Diktat Kuliah: Modul Indera Suatu Tinjauan Dari Aspek Histologis
Diktat Kuliah: Modul Indera Suatu Tinjauan Dari Aspek Histologis
Modul Indera
Suatu Tinjauan dari Aspek Histologis
Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya 6 Jakarta
2008
PENDAHULUAN
Organ indera, juga dikenal sebagai ujung sensoris atau reseptor, merupakan bagian
terminal dendrite yang menerima berbagai stimulus/ rangsangan sensoris dan mentransmisikan
rangsangan tersebut ke susunan saraf pusat. Berdasarkan sumber stimulusnya reseptor sensoris ini
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu
1. Eksteroreseptor yaitu reseptor sensoris yang terletak pada permukaan badan dan akan
menerima stimulus dari lingkungan luar. Ekteroreseptor dibagi lagi menjadi 3
kelompok yaitu
a. Ekteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur somatik aferen umum
(general somatic afferent). Reseptor ini peka terhadap stimulus suhu, raba,
tekan dan nyeri.
b. Eksteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur somatic aferen khusus
(special somatic afferent). Reseptor ini peka terhadap cahaya (sense of
vision) dan suara (sense of hearing).
c. Eksteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur viseral aferen khusus.
Reseptor ini peka terhadap bau dan rasa
2. propioreseptor yaitu reseptor khusus yang terletak pada kapsul sendi, tendon, dan
serat intrafusal didalam otot. Reseptor yang merupakan komponen jalur somatik
aferen umum (general somatic afferent) ini akan mentrasmisikan informasi yang
terkait dengan kesiagaan tubuh dalam suatu ruang dan gerakan. Organ versibular
yang terletak pada telingan dalam akan menerima stimulus terkait dengan gerakan
kepala. Input ini ditransmisikan ke otak yang selanjutnya akan diproses untuk
mengkoreksi keseimbangan tubuh.
3. interoreseptor yaitu reseptor yang menerima informasi sensorik dari organ-organ di
dalam tubuh. Reseptor ini merupakan komponen dari jalur viseral aferen umum
(general viseceral aferent)
Pada modul ini hanya akan dibahas mata yang merupakan reseptor peka terhadap cahaya
dan telinga yang merupakan reseptor peka terhadap suara.
2
MATA
Mata (Gb-1) merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan
cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di dalam orbita.
Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitif terhadap cahaya yaitu
retina. Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan mengubah impuls cahaya
menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel penyokong
informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk diproses.
Gambar-1 Mata
Secara embriologis proses pembentukan mata dimulai pada minggu ke 4 masa embrio.
Proses pembentukan mata berasal dari 3 sumber yaitu
3
A. TUNIKA FIBROSA (LAPISAN SKLERA-KORNEA) (Gb-2 dan 3)
Tunika fibrosa membentuk sebuah kapsula fibroelastik yang kokoh penyokong bola mata.
Lapis fibrosa ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sklera dan kornea. Sklera merupakan bagian
yang putih melingkupi lima-perenam bagian bola mata dan terletak di sebelah belakang,
sementara kornea merupakan bagian yang jernih dan transparan melingkupi seperenam depan
bola mata. Tempat sambungan sklera dan kornea dikenal dengan nama limbus.
KORNEA (Gb-4)
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak mengandung pembuluh
darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke
sebelah depan bola mata. Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu:
Gambar-4 Kornea
1. Epitel kornea
merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan
tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung kontak dengan
dunia luar dan terdiri atas 7 lapis sel. Epitel kornea ini mengandung banyak ujung-
ujung serat saraf bebas. Sel-sel yang terletak di permukaan cepat menjadi aus dan
digantikan oleh sel-sel yang terletak di bawahnya yang bermigrasi dengan cepat.
2. Membran Bowman
merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat kolagen
tipe 1.
4
3. Stroma kornea
merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat kolagen tipe 1
yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas terletak di
antara serat-serat kolagen.
4. Membran Descemet
merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen.
5. Endotel kornea
Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel selapis
gepeng atau kuboid rendah. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin diperlukan
untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak vesikel dan
dinding selnya mempunyai pompa natrium yang akan mengeluarkan kelebihan ion-ion
natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida dan air akan mengikuti secara
pasif. Kelebihan cairan di dalam stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma
tetap dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi (kurang cairan), suatu faktor yang
diperlukan untuk mempertahankan kualitas refraksi kornea.
Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah) sehingga nutrisi didapatkan dengan
cara difusi dari pembuluh darah perifer di dalam limbus dan dari humor akweus di
bagian tengah. Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal mengeluarkan
kelebihan cairan di stroma.
Limbus (Gb-5)
Limbus merupakan tempat pertemuan antara tepian kornea dengan sklera. Pada tempat ini
terdapat lekukan atau sudut akibat perbedaan kelengkungan kornea dan sklera. Bagian luarnya
diliputi epitel konjungtiva bulbi yang merupakan epitel berlapis silindris dengan lamina propria di
bawahnya. Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan kornea. Stroma ini tersusun
dari jaringan ikat fibrosa. Di bagian dalam stroma ini membentuk taji sklera (scleral spur). Pada
bagian anterior taji ini terdapat jaringan trabekula (trabecula sheet) dengan jalinan ruang-ruang di
antaranya dikenal sebagai ruang trabekula (trabecular spaces/ space of Fontana). Di atas trabekula
terdapat suatu saluran lebar dan panjang disebut kanal Schlemm.
Gambar-5 Limbus
5
Kanal Schlemm (Gb-6)
Merupakan suatu pembuluh berbentuk cincin yang melingkari mata tepat anterior dan
eksternal skleral spur. Di sebelah luar dibatasi oleh jaringan sklera dan di dalam oleh lapisan
jaringan trabekula yang lebih dalam. Lumen kanal ini di batasi oleh selapis sel endotel. Kanal ini
akan meneruskan diri ke dalam pleksus sklera dan akhirnya bermuara pada pleksus vena sklera. Di
bagian posterior taji sklera, pada korpus siliaris terdapat otot polos, muskulus siliaris yang
berfungsi untuk mengatur akomodasi mata.
Gambar-7 Khoroid
1. Epikhoroid merupakan lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen dan
elastin.
2. Lapisan pembuluh merupakan lapisan yang paling tebal tersusun dari pembuluh darah dan
melanosit.
3. Lapisan koriokapiler, merupakan lapisan yang terdiri atas pleksus kapiler, jaring-jaring
halus serat elastin dan kolagen, fibroblas dan melanosit. Kapiler-kapiler ini berasal dari
arteri khoroidalis Pleksus ini mensuplai nutrisi untuk bagian luar retina.
6
4. Lamina elastika, merupakan lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel pigmen retina.
Lapisan ini tersusun dari jarring-jaring elastik padat dan suatu lapisan dalam lamina basal
yang homogen.
Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek seperti jari yang dikenal sebagai prosessus
siliaris. Dari prosessus siliaris muncul benang-benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula
lensa yang dikenal sebagai zonula zinii.
Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid (Gb-8). Lapisan luar kaya akan pigmen dan
merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan dalam yang tidak berpigmen merupakan
lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak sensitif terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan
mengeluarkan cairan filtrasi plasma yang rendah protein ke dalam bilik mata belakang (kamera
okuli posterior).
Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli posterior) ke bilik mata
depan (kamera okuli anterior) melewati celah pupil (celah di antara iris dan lensa), lalu masuk ke
dalam jaringan trabekula di dekat limbus dan akhirnya masuk ke dalam kanal Schlemm. Dari kanal
Schlemm humor akweus masuk ke pleksus sklera dan akhirnya bermuara ke sistem vena.
Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai muskulus siliaris. Satu
berkas karena orientasinya akan menarik khoroid sehingga membuka kanal Schlemm untuk aliran
humor akweus. Dua berkas lain yang menempel pada skleral spur berfungsi untuk mengurangi
tekanan pada zonula Zinii sehingga lensa menjadi lebih tebal dan konveks. Fungsi ini disebut
akomodasi.
Glaukoma merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh peningkatan tekanan intraokuler
yang tinggi dalam waktu lama akibat kegagalan penyaluran humor akweus dari bilik mata depan.
Bila keadaan ini dibiarkan dapat menyebabkan kebutaan.
7
Iris (Iris, pelangi) (Gb-5 dan Gb-9)
Iris merupakan bagian yang paling depan dari lapisan uvea. Struktur ini muncul dari badan
siliar dan membentuk sebuah diafragma di depan lensa. Iris juga memisahkan bilik mata depan
dan belakang. Celah di antara iris kiri dan kanan dikenal sebagai pupil (pupil, gadis kecil).
Iris disusun oleh jaringan ikat longgar yang mengandung pigmen dan kaya akan pembuluh
darah. Permukaan depan iris yang menghadap bilik mata depan (kamera okuli anterior) berbentuk
tak teratur dengan lapisan pigmen yang tak lengkap dan sel-sel fibroblas. Permukaan posterior iris
tampak halus dan ditutupi oleh lanjutan 2 lapisan epitel yang menutupi permukaan korpus siliaris.
Permukaan yang menghadap ke arah lensa mengandung banyak sel-sel pigmen yang akan
mencegah cahaya melintas melewati iris. Dengan demikian cahaya akan terfokus masuk melalui
pupil.
Pada iris terdapat 2 jenis otot polos (Gb-9) yaitu otot dilatator pupil dan otot
sfingter/konstriktor pupil. Kedua otot ini akan merubah diameter pupil. Otot dilatator pupil yang
dipersarafi oleh persarafan simpatis akan melebarkan pupil, sementara otot sfingter pupil yang
dipersarafi oleh persarafan parasimpatis (N. III) akan memperkecil diameter pupil.
Gambar-9 Iris
Jumlah sel-sel melanosit yang terdapat pada epitel dan stroma iris akan mempengaruhi warna
mata. Bila jumlah melanosit banyak mata tampak hitam, sebaliknya bila melanosit sedikit mata
tampak bewarna biru.
8
Gambar-10 Lensa
Lensa sama sekali tidak mengandung pembuluh darah. Nutrisi untuk lensa diperoleh dari
humor akweus dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, tetapi dapat ditembus cahaya
dengan mudah.
Pada orang tua sering dijumpai kekeruhan pada lensa yang menyebabkan menurunnya
kemampuan untuk melihat. Keadaan ini dikenal sebagai katarak. Kondisi mungkin disebabkan
oleh bertumpuknya pigmen atau substansi lain dan keterpaparan sinar ultra violet secara
berlebihan. Di samping itu pada orang tua terjadi suatu keadaan yang dikenal sebagai presbiopia
yaitu ketidakmampuan mata untuk melihat benda-benda dalam jarak dekat yang disebabkan
karena menurunnya elastisitas lensa akibat proses penuaan. Sebagai akibatnya lensa tidak dapat
mencembung guna memfokuskan bayangan benda secara tepat pada retina. Keadaan ini dapat
diatasi dengan pemakaian kaca mata.
Lensa digantung ke korpus siliaris oleh penggantung lensa yang dikenal sebagai zonula Zinii.
9
Kedua ruangan mata ini terisi oleh humor akweus, yaitu suatu cairan encer yang disekresi
sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosessus siliaris. Cairan ini
mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah, tetapi mengandung kadar protein
yang rendah. Humor akweus disekresi secara kontinu ke dalam kamera okuli posterior, mengalir
ke ruang kamera okuli anterior melalui pupil dan disalurkan melalui jaringan trabekula ke dalam
kanal Schlemm. Dalam kondisi normal jumlah cairan yang disekresi dan dikeluarkan berimbang
sehingga tekanan di dalam ruang mata ini berkisar kira-kira 23 mmHg. Bila terjadi sumbatan
dalam pengeluaran cairan sementara sekresi berlangsung terus, maka tekanan dalam bola mata
akan meningkat. Keadaan ini disebut glaukoma dan dapat mengakibatkan kerusakan retina dan
kebutaan bila dibiarkan.
10
Saraf optik bukan merupakan saraf perifer tetapi suatu traktus sistem saraf pusat antara sel
ganglion retina dan otak tengah (midbrain). Saraf ini berjalan ke posterior ke kiasma optikus dan
mengandung lebih dari seribu berkas serat saraf bermielin yang disokong oleh neuroglia (astrosit)
dan bukan endoneurium. Selaput otak dan ruang subarakhnoid melanjutkan diri dari otak sebagai
sarung pembungkus saraf optik.
Gambar 13 Lempeng optik (optic disc) (Kiri) dan fovea sentralis (kanan)
Kira-kira 2,5 mm lateral dari bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal
sebagai Makula lutea (bintik kuning) (Gb-13). Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea
sentralis (Gb-13) yang merupakan daerah penglihatan yang paling peka. Fovea sentralis
merupakan suatu sumur dangkal berbentuk bulat terletak 4 mm ke arah temporal dari lempeng
optik dan sekitar 0,8 mm di bawah meridian meridian horizontal. Cekungan ini disebabkan tidak
adanya lapisan dalam retina, pada retina di daerah ini. Sel penglihat pada lantai fovea terdiri dari
hanya kerucut yang tersusun rapat dan berukuran lebih panjang di bandingkan dengan yang
dibagian perifer retina.
Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior
hingga ora serrata di anterior. Pada irisan histologik (Gb-14 dan 15) terdapat 10 lapisan retina
dari luar ke dalam yaitu:
1. Epitel pigmen
2. Lapisan batang dan kerucut
3. Membran limitans luar
4. Lapisan inti luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan inti dalam
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
10. Membran limitans dalam
Epitel pigmen adalah suatu lapisan sel poligonal yang teratur, ke arah ora serrata bentuk
selnya menjadi lebih gepeng. Inti sel berbentuk kuboid dengan sitoplasmanya kaya akan butir-
butir melanin. Fungsi epitel pigmen adalah
11
1. Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan.
2. Berperan dalam nutrisi fotoreseptor
3. Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A
4. Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin
Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel
kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Lapisan ini mengandung badan sel batang dan
kerucut. Sel batang merupakan sel khusus yang ramping dengan segmen luar berbentuk silindris
dengan panjang 28 mikrometer mengandung fotopigmen rhodopsin dan suatu segmen dalam yang
sedikit lebih panjang yaitu sekitar 32 mikrometer. Keduanya mempunyai ketebalan 1,5
mikrometer. Inti selnya terletak di dalam lapisan inti luar. Ujung segmen luar tertanam dalam
Gambar-14 Retina
epitel pigmen. Segmen luar dan dalam dihubungkan oleh suatu leher yang sempit. Dengan
mikroskop electron segmen luar tampak mengandung banyak lamel-lamel membran dengan
diameter yang seragam dan tersusun seperti tumpukan kue dadar. Sel batang ini di sebelah dalam
membentuk suatu simpul akhir yang mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar
yang disebut sferul batang (rod spherule). Sel batang yang hanya teraktivasi dalam keadaan
cahaya redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan suatu
sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal dalam cahaya terang
(bright light) dan juga tidak peka terhadap warna.
Gambar-15 Retina
Cahaya yang masuk ke dalam retina diserap oleh rhodopsin, suatu protein yang tersusun
dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A. Penyerapan cahaya ini
akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan memisahkan opsin dari ikatannya dengan aldehida
vitamin A menjadi opsin bentuk aktif. Opsin bentuk aktif kemudian memfasilitasi pengikatan
guanosin triphosphate (GTP) dengan protein transducin. Kompleks GTP-transducin ini kemudian
12
mengaktifkan ensim cyclic guanosin monophosphate phosphodiesterase suatu ensim yang
berperan dalam pembentukan senyawaan cyclic guanosin monophosphate (cGMP). Siklik
guanosin monophosphate (cGMP) ini berperan dalam pembukaan kanal natrium di dalam
plasmalema sel batang dan menyebabkan masuknya natrium dari segmen luar sel batang menuju
ke segmen dalam sel batang. Keadaan ini akan menyebabkan hiperpolarisasi di segmen dalam sel
batang dan merangsang dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel bipolar.
Oleh sel bipolar rangsang kimiawi ini dirubah menjadi impuls listrik yang akan diteruskan menuju
ke sel ganglion untuk selanjutnya dikirim ke otak.
Sel kerucut mempunyai struktur yang mirip dengan sel batang tetapi segmen luar yang
mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol. Inti sel kerucut
lebih besar dibandingkan dengan sel batang. Sel kerucut di sebelah dalam melebar pada bagian
akhirnya pada lapisan pleksiform luar membentuk kaki kerucut (cone pedicle). Sel kerucut
teraktivasi dengan cahaya terang (bright light) dan menghasilkan aktivitas visual yang lebih besar
di bandingkan sel batang. Sel kerucut merupakan sel fotoreseptor yang peka terhadap warna. Ada
3 jenis sel kerucut yang masing-masing mengandung pigmen iodopsin yang berbeda. Setiap jenis
iodopsin mempunyai sensitivitas tertentu terhadap warna merah, biru dan hijau.
Membran limitans luar merupakan rangkaian kompleks tautan antara sel batang, sel kerucut,
dan sel Muller. Dengan mikroskop cahaya tampak sebagai garis.
Lapisan inti luar merupakan lapisan yang terdiri atas inti-inti sel batang dan kerucut bersama
badan selnya.
Lapisan pleksiform luar dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama dendrit sel
bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps.
Lapisan inti dalam dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin,
dan sel Muller. Sel bipolar dapat mempunyai dendrit yang panjang atau pendek. Aksonnya lurus
dan berjalan vertikal ke dalam lapisan pleksiform dalam disini berhubungan dengan dendrit sel
ganglion. Sel horizontal mempunyai badan sel yang lebih besar daripada sel bipolar. Dendritnya
berakhir dalam keranjang berbentuk cangkir disekeliling sejumlah besar kaki kerucut. Sel
amakrin terletak pada baris kedua atau ketiga sebelah dalam lapisan inti dalam. Bentuknya seperti
buah pir dengan sebuah tonjolan yang berjalan ke arah dalam untuk berakhir pada lapisan
pleksiform dalam. Di lapisan ini tonjolan sel ini bercabang secara luas dan bersinaps dengan
beberapa sel ganglion. Sel Muller disebut juga gliosit retina, berukuran raksasa dengan intinya
terletak pada lapisan inti dalam. Dari badan sel, juluran sitoplasma yang panjang dan tipis meluas
ke membran limitans luar dan dalam.
Lapisan pleksiform dalam dibentuk oleh sinaps antara sel bipolar, amakrin, dan sel ganglion.
13
Lapisan ganglion dibentuk oleh badan dan inti sel ganglion. Sel ganglion merupakan sel yang
besar, sangat mirip dengan neuron pada otak dengan suatu massa terdiri dari materi kromofil
(badan Nissl) dalam badan sel. Akson sel ganglion membentuk serat saraf optik. Aksonnya tak
pernah bercabang
Lapisan serat saraf optikus dibentuk oleh akson sel ganglion.
Membran limitans dalam sebenarnya adalah membrana basalis sel Muller yang memisahkan
retina dari korpus vitreum.
Media Refraksi
Media refraksi merupakan bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk
mencapai retina. Komponen media refraksi adalah
1. Kornea
2. kamera okuli anterior
3. kamera okuli posterior
4. lensa
5. badan vitreus.
14
bulu mata terdapat kelenjar apokrin yang saluran keluarnya bermuara pada folikel bulu mata
disebut kelenjar Moll.
Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata (muskulus orbikularis okuli) yang
merupakan otot rangka. Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di belakang saluran keluar
kelenjar Meibom disebut muskulus siliaris Riolani.
Di bagian tengah palpebra terdapat jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka kelopak mata
yang disebut tarsus. Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin ke ujung makin
semakin sempit. Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar sebasea yang disebut kelenjar Meibom
yang bermuara bersama ke dalam satu saluran keluar dan tidak berhubungan dengan folikel
rambut. Epitel konjungtiva makin ke pangkal makin tinggi dan di dalam forniks terdapat lipatan
mukosa.
KONJUNGTIVA (Gb-16)
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak mata
(konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata
(konjungtiva bulbi). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis silindris yang mengandung sel
goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat
longgar. Sekret sel-sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan
pelindung epitel mata bagian depan. Pada corneoscleral junction, tempat berawalnya kornea,
konjungtiva melanjutkan diri sebagai epitel kornea berlapis gepeng kornea dan tidak mengandung
sel goblet.
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang biasanya ditandai oleh konjungtiva yang
hiperemis (merah) dan sekret yang banyak. Hal ini mungkin disebabkan oleh bakteri, virus,
alergen atau parasit-parasit lainnya.
15
Kelenjar lakrimal utama terletak pada sudut superolateral rongga mata. Ukurannya sebesar
kenari, tubuloasinar dan serosa, dengan sel mioepitel yang menyolok. Lobus kelenjar yang
terpisah mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran keluar ke dalam bagian lateral forniks superior
konjungtiva. Juga ditemukan banyak kelenjar lakrimal tambahan/ assesoris dalam lamina propria
kelopak mata atas dan bawah.
Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat anti bakteri. Air mata berfungsi untuk
memelihara agar epitel konjungtiva tetap lembab, kedipan kelopak mata akan menyebabkan air
mata tersebar di atas kornea seperti wiper pada kaca mobil dan berguna untuk mengeluarkan benda
asing seperti partikel debu. Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film
mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air
mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal (lacrimal puncta)
yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior. Dari sini air mata kemudian
masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), dan akhirnya masuk sakus lakrimal. Dinding
kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan
bagian superior duktus nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk ke duktus
nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari sini air mata kemudian
dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung.
TELINGA
Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga
terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam (Gb-1). Secara histologi telinga
merupakan struktur yang rumit dan halus terdiri atas bagian tulang dan membran. Telinga terletak
pada pars perosus tulang timpani.
Image removed due to copyright restriction
Gambar-1 Telinga
Gelombang suara yang diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh
membran timpani. Getaran ini kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga
tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam merupakan ruangan
labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput / koklea (cochlea).
Di dalam labirin tulang terdapat labirin membran tempat terjadinya mekanisme vestibular yang
16
bertanggung jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik yang
masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).
TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accus-
ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani) (Gb-1).
Daun telinga /aurikula (Gb-2) disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit
tipis yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot
lurik yang pada manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih
rendah yang mampu menggerakan daun telinganya, otot lurik ini lebih menonjol.
Liang telinga luar (Gb-1dan 3) merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga
melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya
mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut,
kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret
kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen merupakan komponen penyusun serumen.
Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai
pelindung.
Membran timpani (Gb-4) menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna. Permukaan
luarnya ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan sebelah
dalam disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari endoderm. Di antara
keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga menerima gelombang
suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara ini akan
menggetarkan membran timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi energi mekanik yang
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.
TELINGA TENGAH (Gb-4)
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak di bagian
petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah posterior dengan ruang-ruang udara
mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius.
Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis
gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba
17
Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan
periosteum.
Gambar-4 Telinga luar, tengah dan dalam Gambar-5 Rongga telinga (telinga tengah)
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran (Gb-4) yaitu tulang maleus,
inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang
maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di
atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada
dinding dalam. Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor
timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior
kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding
medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari
tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke
dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran
berfrekuensi tinggi.
Tingkap oval (Gb-5) pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes, memisahkan
rongga timpani dari perilimf dalam skala vestibuli koklea. Oleh karenanya getaran-getaran
membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf telinga dalam.
Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman
yang terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan diliputi
oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra rotundum)(Gb-5).
Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani koklea.
18
dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen
terbuka dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada
kedua sisi membran timpani menjadi seimbang.
19
oleh krus kommune.
Ke arah anterior rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap bulat
(fenestra rotundum).
Koklea (Gb-7 dan 8) merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya
mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang di sebut mediolus.
Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan
tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion
spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus akustikus.
Gambar-8 Koklea
20
Image removed due to copyright restriction
21
tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan pada sel
rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara sel-sel
rambut.
22
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis
(Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris.
Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan
ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum
disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan
mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum
yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala vestibuli dan timpani akan
bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut helikotrema.
Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi berakhir buntu
dekat helikotrema pada sekum kupulare.
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis
yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang menembus
tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina spiralis menebal
dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus spiralis. Pada bagian bawahnya menyatu
dengan membran basilaris.
Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-serat kolagen.
Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh jaringan ikat fibrosa yang
mengandung pembuluh darah dan sel mesotel.
Membran vestibularis merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel
selapis gepeng pada bagian yang menghadap skala vestibuli.
23
2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih
panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.
3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana
basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel
rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian
basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut
luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu
terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan dalam.
4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs
luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.
5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti
6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara
sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius ter-
letak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.
Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang
merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini menyandar
di atas stereosilia sel-sel rambut.
24
persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya terletak dalam meatus akustikus internus tulang
temporal dan aksonnya berjalan bersama dengan akson dari yang berasal dari ganglion spiralis.
Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus semisirkularis dan ke makula sakuli dan
ultrikuli.
Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi getaran-getaran oleh
membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan oleh rangkaian tulang –tulang
pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum, menimbulkan gelombang
tekanan dalam perilimf dengan pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan skala timpani.
Membran timpani kedua pada tingkap bundar (fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai katup
pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan duktus koklearis dengan
membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian menyebabkan tenaga penggunting terjadi antara
stereosilia sel-sel rambut dengan membran tektoria, sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut.
Tampaknya membran basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi ,
sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain duktus koklearis.
A. RESEPTOR PENGHIDU
Sensasi bau yang dikenal sebagai “Olfaction” dilakukan oleh organ penghidu yang
terletak di dalam rongga hidung pada bagian atap rongga hidung, bagian atas septum nasi
dan pada konka nasalis superior tulang etmoidalis.
25
pembuluh darah dan kelenjar olfaktorius (dikenal sebagai kelenjar Bowman) yang
menghasilkan sekret serosa.
Sel olfaktoria merupakan sel saraf bipolar termodifikasi. Bagian ujung dendrit
mengalami penggembungan yang dikenal sebagai vesikel olfaktorius. Vesikel olfaktorius
ini mempunyai 6-8 silia yang panjang dan tidak bergerak. Silia ini terbenam di dalam
lapisan lendir yang menyelimuti permukaan lapisan epitel. Akson dari sel olfaktorius
akan berjalan menembus lamina propia untuk bergabung dengan akson dari sel
olfaktorius lainnya membentuk berkas (bundle) serat saraf. Berkas saraf ini akan berjalan
melintasi lempeng kribiformis (Cribiform plate) pada atap rongga hidung untuk bersinap
dengan sel saraf kedua pada bulbus olfaktorius. Akson dari sel saraf kedua pada bulbus
olfaktorius ini kemudian akan berjalan ke korteks olfaktorius, hipothalamus dan bagian
limbik sistim melalui traktus olfaktorius. Badan sel olfaktorius ini mempunyai inti yang
bulat dan lebih dekat ke arah lamina basal daripada ke vesikel olfaktorius. Sitoplasmanya
mengandung struktur-struktur yang sama dengan sel saraf lainnya.
26
B. RESEPTOR PENGECAP
27
Di bawah mikroskop cahaya kuncup nampak sebagai struktur mirip irisan bawangdengan sel-sel
yang tersusun mirip lapisan-lapisan pada bawang yang dibelah tegak lurus melalui dasarnya. Badan akhir
serat saraf sensoris ini terdiri atas 2 macam sel yaitu sel pengecap dan sel penyokong yang keduanya
berbentuk gelendong langsing. Sel ini cukup panjang sehingga tingginya hampir sama dengan tebal epitel.
Sel penyokong lebih gemuk dan intinya berkromatin halus sedangkan sel pengecap lebih langsing, intinya
gepeng panjang dan berkromatin padat. Pada ujung yang menghadap permukaan biasanya tampak
berjumbai yang terdiri atas rambut-rambut pengecap yang sebenarnya adalah berkas mikrovilus.
Saraf kranial ke VII akan mempersarafi kuncup kecap yang terdapat pada 2/3 anterior lidah, dari akar
lidah hingga ke garis papila sirkumvalata. Papila sirkumvalata dan 1/3 posterior lidah akan dipersarafi oleh
saraf otak ke IX. Saraf otak ke X akan mempersarafi kuncup kecap yang tersebar pada permukaan
epiglotis. Serat saraf sensorik afferent dari saraf –saraf kranial ini akan bersinap di nukleus solitarius di
medula oblongata. Akson dari sel saraf di nuleus solitarius akan berjalanmemasuki lemniskus medialis
selanjutnya menuju ke talamus dan akhirnya informasi akan diproyeksikan ke korteks sensoris primer.
RUJUKAN
1. Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus dalam
Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta,
Indonesia Hal.538-574.
2. Fawcett, D.W (1994), The Eye in: A Textbook of Histology (Bloom and Fawcett), 12th
edition, Chapman and Hall, New York, USA, pp. 872-916
3. diFiore, MSH (1981), Organs of Special Sense and Associated Structures, in Atlas of
Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger, Philadelphia, USA, pp.248-256.
4. Young, B and Heath, J.W. (2000), Special Sense Organs in Wheater’s Functional
Histology, 4th edition, Churchill Livingstone, London, UK, pp 380-405
5. Gartner, LP and Hiatt, J.L. (1997), Special Senses in: Color Textbook of Histology,
W.B. Saunder Company, USA, pp. 422-442
28