Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari angka

harapan hidup penduduknya. Menurut data hasil Sensus Penduduk Indonesia

tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah perempuan sebanyak 102,8 juta

jiwa. Usia harapan hidup untuk perempuan rata-rata 66 tahun dan laki-laki 62

tahun (Hendita, 2002). Dengan meningkatnya usia harapan hidup maka jumlah

wanita yang akan memulai masa menopause akan meningkat. Menurut WHO

pada tahun 2020 diperkirakan penduduk lanjut usia (lansia) di seluruh dunia akan

melebihi 1 milyar jiwa, dimana wanita lebih banyak daripada laki-laki.. WHO

memperkirakan pada tahun 2020 jumlah wanita berusia > 50 th 1,2 milyar,

padahal pada tahun 1990 sebesar 467 juta jiwa (www.John Rambulangi.com).

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental,

sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit/kecacatan dalam segala aspek

yang berhubungan dengan reproduksi fungsi serta prosesnya (WHO, 1992).

Kesehatan reproduksi bukan hanya membahas masalah kehamilan atau

kemandulan tetapi mencakup seluruh siklus kehidupan perempuan yang salah

satunya adalah menopause.

Menopause berarti akhir dari masa haid dan dalam arti sederhana merupakan

akhir dari hampir sebanyak masa haid seorang wanita (Bromwich,1991:5). Dalam

1
2

www.infokes.com disebutkan bahwa sebagian wanita mulai mengalami gejala

menopause pada usia 40 an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun.

Kebanyakan mengalami gejala kurang dari 5 tahun dan sekitar 25% lebih dari 5

tahun (Kasdu, 2002:16).

Proses menuju menopause terjadi ketika fungsi indung telur mulai

mengalami penurunan dalam memproduksi hormone. Pada saat mulai terjadi

penurunan fungsi ini gejala-gejala menopause mungkin mulai terasa meskipun

menstruasi tetap datang. Saat itu mulai nampak ada perubahan pada

ketidakteraturan siklus haid. Pada wanita dengan menopause terjadi perubahan-

perubahan tertentu yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan ringan sampai

berat. Perubahan dan gangguan itu sifatnya berbeda-beda. Tahap awal dari

perubahan ini yaitu haid/menstruasi tidak teratur dan sering terganggu. Periode ini

disebut sebagai masa pramenopause. Masa pramenopause sering pula dibarengi

dengan meningkatnya aktifitas yang ditandai oleh gejala meningkatnya

rangsangan sexual. (Kartini Kartono, 2007).

Beberapa wanita yang mengalami perubahan siklus menstruasi merasa takut

dengan kondisinya sehingga wanita tersebut mencari pertolongan dokter.

Sebagian besar wanita tidak mengetahui bahwa perubahan tersebut suatu proses

yang alami menjelang menopause.

Mereka juga merasa khawatir dan bingung mengenai gejala-gejala

tersebut sehingga aktif mencari pertolongan untuk mengidentifikannya, oleh

karena itu ada baiknya jika seorang wanita sudah mempersiapkan diri menghadapi

masa menopause dengan pengetahuan yang memadai. Sebenarnya sulit atau


3

mudahnya menjalani masa menopause sifatnya sangat individual. Memang wanita

menopause akan mengalami berbagai fungsi tubuh yang menurun sehingga akan

berdampak pada ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupannya.

Keluhan ketidaknyamanan ini bisa disikapi secara berbeda pada setiap

wanita. Apabila wanita dapat berfikir positif maka berbagai keluhan dapat dilalui

dengan lebih mudah. Namun sebaliknya, apabila wanita berfikir negatif maka

keluhan-keluhan yang muncul semakin memberatkan dan menekan hidupnya. Jadi

menopause hanyalah salah satu perubahan yang terjadi pada usia pertengahan dan

bukan akhir dari sebuah kehidupan (Ajen Diana Wati,2003:119).

Gejala-gejala lain yang menandai datangnya masa menopause atau

syndrome menopause seperti hot flushes (semburan panas dari dada hingga

wajah), night sweat (keringat di malam hari), kekeringan vagina, kegemukan

badan, tidak dapat menahan air seni, gangguan mata, hilangnya jaringan

penunjang, bahkan osteoporosis (pengeroposan tulang) pada jangka panjang

(Lastiko Bramantyo,2002:31-35). Diketahui juga bahwa belum terdapat program

kesehatan yang terkait dengan menopause. Oleh karena itu, ada baiknya jika

seorang wanita sudah mempersiapkan diri menghadapi masa menopause dengan

pengetahuan yang memadai (Lastiko Bramantyo,2002:7).

Dari studi pendahuluan di RW 4, Kelurahan Kepolorejo, Kabupaten

Magetan dari 15 wanita terdapat 11 orang diketahui bahwa mereka tidak

mengetahui tentang menopause dan gejala-gejala yang menyertainya, sehingga

mereka masih belum mengetahui penyebab dari keluhan-keluhan yang mereka

alami.
4

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui

gambaran pengetahuan wanita usia 40-50 th tentang perubahan fisiologis

menopause di RW 4 Kelurahan Kepolorejo Kabupaten Magetan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merumuskan

masalah penelitian yaitu ”Bagaimanakah gambaran pengetahuan wanita usia

40-50 th tentang perubahan fisiologis menopause di RW 4 Kelurahan

Kepolorejo Kabupaten Magetan”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan wanita usia 40-50 th tentang

perubahan fisiologis menopause.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan wanita usia 40-50 th tentang pengertian

menopause.

2. Mengidentifikasi pengetahuan wanita usia 40-50 th tentang gejala-

gejala menopause.

3. Mengidentifikasi pengetahuan wanita usia 40-50 th tentang hal yang

dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan-

perubahan fisiologis menopause.


5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Sebagai masukan pada wanita usia 40-50 th tentang pentingnya

informasi yang akurat tentang perubahan fisiologis menopause sehingga

dapat meningkatkan pengetahuan wanita usia 40-50 th perubahan

fisiologis menopause.

1.4.2 Bagi Institusi

Sebagai bahan referensi atau bahan bacaan dalam perkembangan

ilmu keperawatan untuk melakukan penelitian lebih dalam lagi.

1.4.3 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang gambaran

pengetahuan wanita usia 40-50 th tentang perubahan fisiologis menopause

serta dapat dijadikan bahan penelitian berikutnya.

1.4.4 Bagi Lahan Penelitian

Sebagai bahan masukan atau informasi tentang perubahan fisiologis

menopause untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa

menopause.
6

BAB 2

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini akan membahas tentang konsep dasar pengetahuan, konsep

dasar menopause, konsep perubahan fisiologis menopause, konsep wanita.

2.1 Konsep pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo,

1997:127).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar

menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan

sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu.

(Notoatmodjo, 2002).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan mempunyai 2

pengertian yaitu:

2. Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berkenaan

dengan sesuatu hal.

3. Pengetahuan adalah hasil tahu dan hal ini terjadi setelah

manusia mengadakan penginderaan terhadap objek tertentu

(Poerwodarminto, 1999:994).

6
7

Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers dikutip dari (Notoatmodjo, 1997:128)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku

baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek

tersebut. Disini sikap objek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

4. Trial, dimana objek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption, dimana objek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.3 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (1997), pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang telah dipelajari oleh rangsangan yang telah diterima. Oleh
8

karena itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dsb (Notoatmodjo, 1997:128-129).

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham

obyek atau materi harus seperti menjelaskan atau menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari .

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau menggunakan hukum – hokum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

atau suatu obyek kedalam komponen – komponen tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis dapat dilihat, dari penggunaan kata – kata kerja:


9

dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formula baru dari formulasi – formulasi yang ada. Misalnya : dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasinya terhadap suatu materi berdasarkan suatu langkah – langkah

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria, dapat menafsirkan,

dsb. Untuk pengetahuan yang ingin diketahui atau yang ingin kita ukur

dapat kita sampaikan dengan tingkat – tingkat di atas. Penilaian –

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria – kriteria yang telah ada.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Hurlock (1995) factor yang mempengaruhi pengetahuan di bagi

menjadi 2, yaitu :

1. Faktor Internal

a. Usia
10

Usia adalah waktu hidup (sejak dilahirkan) (Poerdarminto,

1989). Semakin bertambahnya usia seseorang akan bertambah

pengetahuannya seiring dengan pengalaman hidup.

b. Intelegensi

Daya membuat penyesuaian yang tepat dan cepat baik

secara fisik dan mental terhadap pengalaman – pengalaman baru,

membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap

untuk dipakai dihadapkan pada fakta – fakta atau kondisi baru

(Poerwodarminto, 1998).

c. Pemahaman

Kemampuan seseorang untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar (Notoadmotjo, 1997) seseorang yang

memiliki tingkat pemahaman yang baik lebih mudah memperoleh

informasi yang tepat sehingga pengetahuannya akan bertambah .

d. Keyakinan

Kepercayaan yang sungguh – sungguh, kepastian,

ketentuan, bagian agama, atau religi yang menjadi keyakinan

(kepercayaan) para penganutnya (Poerdarminto, 1989). Dengan

meyakini konsep – konsep kebenaran tersebut seseorang dapat

menambah pengetahuannya.
11

e. Sistem Nilai Kepercayaan

Anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercaya

itu benar atau nyata (Poerdarminto, 1989). Kepercayaan yang

benar akan menanamkan persepsi pengetahuan yang benar begitu

juga sebaliknya.

f. Gaya Hidup

Gaya hidup modern seperti ini dengan banyak film dan

sarana hiburan memberikan contoh “Model Pergaulan Modern”

dimana seseorang terbuka menerima kemajuan yang ada (Hasmi E,

2000).

2. Faktor Eksternal

a. Pendidikan Formal/Informal

Pendidikan formal/informal adalah arti luas pendidikan

mencakup seluruh proses kehidupan dan bentuk interaksi individu

dan lingkungannya, baik formal/informal. Inti pendidikan adalah

proses belajar mengajar. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang

salah satunya diperoleh melalui pendidikan, baik formal / informal

yaitu proses belajar mengajar. Semakin tinggi tingkat pendidikan

semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak

pula pengetahuan yang dimiliki (Notoadmotjo, 1998).

b. Pergaulan Lingkungan Sosial

Pergaulan lingkungan social ada yang memberikan dampak

positif dan negatif. Pergaulan positif akan menanamkan


12

pengetahuan yang baik. Pergaulan negatif misalnya pergaulan

bebas, merokok akan menanamkan kebiasaan yang salah.

c. Sarana Informasi

Semakin banyak panca indera yang digunakan manusia untuk

menerima semakin jelas pengertian atau pengetahuan yang

diperoleh (Notoadmotjo, 1998). Informasi ini dapat diperoleh

melalui media cetak dan elektronik. Semakin banyak sarana

informasi yang tersedia semakin memudahkan untuk menambah

pengetahuan.

d. Sosial, Ekonomi dan Budaya

Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh social, ekonomi dan

budaya. Orang yang tingkat ekonominya menengah ke atas,

cenderung berpendidikan lebih tinggi disbanding orang yang social

ekonominya menengah ke bawah. Tingkah laku orang yang

berpendidikan tinggi berbeda dengan orang yang berpendidikan

sekolah dasar. Sedangkan apabila dilihat dari faktor budaya ada

sebagian orang yang menganggap kebudayaan apapun sebagai

suatu pengetahuan yang benar.

e. Latar Pendidikan Keluarga

Semakin tinggi tingkat pendidikan keluarga semakin mudah

menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki (Notoatmodjo, 1998).


13

2.1 Konsep Dasar Menopause

2.2.1 Pengertian Menopause

International Menopause Society (IMS), pada 1999, menyampaikan

rekomendasi berdasarkan definisi WHO (1996), sebagai berikut :

1. Menopause alamiah (Natural Menopause) adalah berhentinya

menstruasi secara permanen sebagai akibat hilangnya aktifitas ovarium.

Menopause alami ini dikenal bila terjadi amenore selama 12 bulan

berturut-turut, tanpa ditemukan penyebab patologi atau fisiologi yang

jelas.

2. Perimenopause adalah waktu antara segera sebelum menopause (dimana

terjadi perubahan gambaran endrokrinologik, biologic, dan klinik) dan satu

tahun sesudah menopause.

3. Transisi Menopause adalah waktu sebelum masa menstruasi terakhir,

dimana pada umumnya terjadi kenaikan variabilitas siklus menstruasi.

Istilah ini sinonim dengan perimenopause.

4. Pramenopause adalah satu atau dua tahun sebelum menopause, atau

seluruh masa reproduksi sebelum menopause.

5. Pascamenopause adalah waktu mulainya menstruasi terakhir, tanpa

memandang apakah itu menopause spontan atau buatan (induced).

6. Induced Menopause adalah berhentinya menstruasi sebagai akibat dari

operasi pengangkatan kedua ovarium, tanpa atau dengan histerektomi atau

ablasi iatrogenik fungsi ovarium karena kemoterapi atau radiasi.


14

7. Menopause Prematur adalah menopause yang terjadi pada usia dibawah

40 tahun.

8. Klimakterium adalah masa penuaan, merupakan peralihan dari masa

reproduksi ke non reproduksi. Fase ini mencakup perimenopause dengan

memperpanjang periode sebelum dan sesudah perimenopause.

9. Sindroma Klimakterium adalah simptomatologi yang berhubungan

dengan klimaterium.

10. Usia Lanjut atau Lansia adalah usia 65 tahun atau lebih. Menopause

tidak identik dengan lansia, tetapi pascamenopause termasuk lansia.

Menopause adalah haid terakhir yang dialami oleh wanita yang

masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi yang terjadi pada usia

menjelang atau memasuki usia 50 tahun. (Pakasi, 1996:1).

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kapan seorang wanita mengalami

Menopause

1. Usia saat haid pertama kali (menarche)

Beberapa ahli melakukan penelitian menemukan adanya hubungan

antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita

memasuki menopause. Kesimpulan dari penelitian-penelitian ini

mengungkapkan, bahwa semakin muda seorang mengalami haid pertama

kali, semakin tua atau semakin lama ia memasuki masa menopause.

2. Faktor psikis

Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga

mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa


15

penelitian, mereka akan mengalami masa menopause lebih muda,

dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja/bekerja atau tidak

menikah dan tidak bekerja.

4. Jumlah anak

Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak dan

menopause, tapi beberapa peneliti menemukan bahwa makin sering

seorang wanita malahirkan, maka semakin tua atau lama mereka

memasuki masa menopause.

5. Usia melahirkan

Semakin tua seorang melahirkan anak, maka semakin tua ia mulai

memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan

persalinan akan memperlambat system kerja organ reproduksi. Bahkan

akan memperlambat proses penuaan tubuh.

6. Pemakaiaan kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi ini terutama jenis hormonal. Hal ini bias

terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur

sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang menggunakan

kontrasepsi ini akn lebih lama atau tua memasuki masa menopause.

7. Merokok

Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause.


16

2.3 Perubahan-perubahan fisiologis menopause

Pada saat menopause terjadi perubahan pada tubuh, perubahan tersebut

meliputi seluruh organ yang kelihatan maupun tidak. Adapun perubahan

tersebut diantaranya :

A. Perubahan Organ Reproduki

1. Perubahan pada rahim (Uterus)

Rahim mengalami atropi (keadaan kemunduran gizi jaringan),

panjangnya menyusut, dan dindingnya menipis. Jaringan miometrium (otot

rahim) menjadi sedikit dan lebih banyak mengandung jaringan fibriotik (sifat

berserabut secara berlebihan). Leher rahim (serviks) menyusut tidak menonjol

ke dalam vagina, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding vagina.

2. Perubahan pada saluran telur (Tuba Fallopi)

Lipatan-lipatan saluran menjadi lebih pendek, menipis, dan mengerut.

Rambut getar yang ada pada ujung saluran telur atau fimbria menghilang.

Perubahan pada indung telur (Ovarium)

Setelah wanita melewati akhir usia 30-an, produksi indung telur

berangsur-angsur menurun. Dengan demikian, pelepasan sel telur tidak selalu

pada setiap siklus haid. Pada saat ini, jarak haid menjadi agak tidak teratur,

yaitu terjadi pada selang waktu yang lebih lama, pola cairan haid berubah

menjadi semakin sedikit atau semakin banyak. Sampai akhirnya, pelepasan sel

telur tidak lagi terjadi dan haid pun berhenti.

Dengan menurunnya produksi indung telur maka terjadi juga

penurunan hormon. Perlu diketahui, indung telur memproduksi 3 hormon,


17

yaitu estrogen, progesteron, dan androgen. Wanita yang melewati akhir usia

30-an, kadar estrogen dan progesteron mulai menurun secara berangsur-

angsur atau secara tidak teratur. Dengan berhentinya ovulasi (keluarnya sel

telur dari indung telur), progesteron tidak diproduksi lagi. Namun, pada

wanita perimenopause dan post menopause dengan indung telur utuh, untuk

jangka waktu tertentu, hormone androgen terus diproduksi bersamaan dengan

hormon estrogen.

Haid terakhir merupakan titik puncak dari suatu proses perubahan

dalam kadar hormon dan fungsi indung telur yang bisa jadi membutuhkan

waktu hingga sepuluh. Akan tetapi, estrogen yang jumlahnya lebih sedikit

terus dihasilkan oleh indung telur selama 10 hingga 20 tahun setelah

menopause. Kelenjar-kelenjar adrenalin dan sel-sel lemak juga dapat

menghasilkan estrogen.

Perubahan pada leher rahim (Serviks)

Serviks (leher rahim) akan mengkerut sampai terselubung oleh dinding

vagina, kripta servikal menjadi atropik, kanalis servikalis memendek sehingga

menyerupai ukuran serviks fundus saat masa adolense.

Perubahan pada vagina (liang senggama)

Vagina mengalami kontraktur (melemahnya otot jaringan), panjang dan

lebar vagina juga mengalami pengecilan. Forniks (dinding vagina bagian

belakang dekat mulut rahim) menjadi dangkal. Atropi vagina berangsur-

angsur menghilang. Selaput lendir alat kelamin akan menipis dan tidak lagi

mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis (pembentukan jaringan ikat


18

dalam alat atau bagian tubuh dalam jumlah yang melampaui keadaan biasa.

Perlu diketahui, perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh

keberlangsungan dalam aktivitas seksual. Artinya, makin lama kegiatan

tersebut dilakukan makin kurang laju pendangkalan atau pengecilan alat

kelamin bagian luar wanita (genetelia eksterna).

Perubahan pada vulva (Mulut Kemaluan)

Jaringan menipis karena berkurang dan hilangnya jaringan lemak serta

jaringan elastik. Kulitnya menipis dan pembuluh darah berkurang sehingga

menyebabkan pengerutan lipatan vulva. Terjadi gangguan rasa gatal dan juga

hilangnya sekret kulit serta mengerutnya lubang masuk kemaluan.

Berkurangnya serabut pembuluh darah dan serabut elastic. Semua keadaan ini

mempengaruhi munculnya gangguan waktu senggama.

B. Perubahan pada hormon

Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya

suatu reaksi. Pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan

hormon estrogen yang menjadi berkurang. Meskipun perubahan terjadi juga

pada hormon lainnya, seperti progesteron, tetapi perubahan yang

mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi, juga

psikis adalah akibat perubahan hormon estrogen.

Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi perubahan haid

menjadi sedikit, jarang, bahkan siklus haidnya mulai terganggu. Hal ini

disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat perubahan hormon

estrogen.
19

Menurut Ichramsjah A. Rachman beberapa perubahan yang terjadi pada

tubuh akibat kekurangan hormon estrogen (sindroma kekurangan estrogen)

sebagai berikut:

• Gangguan sistem vasomotor (saraf yang mempengaruhi penyempitan

atau pelebaran pembuluh darah) berupa hot flushes (gejolak panas),

vertigo, keringat banyak, paraestesia (gangguan perasaan kulit seperti

kesemutan).

• Gangguan sistem konstitusional berupa berdebar-debar, nyeri tulang

belakang, nyeri otot, dan migraine serta rasa takut.

• Gangguan sistem psikis dan neurotik berupa depresi, kelelahan fisik

dan insomatik, susah tidur, serta rasa takut.

• Sistem lainnya berupa keputihan, sakit saat senggama, terganggu

libido, gangguan haid, dan pruritus vulva (gatal pada alat kelamin luar

wanita)

Menurut Dr. Levina S. Pakasi menyebutkan terjadi perubahan tubuh

lainnya sebagai dampak kurangnya estrogen menjelang menopause.

• Payudara

Bentuk payudara akan mengecil, mendatar, dan mengendor. Hal ini

terjadi karena pengaruh atrofi pada kelenjar payudara. Putting susu

juga mengecil dan pigmentasinya berkurang.

• Dasar pinggul

Kekuatan dan elastisitasnya menghilang karena atrofi dan melemahnya

daya sokong akibat turunnya alat-alat kelamin bagian dalam.


20

• Anus dan Perineum

Lemak dibawah kulit menghilang, otot mengalami pengerutan

sehingga melemah fungsinya.

• Kandung Kemih

Aktivitas kendali otot kandung kemih menurun sehingga lebih sering

ingin buang air kecil.

C. Perubahan Fisik

1. Hot Flushes (perasaan panas)

Hot flushes adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh

bagian atas (seperti leher dan dada). Gejolak panas terjadi karena jaringan-

jaringan yang sensitive atau yang bergantung pada estrogen akan

terpengaruh sewaktu kadar estrogen menurun. Pancaran panas diperkirakan

merupakan akibat dari pengaruh hormon pada bagian otak yang bertanggung

jawab untuk mengatur temperatur tubuh. Gejala ini sering timbul pada

malam hari menyebabkan yang bersangkutan sulit tidur. Gejolak panas bisa

terjadi beberapa detik atau menit, tetapi ada juga yang berlangsung sampai 1

jam. Gejolak panas timbul ketika wanita akan memasuki usia menopause

atau pada saat menopause dan akn menghilang sekitar 4-5 pasca menopause.

2. Keringat berlebihan

Pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormone yang mengatur

thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya, suhu udara yang

semula dirasakan nyaman mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai

menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri. Selain


21

itu, dalam kehidupan seorang wanita, jaringan-jaringan vagina menjadi lebih

tipis dan berkurang kelembapannya seiring dengan estrogen yang menurun.

Gejala lain yang dialami wanita adalah berkeringat pada malam hari.

3. Vagina kering

Perubahan pada organ reproduksi, diantaranya pada daerah vagina

sehingga dapat menimbulkan rasa sakit pada saat berhubungan intim. Selain

itu akibat berkurangnya estrogen menyebabkan keluhan gangguan pada

epitel vagina, jaringan penunjang, dan elastisitas dinding vagina. Padahal,

epitel vagina mengandung banyak reseptor estrogen yang sangat membantu

mengurangi rasa sakit dalam berhubungan seksual.

4. Tidak dapat menahan air seni

Ketika usia bertambah tua, air seni sering tidak dapat ditahan pada

saat bersin atau batuk. Hal ini akibat estrogen yang menurun sehingga

dampaknya adalah inkontinensia urin (tidak dapat mengendalikan fungsi

kandung kemih), hilangnya tonus jaringan kavernosa (jaringan berongga)

dari uretra serta otot uretra.

5. Hilangnya jaringan penunjang

Rendahnya kadar estrogen dalam tubuh berpengaruh pada jaringan

kolagen yang berfungsi sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya

kolagen menyebabkan kulit kering dan keriput, rambut terbeleh-belah,

rontok, gigi mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, serta

timbulnya rasa sakit dan ngilu pada persendian.


22

6. Penambahan berat badan

Berdasarkan penelitian ditemukan 29% wanita pada masa menopause

memperlihatkan kenaikan berat badan dan 20% diantaranya memperlihatkan

kenaikan yang mencolok. Hal ini diduga ada hubungannya dengan turunnya

estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak.Pengaruh

besar pada peningkatan berat badan pada masa ini adalah kelenjar pituitari

(hipofisis) depan mengalami penurunan fungsi, begitu pula kelenjar tiroid

dan adrenal menjadi keras. Selain itu, bahu menjadi gemuk dan garis

pinggang menghilang.

7. Gangguan mata

Kurang dan hilangnya estrogen mempengaruhi produksi kelenjar air

mata sehingga mata terasa kering dan gatal.

8. Nyeri tulang dan sendi

Seiring meningkatnya usia maka beberapa organ tidak lagi

mengadakan remodeling, diantaranya tulang. Bahkan, mengalami proses

penurunan karena pengaruh dari perubahan organ lain. Selain itu dengan

bertambahnya usia penyakit yang timbul semakin beragam. Hal ini tentu

saja berkaitan dengan kebugaran dan kesehatan tubuh seorang wanita.

2.2 Konsep Wanita

2.2.1 Pengertian wanita

Wanita adalah sebutan yang digunakan untuk spesies manusia berjenis

kelamin betina. Wanita adalah kata umum yang digunakan untuk menggambarkan

perempuan dewasa (id.wikipedia.org/wiki/Wanita, 13 Februari 2010).


23

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor Internal : Faktor Eksternal :


1. Usia 1. Pendidikan formal /
2. Intelegensi informal
3. Pemahaman 2. Pergaulan lingkungan
4. keyakinan sosial
5. Sistem nilai dan 3. Sarana informasi
Kepercayaan 4. Sosial, ekonomi dan
6. Gaya Hidup budaya

Pengetahuan ibu usia 48-60 tahun tentang :


1. Pengertian menopause
2. Faktor yang mempengaruhi menopause
3. Perubahan yang terjadi saat menopause
4. Hal yang bisa ibu persiapkan dalam menghadapi menopause

Kurang Cukup Baik

Keterangan :

= Diteliti

= Tidak Diteliti

23
24

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara memecahkan masalah berdasarkan

keilmuan (Nursalam, 2003). Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang

digunakan untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan masalah yang telah

ditetapkan antara lain : desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel,

samling, variabel penelitian, definisi operasional, tempat dan waktu penelitian,

pengumpulan data, analisa data, penyajian data dan etika penelitian.

4.1 Rancangan penelitian/desain

Desain penelitian merupakan strategi penelitian dalam mengidentifikasi

permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan berperah sebagai

pedoman atau penuntut peneliti pada seluruh proses peneliti (Nursalam, 2003:80).

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian “deskriptif” yang

merupakan rancangan penelitian yang bertujuan menerangkan atau

menggambarkan masalah penelitian keperawatan atau tentang suatu keadaan

secara obyektif (Aziz Aumul, 2003). Penelitian deskriptif yaitu peneliti

mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa – peristiwa penting dan perlu

penanganan segera yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2003: 83).

24
25

4.2 Rancangan Kerja

Kerangka kerja adalah pentahapan (langkah-langkah) dalam aktivitas

ilmiah mulai dari penetapan populasi sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak

awal penelitian akan dilaksanakan (Nursalam, 2003).

Populasi : Seluruh wanita usia 40-50 th di RW. 04 Kelurahan


Kepolorejo Kabupaten Magetan yang berjumlah 42 orang
sesuai kurun waktu yang ditentukan peneliti.

Sampel : Seluruh wanita usia 40-50 th di RW. 04 Kelurahan


Kepolorejo Kabupaten Magetan yang berjumlah 42 orang
sesuai kurun waktu yang ditentukan peneliti.

Sampling
Sampel jenuh

Jenis Penelitian : Deskriptif

Pengambilan Data
Dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara

Pengolahan dan Analisa data coding, scoring, tabulating

Penarikan Kesimpulan
1

4.3 Populasi, sampel dan sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok subyek yang menjadi obyek atau sasaran

penelitian. (Notoatmodjo, 2002 : 81).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia 40-50 th di RW

04 Kelurahan Kepolorejo Kabupaten Magetan sejumlah 42 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2003). Sampel yang baik adalah sampel

yang mewakili populasi atau yang representative artinya yang menggambarkan

keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal.

Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh wanita usia 40-50

th di RW 04 Kelurahan Kepolorejo Kabupaten Magetan.

4.3.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar diperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2003).

Cara pengambilan sampel dari penelitian ini adalah sampel jenuh, yaitu

suatu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel ,

(Sugiyono,2003). Pengambilan sampel dengan cara sampel jenuh karena waktu

penelitian sangat singkat yaitu antara 2 bulan sehingga dilakukan pengambilan

sampel dengan sampel jenuh agar memenuhi harapan peneliti.

1
2

4.4 Tempat dan Waktu Penelitian

4.4.1 Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RW 04 Kelurahan Kepolorejo Kabupaten

Magetan.

4.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan sekitar bulan Juli – Agustus 2009.

4.5 Identifikasi variabel

Menurut Nursalam (2003) variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang

dimiliki oleh anggota suatu kelompok (benda, manusia dan lain – lain) yang

berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut.

Dalam penelitian ini identifikasi variabelnya adalah pengetahuan ibu usia

48 – 60 tahun tentang menopause di RT 14 RW 05 Kelurahan Demangan,

Kecamatan Taman, Kota Madiun, dengan sub variabelnya adalah :

1. Pengertian menopause.

2. Faktor yang mempengaruhi menopause.

3. Perubahan yang terjadi saat menopause.

4. Kesiapan ibu saat menghadapi menopause.

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mengidentifikasikan variabel secara

operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau fenonema. Pada definisi operasional dapat dilakukan parameter yang

dijadikan ukuran dalam penelitian (Nursalam, 2003 : 116).

2
3

4.1 Tabel Definisi Operasional

Definisi Alat
Variabel Operasional Parameter Skala Skor
Ukur
Pengetahuan Segala apa 1. Pengertian Kuesioner Ordinal Jawaban
ibu usia 45 – yang menopause Benar : 1
60 tahun diketahui 2. Faktor yang Salah : 0
tentang oleh ibu usia mempengaruhi Dengan
menopause 45 – 60 tahun menopause kriteria
tentang 3. Perubahan Baik : 76-
menopause yang terjadi saat 100 %
menopause Cukup :
4. Hal yang 56-75%
bisa dipersiapkan Kurang : <
ibu saat 56%
menghadapi
menopause

4.7 Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek yang

diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data

tergantung dari desain penelitian dan teknik instrument yang dipergunakan.

Selama proses pengumpulan data peneliti memfokuskan pada penyediaan subyek,

melatih tenaga pengumpul data (jika diperlukan), memperhatikan prinsip-prinsip

validitas dan realibilitas, dan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi agar

data terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003).

Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan

penelitian dan bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk

menandatangani informed consent. Responden mengisi daftar pertanyaan dalam

angket yang diberikan kemudian di serahkan kepada peneliti. Peneliti melakukan

pengolahan data, pengecekan, scoring, coding dan tabulasi data.

3
4

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan memberikan

pertanyaan secara tertulis lewat angket atau kuesioner kepada responden dan data

dikumpulkan kembali setelah pertanyaan dijawab.

4.7.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan

sesuatu metode (Arikunto, 2003). Instrumen penelitian digunakan untuk

mengukur variabel yang diteliti. Setiap komponen akan mempunyai skala yang

berbeda. Pemberian nilai sesuai dengan jawaban yang benar dari tiap – tiap

pertanyaan. Jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu), dan jawaban yang salah

diberi 0 (nol).

Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik dimana

hanya memberi jawaban (dengan tanda tertentu). Kuesioner di sini dalam bentuk

tertutup artinya semua jawaban sudah tersedia dan responden tinggal memilih

jawaban yang ada (Nursalam, 2003).

4.8 Teknik Analisa Data

Menurut Arikunto (1998), data yang terkumpul melalui kuesioner akan

ditabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan sub variabel yang diteliti.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan distribusi frekwensi, dimana

jumlah frekwensi yang dicari dibandingkan dengan jumlah responden yang ada

kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase. Data ini digunakan

untuk mengetahui karakteristik dari responden.

Rumus yang digunakan adalah :

4
5

1. Pengolahan data karakteristik responden :

P=
∑ F ×100%
N

Keterangan :

P = Prosentasi yang dicari

∑F = Jumlah frekuensi
N = Jumlah responden

Menurut Arikunto (1998), hasil prosentase dari pengolahan data

diinterprestasikan dengan menggunakan skala :

100 % = Seluruhnya

76 % - 99 % = Hampir seluruhnya

51 % - 75 % = Sebagian besar

50 % = Setengah

26 % - 49 % = Hampir setengah

1 % - 25 % = Sebagian kecil

0% = Tidak satupun

Menurut Arikunto (1998), setelah data yang dimaksud terkumpul akan

dilakukan penilaian dengan skor dimana setiap pertanyaan diberi skor 1 (satu).

Bagi setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu), yang salah diberi 0 (nol).

Jawaban seluruh responden dari masing – masing pertanyaan dijumlahkan dan

dibandingkan dengan jumlah responden, kemudian dikalikan dengan 100% dan

hasilnya berupa persentasi.

Pada penelitian ini terdapat 3 (tiga) kategori jenjang pengetahuan

masyarakat, yaitu baik, cukup, dan kurang.

5
6

Sedangkan cara penentuannya adalah menggunakan rumus sebagai

berikut :

2. Pengolahan data pengetahuan wanita usia 40 – 50 tahun tentang perubahan

fisiologis menopause :

Sp
N= x100 %
Sm

Keterangan :

N = Nilai yang didapat

Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor maksimal

Setelah prosentase diketahui menurut Nursalam (2003) kemudian hasilnya

dikelompokkan pada kriteria :

76 % - 100 % = Baik

56 % - 75 % = Cukup

< 56 % = Kurang

4.9 Penyajian data

Menurut Notoatmodjo (2002:194) penyajian data dapat disajikan dalam

bentuk tabel, grafik, narasi. Tabel adalah penyajian sistem. Sistem numerik yang

tersusun dalam kolom atau jajaran. Grafik adalah penyajian sistem dalam bentuk

prosentase. Sedangkan narasi adalah suatu penyajian dalam bentuk kalimat.

4.10 Etika penelitian

6
7

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan surat pengantar

dari Direktur Akademi Keperawatan Dr. Soedono Madiun, untuk mendapatkan

persetujuan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang

Linmas), dan dari ketua RW 04 untuk melakukan penelitian di RW 04 Kelurahan

Kepolorejo Kabupaten Magetan, kemudian dilakukan penelitian dengan

menekankan pada etika yang meliputi :

1. Lembar persetujuan menjadi responden (inform consent).

Lembar persetujuan menjadi responden diberikan kepada responden yang

akan diteliti. Tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang diteliti selama pngumpulan data. Jika responden

bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden

menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

haknya.

2. Tanpa nama (Anomity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh

responden. Lembar tersebut hanya diberi kode dalam bentuk nomor pada masing-

masing lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentility)

Kerahasiaan informasi yang di dapat oleh peneliti dari responden akan

dijamin oleh kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya pada kelompok-kelompok

tertentu saja yang akan peneliti sajikan utamanya dilaporkan pada hasil riset.

4.11 Keterbatasan

7
8

Menurut Bwin dan Grove dalam Nursalam (2001). Keterbatasan adalah

kelemahan atau hambatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini keterbatasan

yang dihadapi peneliti adalah :

1. Waktu, tenaga, dan dana terbatasnya sehingga penelitian ini

mungkin kurang sempurna.

2. Kuisioner yang dibuat mungkin terlalu sulit bagi responden,

sehingga hasil yang diperoleh kurang memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai