Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKOLOGI HEWAN

Respons & Adaptasi

Dosen Pengampuh :
Fahmy Armada,M.Pd

Disusun Oleh : 8
Eliya indah sari : (1830207082)
Nur Rusdalinah : (1920207059)
Veno Pahindra : (1830207106)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbilalamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat allah


swt, yang telah melimpahkan rahmat hidayatnya serta pertolongan sehinga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah kami berjudul “Respons & Adaptasi”
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada nabi kita yaitu Nabi Muhammad
SAW. Dengan makalah ini diharapkan dapat memberikan solusi berdasarkan
wawasan kepada pembaca, karena kajian yang kami bahas berhubungan dengan
konsep dari populasi, komunitas dan juga ekosistem, sebagai akhir dari pengantar
ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah kami ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini lebih lanjut dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Palembang, September 2021

Kelompok 1
A. Bibliografi

Judul Buku : Ekologi Hewan

Nama pengarang : saroyono sumarto & Roni Koreni

Penerbit : CV Patra media grafindo bandung

Tempat Terbit : Bandung

B. Hasil Resume

A. RESPON HEWAN
Respon hewan terhadap perubahan faktor lingkungan dianggap sebagai
strategi hewan untuk beradaptasi dan untuk kelangsungan hidupnya. Lingkungan
berperan sebagai kekuatan untuk menyeleksi bagi populasi yang hidup di
dalamnya. Respon pertama kali organisme terhadap perubahan lingkungan ialah
ekofisiologi dan bisa sangat berbeda pada setiap jenis organisme. Pada hewan
berdarah dingin (poikiloterm), penurunan atau peningkatan suhu udara akan
diikuti dengan penurunan atau peningkatan laju metabolisme tubuhnya.
Sebaliknya pada hewan berdarah panas (homeoterm), penurunan suhu udara justru
akan meningkatkan laju metabolisme tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh.
Kendeigh (1969) menglasifikasikan respon menjadi 5 macam, yaitu:
 Semut (masking): modifikasi pengaruh suatu faktor oleh faktor lainnya.
Sebagai contoh RH (relatif humidity atau kelembaban relatif) yang rendah
meningkatkan laju evaporasi permukaan tubuh, sehingga hewan berdarah
panas mampu bertahan pada iklim yang sangat hangat.
 Letal (lethal): faktor lingkungan menyebabkan kematian, seperti misalnya
suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin.
 Berarah (directive): faktor lingkungan menyebabkan orientasi
tertentu, misalnya burung-burung di kutub utara bermigrasi ke arah selatan
pada saat musim dingin dan kembali ke utara pada saat musim semi atau
panas untuk berbiak.
 Pengontrolan (controlling): faktor tertentu dapat mempengaruhi
laju suatu proses fisiologi tanpa masuk ke reaksi. Sebagai contoh, suhu
lingkungan dapat berpengaruh besar terhadap metabolisme, sekresi, dan
lokomosi hewan.
 Defisien (deficient): defisiensi suatu faktor lingkungan pada habitat
tertentu dapat mempengaruhi aktivitas atau metabolisme hewan. Sebagai
contohnya jika oksigen ada atau tidak ada pada tekanan rendah akan
membatasi aktivitas hewan.Evolusi adalah respons yang diharapkan
terhadap perubahan lingkungan, dan demikian pula, perubahan iklim dan
perubahan lingkungan lainnya secara luas diakui sebagai mekanisme
penting yang mendorong evolusi.
 Respon Dasar Hewan
Selama periode ontogeny pada hewan dikenal tiga macam respon dasar
yaitu respon pengaturan, respon penyesuaian, dan respon perkembangan.
Mekanisme ketiga respon itu berdasarkan sistem umpan balik negatif.
Agar mekanisme itu berhasil maka respon yang dihasilkan harus sesuai
besarnya, waktu tepat dan berlangsung cukup cepat.
 Respon Reversibel
Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling sederhana adalah
respon pengaturan (regulatori). Respon fisiologi terjadi sangat cepat
(refleks). Contoh: perubahan pupil mata terhadap intensitas cahaya. Tipe
respon lain yang bersifat reversible adalah respon penyesuaian
(aklimatori), berlangsung lebih lama dari respon regulatori karena proses
yang fisiologi yang melandasinya melibatkan perubahan struktur dan
morfologi hewan. Contoh: di lingkuan bertekanan parsial oksigen rendah,
terjadi proliferasi dan pengingkatkan jumlah eritrosit, tubuh terdedah pada
kondisi kemarau terik, kulit mengalami peningkatan pigmentasi. Respon
aklimatori umum terdapat pada hewan berumur panjang, yang menghadapi
perubahan kondisi musiman. Reversibilitas respon penting sekali karena
tiap tahun kondisi khas musimana selalu berulang.
 Respon Tak-reversibel
Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah respon
perkembangan. Respon berlangsung lama karena melibatkan banyak
proses yang menghasilkan perkembangan beraneka ragam macam struktur
tubuh. Hasilnya bersifat permanen dantak reversible. Contoh : perubahan
jumlah mata facet pada Drosophila yang dipelihara pada suhu tinggi, atau
terbentuknya keturunan cacat akibat respon perkembangan embrio
terhadap senyawa teratogenik dalam lingkungannya.

B. ADAPTASI HEWAN
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, hewan akan beradaptasi terhadap
perubahan faktor lingkungannya dengan cara memodifikasi morfologi (termasuk
anatomi), fisiologi tubuhnya, maupun perilakunya. Modifikasi ini akan merubah
rentang/kisaran faktor lingkungan yang berubah tersebut. Modifikasi ini bisa
secara cepat atau lambat bergantung pada modifikasinya. Modifikasi morfologi
jauh lebih lambat dibandingkan dengan modifikasi fisiologi dan perilaku, bahkan
didapat melalui proses evolusi yang memerlukan waktu jutaan tahun.
a. Adaptasi Morfologi
adaptasi morfologi ialah penyesuaian diri hewan terhadap perubahan
faktor lingkungan dengan cara memodifiksi struktur dan bentuk atau bahkan
warna bagian tubuh luar (morfologi luar) dan bagian dalam (morfologi dalam atau
anatomi). Adaptasi ini muncul sebagai respon evolusioner hewan untuk tetap
mampu bertahan dan bereproduksi. Beberapa contoh adaptasi morfologi disajikan
pada bahasan berikut ini.
1). modifikasi alat gerak (ekstremitas) alat gerak hewan, mengalami modifiksi
bentuk sesuai fungsinya. Sebagai contoh: tungkai pada kelelawar berubah
bentuk menjadi bentuk parasut sesuai dengan fungsinya untuk terbang;
tungkai ular mengalami kemunduran (rudimenter) untuk fungsi merayap,
tungkai pada paus, lumba-lumba, duyung berubah bentuk menjadi model
dayung untuk berenang, tungkai cicak terbang mengalami modifikasi untuk
fungsi melayang.
2). modifikasi bentuk dan ukuran paruh burung bentuk dan ukuran paruh burung
menggambarkan bentuk adaptasinya terhadap jenis makanannya. Sebagai
contoh model paruh tebal bengkok dengan ujung runcing pada kakatua
diadaptasikan untuk fungsi mencongkel buah, paruh tebal dan sangat runcing
tajam menggambarkan fungsinya sebagai pemakan daging (pada burung
predaror), paruh kecil pendek pada burung-burung pemakan biji, paruh
dengan bentuk panjang runcing pada burung pemakan nektar, paruh
berbentuk meruncing dengan panjang sedang pada paruh burung pemakan
serangga, paruh burung berbentuk melebar pada itik berfungsi untuk mencari
makan pada perairan atau rawa, paruh burung berbentuk runcing sangat
panjang seperti burung egret berperan untuk mencari mangsa di perairan atau
di dalam lumpur.
3). modifikasi struktur organ pencernaan makanan pada hewan karnivora, saluran
pencernaan lebih sederhana dibandingkan dengan pada hewan memamah
biak (ruminansia). Lambung karnivora lebih sederhana dan sekum
mengalami rudimenter. Pada ruminansia lambungnya kompleks yang terdiri
dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum sesuai dengan fungsinya
untuk mencerna rerumputan yang mengandung banyak selulosa. Sekum pada
ruminansia sangat berkembang untuk fermentasi dan pembusukan karena
terdapatnya bakteri-bakteri di dalamnya untuk peran fermentasi dan
pembusukan.
4). modifikasi bentuk gigi. Bentuk gigi pada hewan juga mengalami modifikasi
sesuai dengan fungsinya. Pada ular berbisa (kobra atau viper), sepasang
taring mengalami modifikasi menjadi bentuk jarum suntik (solenoglifa) untuk
memasukkan atau menyemprotkan bisa ke mangsanya. Pada ular sanca
(python reticulatus) susunan gigi aglifa tersususn berderet dengan arah ujung
gigi menghadap ke belakang (saluran pencernaan) untuk paran menangkap
dan memegang mangsa agar tidak terlepas. Pada herbivora, gigi seri di depan
berfungsi untuk memotong tumbuhan, sedangkan geraham berperan dalam
mengunyah termasuk juga untuk mengunyah pada saat memamah biak.
5). modifikasi struktur kaki pada burung morfologi kaki burung dapat menjadi
contoh yang baik untuk menjelaskan bentuk modifikasi morfologi menurut
fungsinya. Kaki pada ayam diadaptasikan untuk fungsi mengais, kaki maleo
diadaptasikan untuk menggali tanah, kaki burung predator (misalnya elang
dan burung hantu) dengan struktur kokoh dan cakar yang tajam untuk
menangkap dan membunuh mangsa, kaki angsa mengalami modifikasi
dengan tumbuhnya selaput renang untuk berenang.
6). corak warna kulit dan bulu/rambut warna kulit singa (felis leo), cheetah
(acinonyx jubatus) diadaptasikan untuk warna latar belakang pada habitatnya
sehingga tersamar dari pandangan mangsa. Burung-burung malam memiliki
warna bulu yang suram atau tidak menyolok sebagai bentuk penyamaran.
7). adaptasi morfologi terhadap kehidupan di air secara baik ditunjukkan oleh
bentuk tubuh ikan. Bentuk yang pipih atau ramping memudahkan ikan untuk
berenang secara cepat sehingga selain digunakan sebagai bentuk adaptasi
juga bermanfaat dalam perilaku mencari makan dan menghindari predator.
8). untuk beradaptasi dengan kehidupannya di gurun yang panas dan kering,
tubuh unta beradaptasi secara morfologi, antara lain memiliki punuk yang
berfungsi untuk menyimpan cadangan air, serta bantalan pada kaki untuk
menghindari suhu panas pasir merusak sel kakinya.
9). beruang kutub dan hewan-hewan kutub lainnya memiliki warna kulit,
rambut, atau bulu yang putih sebagai bentuk pertahanan diri karena tersamar
dengan lingkungannya serta berperan penting dalam mencari makanan.
10). belut dan sidat memiliki bentuk tubuh yang gilig dengan sisik yang sangat
halus dilengkapi dengan lendir untuk beradaptasi dengan lingkungan perairan
serta memudahkan memasuki lubang atau sela-sela batuan.
11).ular kepala dua (Cylindrophis melanotus) memiliki morfologi ekor yang
mirip dengan kepalanya. Secara perilaku, ular dengan ekor mirip kepala ini
akan melipat ekor ke atas pada saat merasa terancam. Predator biasanya akan
menyerang ekor yang mirip kepala ini sehingga ada kesempatan untuk
menghindari serangan mematikan di kepala.
b. Adaptasi Fisiologi
Modifikasi fisiologi dilakukan sebagai respon segera terhadap perubahan faktor
lingkungan. Modifikasi fisiologi ini lebih cepat dilakukan dibandingkan dengan
adaptasi morfologi. Beberapa contoh adaptasi morlofogi disajikan pada bahasan
berikut ini.
1. perubahan kadar sel darah merah karena perubahan ketinggian tempat
kadar oksigen atmosfer di dataran tinggi lebih rendah dibandingkan dengan di
dataran rendah, sehingga jika hewan tidak mampu beradaptasi mereka akan
mengalami gangguan fisiologis akibat kekurangan oksigen. Beruntungnya
hewan memiliki kemampuan beradaptasi secara fisiologi terhadap penurunan
kadar oksigen ini dengan meningkatkan kadar sel darah merah (eritrosit) di
dalam darahnya. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berperan
dalam pengangkutan terutama oksigen.
2. secara fisiologi hewan ruminansia memodifikasi bentuk lambungnya
menjadi lambung kompleks yang pada rumen terdapat mikroorganisme
penghasil selulase, enzim yang penting dalam pemecahan selulosa, kandungan
utama tubuh tumbuhan.
3. hewan-hewan penghisap darah seperti lintah, pacet, dan nyamuk
menghasilkan zat antikoagulasi darah (contohnya heparin) sehingga tempat
mereka menempek atau menghisap darah tidak terjadi pembekuan darah.
4. pada primata dengan sistem sosial satu jantan (one male), misalnya pada
langur hanuman (semnopithecus entellus), yang tersebar di india dan
bangladesh terdapat adaptasi fisiologi yang unik pada betinanya. Jika terjadi
pengambilalihan posisi jantan paling kuat (jantan-α) seringkali jantan baru akan
membunuh bayi-bayi (infantisida) pada kelompok tersebut. Salah satu hipotesis
menyatakan bahwa hal itu dilakukan agar induk bayi segera memasuki estrus
sehingga jantan baru dapat segera kawin. Betina memiliki mekanisme “tipuan”
sebagai strategi menyelamatkan bayinya. Betina secara fisiologi mengalami
estrus shum (semu) sehingga betina tersebut seakan-akan sedang estrus
sehingga jantan dapat mengawininya.
5. ikan mujair yang hidup di perairan gelap memiliki warna tubuh yang lebih
gelap dibandingkan dengan yang hidup di perairan jernih.
c. Adaptasi Perilaku
Bentuk adaptasi yang ketiga ialah adaptasi perilaku yang dapat dilakukan
hewan secara segera, jauh lebih cepat daripada adaptasi fisiologi dan adaptasi
morfologi. Adaptasi ini merupakan respon yang pertama kali ditunjukkan oleh
hewan sebagai respon terhadap perubahan faktor lingkungan. Beberapa contoh
adaptasi perilaku disajikan sebagai berikut ini:
1. Monyet jepang (macaca fuscata) di jigokudani monkey park, bagian dari
joshinetsu kogen national park, nagano, jepang, memiliki perilaku yang unik.
Hujan salju lebat dan menyelimuti area tersebut selama 4 bulan setiap tahunnya
pada elevasi 850 m dpl. Satu populasi monyet yang besar akan mendatangi satu
lembah pada musim dingin, dan mencari makan makan di tempat lain pada
musim-musim panas. Monyet akan turun dari lereng-lereng dan hutan untuk
duduk berendam dalam kolam-kolam air hangat dan kembali ke hutan pada sore
hari. Tetapi, setelah monyet diberi makan oleh pemgunjung taman, mereka sering
mengunjungi kolam air panas tersebut sepanjang tahun untuk mendapatkan
makanan dari pengunjung.
2. Pada monyet jepang (macaca fuscata) di pulau koshima memiliki adaptasi
perilaku dengan mencuci ubi (sweet potato) dengan air laut sebelum
memakannya. Perilaku ini pertama kali diamati pada tahun 1952, dan hanya
dilakukan oleh beberapa individu. Pada akhirnya perilaku ini ditiru dan menyebar
ke monyet-monyet muda.
3. Hamadryas baboon (papio hamadryas) di ethiopia yang hidup di savana
dengan sedikit pohon, akan tidur di lereng-lereng batu yang curam untuk
menghindari predator pada malam hari.
4. Monyet hitam sulawesi (macaca nigra) lebih sering tidur di ujung-ujung
dahan dengan alasan agar mudah bangun jika ada predator (misalnya ular sanca)
yang merayap pada dahan tersebut.
5. Monyet ekor panjang (macaca fascicularis) di daerah pusuk lombok lebih
sering berkumpul di pinggir jalan untuk mendapatkan makanan dari pengguna
jalan.

C. Pertanyaan
1. Jelaskan Bagaimana strategi untuk mengurangi tekanan panas pada
produksi ternak ?
Jawab :
Di daerah ini, kinerja ternak umumnya lebih rendah daripada yang
diperoleh di Eropa Barat dan Amerika Utara. Meskipun banyak faktor
yang dapat terlibat, faktor iklim adalah salah satu faktor pembatas pertama
dan krusial dari perkembangan produksi ternak di daerah hangat. Selain
itu, pemanasan global akan semakin memperparah masalah yang
berhubungan dengan stres akibat panas. Strategi ini dapat diklasifikasikan
ke dalam tiga kelompok: yang meningkatkan asupan pakan atau
menurunkan produksi panas metabolik, meningkatkan kapasitas
kehilangan panas, dan yang melibatkan seleksi genetik untuk toleransi
panas. Di bawah tekanan panas, peningkatan produksi harus
dimungkinkan melalui modifikasi komposisi makanan yang meningkatkan
asupan yang lebih tinggi atau mengkompensasi konsumsi pakan yang
rendah. Selain itu, mengubah manajemen pemberian pakan seperti
perubahan waktu dan / atau frekuensi pemberian pakan merupakan alat
yang efisien untuk menghindari beban panas yang berlebihan dan
meningkatkan tingkat kelangsungan hidup, terutama pada unggas. Metode
untuk meningkatkan pertukaran panas antara lingkungan dan hewan serta
mereka yang mengubah lingkungan untuk mencegah atau membatasi
tekanan panas dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dalam kondisi
iklim panas. Meskipun perbedaan toleransi termal ada antara spesies
ternak (ruminansia. Monogastrik), ada juga perbedaan besar antara breed
suatu spesies dan dalam setiap breed. Akibatnya, ada peluang untuk
meningkatkan toleransi termal hewan dengan menggunakan alat genetik.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengukur antagonisme
genetik antara sifat adaptasi dan produksi untuk mengevaluasi respon
seleksi potensial. Dengan perkembangan bioteknologi molekuler, peluang
baru tersedia untuk mengkarakterisasi ekspresi gen dan mengidentifikasi
respons seluler utama terhadap tekanan panas. Alat baru ini akan
memungkinkan para ilmuwan meningkatkan akurasi dan efisiensi
pemilihan untuk toleransi panas. Regulasi epigenetik ekspresi gen dan
pencetakan termal genom juga bisa menjadi metode yang efisien untuk
meningkatkan toleransi termal. Teknik seperti itu (misalnya aklimatisasi
panas perinatal) saat ini sedang dilakukan pada ayam.
Sumber : D. Renaudeau1- , A. Collin2 , S. Yahav3 , V. de Basilio4 , J. L.
Gourdine1 and R. J. Collier5. Adaptation to hot climate and strategies to
alleviate heat stress in livestock production.
2. Jelaskan apa yang terjadi dan adaptasi pada organisme laut jika
pengasaman laut dilakukan dimasa depan ?
Jawab :
Pengasaman laut di masa depan berpotensi berdampak buruk pada banyak
organisme laut. Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa banyak
spesies dapat mengalami penurunan keberhasilan pembuahan, penurunan
tingkat pertumbuhan larva dan dewasa, penurunan tingkat pengapuran, dan
bahkan kematian saat terkena tingkat pengasaman laut di masa mendatang
(tahun 2100 skenario). Fokus penelitian kecil saat ini ditempatkan pada
organisme / taksa yang mungkin kurang rentan terhadap perubahan kimia
laut yang diantisipasi; ini sangat disayangkan, karena perbandingan antara
yang lebih rentan dengan fisiotipe yang lebih toleran dapat memberi kita
ciri-ciri fisiologis yang sangat penting untuk keberhasilan ekologi di lautan
masa depan. Di sini, kita mencoba untuk meringkas beberapa ontogenetic
dan gaya hidup sifat-sifat yang menyebabkan toleransi meningkat terhadap
ENVI tinggi ronmental pCO2.Secara umum, metazoa ektotermik laut
dengan volume cairan ekstraseluler yang luas mungkin kurang rentan
terhadap pengasaman di masa mendatang karena sel-selnya telah terpapar
denganjauh lebih tinggi pCO2 yang nilai(0,1 hingga 0,4 kPa, ca. 1000
hingga 3900µatm) dibandingkan organisme uniseluler dan ga metes, yang
samudra (0,04 kPa, ca. 400µatm) adalah ruang eks traseluler.
Penggandaanlingkungan oleh pCO2 karena itu hanya mewakili 10%
perubahanekstraseluler pCO2 di beberapa teleost laut. Tinggi ekstraseluler
pCO2 nilai untuk beberapa derajat yang berkaitan dengan tingkat
metabolisme yang tinggi, sebagai dients gra difusi harus tinggi untuk
mengeluarkan sejumlah CO2 yang berbanding lurus dengan jumlah O2
yang dikonsumsi. Dalam metazoa aktif, seperti ikan teleost, cephalopoda.
Sumber : F. Melzner1 , M. A. Gutowska2 , M. Langenbuch1 , S. Dupont3
, M. Lucassen4 , M. C. Thorndyke5 , M. Bleich2 , and H.-O. Portner ¨ 4 .
Physiological basis for high CO2 tolerance in marine ectothermic
animals: pre-adaptation through lifestyle and ontogeny.
3. Adaptasi fisiologis dan morfologis yang memungkinkan kecepatan
migrasi yang maksimal?
Jawab :
adaptasi mereka tidak hanya mencakup toleransi panas tetapi juga
kemampuan mereka untuk bertahan hidup, tumbuh dan berkembang biak
dengan adanya nutrisi musiman yang buruk, parasit tinggi, dan tekanan
penyakit. Toleransi panas yang tinggi pada breed lokal tropis umumnya
berkorelasi dengan ukurannya yang kecil, tingkat produksi yang rendah
dan beberapa ciri morfologi khusus (sifat kulit atau rambut, kapasitas
berkeringat, isolasi jaringan, pelengkap khusus) dibandingkan dengan
breed utama dan galur komersial. Meningkatkan adaptasi hewan terhadap
tekanan iklim dapat dicapai baik dengan seleksi dalam kondisi stres atau
dengan memasukkan gen 'adaptasi panas' dari breed lokal ke breed
komersial. Berbeda dengan sifat produksi, pewarisan sifat yang terkait
dengan toleransi panas tidak dijelaskan dengan baik. Diantaranya, suhu
rektal mencerminkan kemampuan hewan untuk mempertahankan
kesetimbangan termal.
Penyesuaian fisiologis dan metabolik yang dihasilkan dari respon
termoregulasi terhadap tekanan termal memiliki konsekuensi negatif pada
produktivitas dan kesehatan hewan. Dalam kondisi hangat, penurunan
kinerja hewan sebagian besar disebabkan oleh efek langsung dan tidak
langsung dari tekanan panas pada pengurangan asupan pakan. Di negara-
negara beriklim sedang, perubahan jangka pendek dalam fungsi
fisiologis, perilaku, dan imunologi diperlukan untuk bertahan dari
peristiwa stres akut seperti gelombang panas musim panas. Tingkat
keparahan tantangan termal pendek ini bergantung pada besarnya
(intensitas 3 durasi) peristiwa gelombang panas dan kemungkinan
pemulihan selama periode malam hari yang sejuk. Sebaliknya, dalam
kondisi tropis dan subtropis, hewan ternak mengalami tantangan panas
hampir sepanjang waktu.
Sumber : John Tooby and Leda Cosmides. Adaptation Versus
Phylogeny The Role Of Animal Psicology In The Study Of Human
Behavior.
4. respon termoregulasi yang mendasari aklimatisasi panas (atau
aklimatisasi) meningkatkan ketegangan fisiologis?
Jawab:
Respon lain terhadap perubahan iklim, Perbedaan yang membedakan
fauna mamalia Wa-0 dari interval CIE-PETM dari fauna yang
mendahului atau mengikuti dalam waktu dapat dibagi menjadi dua
kategori: Perbedaan sementara dan perbedaan permanen. Ukurannya
berubah Ectocion dan Copecion diilustrasikan di sini bersifat sementara
dalam arti bahwa ukuran spesies yang diamati setelah peristiwa CIE-
PETM dikembalikan ke ukuran yang diamati sebelum peristiwa tersebut.
Spesies yang sangat kecil muncul selama interval PETM, dan ukuran
yang lebih kecil masuk akal respon terhadap suhu tinggi dan CO tinggi 2.
Perubahan transien kedua menyangkut proporsi mamalia yang menggali
(palaeanodonts dan taeniodonts) di fauna Wa-0 (Gingerich,1989).
Mamalia penggali biasanya merupakan <1% dari semua spesimen di
fauna Clarkforkian atau Wasatchian, tetapi meningkat menjadi 6% selama
waktu Wa-0 (di antaranya ∼ 3% adalah palaeanodont dan ∼ 3% adalah
taeniodonts). Tidak jelas apakah penggalian akan disukai oleh iklim yang
lebih hangat, tetapi lanskap dengan drainase yang lebih baik mendorong
perkembangan paleosol yang sangat dewasa, seperti yang ada di interval
Wa0, secara masuk akal dapat mendukung penggalian mamalia.
Keduanya Interval PETM, terjadi di strata yang persis sama, sehingga
tidak diragukan lagi bahwa mereka, secara langsung atau tidak langsung,
merupakan respons terhadap perubahan iklim.
Sumber : Anders Hedenstro. Adaptations to migration in birds:
behavioural strategies, morphology and scaling effects
5. Apakah contoh mamalia dari evolusi mamalia dengan perubahan iklim
pada Paleosen-Eosen Amerika Utara berdasarkan catatan stratigrafi
mamalia dan iklim di sekitar Polecat Bench di utara Bighorn Basin di
barat laut Wyoming ?
.D. Jawaban
Eosen di Eropa telah lama diketahui mengandung berbagai fauna
mamalia. Demikian pula, usia mamalia darat Tiffanian dan Clarkforkian
dari Paleosen dan usia mamalia darat Wasatch pada Eosen di Amerika
Utara telah lama diketahui berbeda secara faunal. The Thanetian dan
Tiffanian-Clarkforkian di kedua benua didominasi oleh ordo mamalia ar
chaic seperti Multituberculata, plesiadapi form Proprimates, dan
Condylarthra, sedangkan Ypre sian dan Wasatchian yang lebih muda di
kedua benua didominasi oleh ordo modern seperti Artiodactyla,
Perissodactyla, dan true Primata. fauna mamalia darat Clarkforkian di
area tipe berbeda dari fauna usia Tiffanian sebelumnya dan fauna usia
Wasatch berikutnya, Fauna Clarkforkian mengandung Rodentia,
Tillodontia, condylarth Haplomylus, dan pantodont Coryphodon yang
tidak ditemukan di Tiffanian sebelumnya, dan tidak memiliki Ar
tiodactyla, Perissodactyla, Primata, dan hyaenodontid Cre odonta yang
pertama kali muncul di fauna Wasatch berikutnya. Awal dari usia
mamalia darat Clarkforkian di daerah tipe ditentukan oleh kemunculan
pertama Rodentia, yang dibatasi dalam jarak ±50 m secara stratigrafi dan
dalam sekitar ±100 ky temporal. Akhir dari usia mamalia darat
Clarkforkian bertepatan dengan dimulainya usia mamalia darat Wasatch
yang ditentukan oleh kemunculan pertama Perissodactyla, dan ini bahkan
lebih dibatasi secara stratigrafi dan temporal.
Sumber : Philip D. Gingerich.(2003). Mammalian responses to climate
change at the Paleocene-Eocene boundary: Polecat Bench record in the
northern Bighorn Basin, Wyoming.int. international journalof
Geological Society of America..

Anda mungkin juga menyukai