Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT MALARIA

KELOMPOK 1 :

1. A DEWI KUMALA SARI ZA


2. DILLA FAJRIA
3. HELIN WIJAYA
4. NUNUNG ELLI YANTI PUTRI
5. SULASTRI LIDYA SARI

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPAOUDANG MAKASSAR

2020/2021
A. KONSEP MEDIS

1. Definisi
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari
genusPlasmodium dan mudah dikenali dari gejala panas dingin menggigil
serta demamberkepanjangan. Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi,
sanitasi yang buruk,serta daerah yang terlalu padat, membantu
memudahkan penyebaran penyakit tersebut.Pembukaan lahan-lahan baru
serta perpindahan penduduk dari desa ke kota(urbanisasi) telah
memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yangbermukim
didaerah tersebut. Malaria adalah penyakit yang bersifat akut
maupunkronik yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang
ditandai dengandemam, anemia dan splenomegali. Malaria adalah
penyakit infeksi dengan demamberkala, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamukAnopeles
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 41%
populasi dunia dapat terinfeksi malaria. Setiap tahun terdapat 300 – 500
juta penderita mengalami penyakit serius dan sekurang-kurangnya 1-2,7
juta diantaranya meninggal karena malaria (Sembel, 2009). Menurut
WHO pula, Ini termasuk banyak dari Afrika Sub-Sahara, Asia, dan
Amerika Latin. Pada 2015, ada 214 juta kasus malaria di seluruh dunia.
Malaria umumnya terkait dengan kemiskinan dan memiliki efek negatif
yang besar terhadap pembangunan ekonomi.
2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 : Morfologi stadium-stadium plasmodium vivax didalam

darah.

Darah merupakan komponen esensial makluk hidup yang berada dalam


ruang vascular, karena peranannya sebagai media komunikasi antar sel ke
berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen
dari paru-paru kejaringan dan karbondioksida dari jaringan keparu-paru untuk
dikeluarkan, membawa zat nutrient dari saluran cerna ke jaringan kemudian
menghantarkan hormone dan materimateri pembekuan darah.

a. Karakteristik darah
1) Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang
berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena
berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibanding
dengan darah arteri
2) Viskositas
Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu
sekitar 1.048 sampai 1.066
3) pH
pH darah bersifat alkalin dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral
7.00)
4) Volume
Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB,
atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.
5) Komposisi
a) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagianbesar terdiri
dari air (92%), 7% protein, 1% nutrien, hasilmetabolisme, gas
pernapasan, enzim, hormon-hormon, fakto pembekuan dan garam-
garaman organic. Protein-protein dalam plasma terdiri dari serum
albumin (alpha-1 globulin, alpha-2 globulin, beta globulin dan gamma
globulin), fibrinogen, protombine dan protein esensien untuk
koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin sangat penting untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga
mengandung antibody (immunoglobulin) seperti IgM, IgG, IgA, IgD
dan IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme.
b) Sel-sel darah/ butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri
atas eritrositatau sel darah merah (SDM) atau red blood cell (RBC),
leukosit atau sel darah putih (SDP) atau white blood cell (WBC), dan
trombositplatelet. Sel darah merah merupakan unsur terbanyak dari sel
darah (44%) sedangkan sel darah putih dan trombosit 1% . sel darah
putih terdiri dari basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.
b. Struktur Sel Darah

1) Sel Darah Merah


Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar
7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian 12 tengahnya 1 mikron
atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat
mudah terjadi diffusi oksigen, karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak
mempunyai inti sel. Sel darah merah matang mengandung 200-300 juta
hemoglobin (terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi
dan globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa
dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6 – phosphate
dehydogenase). Hemoglobin mengandung kira-kira 95% besi dan
berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen dan diedarkan
ke seluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Kadar normal
hemoglobin tergantung usia dan jenis kelamin. Hemoglobin adalah protein
berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah. Normalnya dalam
darah pada laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita 14,0g/dl (Susan M
Hinchliff,1996). Rata-rata konsentrasi hemoglobin pada sel darahmerah
32g/dl.
2) Sel Darah Putih
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000-
10000 sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang
bergranulosit dan yang agranulosit.
3) Trombosit
Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan diameter
2-5 um, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti banyak megakariosit
yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada 13 keadaan normal jumlah
trombosit sekitar 150.000-300.000/mL darah dan mempunyai masa hidup
sekitar 1-2 minggu atau kirakira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi
fospolifid yang penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan
pembuluh darah serta memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak.
Trombosit diproduksi di sumsum tulang kemudian sekitar 80% beredar
disirkulasi darah hanya 20% yang disimpan dalam limpa sebagai
cadangan.

c. Hemopoisis (hematopoisis)
Hemopoisis adalah proses pembentukan dan pematangan darah.
Organ-organ yang penting dalam hemopoisis adalah:
1) Limpa
Limpa berada dibawah diafragma sebelah kiri dari lambung. Tersusun atas
3 tipe jaringan yaitu white pulp, red pulp dan marginal pulp, yang semua
berperan dalam keseimbangan pembentukan dan pemecahan sel darah.
Selama pembentukan darah, limpa menghancurkan sel darah merah yang
sudah tua dengan cara memfagosit, membantu metabolisme besi dengan
cara memecah hemoglobin.
2) Hati
Hati merupakan organ sangat penting dalam eritropoisis, terutama jika
produksi sel darah merah dalam susum tulang tidak normal. Hati
merupakan tempat utama produksi dari faktor pembekuan 14 darah dan
protrombin, menghasilkan empedu, mengaktifkan vitamin k .

Gambar 2.2 Limpa dan hati


d. Fungsi Darah
1) Transpot Internal
Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi
metabolisme.
a. Respirasi. Gas oksigen dan karbondioksida dibawah oleh hemoglobin
dalam sel darah merah dan plasma, kemudian terjadi pertukaran gas di
paru-paru.
b. Nutrisi, nutrient/zat gizi diabsorpsi dari usus, kemudian dibawa dalam
plasma kehati dan jaringan-jaringan lain yang digunakan untuk
metabolisme.
c. Sekresi. Hasil metabolisme dibawa plasma kedunia luar melalui ginjal
d. Mempertahankan air, elektrolit dan keseimbangan asam basadan juga
berperan dalam hemoestasis.
e. Regulasi metabolisme, hormon dan enzim atau keduanya mempunyai
efek dalam mengaktivitas metabolisme sel, dibawa dalam plasma.
2) Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan fungsi
dari sel darah putih.
3) Proteksi terhadap cedera dan perdarahan
Proteksi terdahap respon peradangan local terhadapcedera jaringan.
Pencegahan perdarahanmerupakan fungsi dari trombosit karena adanya
faktor pembekuan, fibrinolitik yang ada dalam plasma.
4) Mempertahankam temperatur tubuh
Darah membawa panas dan bersirkulasi keseluruh tubuh. Hasil
metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk panas.

3. Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada
manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami 16
pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual
terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina (Harijanto, 2009).
Genus Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria yang
mempunyai keunikan karena memiliki 2 hospes, yakni manusia sebagai
hospes intermediate dan nyamuk anopheles sebagai hospes definitif.
Genus plasmodium mempunyai 4 spesies penting dalam parasitologi
medik, yaitu : Plasmodium falcifarum (malaria tertiana maligna)
menyebabkan malaria tropika yang sering menyebabkan penyakit malaria
berat/malaria otak dengan kematian. Plasmodium vivax penyebab malaria
tertiana benigna. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana.
Plasmodium ovale (malaria tertiana ovale), jenis ini jarang sekali
dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat
Gambar 2.3: Tanda-tanda nyamuk malariabila hinggap/menggigit
letak kepala lebih rendah dibanding badannya (menungging)

Terdapat empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu Plasmodium


falcifarum, yang paling banyak menimbulkan kematian, 17 Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae. Ciri khas morfologi
plasmodium pada hapusan darah adalah sebagai berikut : Plasmodium
falcifarum : gametosit berbentuk pisang; Plasmodium vivax : trofozoit
berbentuk amuboid dengan sel darah merah yang terinfeksi membesar
ukurannya; Plasmodium ovale : sel darah merah yang terinfeksi bentuknya
tidak teratur dan bergerigi; Plasmodium malariae : trofozoit dewasa
berbentuk pita (band-form).

Gambar 2.4 Sedian darah tepi sedian hapus tipis pada masing-masing
parasit plasmodium.

Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti


orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena
kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi vertikal.
Metode penularan lainya adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi
pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak
steril. Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui tranfusi darah.
Disebutkan dalam literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi
siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit
yang memerlukan siklus hati
https://id.wikipedia.org/wiki/Malaria
4. Patofisiologi
Gambar 2.5: Siklus hidup plasmodium penyebab malaria

Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi ke dalam


tubuh manusia Sporozoit menginfeksi sel hati2berkembang biak menjadi
skizon Lalu pecah dan mengeluarkan merozoit. Vivax, dan p.ovale
memiliki stadium dorman . (hipnozoit) berdiam dalam hati dan dapat
kambuh kembali untuk menginvasi kembali dalam darah beberapa minggu
atau satu tahun kemudian) sesudah memperbanyak diri dalam hati ini
(exo-erythrocytic schizogony). Selanjutnya parasit memasuki perkembang
biakan secara aseksual dalam eritrosit (erythrocytic schizogony) B
Merozoit mengifeksi sel darah merah Stadium ring, trofozoit matur
selanjutnya menjadi skizon, yang akan menghasilkan merozoit Beberapa
parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual erythrocytic (gametosit)
Pada stadium parasit dalam darah muncul gejala klinis penyakit ini.
Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit), masuk
nyamuk dalam tubuh nyamuk anopheles melalui darah yang terhisap
Dalam tubuh nyamuk, parasit memperbanyak diri dengan cara sporogonic
cycle Di dalam tubuh nyamuk, mikrogamet melakukan penetrasi ke
makrogamet untuk menghailkan zigot Zigot bergerak dan memanjang
(ookinet) Keluar dari dinding lambung nyamuk untuk berkembang
menjadi ookista. Ookista tumbuh, matang dan mengeluarkan sporozoit.
Selanjutnya hidup berdiam dalam pada kelenjar liur nyamuk. Sporozoit
siap diinokulasikan ke tubuh manusia lainnya dan kembali melangsungkan
siklus hidupnya.
5. Manifestasi Klinis
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia
dan splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing
plasmodium (tabel 1). Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya
demam berupa : kelesuhan, malaise, sakit kepala, merasa dingin di
punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia (hilang nafsu
makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin.
Keluhan prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax dan
ovale,sedang pada plasmodium falcifarum dan malariae keluhan
prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria serangan paroksimal
secara berurutan : periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil,
penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada
saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,
diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode panas :
penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa
jam, diikuti dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode berkeringat :
penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa
sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium vivax
pada plasmodium falcifarum menggigil dapat berlangsung berat ataupun
tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada plasmodium
falcifarum, 36 jam pada plasmodium vivax dan ovale, 60 jam pada
plasmodium malariae.

Tabel 2.1 Manifestasi klinis inflas plasmodium

Plasmodium Masa Tipe Relap Recru Manifestasi Klinis


inkubasi Panas s densi
(hari) (Jam)
Falcifarum 12(9-14) 24,36,48 - + Gejala gastrointestinal,
hemolisis,anemia, ikterus,
splenomegali,hepatomegali,
hemoglobinuria, algid
malaria, gejala serebral,
edema paru, hipoglikemia,
gangguan kehamilan,
kematian.
Vivax 13(12- 48 + - Gejala gastrointestinal,
17) gangguan kehamilan,
anemia, splenomegali.
Ovale 17(16- 48 + - Gejala gastrointestinal,
18) anemia, splenomegali.
Malarie 28(18- 72 - + Gejala gastrointestinal,
40) sindroma nefrotik,
splenomegali, anemia
jarang terjadi

Keterangan:

Masa inkubasi : Masa antara masuknya sporozoit ke dalam tubuh


hospes ialah berulangnya gejala klinik atau
parasitemia

Relapse atau rechute : yang lebih lama dari waktu diantara serangan
periodik dari infeksi primer yaitu setelah
periode yang lama dari masa latent (sampai
lima tahun), biasanya karena infeksi tidak
sembuh atau oleh bentuk luar eritrosit (hati)
pada malaria vivax atau ovale (plasmodium
berdiam dalam hati : hipnozoit). sampai
timbulnya gejala demam.

Serangan Primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan
mulai terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari
dingin/menggigil, panas dan berkeringat. Serangan
paroksimal ini dapat pendek atau panjang
tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan
immunitas penderita.

Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia


selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi
diantara dua keadaaan paroksimal.

Recrudescense : yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam


masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan
primer. Recrudescense dapat terjadi berupa
berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dari
serangan primer (Harijanto, 2009).

6. Komplikasi
Menurut Widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria sebagai berikut :
a. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan
kesadaran. Penilaian derajat kesadaran dilakukan bardasarkan Skala
Koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale). Pada orang dewasa
GCS ≤11, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma Scale≤3,
23 atau koma >30 menit setelah serangan kejang yang tidak
disebabkan oleh penyakit lain.
b. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung
parasit >10.000/uL. Bila anemia hipokromik mikrositik, harus
dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia, atau
hemoglobinopati lainnya.
c. Gagal ginjal akut (urin <400 mL/24 jam pada orang dewasa atau <1
mL/kgBB/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin
darah meningkat>3 mg%).
d. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).
e. Hipoglikemia : gula darah <40 mg%
f. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg, disertai
keringat dingin.
g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
h. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada
hipertermia.
i. Asidema (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
j. Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan
karena obat antimalaria pada seseorang dengan defisiensi Glukosa-6-
Posfat Dehidrogenase)(Widoyono, 2008).

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).
2) Cairan dan elektrolit
Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan malaria, biasanya diberikan cairan 1500-2000 cc/hari
apalagi bila sudah terjadi malaria berat. Pemberian cairan yang
tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut.
Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan
udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah dextrose 5%
untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina.
Bila dapat diukur kadar elektrolit (natrium), dipertimbangkan
pemberian NaCl bila diperlukan.
3) Nutrsi
Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak. Diit
lunak yang diberikan mengandung protein, energy dan zat gizi
lainnya. Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah dicerna ,
rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam.
4) Eiminasi
Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan
liminasi tapi pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi BAK
yaitu hemoglobinuria dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.
5) Aktifitas dan istirahat
Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas yang
dibatasi, mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.

6) Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres alcohol


dan air es) dan bila pasien menggigil berikan selimut.
7) Bila anemia berikan transfusi darah

b. Penatalaksanaan non medis


1) Menggunakan kelambu pada waktu tidur
2) Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk
3) Menggunakan pembasmi serangga
4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat
tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
5) Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak
menyebar lebih jauh.
6) Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan
memberantas sarang nyamuk.

7) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian


yang bergantungan serta genangan air.
8) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau
menebarkan ikan pemakan jentik.
c. Penatalaksanaan Medis
Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit
malaria terhadap obat malaria, maka obat malaria dibagi lima
golongan, yaitu :
1) Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat
membasmi parasit praeritrosit, sehingga mencegah masuknya
parasit ke dalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal.
2) Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmiparasit
daur eksoeritrosit dan bentuk-bentuk jaringan plasmodium vivax
dan ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini bagi
anti relaps.
3) Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan
penyakit akut disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai
penyembuhan klinis suprasif bagi keempat spesies plasmodium.
Skizontisida darah juga membunuh bentuk eritrosit stadium
seksual plasmodium vivax, ovale dan malariae. Skizontisida darah
yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin, sedangkan
yang efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetamin.
4) Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual, termasuk
stadium gametosit plasmodium falcifarum, juga mempengaruhi
perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina.
Beberapa obat gametositosida bersifat sporontosida. Primakuin
adalah gametositosida untuk keempat spesies, sedang kina,
klorokuin, dan amodiakuin adalah gametositosida untuk
plasmodium vivax, ovale dan malariae.
5) Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah
untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk
Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan
disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ini ialah primakuin dan poquanil.
8. Pencegahan
1. Menutup kulit dengan celana panjang dan baju berlengan panjang
2. Tidur dengan tempat tidur berkelambu
3. Memakai krim pelindung dari gigitan nyamuk
4. Mengetahui informasi mengenai bahay malaria secara jelas
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut
teknis pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan
darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya
parasit malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat
jenis plasmodium dan stadiumnya (P. falciparum, P. vivax, P.
malariae, P. ovale, tropozoit, skizon, dan gametosit) serta kepadatan
parasitnya.
Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu
semikuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah
menghitung parasit dalam LPB (lapang pandang besar) dengan rincian
sebagai berikut:
(-) : SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr


tebal adalah menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr
tipis, penghitungan jumlah parasit per 1000 eritrosit.

b. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)


Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah
dengan cara imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes
25 ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat
diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitasnya.
c. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Dengan menggunakan pemeriksaan PCR spesifisitas dan
sensitivitasnya dapat ditingkatkan. Keunggulan tes ini walaupun
jumlah parasit yang dapat dideteksi sangat sedikit dapat
mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat
dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental
dan belum untuk pemeriksaan rutin
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,
meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit,
eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah
(gula darah, SGOT, SGPT) serta pemeriksaan rontgen dan USG untuk
melihat apakah terjadi pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan
lainya sesuai indikasi (Widoyono, 2008).

B. Konsep Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan
landasan proses keperawatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang
cermat guna mengenal masalah klien sepertimengumpulkan semua
informasi yang bersangkutan dengan masa lalu dan saat ini, data objektif
dan subjektif dari klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau budaya.
Keberhasilan asuhan keperawatan sangat tergantung kecermatan dan
ketelitian dalam pengkajian
a) Identitas Pasien
Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat
serta penanggung jawab pasien. Biasanya malaria diderita oleh
seorang
seorang yang tinggal di daerah atau lingkungan endemic malaria.
b) Data Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji : demam
yang hilang timbul, menurunnya nafsu makan, sakit kepala,mual,
muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi dan tulang,
berkeringat.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien
pernah mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat
malaria, apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah
endemik.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami
penyakit malaria, riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam
keluarga.
4. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus
menerus, sering juga muntah darah.
b) Pola Eliminasi
BAK: pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti
teh, dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak
keluar air kencing sama sekali.
BAB: Kemungkinan terjadinya berak darah.
c). Pola Istirahat dan Tidur
Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan
istirahat dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual,
muntah, dan menggigil.
d). Pola Aktivitas
Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau
kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien
mengalami mual, muntah, dan nyeri kepala.

c). Pemeriksaan Fisik


(Inspeksi, palpalasi, perkusi, auskultasi)
1. Keadaan Umum
Dikaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan
kesadaran, kelemahan, atau kelumpuhan otot.
2. Tanda-tanda Vital
Pasien mengalami demam 37,5C-40C, penurunan tekanan darah,
nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas meningkat.
3. Pemekrisaan Fisik
a). Pernapasan
Inspeksi: Frekuensi pernapasan meningat, bentuk dada
simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas luka.
Auskultasi: Suara nafas vesikuler
Palpalasi: Pergerakan dinding dada simetris/tidak ada benjolan
dan nyeri tekan.
Perkusi: Resonan.
b). Pencernaan
Inspeksi: Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen
simetris/tidak ada luka operasi.
Auskultasi: Bising Usus (+)
Palpalasi: Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak
pembesaran hepar atau limfa.

c). Penglihatan
Inspeksi: Konjungtiva palpebra pucat
Palpalasi: Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.

d). Pengecapan: Mulut terasa pahit

e). Pendengaran: Tidak ada gangguan pendengaran

f). Kardiovaskuler
Inspeksi: Ada/tidak operasi dan benjolan.
Palpalasi: Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan jantung
Perkusi: Redup pada bagian jantung
Aukultasi: Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.

g). Perkemihan: Volume air kencing berkurang, warna seperti


teh.

d. Pemekrisaan Penunjang
1. USG: Pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limfa
2. Rontgen: Pada penderita malaria terlihat pembesaran hati dan
limfa
3. Laboratorium
a. Hitung leukosit darah rendah atau normal (n:4.000-10.000
mm3)
b. Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria berat
(n:150.000-400.000 sel/mm3)
c. Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)
d. Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)
e. Plasmodin terlihat dalam sediaan DDR (+)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan
pemberi pelayanan kesehatan lain (Deswani, 2009). Diagnosa
keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan
gejala yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan
nutrient dalam tubuh
b. Aktual/resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia,
mual/muntah.
c. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan
diuresisosmotik, diaforesis.
d. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek
langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
e. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons
inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.
f. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan
pola hidup

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang
Diharapkan.
Terhadap perencanaan meliputi :
a. Terhadap perencanaan meliputi :
Menentukan prioritas masalah menurut maslow memberikan kerangka
kerja yang berguna dalam menentukan masalah prioritas, dengan
prioritas utama diberikan pada kebutuhan fisik diikuti oleh kebutuhan
pada tingkat yang lebih rendah. Tahap prioritas masalah menurut
maslow adalah meliputi : kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman
dan kenyamanan, kebutuhan cinta dan mencintai, kebutuhan harga
diri, dman kebutuhan pencapaian tujuan pribadi
Prioritas keperawatan untuk pasien dengan diagnosa malaria
dapat meliputi :
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen
dan nutrient dalam tubuh.
2) Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan
diuresis osmotik, diaforesis.
3) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
4) Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
dekuat ; anorexia, mual/muntah.
5) Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons
inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.
6) Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi menuju status kesehatan yang baik/optimal. Pelaksanaan
tindakan merupakan realisasi dari rencana/intevensi keperawatan yang
mencakup perawatan langsung atau tidak langsung. Perawatan langsung
adalah tindakan yang diberikan secara langsung kepada klien, perawat
harus berinteraksi dengan klien, ada pelibatan aktif klien dalam
pelaksanaan tindakan. Contoh: perawat memasang infus, memasang
kateter, memberikan obat dsb. Sedangkan perawatan tidak langsung
adalah tindakan yang diberikan tanpa melibatkan klien secara aktif
misalnya membatasi jam kunjung, menciptakan lingkungan yang
kondusif, kolaborasi dengan tim kesehatan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien
terdiri dari 3 jenis yaitu :
a. Tindakan Keperawatan Independen
Tindakan perawat secara mandiri yang dilakukan berdasarkan alasan
ilmiah mencakup tindakan pendidikan kesehatan atau promosi
kesehatan, kegiatan harian dan konseling. Tindakan mandiri perawat
ini tidak membutuhkan pengawasan atau arahan pihak lain.
b. Tindakan Keperawatan Dependen
Tindakan perawat yang tergantung dengan tim medis, perawat
melakukan tindakan dibawah pengawasan oleh dokter atau dalam
artian perawat melakukan instruksi tertulis atau lisan dari dokter.
Misalnya tindakan pemberian obat.
c. Tindakan Keperawatan Dependen
Tindakan perawat yang tergantung dengan tim medis, perawat
melakukan tindakan dibawah pengawasan oleh dokter atau dalam
artian perawat melakukan instruksi tertulis atau lisan dari dokter.
Misalnya tindakan pemberian obat.
d. Tindakan Keperawatan kolaboratif
Tindakan yang membutuhkan gabungan dari tim pengetahuan,
keterampilan dan keahlian berbagai profesional layanan kesehatan.
Rencana keperawatan disusun berdasarkan hasil kesepakatan

Faktor – faktor yang memengaruhi pelaksanaan tindakan keperawatan


antara lain:
a. Kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal
b. Kemampuan menilai data baru
c. Kreativitas dan inovas dalam membuat modifikasi rencana tindakan
d. Penyeseuaian selama berinteraksi dengan klien
e.Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi pelaksanaan
f. Kemampuan utnuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta
efektifitas tindakan

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan, apakah
asuhan keperawatan yang dilakukan ke pasien berhasil mengatasi masalah
pasien ataukan asuhan yang sudah dibuat akan terus berkesinambungan
terus mengikuti siklus proses keperawatan sampai benar-benar masalah
pasien teratasi.
Tujuan dari tahap evaluasi ini adalah:
1. melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
2. menentukan apakah tujuan keperawatan sudah tercapai atau belum
3. mengkaji penyebab jika tujuan keperawatan belum tercapai

Evaluasi keperawatan ada 2 jenis yaitu:


1. evaluasi formatif

evaluasi yang dilakukan segera setelah melakukan tindakan


keperawatan. evaluasi formatif berorientasi pada aktivitas proses
keperawatan dan hasil tindakan keperawatan yang disebut sebagai
evaluasi proses.

2. evaluasi sumatif

evaluasi yang dilakukan setelah perawat melakukan serangkan


tindakan keperawatan. evalauasi ini berfungsi menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada
evaluasi ini berorientasi pada masalah keperawatan yang sudah
ditegakan, menjelaskan keberhasilan ketidakberhasilan, rekapitulasi,
dan atau kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka
waktu yang telah ditetapkan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi ini yaitu:

a. tujuan tercapai, jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan


kriteria yang telah ditentukan

b. tujuan tercapai sebagian, klien menunjukan perubahan sebagian


dari kriteria hasil yang telah ditetapkan

c. tujuan tidak tercapai, klien tidak menunjukan perubahan kemajuan


sama sekali atau dapat timbul masalah baru.

a. Proses Evaluasi Keperawatan


Dalam Potter, (2005), proses evaluasi menentukan efektifitas
asuhan keperawatan meliputi 5 unsur, yaitu pertama
mengidentifikasikan kriteria dan standar evaluasi, kedua
mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan
standar telah terpenuhi, ketiga, mengintepretasi dan meringkas
data, keempat mendokumentasikan temuan dan pertimbangan
klinis, kelima menghentikan atau meneruskan, atau merevisi
rencana keperawatan.
1. Mengumpulkan data evaluatif
pada situasi klinik , data evaluasi harus dikumpulkan dalam
periode tertentuuntuk menentukan adanya perubahan atau
perbaikan.
2. interpretasi dan menyimpulkan temuan
perawat membuat penilaian tentang kondisi pasien sesuai
temuan data yang diperoleh. Saat menginterpretasikan
temuan, perawat membandingkan respon, gejala dan tanda
yang diharapkan dengan temuan dilapangan/data klien.
3. modifikasi rencana keperawatan
modifikasi rencana keperawata dilakukan jika hasil evaluasi
kita ada temuan data baru yang mendukung timbulnya
masalah keperawatan baru. Sehingga perawat harus merevisi
daftar diagnosis keperawatan, dan menyusun rencana
keperawatan baru sesuai dengan maslah yang baru ditemukan
b. Kerangka Waktu Dalam Evaluasi Keperawatan
Pada dasarnya evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah
tujuan yang ditetapkan, oleh karena itu evaluasi dilakukan sesuai
kerangka waktu penetapan tujuan yang telah ditentukan
( evaluasi hasil). Namun pada proses pencapaian tadi kondisi
klien juga harus selalu dipantau ( evaluasi proses). Dapat
diartikan bahwa evauasi proses dapat dilakukan sewaktu-waktu
sesuai dengan perubahan klien dan evaluasi klien. Evaluasi hasil
dilakukan pada akhir pencapaian tujuan. Namun terkadang kita
terbentur dengan kebijakan masing-masing rumah sakit. Pada
prinsipnya semakin sering kita melakukan evaluasi proses maka
kemajuan atau kemunduran pasien akansegera dapat
diidentifikasikan.
c. Komponen SOAP/ SOAPIER
Untuk lebih mudah melakukan pemantauan dalam kegiatan
evaluasi keperawatan maka kita menggunakan komponen
SOAP/SOAPIER yaitu:
S : data subyektis
O : data objektif
A : analisis , interpretasi dari data subyektif dan data objektif.
Analsisis merupakan suatu masalah atau diagnosis yang
masih terjadi, atau masalah atau diagnosis yang baru akibat
adanya perubahan status kesehatan klien.
P : planning, yaitu perencanaan yang akan dilakukan, apakah
dilanjutkan, ditambah atau dimodifikasi
I : implementasi, artinya pelaksanaan tindakan yang dilakukan
sesuai instruksi yang ada dikomponen P
E : evaluasi, respon klien setelah dilakukan tindakan.
R : Reassesment, pengkajian ulang yang dilakukan terhadap
perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi. Apakah dari
rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi atau
dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkeskdi.ac.id/1467/1/KTI%20Irma%20Rusmiyanti%20Asis
%20Fix.pdf

Sucipto, Cecep Dani. 2017. Manual Lengkap Malaria. Jakarta : EGC

Budiono, Sumirah Budi Pertami. 2015. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta :

Bumi Medika

Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta

: Kemenkes RI; 2014.

Anda mungkin juga menyukai