Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

SALEP (UNGUENTA)

NAMA : Yully Tri Astuti


NIM : 34190314
KELAS : A/DF/III

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA


PRODI D3 FARMASI
2020
SALEP (UNGUENTA) Asam Salisilat
I. TUJUAN PRAKTIKUM 
Agar mahasiswa mampu membuat sediaan salep salisilat berbasis lemak dan basis
larut dalam air dengan metode dan teknik yang benar.
II. DASAR TEORI 
Salep adalah sediaa setengah padat ditunjukkan untuk pemkaian topikal pada kulit
selaput lendir. Pada umumnya salep digunakan untuk pengobatan local, salep dapat pula
digunakan untuk sistematik dengan bentuk salep yang berangkat dari sediaan salep
berupa plester.
Bahan obat dapat berada dalam keadaan larut (salep larutan) atau suspensi (salep
suspensi) di dalam basisnya. Peracikan air, cairan obat atau larutan bahan obat ke dalam
basis mengandung emulgator menyebablan terbentuknya salep emulsi. Salep dengan
jumlah bahan mengandung air (sering dibatasi hanya yang berjenis M/A).
Dalam sediaan salep, komposisi basis ini merupakan hal yang penting, karena akan
mempengaruhi kecepatan pelepasan obat dari yang dikandungnya karena untuk dapat
berkhasiat, obat harus terlepas dulu dari basis salepnya.
Salep yang digunakan sebagai pelindung, pelunak kulit dan sebagai vehiculum
(pembawa). Salep yang baik seharusya memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Stabil, semalam, pemakaian dan penyimpanan harus stabil, karena akan selalu
dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti suhu, kelembaban, dan sebagainya.
2. Lunak, karena salep dipergunakan pada kulit yang relatih lebih lunak teruama
salep yang dipergunakan untuk leka yang terbuka untuk itu salep harus memiliki
daya menyebar yang baik, namun dapat  memenuhi syarat yang lain. 
3. Mudah dipakai, suapa mudah dipakai konsistensi harus tidak tekaky keras dan
tidak pula terlalu encer serta dapat melekat pada kulit selama waktu yang
diperlukam.
4. Protektif, untuk salp tertentu diperlukan kemampuan melindungi kulit dari
pengaruh luar baik berupa sifat asam, basa, debu, sinar matahari dan sebagainya.
5. Basis yang cocok, tidak boleh menghambat kerja obat yang dikandungnya, tidak
mengiritasi kulit atau efek samping yang lain. Basis harus rapat melepaskan
obatnya sehingga obatnya dapat berkhasiat.
6. Homogen bahan obat harus terbagi homogen agar setip pemakaian mempunyai
khasiat yang samaa.
Basis dan bahan pembantu obat harus memenuhi persyaratan umum. Mereka harus
memiliki stabilitas yang mamuaskan dan tak tersatukan dengan bahan pembantu lainnya
dan juga dengan bahan obat yang digunakan dalam terapi salep. Basis salep sebaiknya
memiliki dayang sebar yang baik dan menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan.
Daya menyerap air yang memuaskan dan sedikit atau tidak menghambat fungsi – fungsi
fisiologi kulit (tidak terjadi akumulasi panas, tidak ada hambatan pada pemanfaatan kulit)
harus uga terjamin. Hal ini yangpenting adalah tersatukannya secara fisiologis. Basis
salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Dasar salep hidrokarbon, dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak
anatar lain vaselin putih dan salep putih. HAnya sejumlah kecil komponen berair
yang memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalit penutup.
2. Dasar salep serap, dasar salep serap ini dapat dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat tercampur dengan air
membentuk emulsi air dalam minyak (paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat),
kelompok kedua terdiri dari atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur
dengan sejumlah air tamabahan (lanolin).
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Dasar salep ini adalah emulsi minyak
dalam air antara lain salep hidrifilik dan lebih tepat disebut “krim”, keuntungan
lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap
cairan yang terjadi pada kelainan dermatologis.
4. Dasar salep larut dalam air, dasar salep ini disebut juga “dasar salep tak berlemak”
dan terdiri dari konstituen larut air. 
Pemilihan dasar saep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang
diinginkan. Sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Pelepasan obat dari dasar salep secara “in-vitro” dapat
digambarkan dengan kecepaan pelarutan obat yang dikandugnya dalam medium tertentu.
Ini disebabkan karena kecepatan pelarutnya merupaka lanagkan yang menentukan. Dalam
proses berikutnya.
Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari basisnya adalah :
1. Kelarutan obat dalam basis
2. Konsentrasi obat
3. Koefisien difusu obat dalam basis
4. Medium pelepasan
Pengungkapan data kecepatan pelarutan dapat dilakukan dengan evaluasi antara lain.
Waktu yang diperlukan sejumlah tertentu zat melarut. Misalnya C20 artinya waktu yang
diperlukan berada obat terlarut pada 20% media.
1. Jumlah obat yang terlarut dalam media pada waktu tertentu. Misalnya C20 artinya
berada obat terlarut pada 20 menit.
2. Hubungan antara konstanta dissolusi (k) vs waktu (t)
3. Metode “dissolution effiedeny” (DE) yaitu perbandingan luas daerah dibawah
kurva kecepatan pelarutan dengan luas pada waktu yang sama yang
menunjukkan 100% obat terlarut.
Macam – macam uji pelepasan obat dari basis salep :
In-vitro :
1. Metode difusi pada Galose
2. Cara mikrobiologi 
3. Metode difusi dengan menggunakan membrane
4. Metode difusi tanpa membrane

In-vivo :
1. Metode histologi
2. Metode dengan menggunakan “trace” yang dilabeli dengan radiao aktif
3. Metode penilaian pada aspek fisiologi tertetutu
4. Analisa pada cairan badan atau jaringan.
III. FORMULASI SEDIAAN
Cara Pembuatan A

Formula 1 Formula 2

R/ Asam Salisilat 10 gram  R/ Asam Salisilat 10 gram  


Vaselin 90 gram Vaselin 85 gram
Cera flava Cera flava 5 gram

Cara pembuatan B

Formula 1 Formula 2

R/ Asam salisilat 10 gram R/ Asam salisilat 10 gram


PEG 400 50 gram PEG 400 65 gram
PEG 4000 PEG 4000 5 gram 

IV. ALAT DAN BAHAN 


Alat yang digunakan :
1. Gelas beaker
2. Cawan porselin
3. Batang pengaduk
4. Timbangan 
5. Mortir dan stamper
6. Sudip
7. Pipet tetes

Bahan yang digunakan :


1. Asam salisilat
2. Vaselin 
3. Cera flava
4. PEG 400
5. PEG 4000

V. CARA KERJA 
Cara Pembuatan A

Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan

Lelehkan vaselin dan cera flava dan aduk ad homogen, dinginkan ad suhu sekitar 50oC

Masukkan asam salisiat dalam mortir hangat tambahkan spiritus fortior ad halus/ larut

Tambahkan sedikit campuran 1

Tambahkan sisa campuran 1 aduk ad homogen

Lakukan penggilasan dengan menggunakan roller-mill dan diulang 2 – 3 kali

Simpan salep dalam wadah untuk percobaan selanjutnya

Cara pembuatan B
Menyiapkan alat dan bahan

Lelehkan kedua macam PEG dalam cawan porselin

Masukkan asam salisilat dalam mortir hangat tambahkan spiritus fortiori ad asam salisilat
halus

Tambahkan sedikit PEG dan aduk sampai homogen dan biarkan spiritusnya menguap

Tambahan sisa campuran PEG

Lanjutkan penggilingan dengan menggunakan roller-mill dan ulangin 2 – 3 kali

Simpanlah salep dalam wadah untuk percobaan selanjutnya


VI. Pembahasan

Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar salep yang cocok. Pemerian Tidak
boleh berbau tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk salap yang mengandung obat keras
atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %. Dasar salap, kecuali dinyatakan sebagai
bahan dasar digunakan Vaselin putih . Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian,
dapat dipilih salah satu bahan dasar berikut: (a) dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih,
vaselin kuning atau campurannya dengan malam putih, dengan Malam kuning atau senyawa
hidrokarbon lain yang cocok; (b) dasar salep serap lemak bulu domba : campuran 8 bagian
kolesterol
3 bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih,
campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; (c) dasar salep yang dapat
dicuci dengan air. Emulsi minyak dan air; (d) dasar salep yang dapat larut dalam air
Polietilenglikola atau campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa atau bahan
transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.

Pada pembuatan salep kali ini, zat utamanya yaitu Asam Salisilat perlu dilarutkan terlebih dahulu
dengan menggunakan etanol. Hal ini dilakukan karena Asam Salisilat memiliki bentuk hablur
atau berbentuk seperti jarum-jarum, sehingga perlu dilarutkan terlebih dahulu untuk
memperkecil partikelnya.
Pada saat pembuatan salep, bahan-bahan yang telah dilebur di atas penangas air harus
didinginkan dahulu sampai mencapai suhu kira-kira 50oC. Hal ini perlu agar suhu basis salep
dengan zat aktif yang akan dicampurkan tidak terlalu jauh. Perbedaan suhu yang terlalu besar
(terlalu panas) dikhawatirkan dapat merusak zat aktif dari salep yang akan dibuat. Selain itu,
proses pendinginan juga dapat membuat massa basis salep yang tadinya encer menjadi lebih
kental, sehingga proses pencampuran semua bahan nantinya tidak memakan waktu terlalu lama.
Pembuatan salep tidak memerlukan penambahan bahan pengawet. Hal ini dikarenakan bahan-
bahan yang ada di dalam salep tidak mengandung air. Tetapi untuk berjaga-jaga, dapat pula
ditambahkan bahan pengawet yang cocok.
Agar tujuan pengobatan dapat tercapai pembuatan salep harus mengikuti peraturan seperti yang
tercantum pada FI ed. II ada 4 peraturan dasar pembuatan salep, yaitu : (1) zat-zat yang dapat
larut dalam lemak, dilarutkan dulu kedalamnya. Bila perlu dengan pemanasan; (2) zat- zat yang
larut dalam air, jika tidak dinyatakan lain , dilarutkan dalam air asalkan jumlah air dapat diserap
oleh dasar salep.jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis salep; (3) zat – zat yang sukar larut
atau sebagian larut  dalam air atau lemak,  bila tidak dinyatakan lain dilarutkan dengan etanol
lalu diserbukkan, kemudian di ayak dengan pengayak no.44 / B. 40; (4) salep yang dibuat dengan
jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin. Pemeriannya : tidak boleh berbau
tengik. Kadar : bila tidak dinyatakan lain salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar
bahan obat adalah 10%. Homogenitas : Jika di oleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan
lain yang  cocok harus menunjukkan susunan yang homogen .

Uji yang dilakukan untuk mengetahui kualitas dari pada sediaan unguenta yaitu dapat berupa uj
daya sebar. Uji daya sebar ini dilakukan dengan tujuan mengetahui seberap luas sebaran dari
unguenta yang dibuat. Semakin besar daya sebar semakin bagus sediaan unguenta yang dibuat.
Karena dengan adanya daya sebar yang tinggi, sediaan dapat mencangkup daerah aplikasi
(symptom kulit) sehingga zat aktif dapat tersebar secara merata. Jika diliat dari hasil uji daya
sebar pada ke empat formula didapatkan hasil akhir pada penamabahan beban sebanyak 150 
gram yang memiliki daya sebar tinggi adalah vaselin, kemudian campuran vaselin dengan cera
flava, PEG formula III dan yang terakhir PEG formula V. faktor yang dapat mempengaruhi daya
sebar adalah viskositas dan jenis basis, lama pengadukan saat pembuatan dan melehkan. Maka
dengan viskositas yang tinggi dapat menahan gaya tekan beban dairpada unguenta dengan
viskositas kecil. 

Uji daya lekat dilakukan dengan tujuan mengetahui sevevrapa kuat unguenta dapat melekat pada
daerah aplikasi (kulit). Dengan daya lekat besar yang dirtinjau daya lekat yang basaryang
ditinnjau dari lama waktu unguenta melekatkan dua lapisa kaca objek. Dari formula tersebut
formula 3 dn 4 memiliki daya lekat yang besar dan paling kecil pada formula 2.

Uji kemampuan proteksi dilakukan dengan tujuan mengetahi seberapa kuat unguenta menjaga
kestabilam. Disini digunakan larutan KOH sebagai agenn intervensi. KOH ini akan mengubah
warna indicator phenolptialin menjadi merah. Jika terjadi perubahan warna tersebut maka
unguenta sudah tidak dapat memproduksi kestabiliannya. Maka semakin lama perubahan warna
yang terjadi semakin besar kemampuan proteksi unguenta. 

Uji disolusi unguenta dilakukan dengan tujuan mengetahui profil disolusi unguenta asam salisilat
dengan basis yang berbeda. Disini digunakan membrane porous pada sel sebagian simulator kulit
untuk menutup unguenta yang ada di sel, setelah ditutupdengan membrane porous tidak boleh
ada gelembung karena bisa mempengaruhi hasil sete;ah dimasukkan ke dalam medium. Jadi
harus benar – benar rata dan tidak boleh ada gelembung pada membrane porous yang menutupi
unguenta pada sel. Faktor yang mempengaruhi kecepatan pelepasan obat dari basis unguenta ke
dalam medium adalah viskositas, ukuran partikel, homogenitas, jenis basis. Secara spesifik
belum bisa mewakili pelepas obat secara nyata, karena digunakan membrane porous pada
dasarnya membrane porous tidak bisa menggantikan kulit karena tidak ada pengaruhi suhu tidak
ada sirkulasi udara (pori – pori) seperti pada kulit. Data yang didapat pada larutan baku baik
karena absorbansi yang didapat semakin besar dan dapat membentuk garis liniear, sedangkan
pada sampel formula 2 dan sampel formula 3 data yang di dapat tidak bagus, tidak sesuai dengan
teori. Mungkin hal ini dipengaruhi oleh gelembung pada membrane porous, viskositasm dan
homogenitas pada unguenta, yang diharapjan sesuai teori absorbansi pada formula 2 dan formula
3 seharusnya semakin lama waktu absorbansi semakin meningkat. 

Keuntungan basis larutan air dibandingkan dengan basis hindrokarbon yaitu dapat dilihat dari
disolasi zat aktif dalam basis larut air ini akan lebih mdah terdifusi ke dalam tubuh karena
viskositas basis akan lebih rendah ketika diaplikasikan ke kulit. Sedangkan kerugiannya yaitu
mudah tercuci atau mudah hilanh saat penerapan pada kulit. Jika melibatkan basis hidrokarbon
ada keuntungan yaitu ketahanan serap saat penerapan pada kulit. Kerugiannya bisa berupa ketika
ketidak nyamanan saat pemakaian. 

            Kemasan pada sediaan salep ada bermacam-macam bentuk. Salah satunya adalah pot
salep, seperti yang dipakai pada praktikum ini. Etiket yang digunakan pada sediaan ini adalah
etiket biru, sebab sediaan salep (unguents) ditujukan untuk pemakaian luar pada tubuh.

VII. Kesimpulan
Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar salep yang cocok. Pemerian Tidak
boleh berbau tengik. Asam Salisilat perlu dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan
etanol. Hal ini dilakukan karena Asam Salisilat memiliki bentuk hablur atau berbentuk seperti
jarum-jarum, sehingga perlu dilarutkan terlebih dahulu untuk memperkecil partikelnya.

Macam – macam uji pelepasan obat dari basis salep :


In-vitro :
5. Metode difusi pada Galose
6. Cara mikrobiologi 
7. Metode difusi dengan menggunakan membrane
8. Metode difusi tanpa membrane

In-vivo :
5. Metode histologi
6. Metode dengan menggunakan “trace” yang dilabeli dengan radiao aktif
7. Metode penilaian pada aspek fisiologi tertetutu
8. Analisa pada cairan badan atau jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawati,Dwi.2020. Buku Petunjuk Praktikum Teknologi sediaan liquid dan semi
solid.Stikes surya Global.yogyakarta
https://syifaaanabilaa.blogspot.com/2019/01/laporan-praktikum-resep-unguentum-
salep.html
https://id.scribd.com/document/285341726/LAPORAN-RESMI-UNGUENTUM-
ASAM-SALISILAT

Anda mungkin juga menyukai