PENDAHULUAN
kesejahteraan baik fisik maupun psikis akan meningkatkan usia harapan hidup
usia (lansia) dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga membawa pengaruh
Diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta jiwa
dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai
1,2 milyar (Siti Bandiyah,2012). Berdasarkan data polulasi lansia tahun 2017
penduduk lansia tahun 2020 meningkat menjadi 27,08 juta jiwa, pada tahun 2025
meningkat meningkat menjadi 33,69 juta jiwa, pada tahun 2030 meningkat
menjadi 40,95 juta. Jumlah tersebut akan terus meningkat menjadi 48,19 juta jiwa
pada tahun 20,35 (departemen kesehatan 2017). Jumlah penduduk lanjut usia di
Provinsi Bali tahun 2017 sebanyak 462,822 jiwa. Jumlah penduduk lanjut usia
oleh Badung dengan jumlah lansia sebesar 78.170 jiwa, dan Tabanan sebesar
73.778 jiwa, Buleleng sebesar 64.620 jiwa, Karangasem sebesar 46.807 jiwa,
Jembrana sebesar 35.598 jiwa, Klungkung sebesar 32.197 jiwa dan Bangli sebesar
22.777 jiwa, serta Kotamadya Denpasar sebesar 14.845 jiwa (Dinas Kesehatan
yang timbul pada lansia disebabkan oleh perubahan fisiologis secara bertahap.
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia menurut Siburian (2014) sering
instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser
buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan
komunikasi, penyembuhan dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation
Salah satu masalah yang sering terjadi pada lansia adalah insomnia atau
susah tidur yaitu ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk
penurunan kualitas hidup (Prananto, 2016). Insomnia dapat mengancam jiwa baik
secara langsung (misalnya insomnia yang bersifat keturunan dan fatal serta apnea
tidur obstruktif) atau secara tidak langsung misalnya kecelakaan akibat gangguan
2
akibat gangguan tidur per tahun sekitar 80 juta orang, biaya kecelakaan yang
berhubungan dengan gangguan tidur per tahun sekitar $100 juta (World Health
Organization, 2015).
Menurut National Sleep Foundation (2015) sekitar 67% dari 1.508 lansia
penyakit yang dialami, di Indonesia insomnia menyerang sekitar 50% dari 23,66
juta jiwa yang berusia 65 tahun, setiap tahun diperkirakan sekitar 20% sampai
dengan 50% lansia dilaporkan mengalami insomnia dan sekitar 17% mengalami
insomnia yang serius. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar
67% (Puspitosari, 2015). Di Provinsi Bali tahun 2015 diperkirakan tiap tahun
20% sampai dengan 40% orang dewasa dan lansia mengalami insomnia sebanyak
Insomnia pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor status
3
gambaran karakteristik responden didapatkan bahwa lansia mengalami insomnia
dilakukan dengan pemberian obat tidur, tetapi penggunaan jangka panjang dapat
Terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia pada
lansia antara lain terapi rekreasi, terapi musik, pijat, yoga, relaksasi progresif,
Salah satu jenis terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk
penyembuh dengan sifat teraupetik dari minyak astiri. Jenis minyak aromaterapi
baik untuk mengatasi gangguan tidur (Nuraini, 2014). Lavender beraroma ringan
4
manfaat untuk membantu meringankan nyeri, sakit kepala, insomnia, ketegangan,
dan stress atau depresi. Aromaterapi lavender juga memiliki kandungan utama
yaitu linalool asetat yang mampu mengendorkan dan melemaskan sistem kerja
membatu meregulasi sistem saraf pusat. Mekanisme aromaterapi ini dimulai dari
berada diujung saluran bau. Ujung saluran ini selanjutnya dihubungkan dengan
otak itu sendiri. Bau-bauan diubah oleh silia menjadi impuls listrik yang
alfa di dalam otak dan justru gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa
rileks (Sharma, 2012). Posisi rileks inilah yang menurunkan stimulus ke sistem
aktivasi retikular SAR, dimana SAR yang berlokasi pada batang otak teratas yang
alih oleh bagian otak yang lain yang disebut BSR (Bulbar Synchronizing region)
yang fungsinya berkebalikan dengan SAR, sehingga bisa menyebabkan tidur yang
diharapkan akan dapat menurunkan Insomnia. (Watter dan Perry 2012). Hal ini
dapat diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh rahmawati (2015) tentang
efektivitas mandi air hangat dan aromaterapi lavender terhadap Insomnia pada
5
pada sore hari sangat efektif dalam menurunkan insomnia pada lansia dengan
jumlah lansia 9.131. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal
kerja Puskesmas 1 Gianyar yang mewilayah 10 desa. Menurut data terdapat tiga
desa dengan jumlah lansia terbanyak yaitu desa serongan dengan 708 lansia, desa
sidan 674 lansia, desa samplangan 587 lansia. Gangguan yang paling besar
dikeluhkan oleh lansia pada tahun 2018 adalah insomnia sebanyak 58 orang,
dari tiga desa dengan jumlah lansia terbanyak yang berada wilayah kerja di
susah memulai tidur dan sering terbangun pada malam hari. Akibatnya 2 dari 5
merasa lemas, sedangkan 3 lansia sering terjatuh ketika beraktivitas. Upaya yang
dilakukan oleh lansia untuk mengatasi gangguan tidur yang selama ini dilakukan
adalah minum obat penenang yang diberikan puskesmas. Upaya lain yang
6
dilakukan lansia adalah dengan, menonton televisi, mejejahitan, mendengar musik
tradisional Bali.
Lavender pada lansia. Berdasarkan uraian diatas penulis sangat tertarik untuk
Gianyar.
7
1.2.2.3. Menganalisis pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap Penurunan
1.4.2.1 Puskesmas
8
Dr. Adhyatma MPH. Institusi: Poliklinik Kebidanan Kemenkes RI,
(kisaran 1-7) p=0,001. Persamaan dari penelitian ini adalah variable bebas.
1.5.2 Sudiyanto, Henry., & Wahid, Abdul (2017), yang melakukan penelitian
9
dari penelitian ini adalah variable terikat, sedangkan perbedaan dari
10