengan Pasal tentang MJH Majelis Klasis Harian
pada Perpok Jemaat dan MSH pada
Perpok Sinode. Pasal 49

(1) Majelis Klasis Harian adalah pelaksana harian tugas


Majelis Klasis.
(2) Susunan Majelis Klasis Harian terdiri dari:
a. Ketua merangkap anggota
b. Wakil Ketua merangkap anggota
c. Sekretaris merangkap anggota
d. Bendahara merangkap anggota
e. anggota-anggota sesuai kebutuhan yang dipilih dalam
Persidangan Klasis.
(3) Majelis Klasis Harian memiliki wewenang untuk:
a. Memimpin pelaksanaan pelayanan Majelis Klasis

29
sehari-hari;
b. Menampung dan/atau menyelesaikan masalah yang
timbul antara dua persidangan Majelis Klasis
dan/atau dua rapat Majelis Klasis Harian;
c. Mengoordinasi pelaksanaan program pelayanan yang
ditetapkan oleh Persidangan Majelis Klasis.
d. Mengoordinasi dan membina Unit-unit Pembantu
Pelayanan Majelis Klasis.
e. Menyusun Rencana Anggaran Penerimaan dan
Belanja Majelis Klasis (RAPBMK)
f. Mengelola perbendaharaan GMIT di lingkup Klasis.
g. Merencanakan dan melaksanakan Persidangan
Majelis Klasis dan Persidangan Klasis.
(4) Majelis Klasis Harian bertugas untuk:
a. Memperlancar pelaksanaan tugas kepemimpinan
Majelis Klasis;
b. Mengadministrasikan notulen persidangan lingkup
Klasis yang disusun oleh Sekretaris Majelis Klasis;
c. Memanggil dan menyelenggarakan Persidangan
Majelis Klasis;
d. Merencanakan dan mempersiapkan materi
Persidangan Majelis Klasis.
(5) Majelis Klasis Harian dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada Majelis Klasis melalui
Persidangan Majelis Klasis.

Bukan BAB baru. Paragraf 3


Dipindahkan dari BAB XI Badan Pembantu Pelayanan Klasis
Pasal 58
Pasal 50

(1) Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Badan Pelayanan,


Majelis Klasis dibantu oleh Badan Pembantu Pelayanan
Klasis (BPPK).
(2) Badan Pembantu Pelayanan Klasis ditetapkan oleh

30
Persidangan Klasis demi efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan pelayanan khusus.
(3) Badan Pembantu Pelayanan Klasis dibentuk berdasarkan
rekomendasi Persidangan Klasis dan anggota-anggotanya
diangkat oleh Majelis Klasis.
(4) Dalam pelaksanaan tugasnya Badan Pembantu Pelayanan
Klasis berkoordinasi dengan Majelis Klasis Harian.
(5) Badan Pembantu Pelayanan Klasis dapat terdiri dari
Badan Pertimbangan dan Pengawasan Pelayanan Klasis
(BPPPK); Badan Perencanaan Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Klasis (BPPPPK); Badan
Diakonat; Panitia; Yayasan, Perseroan Terbatas (PT), serta
badan hukum lainnya.
(6) Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pembantu
Pelayanan Klasis bertanggung jawab kepada Persidangan
Klasis melalui Majelis Klasis.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pembantu
Pelayanan Klasis akan diatur dalam Peraturan Pelaksana
Peraturan Pokok.

Paragraf 2 Disesuaikan dengan Keputusan Paragraf 4


Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis terhadap Perpok Jemaat dan Perpok Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis
Sinode.  
Pasal 52 Pasal 51

(1) Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis adalah unit- (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Majelis Klasis Harian
unit kategorial, fungsional, dan profesional yang dibantu oleh Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis.
membantu Majelis Klasis Harian dalam menjalankan (2) Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis adalah unit-unit
panca pelayanan. kategorial, fungsional dan profesional.
(2) Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis terdiri atas: (3) Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis dibentuk
a. unit pelayanan anak/remaja; berdasarkan kebutuhan pelaksanaan Panca Pelayanan
b. unit pelayanan pemuda; GMIT, yaitu Persekutuan, Kesaksian, Pelayanan Kasih,
c. unit pelayanan kaum bapak; Ibadah dan Penatalayanan.
d. unit pelayanan kaum perempuan; (4) Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis dapat terdiri
e. unit pelayanan lanjut usia; dari:

31
g. unit persekutuan doa; a. unit pelayanan anak/remaja;
h. unit pembatu pelayaan tata usaha; b. unit pelayanan pemuda;
i. unit pelayanan perbendaharaan; c. unit pelayanan kaum bapak;
j. unit-unit profesional; d. unit pelayanan kaum perempuan;
k. unit pelayanan bantuan hukum. e. unit pelayanan lanjut usia;
(3) Pengurus UPP Majelis Klasis. diangkat dan f. unit persekutuan doa;
diberhentikan oleh Majelis Klasis Harian. g. unit pelayanan musik gerejawi;
(4) Pembagian dan uraian tugas, wewenang dan tanggung h. unit pembatu pelayaan tata usaha;
jawab UPP Majelis Klasis. ditetapkan oleh Majelis i. unit pelayanan perbendaharaan;
Klasis Harian. j. unit-unit profesional;
(5) Pimpinan UPP Majelis Klasis bertanggungjawab k. unit pelayanan bantuan hukum.
kepada Majelis Klasis Harian. (5) Pimpinan Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis
diangkat dan diberhentikan oleh Majelis Klasis Harian.
(6) Pembagian dan uraian tugas, wewenang dan tanggung
jawab Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis
ditetapkan oleh Majelis Klasis Harian.
(7) Pimpinan Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis
bertanggungjawab kepada Majelis Klasis Harian.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai Unit Pembantu
Pelayanan Majelis Klasis akan diatur dalam Peraturan
Pelaksana Peraturan Pokok.

BAB XI Dipindahkan dan menjadi pasal 50 -


BADAN PEMBANTU PELAYANAN KLASIS (Rumusan Baru), sesuai Struktur dalam
  Kemajelisan Klasis.
Pasal 53

(1) Badan Pembantu Pelayanan Klasis merupakan badan


yang dibentuk oleh persidangan klasis sesuai dengan
kebutuhan pelayanan klasis.
(2) Dalam pelaksanaan tugasnya Badan Pembantu
Pelayanan Klasis ini berkoordinasi dengan Majelis
Klasis Harian.
(3) Badan-badan Pembantu Pelayanan Klasis dapat terdiri
atas Badan Pertimbangan dan Pengawasan Pelayanan

32
Klasis, Panitia-Panitia, Perseroan (PT), Yayasan dan
badan hukum lainnya.
(4) Badan Pembantu Pelayanan Klasis bertanggung jawab
kepada Persidangan Klasis melalui Majelis Klasis.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pembantu
Pelayanan Klasis akan diatur dalam Peraturan
Pelaksana Peraturan Pokok.

BAB XII BAB XI


PENYELESAIAN MASALAH PENYELESAIAN MASALAH

Pasal 54 Pasal 52

(1) Penyelesaian masalah adalah mekanisme keorganisasian Penambahan frasa: sebagai wujud (1) Penyelesaian masalah adalah mekanisme keorganisasian
GMIT yang bertujuan untuk mewujudkan ketaatan pertanggungjawaban iman kepada GMIT yang bertujuan untuk mewujudkan ketaatan
kepada Tata GMIT. Tuhan. kepada Tata GMIT sebagai wujud pertanggungjawaban
(2) Standar dan prosedur penyelesaian masalah iman kepada Tuhan.
sebagaimana diatur pada ayat (1), diatur lebih lanjut (2) Standar dan prosedur penyelesaian masalah sebagaimana
dalam Peraturan Pelaksana Peraturan Pokok. dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pelaksana Peraturan Pokok.
 
BAB XIII Perubahan redaksi. BAB XII
PERTANGGUNGJAWABAN PERTANGGUNGJAWABAN
 
 Pasal 55 Pasal 53

(1) Pada hakikatnya pertanggungjawaban para pelaksana (1) Pada hakikatnya pertanggungjawaban pelaksanaan
pelayanan ditujukan kepada Tuhan yang dilaksanakan pelayanan adalah kepada Tuhan melalui Persidangan di
dalam persidangan klasis. lingkup Klasis.
(2) Pertanggungjawaban disampaikan dalam bentuk (2) Pertanggungjawaban disampaikan dalam bentuk laporan
laporan pelaksanaan wewenang dan tugas pelaksanaan wewenang dan tugas kepemimpinan
kepemimpinan pelayanan sesuai dengan periode pelayanan sesuai dengan periode pelayanan.
pelayanan. (3) Standar dan prosedur pertanggungjawaban sebagaimana
(3) Standar dan prosedur pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dalam
diatur pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pelaksana Peraturan Pokok.
33
peraturan pelaksana peraturan pokok.

BAB XIV BAB XIII


PERWAKILAN HUKUM PERWAKILAN HUKUM

Pasal 56 Pasal 54
Pelaksanaan Perwakilan Hukum Pelaksanaan Perwakilan Hukum
  Tidak ada perubahan.  
Ketua dan sekretaris Majelis Klasis mewakili klasis dan Ketua dan Sekretaris Majelis Klasis mewakili Klasis dan
Majelis Klasis dalam segala urusan yang bersangkut paut Majelis Klasis dalam segala urusan yang bersangkut paut
dengan hukum yang terjadi dalam lingkup klasis yang dengan hukum yang terjadi dalam dalam lingkup klasis yang
bersangkutan. bersangkutan.

BAB XV  BAB XIV


KETENTUAN LAIN-LAIN KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 57 Pasal 55
   
(1) Hal-hal lain yang belum diatur dalam peraturan pokok (1) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Pokok
ini, dapat diatur lebih lanjut sepanjang berhubungan Klasis ini, dapat diatur lebih lanjut sepanjang
dengan aspek pelaksanaan. berhubungan dengan aspek pelaksanaan.
(2) Peraturan pokok ini berlaku pada tanggal ditetapkan. (2) Peraturan Pokok Klasis ini berlaku pada tanggal
ditetapkan.

34

Anda mungkin juga menyukai