BENCANA
Disusun Oleh :
Riyanti Irawan
( 1810105029 )
Keperawatan 7A
DOSEN PEMBIMBING
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
Indonesia.
pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik. Oleh sebab itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan
makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan referensi yang bermakna
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
posisi Indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko
tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi. Dan
menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk banjir.1
mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB juga
mencatat akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian tersebut.
mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah
darurat. Untuk siaga darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir
bencana.2
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih terkendala
berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik
dilakukankarena data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi
kebenarannya.3
terjadi.
PEMBAHASAN
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam,
bencana sosial. 4
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal
tahap serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan tahap
rekonstruksi. Dari ke-empat tahap ini, tahap pra disaster memegang peran
a. Tahap Pra-Disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya
mulai saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact.
Tahap ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis
karena pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggap
terjadi beberapa detik sampai beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahap
c. Tahap Emergensi
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang
ekstremitas dan tulang belakang, trauma kepala, luka bakar bila ledakan
bom atau gunung api atau ledakan pabrik kimia atau nuklir atau gas. Pada
terkait dengan kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau
d. Tahap Rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti
sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada
tahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang
lebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya. Kita perlu
untuk membangun kembali Indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih
internasional.
risiko yang lebih fokus pada upaya-upaya pencegahan dan mitigasi, baik yang
Kobe-Jepang, diselengkarakan
Konferensi Pengurangan Bencana Dunia (World Conference
mengurangi kerugian akibat bencana, baik kerugian jiwa, sosial, ekonomi dan
serta menerapkan sistem peringatan dini
4. Mengurangi faktor‐faktor penyebab risiko bencana.
masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang
pencegahan;
berdaya guna.5
koordinasi.
meliputi:9,5
a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
bencana yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya pencarian dan
yaitu fase akut dan fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana
terjadi disebut fase penyelamatan dan pertolongan medis darurat
3. Pasca Bencana
meliputi:
pascabencana.5
dan hukum.
6. Kemitraan
7. Pemberdayaan
darurat bencana.
berasaskan:5
asasi manusia, harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk
tanpa kecuali.
antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
hukum.
untuk generasi sekarang dan untuk generasi yang akan datang demi
penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat agar sedapat mungkin bisa
ini diterapkan dalam pelaksanaan pemberian bantuan hidup dasar pada
penderita trauma (Basic Trauma Life Support) maupun Advanced Trauma Life
Support.
dan mengefisienkan penggunaan sumber daya tenaga medis dan fasilitas yang
terbatas.
yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai lang terus menerus
karena status triage pasien dapat berubah. Metode yang digunakan bisa secara
Mettag (triage Tagging System) atau sistem triage penuntun lapangan Star
korban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak
atau apakah tidak memerlukan transport segera. Star merupakan salah satu
metode yang paling sederhana dan umum. Metode ini membagi penderita
menjadi 4 kategori :
1. Prioritas 1 – Merah
2. Prioritas 2 – Kuning
napas atau kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak
3. Prioritas 3 – Hijau
sendiri.
4. Prioritas 0 – Hitam
yang mematikan.
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritisasikan tindakan atas
dijelaskan sebagai :
1. Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan
mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher, serta
PENUTUP
3.1 Simpulan
mulai dari tahap prabecana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana.
3.2 Saran