Anda di halaman 1dari 45

HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DENGAN STATUS

GIZI ANAK KELAS SATU SDN HEGARMUKTI 02 DESA


HEGARMUKTI KECAMATAN CIKARANG PUSAT KABUPATEN
BEKASI TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma III pada Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Disusun oleh :
SITI NURJANAH
P17325112072

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2015
LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul

HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DENGAN STATUS GIZI ANAK


KELAS SATU SDN HEGARMUKTI 02 DESA HEGARMUKTI KECAMATAN
CIKARANG PUSAT KABUPATEN BEKASI
TAHUN 2015

Diujikan Pada Hari…….…Tanggal..…Bulan…...............Tahun 2015

Penguji 1 Penguji 2

Drg. Nurhayati, M.Kes Nining Ningrum, S.Si.T, M.Kes


NIP.19500916 197902 2 001 NIP.19660709 198803 2 001

Penguji 3

Tri Widyastuti, SKM, M.Epid


NIP. 19670612 198803 2 001
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul

HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DENGAN STATUS GIZI ANAK


KELAS SATU SDN HEGARMUKTI 02 DESA HEGARMUKTI KECAMATAN
CIKARANG PUSAT KABUPATEN BEKASI
TAHUN 2015

Disahkan Pada Hari ………. Tanggal …… Bulan …………..… Tahun 2015

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Tri Widyastuti, SKM, M.Epid


NIP. 19670612 198803 2 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

drg. Hj. Hetty Anggrawati K, M.Kes, AIFO


NIP. 19561005 198712 2 001
Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu,
sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di
malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang,

(Q.S Thaha 130)


HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DENGAN STATUS GIZI ANAK
KELAS SATU SDN HEGARMUKTI 02 DESA HEGARMUKTI KECAMATAN
CIKARANG PUSAT KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015

Siti Nurjanah1) , Tri Widyastuti2) .

Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung

ABSTRAK

Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di
masyarakat. Prevalensi karies gigi terutama pada anak cukup tinggi. Akibat dari karies gigi
adalah terganggunya fungsi pengunyahan (mastikasi). Akibat gangguan pengunyahan dapat
berpengaruh pada asupan makanan. Dengan demikian diduga adanya gangguan pengunyahan
tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan
status gizi pada anak kelas satu di SDN Hegarmukti 02 Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten
Bekasi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik dengan desain cross sectional. Sistem
pengambilan sampel secara purposive sampling dengan jumlah sampel 58 responden. Analisa
menggunakan uji fisher exact.
Penelitian dilakukan dengan cara pemeriksaan langsung pada responden dengan melihat
keadaan tingkat keparahan karies gigi dan penilaian status gizi menggunakan parameter
IMT/U. Hasil penelitian yang didapat sebagian besar tingkat keparahan karies berat/parah
(51,72%) dan status gizi normal (82,76%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara tingkat keparahan karies dengan status gizi. Berdasarkan hasil uji fisher
exact yang menunjukan p (0,097) > α (0,05).

Kata Kunci: karies, gigi, status gizi


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Tingkat Keparahan Karies dengan Status

Gizi Anak Kelas Satu SDN Hegarmukti 02 Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten

Bekasi Tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk diajukan sebagai syarat

menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Keperawatan Gigi di Politeknik Kesehatan

Bandung.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan, arahan

dan bimbingan dari berbagai pihak, dalam penyusunan isi serta teknik penulisan. Penulis

ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. H. Osman Syarif, MKM. Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Bandung,

2. drg. Hj. HettyAnggrawati K, M.Kes, AIFO Selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi,

3. Tri Widyastuti, SKM, M.Epid selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran,

gagasan, dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,

4. Drg. Nurhayati, M.Kes dan Nining Ningrum, S.SiT, M.Kes selaku dosen penguji yang

telah memberikan saran dan masukan kepada penulis,

5. Kedua orang tua, suami serta putri dan putra tercinta yang senantiasa memberikan

semangat, doa, nasehat dan dukungannya yang menjadi inspirasi bagi penulis,

6. Seluruh dosen pengajar, petugas perpustakaan dan staf tatausaha yang telah memberikan

ilmu pengetahuan kepada penulis,

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa JKG angkatan 2012 yang saling membantu dan

memberikan dukungannya dalam penulisan Karya Tulis ini.


8. Semua pihak yang telah memberikan gagasan dan dukungan dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiahini yang belum tersampaikan.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk

itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi perbaikan karya-

karya penulis dimasa yang akan datang.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Semoga

segala kebaikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Bandung, Agustus 2015

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGUJIAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. ................. Latar Belakang ............................................................................ 1
B................... Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C................... Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1. ....... Tujuan Umum ............................................................................. 3
2. ....... Tujuan Khusus ............................................................................ 3
D. ................. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1. ....... Manfaat Teoritik ......................................................................... 4
2. ....... Manfaat Praktis ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ................. Karies
1. ............. Pengertian Karies ........................................................................ 6
2. ............. Etiologi Karies ............................................................................ 7
3. ............. Klasifikasi Karies ........................................................................ 8
a. ........ Berdasarkan Stadium Karies / Dalamnya Karies ........................ 9
b. ........ Berdasarkan Kecepatan Berkembang dan Keparahan Karies ..... 13
B................... Status Gizi
1. ............. Pengertian Status Gizi................................................................. 10
2. ............. Faktor Penyebab Terjadinya Gangguan Gizi .............................. 10
3. ............. Klasifikasi Masalah Gizi ............................................................. 11
4. ............. Penilaian Status Gizi ................................................................... 12
C................... Hubungan Karies dengan Status Gizi ......................................... 13
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. ................. Kerangka Konsep ........................................................................ 15
B................... Hipotesa ...................................................................................... 15
C................... Definisi Operasional ................................................................... 15
1. ............. Tingkat Keparahan Karies .......................................................... 15
2. ............. Status Gizi ................................................................................... 16
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. ................. Jenis Penelitian .......................................................................... 17
B................... Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 17
C................... Populasi dan Sampel ................................................................... 17
D. ................. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.............................................. 18
1. ....... Jenis Data .................................................................................... 18
2. ....... Cara Pengumpulan Data ............................................................. 19
E. .................. Pengolahan dan Analisa Data ..................................................... 19
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. ................. Hasil Penelitian ........................................................................... 21
1.Kategori Tingkat keparahan Karies ............................................................ 21
2. Kategori Status Gizi .................................................................................. 22
3.Hubungan Tingkat Keparahan Karies dengan Status Gizi ......................... 22
B................... Pembahasan ................................................................................ 24
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. ................. Kesimpulan ................................................................................. 28
B................... Saran ........................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman


4.1 Tabulasi Silang Pengolahan ............................................................................... 20
5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi .................................. 21
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies .......... 22
5.3 Hubungan Tingkat Keparahan Karies dan Status Gizi............................ 23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, baik sehat

secara jasmani maupun rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat

dicapai jika tubuh mereka sehat. Anak-anak usia 6 - 7 tahun termasuk dalam rentang

anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting

karena pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan

berkembang secara optimal (Kawuryan, 2014).

Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga

kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi

kesehatan tubuh secara menyeluruh (Kusumawardani, 2011). Kesehatan mulut juga

penting bagi kesehatan dan kesejahteraan tubuh secara umum dan sangat

mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa

percaya diri. Gangguan kesehatan mulut akan berdampak pada kinerja seseorang

(Putri et al, 2012).


Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih

perlu mendapatkan perhatian. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013

melaporkan bahwa Prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9 %,

sedangkan prevalensi nasional indeks DMF-T adalah 4,6.

Dalam Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2013 menyata bahwa penduduk yang

mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut mencapai persentase tertinggi pada

usia anak-anak dan usia 5-9 tahun yaitu 32,4 % dan persentase Effective Medical

Demand (EMD) sebesar 11,7% sedangkan untuk status gizi anak menunjukan bahwa

prevalensi kurus (menurut IMT/U) di Jawa Barat pada anak umur 5-12 tahun adalah

9,1 %, terdiri dari 3,1 % sangat kurus dan 6,0 % kurus, serta prevalensi gemuk yaitu

18,6 %, terdiri dari gemuk 10,7 % dan sangat gemuk (obesitas) 7,9%. Kabupaten

Bekasi merupakan daerah dengan prevalensi kurus dan gemuk diatas angka Jawa

Barat.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis pada 8 januari 2015 didapat

anak-anak sekolah di SDN Hegarmukti 02 cenderung lebih banyak mengkonsumsi

makanan jajanan antara lain es sirup, kue-kue, cokelat, permen dan gorengan yang

berada di sekitar lingkungan sekolah yang di dalam makanan tersebut terdapat

beberapa zat yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi. Data yang didapat bahwa 93%

murid kelas satu di sekolah tersebut menderita karies gigi. Sedangkan untuk

pengukuran status gizi berdasarkan penjaringan anak sekolah pada siswa kelas satu

yang dilakukan Puskesmas setempat tahun 2014 adalah 0,9% prevalensi kurus dan

1,3% prevalensi gemuk. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi

anak kelas satu SDN Hegarmukti 02 Desa Hegarmukti Kecamatan Cikarang Pusat

Kabupaten Bekasi Tahun 2015”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Tingkat keparahan karies dengan

status gizi anak kelas satu SDN Hegarmukti 02 Desa Hegarmukti Kecamatan

Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi Tahun 2015”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi anak

kelas satu SDN Hegarmukti 02 Desa Hegarmukti Kecamatan Cikarang Pusat

Kabupaten Bekasi Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran Tingkat keparahan karies gigi anak kelas satu SDN

Hegarmukti 02 Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi tahun 2015.

b. Mengetahui gambaran status gizi anak kelas satu SDN Hegarmukti 02

Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi tahun 2015.

c. Mengetahui hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi anak kelas

satu SDN Hegarmukti 02 Kecamatan Cikarang pusat Kabupaten Bekasi tahun

2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Manfaat teoritik penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi yang

membaca, khususnya untuk ilmu keperawatan gigi tentang hubungan tingkat


keparahan karies dengan status gizi anak kelas satu di SDN Hegarmukti 02

Kabupaten Bekasi tahun 2015.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi anak

kelas satu di SDN Hegarmukti 02 Kabupaten Bekasi tahun 2015.

c. Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk perpustakaan di

Kampus Keperawatan Gigi tentang Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi anak kelas satu di SDN

Hegarmukti 02 Kabupaten Bekasi tahun 2015.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis atau aplikatif penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi Penelitian selanjutnya adalah dapat dijadikan data dasar penelitian

selanjutnya mengenai hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi

anak kelas satu SDN Hegarmukti 02 Kabupaten Bekasi tahun 2015.

b. Bagi instansi yaitu puskesmas dapat menentukan tindakan selanjutnya dari

hasil yang didapat misalnya promosi kesehatan dan lain-lain.

c. Bagi Penulis sendiri adalah untuk menambah pengetahuan, pengalaman,

terutama mengenai hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi anak

kelas satu SDN Hegarmukti 02 Kabupaten Bekasi 2015.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies

1. Pengertian Karies

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Karies gigi dapat diartikan

sebagai suatu proses patologi pascaerupsi yang terlokalisasi dan disebabkan oleh

faktor luar. Proses ini dimulai dengan kerusakan jaringan email yang menjadi lunak

dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya kavitas (Bahar, 2011). Karies adalah

kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email hingga menjalar ke dentin

(Kusumawardani, 2011).

Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm,

dan diet (khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri

plak menjadi asam, terutama asam latat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi

jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Putri et al,2012).

Karies berarti busuk. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang

dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan

antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial

dari substrat sehingga timbul dekstruksi komponen-komponen organik yang akhirnya

terjadi kavitas (Margareta, 2012).

2. Etiologi Karies Gigi

Ada empat faktor yang mempengaruhi terjadinya karies. Keempat faktor

tersebut berdasarkan pada tiga faktor utama yaitu: (1) Bakteri kariogenik; (2)

permukaan gigi yang rentan, dan (3) tersedianya bahan nutrisi untuk mendukung
pertumbuhan bakteri. Terjadinya karies gigi disebabkan karena keberadaan tiga faktor

secara bersama-sama dan didukung oleh faktor keempat yaitu faktor waktu (Bahar,

2011; Putri et al 2012).

Menurut Margareta (2012), Secara umum ada empat faktor utama yang

memegang peranan penyebab karies yaitu: faktor host atau tuan rumah, agen atau

mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu. Selain faktor-faktor tersebut

masih ada beberapa faktor tambahan penyebab terjadinya karies diantaranya :

kebiasaan makan, usia, pola makan, kebersihan mulut dan merokok.

3. Proses terjadinya karies

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat

diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun

sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam

waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan

proses kariespun dimulai. Karies baru bisa terjadi jika keempat faktor tersebut di atas

ada (Kidd dan Bechal, 2012).

Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila tidak segera dirawat,

karies akan menjalar ke bawah hingga sampai keruang pulpa yang berisi pembuluh

darah dan pembuluh saraf, sehingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi

tersebut bisa mati (Kusumawardani, 2011).

4. Klasifikasi karies

Karies dapat diklasifikasikan berdasarkan daerah anatomis tempat karies itu

timbul. Dengan demikian lesi bisa dimulai pada pit dan fissur atau pada permukaan

halus.Lesi permukaan halus dimulai pada email atau sementum dan dentin akar yang

terbuka (karies akar). Kemungkinana lain karies bis timbul pada tepian restorasi. Ini
disebut karies rekuren atau karies sekunder (Kidd dan Bechal, 2012). Selanjutnya

dalam Usri et al (2012), Karies diklasifikasikan menjadi empat macam karies yaitu:

Karies terbatas pada email, Karies Dentin, Karies Akar dan Karies Terhenti

(Arrested).

Karies pun dapat diklasifikasikan berdasarkan stadium karies/dalamnya karies

dan berdasarkan kecepatan berkembang dan keparahan karies (Margareta, 2012).

a. Berdasarkan Stadium Karies/Dalamnya Karies

1) Karies Superfisialis

Karies jenis ini berarti adanya karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin

belum terkena.

2) Karies Media

Yaitu karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

3) Karies Profunda

Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah

mengenai pulpa.

b. Berdasarkan Kecepatan Berkembang dan Keparahannya

1) Karies Ringan

Karies ringan hanya terjadi pada gigi yang paling rentan seperti pit (depresi

yang kecil, besarnya seperti ujung jarum yang terdapat pada permukaan

oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang

pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan

email (iritasi pulpa).

2) Karies Sedang

Karies dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan

aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin

(hiperemi pulpa).
3) Karies Berat/Parah

Karies dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya

bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup

maupun pulpa terbuka (pulpitis dan ganggren pulpa). Karies pada gigi anterior

dan posterior sudah meluas ke bagian pulpa.

B. Status Gizi

1. Pengertian Status gizi

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan

lebih (Almatsier, 2009).

Status Gizi (Nutrition Status) merupakan Ekspresi dari keadaan keseimbangan

dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk

variabel tertentu. Contoh: Gondok endemik merupakan keadaan tidak

seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa et al,

2014).

2. Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Gizi

Masalah Gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang,

kelompok orang, atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara

asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi

penyakit (infeksi) (Margareta, 2012).

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang, baik pada

status gizi kurang maupun status gizi lebih. Gangguan gizi disebab oleh 2 faktor

yaitu faktor primer dan faktor sekunder ( Almatsier, 2009).

a. Faktor Primer

Faktor Primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam

kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan


pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan,

kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya.

b. Faktor Sekunder

Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi

tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya faktor–

faktor yang menyebabkan terganggunya pencernaan seperti gigi-geligi yang

tidak baik, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim.

3. Klasifikasi Masalah Gizi

Pembagian masalah gizi utama berdasarkan tujuan diagnostik yaitu

identifikasi gejala klinis penyakit sebagai dasar usaha penyembuhan (terapi) dan

dinyatakan menurut penyebabnya terbagi empat, yaitu : Kurang kalori dan protein

(KKP), kekurangan garam besi dan anemia gizi, kekurangan vitamin A, dan

gondok endemik (gangguan akibat kekurangan yodium) (Santoso dan Ranti,

2013). Selanjutnya menurut Khumaidi (1994) dalam Santoso dan Ranti (2013),

Klasifikasi masalah gizi di luar aspek medik adalah masalah gizi yang diakibatkan

a. Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga

dan ukuran yang dipakai adalah garis kemiskinan.

b. Masalah gizi karena sosial-budaya indikatornya antara lain adalah stabilitas

keluarga dengan ukuran frekuensi nikah-cerai-rujuk, anak-anak yang dilahirkan

di lingkungan keluarga yang tidak stabilakan rentan terhadap penyakit gizi

kurang.

c. Masalah gizi karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan di bidang

memasak, konsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan

yang memepengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.


d. Masalah pengadaan dan distribusi pangan, indikator pengadaan pangan (food

supply) yang biasanya diperhitungkan dalam bentuk neraca bahan pangan,

diterjemahkan ke dalam nilai gizi dan diperbandingkan dengan nilai rata-rata

kecukupan gizi.

4. Penilaian Status Gizi

Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan

tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung meliputi: Antropometri,

biokimia, klinis dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung meliputi:

survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Penilaian status gizi

tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan (Supariasa et al,2014).

Dalam penilaian status gizi diperlukan berbagai parameter. Parameter tersebut

anatara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran

kepala, lingkar dada dan jaringan lunak. Penggunaan dan pemilihan parameter

tersebut sangat tergantung dari tujuan pengukuran status gizi, apakah mengukur

status gizi sekarang atau mengukur status gizi yang dihubungkan dengan masa

lampau (Supariasa et al, 2014).

Penilaian status gizi anak sekolah salah satunya dapat dilakukan dengan

menggunakan BMI (Body Mass Index) for age atau IMT (Indeks Massa Tubuh)

menurut umur yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) tahun

2007 (Devi, 2012). Penilaian status gizi anak dengan menggunakan IMT menurut

umur, langkah pertamanya tentukan dahulu IMT anak dengan Rumus sebagai

berikut : Berat badan (kg)

IMT =

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

kemudian bandingkan dengan tabel standar penilaian status gizi berdasarkan IMT

menurut umur.
C. Hubungan Karies dan Status Gizi

Karies gigi menjadi masalah kesehatan yang penting karena kelainan pada gigi

ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan jika dibiarkan berlanjut

akan merupakan sumber fokal infeksi dalam mulut sehingga menyebabkan keluhan

rasa sakit. Kondisi ini tentu saja akan mengurangi frekuensi kehadiran anak ke

sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, mempengaruhi asupan gizi sehingga dapat

mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang akan mempengaruhi status gizi anak dan

dapat berimplikasi pada kualitas sumber daya (Siagian, 2008. Cit. Kusumawati, 2010).

Karies gigi merupakan masalah mulut utama pada anak-anak. Rasa timbul

tidak nyaman pada orang yang menderita karies menimbulkan dampak pada status

gizi anak. Rangsangan yang sensitif pada penderita karies sangat mengganggu

terutama saat melakukan makan serta minum, masalah yang timbul tersebut membuat

sebagian besar mempengaruhi status gizi anak-anak (Ghofur dan Firmansyah, 2012).
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang ada dapat di gambarkan bentuk kerangka konsep

penelitian ini sebagai berikut :

Tingkat Keparahan Status Gizi


Karies

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Hipotesa

Ada hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi pada anak kelas satu

SDN Hegarmukti 02 Desa Hegarmukti Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi

tahun 2015.

C. Definisi Operasional

1. Tingkat keparahan karies

Berdasarkan kecepatan berkembang dan keparahannya karies sebagai berikut :

Karies Ringan, Karies Sedang, dan Karies Berat/Parah (Margareta, 2012).


Skala Ukur : Ordinal

Alat Ukur : Alat Diagnostik

Cara Ukur : Pemeriksaan langsung pada responden

Hasil Ukur : 1 = Karies Ringan

2 = Karies Sedang

3 = Karies Berat/Parah

2. Status gizi

Status gizi merupakan Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu

(Supariasa et al, 2014)

Skala Ukur : Ordinal

Alat Ukur : Timbangan berat badan dan data umur responden

Cara Ukur : Pemeriksaan langsung pada responden

Hasil Ukur : Kurus = ≤ 12,7

Normal = 12,8 – 19,7

Gemuk = ≥ 19,8
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan menggunakan

desain cross sectional dimana pengumpulan data untuk variabel sebab (Tingkat

Keparahan Karies) maupun variabel akibat (Status Gizi) dilakukan secara bersama-

sama atau sekaligus (Notoatmodjo, 2012).

B. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN Hegarmukti 02 Desa Hegarmukti Kecamatan

Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi. Penelitian ini di mulai dari bulan oktober 2014.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah murid kelas satu SDN Hegarmukti 02 Desa

Hegarmukti Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi yang berjumlah 101

orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling

yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti sendiri. Dengan kriteria sampel sebagai berikut:

1. Anak yang berusia 6 sampai 7 tahun.

2. Anak yang memiliki karies gigi.


3. Mendapatkan ijin orang tua untuk menjadi responden penelitian.

rumus untuk besaran sampel yang digunakan sebagai berikut :

N
Keterangan :
n=
1 + N (d)² N = Populasi

101 n = Besar sampel


n=
1+101 (0,1)² d=Tingkat

kepercayaan = 90%
n= 50,24

Maka besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini sebanyak 51

orang.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

di dapatkan secara langsung pada sumber data. Data sekunder di dapatkan dari

pihak sekolah meliputi data nama dan usia responden.

2. Cara pengumpulan data

Data karies diperoleh melalui metode pemeriksaan langsung pada setiap anak

kelas satu SDN Hegarmukti 02 yang menjadi responden penelitian dengan Sonde

dan kaca mulut.

Data status gizi di peroleh melalui metode pengukuran berat badan dengan

alat timbangan berat badan, tinggi badan dengan microtoa dan umur responden.

E. Pengolahan dan Analisa Data


Hasil pengumpulan data melalui pemeriksaan langsung berbentuk data

kuantitatif yang akan dihitung secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel tabulasi

silang.

4.1 Table silang

Tingkat
Status Gizi
Keparahan Total
( Menurut IMT/U )
Karies
Kurus Normal Gemuk
Ringan a B c a+b+c
Sedang d E f d+e+f
Baik g H i g+h+i
Total a+d+g b+e+h c+f+i a+b+c+d+e+f+g+h+i

Kemudian data diolah dan dianalisa pada aplikasi SPSS dengan menggunakan uji

fisher exact, karena ada sel yang nilai expectasinya (E) lebih kecil dari satu. Setelah itu

tahap selanjutnya menentukan Hipotesa sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi

Ha : Ada hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi

Jika p hitung ≥ α, maka Ho ditolak

Jika p hitung ≤ α, maka Ho diterima.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di SDN Hegarmukti 02 Kecamatan

cikarang Pusat Kabupaten Bekasi pada Anak Kelas satu diperoleh sampel sebanyak 58

responden. Untuk memudahkan memahami hasil penelitian maka data yang diperoleh

disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies

Jumlah
Tingkat Keparahan Karies
N %
Karies Ringan 16 27,6
Karies Sedang 12 20,7
Karies Berat 30 51,7
Total 58 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 58 responden, terdapat sebanyak 30 responden

(51,7%) yang memiliki tingkat keparahan karies yang berat.

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi

Jumlah
Status Gizi
N %
Kurus 7 12,06
Normal 48 82,76
Gemuk 3 5,18
Total 58 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal,

yaitu sebanyak 82,76% (48 orang).


Tabel 5.3
Hubungan Tingkat Keparahan Karies dan Status Gizi

Status Gizi
Tingkat Jumlah
Keparahan
Kurus Normal Gemuk
Karies
N % N % N % N %
Ringan 1 1,73 12 20,69 3 5,17 16 27,59
Sedang 1 1,72 11 18,97 0 0 12 20,69
Berat 5 8,62 25 43,10 0 0 30 51,72
Total 7 12.07 48 82,76 3 5,17 58 100
P = 0,097
α = 0,05

Tabel 5.3 menunjukan bahwa hasil dari perhitungan uji fisher exact P (0,097) > α (0,05),

maka H0 diterima dan Ha ditolak, dengan demikian berarti tidak ada hubungan antara

tingkat keparahan karies dengan status gizi anak kelas satu SDN Hegarmukti 02 Desa

Hegarmukti Kecamatan cikarang pusat kabupaten Bekasi.

B. Pembahasan

Tingkat Keparahan Karies gigi anak kelas satu SDN Hegarmukti 02 Kecamatan

Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi sebagian besar mengalami karies gigi dengan tingkat

keparahan karies berat/parah sebanyak 30 responden (51,69%), selanjutnya tingkat

keparahan karies sebanyak 16 responden (27,69%) dan sebanyak 12 responden (20,69%)

mengalami karies dengan tingkat keparahan sedang.

Pada anak usia 5-7 tahun permukaan oklusal gigi molar pertama sedang

berkembang, pada masa ini gigi rentan karies sampai maturasi kedua (pematangan

jaringan gigi) selesai (Margareta, 2012). Selanjutnya menurut kusumawardani (2011)

Gigi yang mudah sekali terserang karies adalah gigi sulung, karena struktur giginya lebih

tipis dan lebih kecil dibanding gigi dewasa.


Menurut peneliti masih banyaknya ditemukan tingkat keparahan karies berat pada

anak kelas satu sekolah dasar karena pada usia ini sebagian besar gigi yang ada pada anak

adalah gigi sulung, serta anak belum memiliki kesadaran untuk memelihara kesehatan

gigi, dan kebanyakan anak mempunyai kebiasaan konsumsi jajanan yang kurang baik

bagi kesehatan gigi, diantaranya makanan yang banyak mengandung gula dan mudah

melekat.

Status gizi anak kelas satu SDN Hegarmukti 02 Kecamatan Cikarang Pusat

Kabupaten Bekasi sebangian besar masuk dalam kategori status gizi Normal.

Berdasarkan Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya status gizi

responden normal sejumlah 48 responden (82,76 %), sedangkan sebagian kecil responden

status gizinya kurus sejumlah 7 responden (12,06%) dan gemuk sejumlah 3 responden

(5,18 %).

Seorang anak kurus dikatakan mempunyai status gizi kurang. Faktor penyebabnya

bisa karena asupan gizi yang kurang, aktivitas anak yang berlebih sehingga persediaan

energi habis terpakai, dan akibatnya persediaan lemak dalam tubuh digunakan untuk

energi. Gaya hidup modern cenderung menyebabkan status gizi anak di atas normal,

sehingga anak menjadi gemuk atau obesitas. Hal ini disebabkan anak banyak makan

namun kurang beraktivitas sehingga energi yang masuk kedalam tubuh jauh lebih banyak

daripada yang digunakan untuk aktivitas. Status gizi gemuk pada anak bisa disebabkan

oleh faktor keturunan, jika kedua orang tua gemuk maka 80 persen peluang anak menjadi

gemuk (Devi, 2012).

Menurut Peneliti status gizi anak kelas satu SDN Hegarmukti dapat dikatakan

baik, karena sebagian besar responden memiliki status gizi normal. Namun masih

ditemukannya status gizi kurus sebanyak 7 responden kemungkinan karena anak kurang

konsumsi asupan gizi dan lebih sering konsumsi jajanan yang kurang baik bagi

kesehatan. Selanjutnya kemungkinan untuk anak yang memiliki status gemuk adalah
anak banyak makan atau ngemil tetapi kurang bergerak atau lebih banyak duduk di depan

televisi atau komputer selain itu kemungkinan 3 reponden yang memiliki status gemuk

tersebut orang tuanya memiliki status gemuk pula.

Dari hasil analisa data menggunakan uji statistik fisher Exact yang menunjukan P

(0,097) > α (0,05) sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan

karies dan status gizi. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Garini (2011) serta Ghofar

dan Firmansyah (2012) yang menyatakan ada hubungan antara tingkat keparahan karies

dengan status gizi. Terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian ini diantaranya,

Sampel yang diteliti pada kedua penelitian tersebut sama yaitu pada anak prasekolah

sedangkan pada penelitian ini sampel yang diteliti anak sekolah dasar kelas satu,

kemudian pada indikator tingkat keparahan karies yang diteliti oleh kedua penelitian

sebelumnya menggunakan indeks pengalaman karies pada gigi susu (def-t).

Karies gigi bila tidak segera dirawat dapat menimbulkan gangguan, mulai dari

gigi ngilu, bila ada rangsangan menyebabkan nyeri, dan keadaan berlanjut menjadi sakit

yang berdenyut, sampai terkadang tidak dapat ditoleransi sakitny (Susanto, 2011).

Selanjutnya menurut Siagian (2008) dalm Kusumawati (2010) Keluhan rasa sakit dari

karies gigi akan mengurangi frekuensi kehadiran anak ke sekolah, mengganggu

konsentrasi belajar, mempengaruhi asupan gizi sehingga dapat mengakibatkan gangguan

pertumbuhan yang akan mempengaruhi status gizi anak dan dapat berimplikasi pada

kualitas sumber daya.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan tidak adanya hubungan antara

tingkat keparahan karies dengan status gizi pada penelitian ini, diantaranya: Tingkat

keparahan karies yang ditemukan. Pada penelitian ini didapat responden dengan Tingkat

keparahan karies berat sebanyak 30 responden (51,72%), karies tersebut kebanyakan

terjadi pada gigi seri bagian atas dan adapula pada gigi geraham namun kebanyakan

kedalaman kariesnya sudah mencapai pulpa dan akar gigi atau nekrosis pulpa.
Nekrosis Pulpa adalah kematian pulpa sebagian atau seluruhnya yang disebabkan

oleh inflamasi atau trauma, pasien tidak mengeluhkan apa-apa, pada pemeriksaan klinis

akan ditemukan kavitas yang sangat besar menembus ruang pulpa (Usri et al, 2012).

Selanjutnya menurut Susanto (2011), Ambang rangsang sakit masing-masing orang tidak

sama. Sering kali penderita gigi berlubang tidak merasakan sakit sampai mahkota gigi

habis dan harus dicabut. Kemungkinan hal tersebut terjadi pada responden penelitian ini,

sehingga walaupun anak memiliki karies dengan tingkat keparahan berat tetapi anak

tersebut masih dapat mengunyah makanan dengan baik sehingga kebutuhan nutrisi

asupan gizi dapat terpenuhi dengan baik.

Faktor pendidikan orang tua, sosial ekonomi dan penyediaan pangan yang cukup

baik. SDN Hegarmukti ini berada dipemukiman yang berdekatan dengan kawasan

industri dan fasilitas umum (Pasar tradisional), data yang didapat dari kuesioner yang

diberikan pada orangtua responden kebanyakan orangtua responden adalah karyawan

perusahaan swasta dengan rata-rata pendidikan sekolah menengah atas (SMU).

Berdasarkan hal tersebut walaupun responden menderita tingkat keparahan karies berat

kemungkinan asupan gizinya masih baik. Menurut Almatsier (2009) salah satu faktor

primer penyebab terjadinya gangguan gizi yaitu kurangnya penyediaan pangan, kurang

baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan dan lain sebagainya. Gangguan gizi

terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuh akan

makanan (Devi, 2012).

Jumlah sampel kecil. Dalam penelitian cross sectional jumlah sampel dalam

penelitian sangat penting artinya karena berkaitan dengan kekuatan uji statistik. Pada

sampel yang kecil dibutuhkan perbedaan yang besar untuk menolak hipotesis nol, pada

penelitian dengan sampel kecil, biasanya diharuskan untuk menerima hipotesis nol dan

pada kondisi demikian bila sampel diperbesar, kemungkinan uji statistik dapat menjadi

lebih bermakna (Budiarto dan Anggraeni, 2003 cit Garini, 2011).


Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan karies bukan

salah satu penyebab terjadinya gangguan pada status gizi, karena jika tingkat keparahan

karies yang diderita sudah Nekrosis dan Sering kali penderita gigi berlubang tidak

merasakan sakit sampai mahkota gigi habis atau harus dicabut, karena ambang rangsang

pada setiap anak berbeda. Sehingga walaupun anak memiliki karies dengan tingkat

keparahan berat tetapi anak tersebut masih dapat mengunyah makanan dengan baik dan

kebutuhan tubuh akan asupan gizi pun masih dapat terpenuhi.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan tingkat

keparahan karies dengan status gizi anak kelas satu SDN Hegarmukti 02 Desa

Hegarmukti Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi, maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukan tingkat keparahan karies berat/parah yang paling

banyak terjadi pada responden yaitu sebanyak 51,72% (30 orang).

2. Dari 58 responden yang diteliti, kriteria status gizi terbanyak yaitu status gizi

normal sebanyak 82,76% ( 48 orang).

3. Tidak ada hubungan antara tingkat keparahan karies dengan status gizi didasarkan

pada hasil uji statistik yang menunjukan p (0,097) > α (0,05).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukan diatas, maka penulis

mengemukaan saran sebagai berikut :

1. Bagi orang tua siswa agar meningkatkan upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut untuk mencegah terjadinya karies atau mencegah karies yang lebih parah.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengajarkan dan membiasakan anak untuk

menyikat gigi dengan teknik dan waktu yang tepat secara teratur, dan pemeriksaan

gigi ke klinik gigi 6 bulan sekali.

2. Walaupun sebagian besar anak memiliki status gizi normal, namun ditemukan

anak dengan status gizi kurus, maka sebaiknya perlu perbaikan status gizi dengan

perbaikan kualitas makan dan mengurangi kebiasaan jajan.


3. Bagi Petugas UKS/UKGS puskesmas setempat disarankan agar meningkatkan

program penyuluhan yang berkelanjutan tentang pentingnya memelihara kesehatan

gigi dan peningkatan kualitas asupan gizi bagi anak.

4. Untuk penelitian lebih lanjut mengenai hubungan tingkat keparahan karies dengan

status gizi, diharapkan menambahkan faktor lain yang diteliti dan dengan sampel

yang lebih banyak.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bahar, Armasastra. 2011. Paradigma Baru Pencegahan Karies Gigi.Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014. Profil Kesehatan Provisi Jawa Barat 2013,
diakses dari http://www.diskes.jabarprov.go.id. pada tanggal 25Februari 2015 pukul
11:21.
Devi, Nirmala. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta: Kompas.
Garini, Gita Septia. 2011. Hubungan Indeks Karies Gigi Dengan Status Gizi pada Anak Pra
Sekolah di PAUD Sakura Kelurahan Cigugur Tengah Rt 05/02 Kota Cimahi. KTI.
Bandung: Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Keperawatan Gigi
Ghofur dan Firmansyah. 2012. Hubungan Gigi Karies Terhadap Status Gizi Anak Tk
Tk.Muslimat 7 Peterongan Jombang. Jurnal Edu Health, Vol.2, No.2, September
2012. diakses dari portal garuda.org pada tanggal 22 oktober 2014 pukul 10:12
Hoerudin, Cecep Wahyu., Enung K Rukiati, Yeti Heryati, Heri Jauhari. 2012. Pengembangan
Kompetensi Bahasa Indonesia. Bandung: Insan Mandiri.
Kidd dan Bechal. 2012. Dasar – Dasar karies penyakit dan penanggulangannya. Jakarta :
EGC
Kawuryan, Sekar Purbarini. 2014. Karakteristik Siswa SD Kelas Rendah dan
Pembelajarannya, diakses dari staff.uny.ac.id/sites/default/file/tmp/karakteristik dan
cara belajar siswa SD kelas rendah.pdf pada tanggal 5 Maret 2015 pukul 11:15.
Kementrian Kesehatan RI, 2014.Riset Kesehatan Dasar 2013, diakses dari
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/laporan_riskesdas2013.pdf.
pada tanggal 5 Desember 2014 pukul 14:34.
Kusumawati, Rina.2010. Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi dengan Status Gizi Siswa
Kelas Dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor,Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta diakses dari respository.uinjkt.ac.id/101338-rina kusumawati-
fkik-pdf pada tanggal 24 oktober 2014 pukul 12:14
Kusumawardani, Endah. 2011. Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: SIKLUS.
Margareta, Shinta. 2012. 101 Tips & Terapi Alami Agar Gigi Putih dan Sehat.Yogyakarta:
Pustaka Utama.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Putri, Megananda.Hiranya, Eliza Herijulianti, Neneng Nurjanah. 2012. Ilmu Pencegahan
Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.
Santoso dan Ranti. 2013. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta
Supariasa, I Dewa Nyoman, Ibnu Fajar, Bachyar Bakri. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC
Susanto, Grace W. 2011. Terapi Gusi Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Semarang: Erlangga
Usri, Kosterman., Eriska Riyanti, Tenny Setiani Dewi, Nunung Rusminah, Asep Jajuli
Arwana, Dudi Aripin, Irman Syiarudin. 2012. Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi
dan Mulut Edisi 2.Bandung: LSKI.
LAMPIRAN
PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
( INFORMED CONSENT )

Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud, tujuan, prosedur dan manfaat tentang
penelitian Hubungan Tingkat Keparahan Karies dengan Status Gizi pada Anak Kelas satu SDN
Hegarmukti 02 Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi Tahun 2015, Saya orang tua dari :

Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat Rumah :
No Telp / Hp :

Mengijinkan anak saya untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan akan memberi
keterangan yang diperlukan untuk penelitian ini. Persetujuan ini diberikan dengan penuh
kesadaran, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Bekasi, 2015

(.............................................)
INSTRUMEN PENELITIAN
Hubungan Tingkat Keparahan Karies dengan Status Gizi Pada Anak Kelas 1 SD Negeri
Hegarmukti 02 Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi Tahun 2015

Nama anak : BB :
Tanggal lahir : TB :
Jenis Kelamin : Status Gizi :

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

INDEKS PENGALAMAN KARIES


def-t d= e= f=
DMF-T D= M= F=
Tingkat KME= KMD= KMP= KMA=
Keparahan
Karies

Keterangan :
D= Decayed / Karies pada gigi tetap
d= Decayed / Karies pada gigi sulung
1= Karies mencapai Email
2= Karies mencapai Dentin
3= Karies mencapai Pulpa
4= Karies mencapai akar/sisa akar
M=Missing / Gigi hilang akibat karies pada gigi tetap
e= Indicated for Extracted/Gigi hilang akibat karies pada gigi sulung
F=Filling / Tambalan pada gigi tetap
f=Filling / Tambalan pada gigi sulung
Kuisioner Penelitian
“Hubungan Tingkat Keparahan Karies dengan Status Gizi pada anak kelas 1 SDN.Hegarmukti 02
Desa Hegarmukti Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi tahun 2015”

Nama :

Usia :

Alamat :

DATA ORANGTUA

AYAH IBU

Usia :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Jumlah Pengasilan perbulan :

1. Berapa kali sekali anak ( responden) makan makanan utama:


a. ≥ 3 kali, sebutkan...
b. ≤ 3 kali, sebutkan...
2. Jenis makanan utama yang dikonsumsi anak?
a. Nasi+lauk hewani/nabati+sayur/buah
b. Nasi+lauk hewani/nabati
c. Nasi+Sayur/Buah.
3. Berapa kali anak makan makanan kecil/jajan?
a. ≥ 2 kali, sebutkan...
b. ≤ 2 kali, sebutkan...
4. Bagaimana menyajikan makanan pada anak?
a. Disajikan satu piring khusus diburikan untuk anak
b. Disajikan satu piring untuk berbagi antara anak dengan saudara yang lain
5. Bagaimana cara anak makan?
a. Makan sendiri
b. Disuapin
6. Apakah setiap makan makanan utama yang diberikan untuk anak, selalu dihabiskan?
a. Ya
b. Tidak, alasannya.........................
7. Bagaimana persiapan makanan untuk anak?
a. Dimasak setiap kali akan makan
b. Dimasak satu kali untuk beberapa kali makan
c. Makanan selalu dipanaskan kembali pada saat akan dimakan
8. Jumlah gigi geligi yang ada/tumbuh?
a. Banyak yang berlubang
b. Tidak ada yang berlubang
9. Berapa kali dalam sehari anak menyikat gigi?
a. ˂2
b. 2
c. ˃2
10. Penyaki/masalah kesehatan yang sering diderita anak dalam 1 bulan terakhir?
a. Ada, sebutkan.............................
b. Tidak ada
11. Riwayat kesehatan anak dalam satu bulan terakhir?
a. Tidak mengalami sakit (sehat)
b. Dirawat di Rumah Sakit
c. Sakit tapi tidak masuk RS
Standar Penilainan Status Gizi Umur 6 – 18 Tahun Berdasarkan IMT menurut Umur
( WHO 2007 )
UMUR Laki – laki Perempuan
(TAHUN)
Kurus Normal Gemuk Kurus Normal Gemuk
6 ≤ 13,0 13,1 – 18,4 ≥ 18,5 ≤ 12,7 12,8 – 19,1 ≥ 19,2
7 ≤ 13,2 13,3 – 18,9 ≥ 19,0 ≤ 12,7 12,8 – 19,7 ≥ 19,8
8 ≤ 13,3 13,4 – 19,6 ≥ 19,7 ≤ 13,2 13,0 – 20,7 ≥ 20,8
9 ≤ 13,5 13,6 – 20,4 ≥ 20,5 ≤ 13,1 13,2 – 21,4 ≥ 21,5
10 ≤ 13,7 13,8 – 21,3 ≥ 21,4 ≤ 13,5 13,6 – 22,5 ≥ 22,6
11 ≤ 14,1 14,2 – 22,4 ≥ 22,5 ≤ 13,9 14,0 – 23,6 ≥ 23,7
12 ≤ 14,5 14,6 – 23,7 ≥ 23,8 ≤ 14,4 14,5 – 24,8 ≥ 24,9
13 ≤ 14,9 15,0 – 24-7 ≥ 24,8 ≤ 14,9 15,0 – 26,1 ≥ 26,2
14 ≤ 15,5 15,6 – 25,8 ≥ 25,9 ≤ 15,5 15,6 – 27,2 ≥ 27,3
15 ≤ 16,0 16,1 – 26,9 ≥ 27,0 ≤ 15,9 16,0 – 28,1 ≥ 28,2
16 ≤ 16,5 16,6 – 27,8 ≥ 27,9 ≤ 16,2 16,3 – 28,8 ≥ 28,9
17 ≤ 16,9 17,0 – 28,5 ≥ 28,6 ≤ 16,4 16,5 – 29,2 ≥ 29,3
18 ≤ 17,3 17,4 – 29,1 ≥ 30,0 ≤ 16,4 16,5 – 29,4 ≥ 29,5
REKAP DATA PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DENGAN STATUS GIZI ANAK KELAS 1
SD NEGERI HEGARMUKTI 02 KECAMATAN CIKARANG PUSAT KABUPATEN BEKASI
TAHUN
2015

TINGKAT KEPARAHAN
KARIES STATUS
NO NAMA UMUR JK KRITERIA BB TB IMT/U
GIZI
RINGAN SEDANG BERAT

1 NDS 7 L 1 2 4 BERAT 20 1,22 13,44 NORMAL


2 FFA 7 L 2 3 0 SEDANG 22 1,26 13,86 NORMAL
3 AH 7 L 4 0 8 BERAT 20 1,17 14,61 NORMAL
4 JJ 7 L 3 1 3 BERAT 22 1,25 14,08 NORMAL
5 PFA 7 L 1 2 7 BERAT 20 1,16 14,86 NORMAL
6 OFA 7 L 2 5 1 SEDANG 21 1,14 16,16 NORMAL
7 AF 7 L 3 3 5 BERAT 21 1,15 15,88 NORMAL
8 A 7 L 6 2 0 RINGAN 21 1,18 15,08 NORMAL
9 SB 7 L 4 2 6 BERAT 16 1,13 12,53 KURUS
10 ARP 7 L 3 1 5 BERAT 20 1,17 14,61 NORMAL
11 ASP 7 L 4 3 1 RINGAN 20 1,2 13,89 NORMAL
12 FSM 7 L 2 0 8 BERAT 21 1,23 13,88 NORMAL
13 MFR 7 L 5 3 5 BERAT 18 1,18 12,93 KURUS
14 RR 7 L 6 2 0 RINGAN 18 1,14 13,85 NORMAL
15 MFI 7 L 9 2 0 RINGAN 18 1,06 16,02 NORMAL
16 FFA 7 L 0 5 10 BERAT 23 1,21 15,71 NORMAL
17 MSFT 7 L 4 2 12 BERAT 22 1,2 15,28 NORMAL
18 MFAB 7 L 4 1 9 BERAT 19 1,14 14,62 NORMAL
19 AA 7 L 3 0 3 BERAT 25 1,23 16,52 NORMAL
20 NC 7 L 4 3 5 BERAT 20 1,2 13,89 NORMAL
21 RAR 7 L 4 1 5 BERAT 23 1,21 15,71 NORMAL
22 MNA 7 L 0 7 1 SEDANG 20 1,18 14,36 NORMAL
23 AS 7 L 5 0 1 RINGAN 17 1,17 12,42 KURUS
24 AIH 7 L 1 3 3 BERAT 15 1,12 11,96 KURUS
25 KL 7 L 4 2 2 RINGAN 39 1,3 23,08 GEMUK
26 RM 7 L 2 3 4 BERAT 20 1,14 15,39 NORMAL
27 TP 7 L 0 18 0 SEDANG 19 1,19 13,42 NORMAL
28 T 7 L 4 4 2 SEDANG 17 1,15 12,85 KURUS

Anda mungkin juga menyukai