Anda di halaman 1dari 18

Evaluasi Proyek (A3)

Dosen pangampu : I Made Endra Kartika Yudha, S.E., M.Sc.

Acuan Pembangunan Berkelanjutan dan Unsur Pembangunan dan Proses dalam Pembuatan
Proyek

Oleh

Kelompok 7 RPS 12

Bastanta Ginting 1907511043

Yones Fransiscus Sinaga 1907511101

I Kadek Yogi Suastika 1907511222

Kadek Dinda Mas Kencana Dewi 1907511226

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya, kami
kelompok 7 sebagai penyusun makalah ini dapat menyelesaikannya secara sederhana dan
tepat waktu. Adapun karya tulis ini kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat
dipercaya yang sajiannya kami sajikan dalam lembar Daftar Pustaka dengan harapan karya
ini dapat menambah pengetahuan kita tentang acuan pembangunan bekelanjutan dan unsur
pembangunan dan proses dalam pembuatan proyek. Penyusunan karya tulis ini
dilatarbelakangi oleh keinginan kami untuk memberikan informasi seputaran mata kuliah
Evaluasi Proyek kepada para pembaca.
Kami menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi isi maupun tulisan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna
lebih menyempurnakan penulisan pada masa yang akan datang. Akhir kata, semoga karya
ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan kita semua.

Denpasar, 7 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 4 BAB

II Pembahasan .................................................................................................. 5

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ..................................................................................... 5

2.1.2 Kemiskinan ...................................................................................................... 5

2.1.3 Pemerataan ....................................................................................................... 5

2.1.4 Dampak Lingkungan ........................................................................................ 6

2.2 Pembangunan Bekelanjutan ................................................................................ 8

2.2.1 Konsep Pembangunan Berkelanjutan ............................................................. 8

2.2.2 Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan ................................................... 9

2.2.3 Strategi Pembangunan Berkelanjutan .............................................................. 10

2.3 Izin Membangun ................................................................................................. 11

2.4 Penjelasan Singkat AMDAL, Fungsi, dan Manfaat ............................................ 11

2.4.1 Fungsi AMDAL ............................................................................................... 11

2.4.2 Manfaat AMDAL ............................................................................................. 11

2.5 Proses Pembuatan AMDAL ................................................................................ 12

Studi Kasus ............................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu studi yang mendalam
tentang dampak negatif dari suatu kegiatan. AMDAL mempelajari dampak pembangunan
terhadap lingkungan hidup dan dampak lingkungan terhadap pembangunan yang

3
didasarkan konsep ekologi, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungan hidup. Oleh karena itu, konsep AMDAL dapat dikatakan
sebagai konsep ekologi pembangunan, yang mempelajari hubungan timbal balik antara
pembangunan dengan lingkungan hidup. Indonesia mulai memperkenalkan instrumen ini
tahun 1982 dengan diundangkannya UUKPPLH tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang kemudian dijabarkan secara rinci dalam peraturan
pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1986 ini telah diubah dua kali, yaitu dengan Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan pemerataan serta dampak lingkungan

2. Apa definisi pembangunan berkelanjutan

3. Apa itu ijin pembangunan

4. Apa itu amdal, serta apa saja fungsi serta manfaat dari amdal

5. Bagaimana proses pembuatan amdal

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi tentang pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan pemerataan


serta dampak lingkungan

2. Untuk mengetahui apa itu pembangunan berkelanjutan

3.Untuk mengetahui apa itu ijin pembangunan

4. Agar mengetahui definisi dari amdal, serta apa saja fungsi serta manfaatnya

5. Agar mengetahui proses pembuatan amdal.

BAB II PEMBAHASAN

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut P. Eko Prasetyo (2009:237), istilah pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara
paling sederhana dapat diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan
nasional agregat dalam kurun waktu tertentu misalkan satu tahun. Perekonomian suatu negara
dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktorfaktor
produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian
pengertian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan kapasitas produksi barang
dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu.
4
2.1.2 Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Kemiskinan dapat
dikelompokan dalam dua kategori, yaitu kemiskinan absolut atau kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut didasarkan pada standar nominal (garis kemiskinan). Individu di bawah
garis benar-benar sengsara. Mereka dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
mereka. Sementara itu, kemiskinan relatif tidak didasarkan pada nominal, tetapi persentase dari
standar tertentu.

Penyebab Kemiskinan

• penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan
adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
• penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding
dengan pemasukan keuangan keluarga.
• penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan
kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu
atau keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
• penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau
honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
• penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.

2.1.3 Pemerataan Pembangunan

Pemerataan pembangunan telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea


keempat, yang menyatakan bahwa fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia yakni memajukan
kesejahteraan umum (Gonil et al., 2011) . Salah satu proses pencapaian tersebut adalah melalui
pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo (1988) dalam Husna dkk (2011), pembangunan adalah
“upaya suatu masyarakat bangsa yang merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam
berbagai bidang kehidupan ke arah masyarakat yang lebih maju dan baik, sesuai dengan
pandangan masyarakat itu”. Jadi, pembangunan dimaksudkan agar ada perubahan positif yang
terjadi dalam semua bidang, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, infrastruktur, dan bidang
lainnya. Tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri yakni tercapainya kesejahteraan bagi
masyarakat.

Pemerataan pembangunan sebagai wujud pelaksanaan demokrasi ekonomi adalah


upaya pembangunan yang dilandasi dengan jiwa dan semangat kebersamaan dan kekeluargaan,
di mana koperasi dikembangkan sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat,

5
dan mandiri, sehingga dapat berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional. Pemerataan
pembangunan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga masyarakat di seluruh
tanah air untuk menyumbangkan karyanya dengan sekaligus memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya, serta mengembangkan kegiatan di semua aspek kehidupan. Pemerataan juga
mempercepat pertumbuhan kelompok masyarakat, sektor, atau daerah yang tertinggal.
Perekonomian daerah dikembangkan secara serasi dan seimbang antar daerah, dalam satu
kesatuan perekonomi-an nasional dengan mendayagunakan potensi dan peran serta daerah
secara optimal dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusan-tara dan memperkukuh ketahanan
nasional. Pembangunan yang merata dan berkeadilan adalah pembangunan yang lebih dapat
menjamin kesinambungan karena didukung oleh peran serta aktif rakyat yang seluas-luasnya
dan memanfaatkan potensi rakyat yang sebesar-besarnya (Bapemnas, 2021.).Keberhasilan
dalam pemerataan pembangunan merupakan modal utama dalam upaya bangsa meningkatkan
perkembangan dan pertumbuhan perekonomian rakyat, memperkukuh kesetiakawanan sosial,
menanggulangi kemiskinan, dan mencegah proses munculnya kemiskinan baru yang mungkin
timbul. Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan dari penduduk yang terwujud dalam dan
disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan,
rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang
miskin, dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan. Rendahnya
pendapatan penduduk miskin mengakibatkan rendahnya pendidikan dan kesehatan sehingga
mempengaruhi produktivitas mereka yang sudah rendah dan meningkatkan beban keter-
gantungan bagi masyarakat. Penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskina n
mencakup mereka yang berpendapatan sangat rendah, tidak berpendapatan tetap, atau tidak
berpendapatan sama sekali.

2.1.4 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


Seperti telah dikemukakan bahwa agar pembangunan dapat terlanjutkan dan masalah
lingkungan dapat dihindarkan maka perlu dilakukan analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL) sebelum suatu pembangunan berlangsung. Analisis mengenai dampak
lingkunganlah yang seharusnya menentukan apakah suatu pembangunan dapat dilaksanakan
atau tidak. Hal ini berarti bahwa analisis mengenai dampak lingkungan merupakan bagian dari
perencanaan awal suatu pembangunan. Analisis mengenai dampak lingkungan ditujukan agar
lingkungan tetap terpelihara untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Berlangsung
tidaknya suatu kegiatan pembangunan didasarkan atas ada tidaknya dampak penting dari
kegiatan tersebut. Dampak penting yang dimaksudkan adalah perubahan yang sangat mendasar
akibat adanya suatu kegiatan, sedangkan dampak lingkungan adalah perubahan lingkungan
akibat adanya kegiatan baik bersifat positif maupun negatif (Prihantoro, 1989).

Kriteria yang digunakan untuk menentukan penting tidaknya adalah:

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak. Dikatakan penting jika manusia yang
terkena dampak tetapi tidak menikmati manfaat hasil kegiatan adalah sama atau lebih banyak
dari manusia yang menikmati hasil kegiatan.

2. Luas wilayah persebaran dampak. Dikatakan penting jika luas wilayah persebaran
dampak dua kali atau lebih wilayah kegiatan atau bila melampaui batas wilayah administratif
pada tingkat kabupaten atau lebih besar.

6
3. Lamanya dampak berlangsung. Hal ini menjadi penting jika dampak berlangsung pada
seluruh tahap kegiatan atau berlangsung paling sedikit selama setengah umur kegiatan.

4. Intensitas dampak, termasuk penting jika terjadinya perubahan lingkungan secara


drastis dalam waktu singkat dengan wilayah yang luas sehingga lingkungan tak dapat
memulihkan diri.

5. Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak, mencakup komponen bitik,


abiotik dan sosial budaya.

6. Sifat kumulatif dampa, menjadi penting jika akumulasi terjadi pada waktu singkat
dalam wilayah yang luas sehingga menjadi lebih berbahaya.

7. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak dikatakan penting


jika ada komponen lingkungan yang terkena dampak dan kondisinya tidak dapat berbalik
seperti semula.

Analisis mengenai dampak lingkungan tersusun atas beberapa komponen, yaitu:

1). Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)

2).Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

3). Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

4). Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL),

5) Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL)

6). Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) 7).

Tata laksana AMDAL.

2.2 Definisi Pembangunan Berkelanjutan

Pengertian pembangunan berkelanjutan sejak diperkanalkan oleh World Commission


on Environment and Development (WCED) sebagaimana tertuang dalam Our Common Future
atau laporan Brundtland, sampai saat ini masih masuk dalam ranah perdebatan antar para ahli
lingkungan. Hal ini menimbulkan banyak inteprestasi definisi mengenai pembangunan
berkelanjutan.

Undang–undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup, pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana
yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan
untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan,
dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Berikut beberapa pengertian mengenai pembangunan berkelanjutan (UNDIP, 2013):

7
1. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) (1980)
dalam world conservation strategy mendefinisikan untuk menjadi sebuah pembangunan
berkelanjutan, pelaksanaan pembangunan harus mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial
maupun ekonomi yang berbasis pada sumberdaya kehidupan dan mempertimbangkan
keuntungan ataupun kerugian jangka panjang maupun jangka pendek dari sebuah tindakan
alternatif.

2. Food and Agriculture Organization (1995) melalui komisi perikanan mengartikan


pembangunan berkelanjutan, yang dituangkan dalam Code of Conduct for Responsible
Fisheries, adalah pelestarian dan pengelolaan sumberdaya alam ditujukan untuk menjamin
keberlanjutan kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang. Pengembangan konsevasi
seperti tanah, air, tanaman dan sumberdaya genetik tidak menyebabkan degradasi lingkungan,
menggunakan teknologi yang tepat dan dapat diterima secara sosial dan ekonomi.

3. Ordóñez dan Duinker (2010) menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah


pertama sebuah kapasitas dalam memelihara stabilitas ekologi, sosial dan ekonomi dalam
transformasi jasa biosfir kepada manusia, kedua memenuhi dan optimasi kebutuhan pada saat
ini dan generasi mendatang, ketiga kegigihan atas sistem yang diperlukan dan dikehendaki
(sosio-politik atau alam) dalam waktu tak terbatas, keempat integrasi dari aspek etika, ekonomi,
sosial dan lingkungan secara koheren sehingga generasi manusia dan makkhluk hidup lain
dapat hidup pada saat ini maupaun pada masa mendatang tanpa batas, kelima memenuhi
kebutuhan dan aspirasi dibawah faktor pembatas lingkungan, sosial dan teknologi, keenam
hidup secara harmoni dengan alam dan yang lainnya dan ketujuh menjaga kualitas hubungan
antara manusia dan alam.

2.2.1 Konsep Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang
berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar
generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran
pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya:

a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration equity) yang


berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu
memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan
serta diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan serendah
mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.
b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam rangka menjamin
kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan datang.
c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan mengejar
pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang
berkelanjutan antar generasi.
d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik masa kini
maupun masa yang mendatang (inter temporal).

8
e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari antar
generasi.
f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan
habitatnya.
Pengembangan konsep pembangunan yang berkelanjutan perlu mempertimbangkan
kebutuhan yang wajar secara sosial dan kultural, menyebarluaskan nilai-nilai yang
menciptakan standar konsumsi yang berbeda dalam batas kemampuan lingkungan, serta secara
wajar semua orang mampu mencita-citakannya. Namun demikian ada kecendrungan bahwa
pemenuhan kebutuhan tersebut akan tergantung pada kebutuhan dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi ataupun kebutuhan produksi pada skala maksimum
2.2.2 Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan berkonsenterasi kepada tiga buah pilar yakni pembangunan


ekonomi, sosial, dan lingkungan. Untuk menjamin tercapainya keharmonisan antara ketiga
buah pilar tersebut pelaksanaan pembangunan haruslah mengacu kapada prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan. Setidaknya ada empat butir prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan (Zulkifli,2013). Prinsip-prinsip tersebut meliputi :

1) Pemerataan dan keadilan sosial. Prinsip pertama ini mempunyai makna bahwa proses
pembangunan harus tetap menjamin pemerataan sumberdaya alam dan lahan untuk
generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Pembangunan juga harus menjamin
kesejahteraan semua lapisan masyarakat;
2) Menghargai keaneragaman (diversity). Keaneragaman hayati dan keaneragaman
budaya perlu dijaga dalam menjamin keberlanjutan. Keaneragaman hayati
berhubungan dengan keberlanjutan sumberdaya alam, sedangkan keaneragaman
budaya berkaitan dengan perlakuan merata terhadap setiap orang;

3) Menggunakan pendekatan integratif. Pembangunan berkelanjutan mengutamakan


keterkaitan antara manusia dengan alam. Dimana manusia dan alam merupakan unsur
yang tidak dapat berdiri sendiri;
4) Perspektif jangka panjang, dalam hal ini pembangunan berkelanjutan berorientasi tidak
hanya masa sekarang akan tetapi masa depan. Untuk menjamin generasi mendatang
mendapatkan kondisi lingkungan yang sama atau bahkan lebih baik.

2.2.3 Strategi Pembangunan Berkelanjutan


Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari setiap elemen
pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat komponen yang perlu diperhatikan yaitu
pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang (Ir.
Mulyono Sadyohutomo, 2018).

1. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial


Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus dilandasi hal- seperti
; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi, meratanya peran dan kesempatan
perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi
kesejahteraan. Namun pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai.

9
Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi
etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan
negara kaya dan miskin semakin melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah
meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan
adalah prospek generasi masa datang yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas
generasi masa kini. Ini berarti pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan
generasi masa datang dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa
sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang.
Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem..
Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang merata terhadap
setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih
dimengerti.

3. Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif

Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam.


Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau merusak. Hanya dengan
memanfaatkan pengertian tentang konpleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem
sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan yang lebih
integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini
merupakan tantangan utama dalam kelembagaan.

4. Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang

Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan,.implikasi pembangunan
berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini. Pembangunan
berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda dengan asumsi normal
dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah perspektif pembangunan yang
berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka pendek mendominasi pemikiran para
pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan.

2.3 Izin Membangun

Izin Mendirikan Bangunan atau biasa dikenal dengan IMB adalah sebuah produk hukum yang
berisi perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan untuk
membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, merawat atau merobohkan bangunan
sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan
salah satu produk hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban,
keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum. Kewajiban setiap orang atau
badan yang akan mendirikan bangunan untuk memiliki Izin Mendirikan Bangunan diatur pada
Pasal 5 ayat 1 Perda 7 Tahun 2009. IMB akan melegalkan suatu bangunan yang direncanakan
sesuai dengan Tata Ruang yang telah ditentukan. Selain itu, adanya IMB menunjukkan bahwa
rencana konstruksi bangunan tersebut juga dapat
dipertanggungjawabkan dengan maksud untuk kepentingan bersama

10
2.4 Penjelasan singkat AMDAL, Fungsi, dan Manfaat

Pengertian AMDAL menurut PP Nomor. 27 Thn 1999 yang berbunyi ialah bahwa pengertian
AMDAL adalah suatu Kajian dari suatu dampak besar serta penting untuk melakukan
pengambilan keputusan suatu usaha atau juga kegiatan yang direncanakan didalam lingkungan
hidup yang diperlukan bagi suatu proses pengambilan keputusan mengenai penyelenggaraan
usaha atau juga kegiatan.

2.4.1Fungsi Amdal

Adapun Fungsi AMDAL adalah sebagai berikut.


Fungsi dari amdal antara lain, sebagai berikut :
 Sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan suatu wilayah.
 Membantu dalam proses pengambilan keputusan atas kelayakan sebuah lingkungan hidup
dari rencana usaha atau kegiatan tertentu.
 Membantu memberikan masukan dalam rangka menyusun sebuah rancangan yang
terperinci dari suatu rencana usaha atau kegiatan.
 Membantu memberikan masukan dalam suatu proses penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
 Membantu memberikan informasi terhadap masyarakat tentang dampak-dampak yang
mungkin ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan.
 sebagai rekomendasi utama untuk sebuah izin usaha.
 Scientific Document dan Legal Document.
 Izin Kelayakan Lingkungan.
2.4.2 Manfaat AMDAL

1. Manfaat AMDAL bagi Pemerintah


 Mencegah dari pencemaran dan kerusakan lingkungan.
 Menghindarkan konflik dengan masyarakat.
 Menjaga agar pembangunan sesuai terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan.
 Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.
2. Manfaat AMDAL bagi Pemrakarsa.
 Menjamin adanya keberlangsungan usaha.
 Menjadi referensi untuk peminjaman kredit.
 Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar untuk bukti ketaatan hukum.
3. Manfaat AMDAL bagi Masyarakat
 Mengetahui sejak dari awal dampak dari suatu kegiatan.
 Melaksanakan dan menjalankan kontrol.
 Terlibat pada proses pengambilan keputusan.
2.5 Proses Singkat Pembuatan Amdal

• Penapisan: Tahap pertama AMDAL, yang menentukan apakah proyek yang diusulkan
memerlukan AMDAL dan jika ya, maka tingkat penilaian diperlukan.
• Pelingkupan: Tahap ini mengidentifikasi masalah dan dampak utama yang harus
diselidiki lebih lanjut. Tahapan ini juga menentukan batasan dan batasan waktu
penelitian.
11
• Analisis dampak: Tahap AMDAL ini mengidentifikasi dan memprediksi kemungkinan
dampak lingkungan dan sosial dari proyek yang diusulkan dan mengevaluasi
signifikansinya.
• Mitigasi: Langkah dalam AMDAL ini merekomendasikan tindakan untuk mengurangi
dan menghindari potensi konsekuensi lingkungan yang merugikan dari kegiatan
pembangunan.
• Pelaporan: Tahap ini mempresentasikan hasil AMDAL berupa laporan kepada badan
pengambil keputusan dan pihak lain yang berkepentingan.
• Review AMDAL: Ini memeriksa kecukupan dan efektivitas laporan AMDAL dan
memberikan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
• Pengambilan keputusan: Ini memutuskan apakah proyek ditolak, disetujui atau perlu
perubahan lebih lanjut.
• Pemantauan pasca: Tahap ini mulai berlaku setelah proyek ditugaskan. Ia memeriksa
untuk memastikan bahwa dampak proyek tidak melebihi standar hukum dan
pelaksanaan langkah-langkah mitigasi dengan cara seperti yang dijelaskan dalam
laporan EIA.

Studi Kasus 1

Permasalahan dan Strategi Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan Studi Kasus: Cekungan


Bandung

DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum Hulu merupakan salah satu DAS di Indonesia
yang mempunyai fungsi penting bagi masyarakat Jawa Barat maupun Jakarta. Luas DAS
Citarum Hulu sekitar 2.340,88 km2 dengan jumlah penduduk 5,7 juta jiwa di tahun 2001
(Wangsaatmaja, 2003). Di Kawasan DAS Citarum Hulu mengalir sungai utama, yaitu Citarum.
Air sungai ini digunakan sebagai sumber air minum, pertanian, perikanan, serta merupakan
sumber air bagi tiga waduk (volume total 6.147 juta m3 ) untuk keperluan irigasi seluas 300.000
ha dan pembangkit tenaga listrik Pulau Jawa dan Bali dengan daya total 5.000 giga watt hours.
Tekanan penduduk dan aktivitas ekonomi yang terus meningkat telah menyebabkan perubahan
penggunaan lahan. Indikasi kerusakan ini dapat dirasakan dengan semakin menurunnya debit
ekstrem minimum dan meningkatnya debit ekstrem maksimum serta meningkatnya nilai
koefisien run off air (Widiati, 1998), sehingga menimbulkan fenomena banjir dan kekeringan
yang merugikan bagi penduduk. Meningkatnya aktivitas pemukiman dan industri serta aktivitas
penduduk lainnya juga telah menimbulkan permasalahan khususnya terhadap kualitas air
Citarum. Memburuknya kualitas air sungai ini diakibatkan masih banyaknya aktivitas industri,
perumahan maupun perternakan yang membuang limbahnya langsung ke Citarum maupun
anak-anak sungainya tanpa diolah terlebih dahulu, termasuk di dalamnya limbah padat
(sampah). Kualitas udara kota besar di Cekungan Bandung juga mengalami penurunan akibat
meningkatnya industri dan jumlah kendaraan bermotor, yang ditandai dengan terjadinya
fenomena hujan asam, dan meningkatnya konsentrasi pencemar udara

Permasalahan Lingkungan

1. Perubahan Tata Guna Lahan

12
Fenomena yang terjadi di DAS Citarum Hulu pada saat ini adalah ketika musim kemarau terjadi
kekeringan, dan sebaliknya pada musim hujan terjadi banjir disertai dengan buruknya kualitas
air. Terganggunya fungsi hidrologis di DAS Citarum ini karena banyaknya konversi lahan di
daerah tangkapan air, yakni dari lahan resapan air menjadi lahan terbangun (permukima n,
industri, jalan, dan fasilitas lainnya), sehingga air yang meresap ke dalam tanah semakin
berkurang. Meningkatnya perkembangan penduduk dan krisis ekonomi sejak tahun 1997 telah
berdampak cukup signifikan terhadap kondisi lingkungan. Tidak terkendalinya konversi lahan
dari lahan resapan air menjadi lahan terbangun merupakan awal kerusakan lingkungan yang
terjadi di DAS Citarum Hulu, walaupun sejak tahun 1982 Pemda Propinsi Jawa Barat telah
mengeluarkan SK Gubernur No. 181.1/SK.1624-Bapp/1982 tentang Peruntukan Lahan di
Wilayah Inti Bandung Raya Bagian Utara (Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah
Jawa Barat, 2004).

2. Air Permukaan

Perubahan tata guna lahan berpengaruh terhadap rezim aliran air sungai. Meningkatnya lahan
terbangun mengakibatkan bertambahnya koefisien run off, yang berarti makin sedikitnya porsi
presipitasi yang tersimpan dalam tanah.

3. Air Tanah

Kondisi air permukaan juga berpengaruh terhadap air tanah di Cekungan Bandung. Jumlah
sumur bor di Cekungan Bandung terus meningkat, namun Indeks Produktivitas Air Tanah terus
menurun. Artinya jumlah sumur bor dan persediaan air tanah di Cekungan Bandung sudah tidak
seimbang. Menurut penelitian terbaru, terdapat 550 industri di Cekungan Bandung, dan 80%
di antaranya merupakan industri tekstil yang mengambil kebutuhan airnya dari tanah. Kondisi
ini mengakibatkan penurunan permukaan air tanah dan dalam jangka panjang akan
menimbulkan penurunan permukaan tanah.

4. Persampahan

Hasil perhitungan tim konsultan GBWMC menunjukkan bahwa timbunan sampah dari Kota
Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi, dan tiga kecamatan di Kabupaten Sumedang
mencapai 3.300 ton/hari, sementara yang terangkut baru 1.442 ton/hari atau 43,7%. Dengan
demikian yang tidak terangkut mencapai 1,858 ton/hari. Sampah yang tidak terangkut tersebut
oleh masyarakat ada yang dikubur di pekarangan, sebagian dibakar, dan sebagian sisanya
dibuang ke sungai. Dapat diasumsikan jumlah sampah yang masuk ke sungai setiap hari sebesar
620 ton, yang terdiri atas sampah organik dan anorganik. Hal ini menimbulkan permasalahan
tersendiri dalam peningkatan pelayanan sampah di Cekungan Bandung. Sampai saat ini, solusi
akhir pengelolaan limbah padat di Jawa Barat masih memanfaatkan keberadaan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Permasalahan yang dihadapi adalah pengelolaan TPA yang secara
formal dipegang oleh tiga Pemda (Kota dan Kabupaten Bandung, serta Cimahi), dengan cara
pandang dan kebijakan yang berbeda pula. Permasalahan ini terkait pula dengan permasalahan
sosial penduduk di sekitar TPA.

5. Kualitas Udara

13
Kecenderungan menurunnya kualitas udara diakibatkan oleh peningkatan beragam aktivitas,
termasuk transportasi, industri, perumahan, persampahan, dan alami (vulkanik). Konsentrasi
beberapa parameter, seperti oksida nitrogen, karbon monoksida, sulfur dioksida, hidrokarbon,
ozon, partikulat, dan timbal cenderung meningkat, sehingga secara umum, mengakibatkan
kualitas udara di Cekungan Bandung cenderung menurun. Kualitas udara yang buruk ini
dikuatkan dengan adanya kecenderungan Hidrokarbon yang meningkat di atas ambang batas
hingga 4-8 kali dari konsentrasi ambang batas baku mutu udara ambient, yaitu sebesar 160
mg/m3/3jam (Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat, 2004) Isu lain
adalah polusi lintas batas, yaitu polusi yang efeknya bersifat tidak hanya lokal, melainkan
regional, bahkan nasional, termasuk di dalamnya hujan asam dan pembentukan ozon di
troposfer akibat reaksi kimia. Penyumbang terbesar polusi udara adalah emisi kendaraan
bermotor. Sekitar 97% emisi karbonmonoksida, 80% emisi hidrokarbon, dan lebih 50% emisi
nitrogen oksida dihasilkan dari kendaraan bermotor. Sekitar 60% emisi dihasilkan dari industri
(Soedomo, 2001). Hal ini dipicu oleh meningkatnya kebutuhan kendaraan bermotor. Jumlah
kendaraan bermotor meningkat sebesar 8% per tahun. Polusi udara juga dapat menyebabkan
kerusakan tanaman, mengancam keanekaragaman hayati hutan, dan mengurangi hasil panen,
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kerugian ekonomis.

Strategi Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan

Permasalahan lingkungan yang terjadi di Cekungan Bandung merupakan dampak dari kurang
terpadunya perencanaan tata ruang yang selama ini dirancang berdasarkan batas-batas
administrasi. Berbagai permasalahan lingkungan tersebut tidak dapat diselesaikan secara
parsial karena satu aspek lingkungan akan berdampak pada aspek lainnya. Karena itu, perlu
disusun strategi lingkungan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi di
Cekungan Bandung secara menyeluruh dan terpadu. Strategi tersebut meliputi: a. Perombakan
kebijakan dan institusi b. Pengendalian pencemaran c. Rehabilitasi lahan d. Pemberdayaan
masyarakat (agar lebih peka terhadap lingkungan) persediaan air tanah di Cekungan Bandung,
yang diindikasikan dengan penurunan permukaan air tanah dan amblesan tanah. Permasalahan
lain adalah masih rendahnya tingkat pelayanan sampah, dan menurunnya kualitas udara akibat
meningkatnya aktivitas penduduk. Berbagai permasalahan yang terjadi di Cekungan Bandung
merupakan akibat dari perencanaan wilayah yang kurang memperhatikan aspek ekologi,
sehingga disarankan perlunya diterapkan pengelolaan DAS terpadu berdasarkan batas ekologis,
bukan batas administrasi.

Studi kasus 2

Sebanyak 575 dari 719 perusahaan modal asing PMA dan perusahaan modal dalam negeri
PMDN di Pulau Batam tak memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL seperti
yang digariskan. Dari 274 industri penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun B3, hanya
54 perusahaan yang melakukan pengelolaan pembuangan limbahnya secara baik. Sisanya
membuang limbahnya ke laut lepas atau dialirkan ke sejumlah dam penghasil air bersih.
Tragisnya, jumlah libah B3 yang dihasilkan oleh 274 perusahaan industri di Pulau Batam yang
mencapai 3 juta ton per tahun selama ini tak terkontrol. Salah satu industri berat dan terbesar
di Pulau Batam penghasil limbah B3 yang tak punya pengolahan limbah adalah McDermot,
ungkap Kepala Bagian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah BAPEDALDA kota

14
Batam Zulfakkar di Batam. Menurut Zulfakkar, dari 24 kawasan industri, hanya empat yang
memiliki AMDAL dan hanya satu yang mempunyai unit pengolahan limbah UPL secara
terpadu, yaitu kawasan industri Muka Kuning, Batamindo, Investment Cakrawala BIC. Selain
BIC, yang memliki AMDAL adalah Panbil Industrial Estate, Semblong Citra Nusa, dan
Kawasan Industri Kabil. Semua terjadi karena pembangunan di Pulau Batam yang dikelola
otorita Batam selama 32 tahun, tak pernah mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial
kemasyarakatan. Seolah-olah investasi dan pertumbuhan ekonomi menjadi tujuan segalanya.
Sesuai Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup dan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa mengenai Dampak Lingkungan
AMDAL, maka pengelolan sebuah kawasan industri tanpa mengindahkan aspek lingkungan,
jelas melanggar hukum. Semenjak Pemerintah Kota Batam dan Bapedalda terbentuk tahun
2000, barulah diketahui bahwa Pulau Batam ternyata kondisi lingkungan dan alamnya sudah
rusak parah.

Studi kasus 3

Selama ini, pusat perbelanjaan diserahi tugas membuat studi analisis mengenai dampak
lingkungan. Untuk keperluan itu mereka menggunakan jasa konsultan. Karena kebebasan itu,
dokumen AMDAL umumnya baru diterima Badan Pengendali Dampak Lingkungan Hidup
setelah pusat perbelanjaan mengalami masalah, misalnya akan dijual ke bank dan
membutuhkan rekomendasi AMDAL. Padahal, sesuai prosedur, izin pembangunan pusat
perbelanjaan baru diterbitkan setelah rekomendasi dari BPLHD. Tetapi yang terjadi, AMDAL
baru diserahkan setelah pusat perbelanjaan itu berdiri dan mengalami masalah yang
membutuhkan rekomendasi dari BPLHD. 69 Kompas 18 Maret 2003. Pembangunan pusat
perbelanjaan sering menimbulkan kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas disekitar tempat
pusat perbelanjaan tersebut.

Studi Kasus 4

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMERATAAN PEMBANGUNAN


INFRASTRUKTUR JALAN
(Studi Kasus Di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang)
Partisipasi Masyarakat Kecamatan Lawang dalam Pemerataan

Pembangunan Infrastruktur Jalan


Pada tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Malang membuat kebijakan terkait dengan
pemberdayaan masyarakat yaitu memberikan bantuan keuangan bagi desa yang membutuhkan
dana untuk kegiatan pembangunan prasarana dasar perdesaan yang segera harus diwujudkan
melalui pendanaan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Malang yang didukung masyarakat
secara terpadu dengan pola kemitraan. Keterpaduan tersebut dalam hal penyediaan anggaran
maupun dalam hal pelaksanaan, sekaligus untuk membang-kitkan kembali semangat
kebersamaan dan gotong royong masyarakat yang merupakan budaya Bangsa Indonesia yang
sudah mengakar di masyarakat khususnya masyarakat pedesaan.

Adapun maksud dan tujuan diberikan program Bangsimas agar mengembangkan dan
memperkokoh proses pelaksanaan kegiatan serta membantu percepatan pemberdayaan
masyarakat dimana keduanya dilakukan melalui pendekatan pelaksanaan pembangunan desa

15
dengan peningkatan transparansi dan peran serta masyarakat pada semua tahap pembangunan
yang meliputi tahap pemilihan, perumusan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur
pedesaan. Program ini juga berguna sebagai pemberdayaan masyarakat desa untuk dapat
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil kegiatan yang sudah dicapai. Serta
peningkatan peran aktif masyarakat juga terakomodir dalam program ini.

Sasaran bantuan keuangan dengan Pola Pembangunan Sinergi Berbasis Masyarakat ini
adalah jalan poros desa yang menghubungkan antar dusun/desa sesuai dengan usulan yang
diajukan oleh desa pengusul di Wilayah Kabupaten Malang yang Prasarana dasar fisiknya
dipandang belum cukup memadai. Dari 10 desa yang ada di Kecamatan Lawang seluruh desa
mendapatkan program bantuan keuangan pembangunan jalan. Selama berjalannya
pembangunan jalan banyak sumbangsih yang diberikan masyarakat guna memperlancar
kegiatan pembangunan jalan tanpa dapat dihitung secara materi. Semisal dalam penyediaan
konsumsi bagi para pekerja. Penduduk daerah sekitar lokasi pembangunan jalan.
Faktor-Faktor yang Menjadi Pendukung dan Penghambat Pembangunan Jalan Kecamatan
Lawang Tahun 2012.

a. Faktor pendukung: Pertama Motivasi Masyarakat dalam Kemajuan Pembangunan


Jalan. Kedua, Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Malang Selaku Produsen Program.
b. Faktor Penghambat: Pertama, iklim dan cuaca yang tidak menentu. Kedua,
ketidakpedulian masyarakat desa dalam memajukan desa.

16
BAB III
PENUTUP
Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara paling
sederhana dapat diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan
nasional agregat dalam kurun waktu tertentu misalkan satu tahun. Keberhasilan dalam
pemerataan pembangunan merupakan modal utama dalam upaya bangsa meningkatkan
perkembangan dan pertumbuhan perekonomian rakyat, memperkukuh kesetiakawanan
sosial, menanggulangi kemiskinan, dan mencegah proses munculnya kemiskinan baru yang
mungkin timbul. Berlangsung tidaknya suatu kegiatan pembangunan didasarkan atas ada
tidaknya dampak penting dari kegiatan tersebut. Dampak penting yang dimaksudkan adalah
perubahan yang sangat mendasar akibat adanya suatu kegiatan, sedangkan dampak
lingkungan adalah perubahan lingkungan akibat adanya kegiatan baik bersifat positif
maupun negatif.

17
DAFTAR PUSTAKA
Priambodo, Agung.2013. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Belanja Modal,
Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2008-2012. Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229. EDAJ 3 (3) (2014).
Diakses pada tanggal 29 maret 2021.

https://www.merdeka.com/jatim/manfaat-amdal-beserta-definisi-tujuan-dan-fungsinya-
yangperlu-diketahui
kln.html#:~:text=AMDAL%20sebagai%20%E2%80%9Cenvironmental%20safe%20guard,
m emberikan%20dampak%20buruk%20bagi%20lingkungan. Bapemnas. (n.d.). Bapemnas.
Bapemnas.co.id.

Gonil, P., Sajomsang, W., Ruktanonchai, U. R., Pimpha, N., Sramala, I., Nuchuchua, O.,
Saesoo, S., Chaleawlert-Umpon, S., Puttipipatkhachorn, S., Nuchuchua, O., Saesoo, S., Gonil,
P., Ruktanonchai, U. R., Sajomsang, W., Pimpha, N., Prabaharan, M., Jayakumar, R., Zhang,
J., Ellsworth, K., … Yanes, J. (2011). Pemerataan Pembangunan. Carbohydrate Polymers,
53(4), 1689–1699. http://www.ghbook.ir/index.php?name=‫ن وی های ر سان ه و ف رهنگ‬
‫&ن‬option=com_dbook&task=readonline&book_id=13650&page=73&chkhashk=ED9C9
491B4&Itemid=218&lang=fa&tmpl=component%0Ahttp://digital.csic.es/bitstream/10261/27
998/1/038_043_Articulo_05.pdf%0Ahttp://dx.do

Ir. Mulyono Sadyohutomo, M. (2018). Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable


Development). https://doi.org/10.31227/osf.io/vd59j

UNDIP. (2013). eprints.undip. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.

Pandita,Giovanni.2021. AMDAL Adalah Kepentingan dari Lingkungan Proyek.


https://www.google.com/amp/s/www.jojonomic.com/blog/analisis-lingkungan-proyek/.
Diakses pada tanggal 20 April 2021

Wikipedia.Kemiskinan.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan#:~:text=Kemiskinan%20
adalah%20keadaan%20saat%20ketidakmampuan,Kemiskinan%20merupakan%20masalah%
20global.diakse pada tanggal 20 April 2021

Wangsaatmaja,Setiawan dkk.2006.Permasalahan dan Strategi Pembangunan Lingkungan


Berkelanjutan Studi Kasus: Cekungan Bandung. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1, 164-171

18

Anda mungkin juga menyukai