Anda di halaman 1dari 60

KEBERHASILAN MEMBANGUN KEBIASAAN MENYIKAT

GIGI PAGI SETELAH SARAPAN DAN MALAM SEBELUM


TIDUR SELAMA 21 HARI DI YAYASAN PANTI YATIM
ARROHMAN INDONESIA BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma Tiga pada Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung

Oleh :
NOVIA JUNI NAWARINI
NIM. P17325112046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEHNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2015
KEBERHASILAN MEMBANGUN KEBIASAAN MENYIKAT
GIGI PAGI SETELAH SARAPAN DAN MALAM SEBELUM
TIDUR SELAMA 21 HARI DI YAYASAN PANTI YATIM
ARROHMAN INDONESIA BANDUNG

Novia Juni Nawarini 1) . Megananda Hiranya Putri 2)


Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung

ABSTRAK

Ditemukan sebanyak 25,9% kasus mengenai penyakit gigi dan mulut di Indonesia.
Menyikat gigi merupakan upaya preventif dalam menangani masalah kesehatan
gigi dan mulut. Waktu menyikat gigi yang tepat menurut WHO yaitu dua kali
sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Tujuan penelitian ini adalah
diketahuinya keberhasilan membentuk kebiasaan menyikat gigi pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur selama 21 hari di Yayasan Panti Yatim
Arrohman Indonesia Bandung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan
sasaran adalah anak-anak di Yayasan Panti Yatim Arrohman Indonesia Bandung
usia Sekolah Dasar. Pengambilan sampel sebanyak 21 orang dengan cara total
sampling. Hasil penelitian dari 21 responden, 2 orang mengalami drop out pada
21 hari pertama penanaman pembentukan kebiasaan. Hari ke-22 sampai hari ke-
28 terdapat 78,94% responden berhasil. Hari ke-29 sampai hari ke-35 terdapat
89,47% responden berhasil. Hari ke-36 sampai hari ke-42 terdapat 94,73%
responden berhasil. Rata-rata presentasi keberhasilan membentuk kebiasaan
menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur selama 21 hari
adalah 87,71%. Penelitian ini menunjukan secara umum bahwa konsep 21 hari
dianggap relefan dalam membentuk kebiasaan menyikat gigi yang baik dengan
tingkat keberhasilan 87,71%.
Daftar pustaka
Kata kunci : teori konsep 21 hari, kebiasaan menyikat gigi yang baik
LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul

KEBERHASILAN MEMBANGUN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI PAGI


SETELAH SARAPAN DAN MALAM SEBELUM TIDUR SELAMA 21
HARI DI YAYASAN PANTI YATIM ARROHMAN INDONESIA
BANDUNG

Diujikan pada Hari Rabu Tanggal 05 Bulan Agustus Tahun 2015

Penguji 1 Penguji 2

Drg. Sri Mulyanti, M.Kes. Drg. Eliza Herijulianti, M.Pd.


NIP. 1965 08 30 1993 12 2001 NIP. 1958 07 10 1986 03 2001

Penguji 3

Drg. Rr. Megananda H.P, M.Kes


NIP. 1965 04 12 1991 03 2001
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul

KEBERHASILAN MEMBANGUN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI PAGI


SETELAH SARAPAN DAN MALAM SEBELUM TIDUR SELAMA 21
HARI DI YAYASAN PANTI YATIM ARROHMAN INDONESIA
BANDUNG

Diujikan pada Hari Rabu Tanggal 05 Bulan Agustus Tahun 2015

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Drg. Rr. Megananda H.P, M.Kes


NIP. 1965 04 12 1991 03 2001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Drg. Hj. Hetty Anggrawati K, M.Kes AIFO


NIP. 1956 10 05 1987 12 2001
LEMBAR PERSEMBAHAN

Teruntuk ayahku,

Teruntuk ibuku,

Ketika kaki lelah meniti

Ketika langkah kemudian terhenti

Ingatlah ada mereka yang menanti

Dengan doa, harap, dan sejuta mimpi

Bukan mereka tak tahu keluhmu

Bukan mereka tak tahu kesahmu

Namun mereka tahu engkau mampu

Menerjang perih asa dan lara

Harap mereka kau seperti merpati

Terbang ke alam hidup mandiri

Seseorang takan pernah memahami arti keberhasilan yang sempurna


tanpa mengalami kegagalan sebelumnya. Hadiah tak selalu terbungkus
dengan indah, kadang Tuhan membungkus dengan masalah. Namun
percayalah, dalam masalah tetap ada berkah. Ingatlah, ketika kamu
memutuskan berhenti mencoba, di saat itu juga kamu memutuskan
untuk gagal.

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaniirrahim

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

berkat rahmat-Nya kepada penulis, akhirnya pada kesempatan ini penulis dapat

menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah tepat pada waktunya.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

menempuh pendidikan pada Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Bandung program Diploma III dengan judul,

“Keberhasilan Membangun Kebiasaan Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan

dan Malam Sebelum Tidur Selama 21 Hari Di Yayasan Panti Yatim

Arrohman Indonesia”.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan, hal ini

dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis, untuk itu kritik dan

saran sangat penulis harapkan untuk maksud perbaikan dalam karya tulis ini

sendiri. Penulis dalam hal ini banyak memperoleh bimbingan dan masukan dari

berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini ijinkan penulis untuk menyampaikan terimakasih

kepada:

1. Dr. Ir. H. Osman Syarif, MKM. Selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Bandung,

2. Drg. Hj. Hetty Anggrawati K.,M.Kes., AIFO selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Gigi,

3. Denden Ridwan Ch, S.Si.,T., M.DSc., selaku dosen Pembimbing

Akademik yang selalu memberikan dukungan moril kepada penulis,


4. Drg. Rr. Megananda H.P, M.Kes., selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan saran, gagasan, dan pengarahan kepada penulis

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,

5. Hera Nurnaningsih, S.Si.T., selaku wali kelas yang selalu memberikan

semangat dan dukungan kepada penulis,

6. Drg. Sri Mulyanti, M.Kes dan Drg. Eliza Herijulianti, M.Pd., selaku

dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada

penulis,

7. Seluruh dosen pengajar dan staf tata usaha yang telah memberikan

ilmu pengetahuan kepada penulis,

8. Pengelola Yayasan Panti Yatim Arrohman Indonesia yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian,

9. Bapak, Ibu dan keluarga besar yang senantiasa memberikan doa,

motivasi, dukungan, dan semangat yang menjadi inspirasi penulis,

10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa JKG angkatan 18 yang saling

membantu dan memberikan dukungan dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini,

11. Semua pihak yang telah memberikan gagasan dan dukungan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang belum tersampaikan. Tiada

hal yang lebih baik selain kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan karya-karya penulis di masa yang akan datang.

Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca

sekalian. Semoga segala kebaikan mendapat balasan dari Allah SWT.


Bandung, 05 Agustus 2015

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK
LEMBAR PENGUJIAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup .......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian .................................................................................................. 7
a. Perilaku................................................................................................ 7
b. Sikap .................................................................................................... 10
c. Proses Pembentukan Perilaku ............................................................. 12
d. Kebiasaan ............................................................................................ 13
2. Karakteristik Keperibadian Anak .............................................................. 14
a. Masa Usia Sekolah .............................................................................. 15
3. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut .................................................. 16
a. Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut ................................... 17
b. Waktu Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut ................................ 18
4. Program 21 Hari Menyikat Gigi................................................................ 18
5. Peran Orang Tua dalam Program 21 Hari Menyikat Gigi......................... 21
6. Kualitas Kesehatan Gigi Anak terhadap Perkembangan Anak ................. 21

B. KERANGKA TEORI
a. Kerangka Konsep ................................................................................ 23
b. Konsep 21 Hari ................................................................................... 23
c. Kebiasaan ............................................................................................ 24
d. Menyikat Gigi ..................................................................................... 24
e. Waktu Menyikat Gigi.......................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 25
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 26
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 26
E. Alat dan Bahan .......................................................................................... 27
F. Prosedur Penelitian.................................................................................... 27
G. Pengolahan Data........................................................................................ 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 30


B. Pembahasan ............................................................................................... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................................... 39
B. Saran.......................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Keberhasilan Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan dan
Malam Sebelum Tidur selama 21 Hari

Tabel 4.3 Tabel Distribusi Keberhasilan Pembentukan Kebiasaan Menyikat Gigi


Pagi Setelah Sarapan dan Malam Sebelum Tidur

Tabel 4.4 Tabel Distribusi Keberhasilan Pembentukan Kebiasaan Menyikat Gigi


Pagi Setelah Sarapan dan Malam Sebelum Tidur Tanpa Terputus

Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Ketidakberhasilan Membentuk Kebiasaan


Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan dan Malam Sebelum Tidur
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Umum Responden

Lampiran 2 : Lembar Ceklis

Lampiran 3 : Dokumentasi Penelitianp


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan

masih dalam kategori sangat rendah. Banyak alasan yang melatarbelakangi

kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan.

Salah satu masalah yang kurang diperhatikan oleh masyarakat Indonesia

adalah mengenai kesadaran akan menjaga kesehatan gigi dan mulut. Mereka

beranggapan bahwa penyakit gigi dan mulut bukanlah penyakit yang

mematikan, sehingga hanya 31,1% masyarakat Indonesia yang melakukan

perawatan gigi (Riskesdas, 2013).

Mulut bukan sekedar pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi

fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang yang mengetahuinya.

Mulut merupakan bagian yang penting dari tubuh dan dapat dikatakan bahwa

mulut adalah cermin dari kesehatan karena banyak penyakit umum

mempunyai gejala-gejala yang dapat dilihat dalam mulut. Gigi merupakan

satu kesatuan dengan anggota tubuh lainnya, sehingga dapat mempengaruhi

kesehatan anggota tubuh lainnya dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menyatakan bahwa sekitar

25,9% masyarakat Indonesia memiliki permasalahan kesehatan gigi dan

mulut, dengan gigi berlubang sebagai masalah umum yang sering dihadapi.

Memelihara kesehatan gigi dan mulut adalah sangat penting. Salah satu

cara paling sederhana dan mudah adalah dengan menyikat gigi. Menyikat gigi

adalah proses secara mekanis yang bertujuan untuk mencegah timbulnya


plak. Menyikat gigi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah

timbulnya penyakit gigi dan mulut (Rahmadhan, 2010).

Hasil riset membuktikan 93,8% masyarakat Indonesia yang menyikat

gigi setiap hari, hanya 2,3% nya saja yang menyikat gigi sesuai rekomendasi

yang benar, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Dan sekitar

24,8% anak Indonesia di bawah usia 12 tahun menderita penyakit gigi dan

mulut (Data Riset Kesehatan Dasar / Riskesdas, 2013). Hal ini diakibatkan

karena kurangnya penanaman arti penting pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut sejak dini dan masih banyak yang kurang mengetahui kapan waktu

yang tepat untuk menyikat gigi.

Penelitian yang dilakukan Unilever Indonesia memperlihatkan bahwa

anak yang sering sakit gigi mempunyai kecenderungan 4 kali lebih besar

untuk mendapat nilai yang lebih rendah dibanding teman-temannya yang

mempunyai gigi sehat. Terlebih lagi, gigi berlubang yang dialami anak sangat

mengganggu proses pengunyahan, penyerapan nutrisi, tumbuh kembang dan

rasa sakit yang ditimbulkan dapat mengganggu waktu bermain, istirahat dan

belajar anak (Afifah, 2014).

Penanaman arti penting pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sejak dini

sangatlah penting. Menanamkan kebiasaan baik pada anak akan lebih mudah

dilakukan karena pada fase ini anak akan lebih cenderung meniru perilaku

yang diberikan oleh orang tua. Anak sebagai Agent of Change dapat berperan

penting dalam perubahan baik bagi lingkungannya, termasuk perubahan

dalam perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut (Raksanegara, 2014).


Pemerintah Jawa Barat mengaktifkan kembali UKGS (Usaha Kesehatan

Gigi Sekolah) di seluruh kota Kabupaten Jawa Barat. Program UKGS

menggunakan metode menyikat gigi pada waktu yang dianjurkan, yaitu pagi

setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Penerapan menyikat gigi dengan

waktu yang dianjurkan tersebut dilaksanakan selama 21 hari untuk

membentuk suatu kebiasaan. Hal ini sangat efektif karena terbukti dari hasil

evaluasi program sekolah di Jawa Barat pada 16 kota pada tahun 2013, indeks

kebersihan mulut meningkat sebesar 61,9% (Afifah, 2014).

Selain dari program UKGS tersebut, peran orang tua dan guru sekolah

sebagai kader kesehatan gigi sangat mempengaruhi pelaksanaan pembentukan

kebiasaan anak. Orang tua dan guru sekolah dapat membantu membimbing,

memberikan pengertian, memantau, mengingatkan dan memberikan fasilitas

anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut di rumah maupun di sekolah.

Oleh karena itu, petugas UKGS harus mengikutsertakan orang tua dan guru

sekolah dalam program tersebut dengan memberikan pelatihan dan

pengetahuan dasar tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui

bagaimana keberhasilan membangun kebiasaan menyikat gigi pagi setelah

sarapan dan malam sebelum tidur selama 21 hari. Penelitian akan dilakukan

pada anak di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia Bandung.

Penelitian dilakukan di tempat tersebut karena diketahui belum adanya

pembinaan tentang kesehatan gigi dan mulut dari petugas kesehatan atau

puskesmas setempat dan kurangnya pendidikan anak tentang kesehatan gigi

dan mulut karena tidak terdapat UKGS di sekolah mereka.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas dapat dirumusan masalah penelitian ini

adalah “Bagaimana keberhasilan membangun kebiasaan menyikat gigi pagi

setelah sarapan dan malam sebelum tidur selama 21 hari di Yayasan Rumah

Yatim Arrohman Indonesia Bandung?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu mengetahui keberhasilan

membangun kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam

sebelum tidur selama 21 hari di Yayasan Rumah Yatim Arrohman

Indonesia Bandung.

2. Tujuan Khusus
Dalam penelitian ini terdapat tujuan khusus, yang diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Diketahuinya tingkat keberhasilan penerapan konsep 21 hari menyikat

gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur di Yayasan Rumah

Yatim Arrohman Indonesia Bandung.

b. Diketahuinya tingkat keberhasilan penerapan konsep 21 hari menyikat

gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur tanpa terputus (hari

ke 22-42) di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia Bandung.

c. Diketahuinya tingkat ketidakberhasilan konsep 21 hari menyikat gigi

pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur di Yayasan Rumah

Yatim Arrohman Indonesia Bandung.

d. Diketahuinya alasan ketidakberhasilan konsep 21 hari menyikat gigi

pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur di Yayasan Rumah

Yatim Arrohman Indonesia Bandung.


D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian tersebut, yaitu:

1. Manfaat Keilmuan

a. Bertambahnya wawasan khususnya wawasan peneliti tentang

keberhasilan membentuk kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan

dan malam sebelum tidur selama 21 hari.

b. Memberikan pengetahuan kepada responden dan orang tua responden

mengenai pembentukan kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan

dan malam sebelum tidur selama 21 hari.

c. Sebagai referensi kepustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Bandung Jurusan Keperawatan Gigi.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diperoleh adalah adanya suatu pengetahuan

yang dapat diinformasikan kepada masyarakat bagaimana keberhasilan

membentuk kebiasaan baik menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam

sebelum tidur selama 21 hari pada anak di Yayasan Rumah Yatim

Arrohman Indonesia Bandung.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi keberhasilan membentuk kebiasaan

menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur selama 21 hari

pada anak di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia Bandung.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian
a. Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan

interaksi manusia dengan lingkungannya. Wujudnya bisa berupa

pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku manusia cenderung

bersifat menyeluruh (holistik), dan pada dasarnya terdiri atas sudut

pandang psikologi, fisiologi, dan sosial. Namun, ketiga sudut

pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap

pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo, 1984 cit. Budiharto,

2008).

Perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif.

Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa

materi atau objek di luar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan

baru. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan (overt behavior). Perilaku yang

dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan yang tanpa

dilandasi pengetahuan (Notoatmodjo, 1990 cit. Budiharto, 2008).

Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus

yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, dan penyakit. Bentuk

operasional perilaku kesehatan dapat dikelompokan menjadi tiga

wujud, yaitu:
1) Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni dengan pengetahuan

situasi atau rangsangan dari luar yang berupa konsep sehat,

sakit, dan penyakit.

2) Perilaku dalam wujud sikap yakni tanggapan batin terhadap

rangsangan dari luar yang dipengaruhi faktor lingkungan.

3) Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah nyata, yakni

berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan luar.

Perilaku kesehatan terbentuk dari tiga faktor utama, yaitu:

1) Faktor predisposisi yang terdiri atas pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, umur, pendidikan,

pekerjaan, dan status ekonomi keluarga.

2) Faktor pendukung yang terdiri atas lingkungan fisik, tersedia

atau tidak tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, serta

ada atau tidak adanya program kesehatan.

3) Faktor pendorong terdiri atas sikap dan perbuatan petugas

kesehatan atau orang lain yang menjadi panutan.

Hubungan perilaku berupa tindakan dengan pengetahuan,

kepercayaan, dan presepsi dijelaskan oleh Rosenstock, 1974 cit.

Budiharto, 2008 dalam model kepercayaan kesehatan atau Health

Belief Model. Penjelasannya adalah bahwa kepercayaan seseorang

terhadap kerentanan dirinya dari suatu penyakit dan potensi

penyakit, akan menjadi dasar seseorang melakukan tindakan

pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit tersebut.


Menurut Davies, 1984 cit. Budiharto, 2008, perilaku anak yang

berumur di bawah lima tahun sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu,

oleh karena itu ibu berperan menentukan perilaku anak. Sedangkan

untuk anak usia sekolah lebih berorientasi pada ilmu pengetahuan

dan teori yang dia terima dari pengajarnya.

Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap, dan

tindakan yang berkaitan dengan konsep dan sakit gigi serta upaya

pencegahannya. Menurut Kegeles, 1961 cit. Budiharto, 2008, ada

empat faktor utama agar seseorang mau melakukan pemeliharaan

kesehatan gigi, yaitu:

1) Merasa mudah terserang penyakit gigi

2) Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah

3) Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal

4) Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan

Sedangkan pengetahuan tentang kesehatan gigi diperoleh dari

pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan diperoleh sebagai

akibat stimulus yang ditangkap pancaindera. Pengetahuan dapat

diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses

pendidikan. Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan.

b. Sikap
Sikap adalah suasana batin atau hasil dari proses sosialisasi yaitu

reaksi seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya. Sikap

merupakan suatu kesatuan bervalensi dan akhirnya menyatu kedalam


pola yang lebih luas. Fishbein dan Ajzen, 1975 cit. Budiharto, 2008

mengajukan suatu model sikap yang menggambarkan hubungan

keyakinan, sikap, niat, dan perilaku.

Keyakinan Norma
akan akibat subjektif
perilaku X tentang

Niat untuk
Perilaku
melakukan
X
perilaku X

Keyakinan
Sikap
normatif
terhadap
akan akibat
perilaku X
perilaku X

Norma adalah suatu ukuran, pedoman, atau patokan yang harus

dipatuhi seseorang dalam hubungannya dengan sesamanya atau

lingkungannya. Sikap dan norma positif atau negatif yang terjadi

pada diri seseorang akan menyebabkan niat untuk bertindak. Untuk

norma atau sikap positif, dorongan niat yang ada pada diri seseorang

adalah mendekati objek.

Menurut krathwohl dkk, 1964 cit. Budiharto, 2008, sikap

mempunyai lima tingkatan yaitu menerima (receiving), merespons

(responding), menghargai (valuing), mengorganisasi (organizing),

dan characterization by a value or value complex.

Ada juga yang membagi sikap menjadi empat tingkatan, yaitu:


1. Menerima, artinya orang (subjek) mau memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2. Merespons adalah suatu indikasi sikap pada tingkat kedua, yaitu

kemampuan untuk memberikan jawaban bila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang ditugaskan.

3. Menghargai adalah indikasi sikap pada tingkat ketiga yaitu

kemampuan untuk mengajak orang lain mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab adalah suatu indikasi sikap pada tingkat

keempat yaitu kemampuan untuk bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala konsekuensinya.

c. Proses Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku dapat terjadi secara alamiah, yaitu

perubahan karena pengaruh lingkungan dan perubahan secara

sengaja dan sistematis yaitu melalui pendidikan. Proses perubahan

secara alamiah biasanya lebih lambat bila dibandingkan melalui

proses pendidikan.

Menurut Roger cit. Budiharto, 2008, seseorang akan mengikuti

atau menganut perilaku baru melalui tahapan sebagai berikut.

1) Sadar (Awareness) : seseorang sadar akan adanya informasi

baru. Misalnya menggosok gigi dapat menghilangkan plak gigi,

serta dapat mencegah radang gusi seta karies gigi.

2) Tertarik (Interest): pada tahapan ini, orang mulai tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai manfat menggosok gigi

sehingga orang tersebut mencari informasi lebih lanjut pada orang


lain yang dianggap tahu, membaca atau mendengarkan dari sumber

yang dianggap tahu.

3) Evaluasi (Evaluation) : pada tahap ini orang tersebut mulai

menilai, apakah akan memulai menggosok gigi atau tidak, dengan

mempertimbangkan berbagai sudut misalnya, kemampuan

membeli sikat gigi,pasta gigi, atau melihat orang lain yang rajin

menggosok gigi.

4) Mencoba (Trial): orang tersebut mulai mencoba menggosok gigi.

Dengan mempertimbangkan untung-ruginya, orang tersebut akan

terus mencoba atau menghentikannya. Misalnya, apabila orang

tersebut setelah menggosok gigi merasa mulutnya nyaman, giginya

bersih sehingga menambah rasa percaya diri, ia akan melanjutkan

menggosok gigi secara teratur. Namun, jika menggosok gigi

membuat gigi ngilu, kegiatan menggosok gigi tidak akan

dilanjutkan atau berhenti sementara.

5) Adopsi (Adoption) : pada tahap ini, orang yakin dan telah

menerima bahwa informasi baru berupa menggosok gigi memberi

keuntungan bagi dirinya sehingga menggosok gigi menjadi

kebutuhan.

Selanjutnya menurut Roger cit. Budiharto, 2008, setelah tahap

mencoba atau trial, masih mungkin dilakukan evaluasi kembali

untuk menilai apakah dengan mencoba itu dirasakan menguntungkan

dirinya atau tidak. Penilaian setiap tahap dapat dilakukan sehingga

seseorang dapat menyimpulkan apakah ia ingin menerima informasi

baru atau menerapkan perilaku baru atau tidak.


d. Kebiasaan
Manusia adalah makhluk yang terpola. Kebiasaan atau habit

merupakan perilaku yang terjadi secara nyaman dan otomatis karena

sudah dilakukan berulang kali di masa lampau. Repetisi ini

menciptakan asosiasi mental antara keadaan (pemicu) dan tindakan

(perilaku), sehingga ketika kita dihadapkan dengan pemicu, maka

perilakunya akan mudah muncul atau nyaris otomatis (LexdePraxis,

2009).

Habits adalah segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis,

bahkan kita melakukannya tanpa berfikir. Habits adalah suatu

aktivitas yang dilakukan terus-menerus sehingga menjadi bagian

daripada seorang manusia yang disebut kebiasaan (Siauw, 2013).

Kebiasaan itu terbentuk dari seperangkat pola kegiatan saraf

yang menjadikan kebiasaan dalam kurun waktu yang cukup lama

dan membuat pola baru dalam perilaku seseorang. Seorang peneliti

dari Duke University pada tahun 2006 menemukan bahwa 40 persen

lebih tindakan yang dilakukan orang setiap hari bukanlah keputusan

sesungguhnya, melainkan kebiasaan (Duhigg, 2012).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kebiasaan akan terbentuk apabila

kegiatan tersebut dilakukan secara berulang dan dalam jangka waktu

yang panjang. Kemudian kebiasaan itu akan membentuk sebuah

karakter yang selanjutnya mempengaruhi perilaku seseorang.


2. Karakteristik Keperibadian Anak

Menurut Allport keperibadian didefinisikan sebagai organisasi

dinamik dalam diri individu yang tersusun dari sistem psikofisis yang

menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan. Pola

keperibadian terdiri dari dua komponen, yaitu komponen inti yang

disebut konsep diri dan komponen penunjang yang disebut sifat. Konsep

diri seseorang dibagi menjadi dua, yaitu konsep diri yang sesungguhnya

ada dalam diri seseorang dan konsep diri yang diinginkan oleh seseorang.

Perkembangan pola keperibadian dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu

pembawaan sejak lahir pengalaman pada masa dini dalam keluarga, dan

pengalaman pada masa kehidupan selanjutnya (Somantri, 2007).

a. Masa Usia Sekolah

Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual

atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah

ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa

sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua fase,

yaitu :

1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun

sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak –anak pada

masa ini antara lain sebagai berikut:

a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani

dengan prestasi.

b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang

tradisional.

c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.


d) Suka membandingkan dirinya sendiri dengan anak yang lain.

e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu

dianggap tidak penting.

f) Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki

nilai atau angka raport yang baik.

2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10

sampai umur 12 atau 13 tahun. Sifat khas pada anak di usia ini

adalah:

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang

konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

c) Pada usia ini anak membutuhkan guru atau orang dewasa

untuk menyelesaikan tugas dan keinginan dirinya.

d) Pada masa ini anak memandang nilai atau angka raport sebagai

ukuran yang tepat mengenai prestasi.

e) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya

biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.

(Yusuf, 2001)

3. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah usaha untuk

meminimalisir terjadinya suatu penyakit pada bagian gigi dan mulut.

Tujuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah untuk

mempertahankan kesehatan gigi dan jaringan periodontium (Putri, dkk.,

2010).
a. Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Salah satu cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah

dengan menyikat gigi. Tujuan menyikat gigi adalah membersihkan

gigi dan mulut dari sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya penyakit dari jaringan keras maupun jaringan

lunak (Anandita, 2010).

Teknik menyikat gigi adalah cara yang dianjurkan untuk

membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi dan

merupakan tindakan preventif dalam menuju keberhasilan dan

kesehatan rongga mulut yang optimal. Teknik menyikat gigi yang

dianjurkan untuk anak-anak adalah teknik roll atau modifikasi

stillman karena cara ini sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan

di seluruh bagian mulut. Bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi

sejauh mungkin dari permukaan oklusal dengan ujung-ujung bulu

sikat mengarah ke apeks dan sisi bulu sikat digerakkan perlahan-

lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang dari kepala

sikat bergerak dengan lengkungan. Gerakan ini diulang 8-12 kali

setiap daerah dengan sistematis sehingga tidak ada yang terlewat.

Cara ini terutama sekali menghasilkan pemijatan gusi dan juga

diharapkan membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal

(Putri, dkk., 2010).

b. Waktu Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Penyikatan gigi sebaiknya dilakukan dua kali sehari, yaitu setiap

kali setelah makan pagi dan malam sebelum tidur (Manson, 1971).

Penyikatan gigi dilakukan setelah makan pagi dan sebelum tidur


malam dengan alasan karena dikhawatirkan akan terjadi

penumpukan plak apabila tidak dilakukan penyikatan gigi dengan

waktu tersebut. Umumnya orang melakukan penyikatan gigi

maksimum 2 menit. Di Indonesia perilaku menyikat gigi dengan

benar pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur hanya berkisar

2,3 persen sedangkan 76,6 persen masyarakat Indonesia menyikat

gigi pada saat mandi pagi dan sore hari (Riskesdas, 2013).

4. Program 21 Hari Menyikat Gigi

Kebiasaan terbentuk melalui proses pengulangan. Menurut Maxwell

Maltz dalam buku Psycho Cybernetics biasanya membutuhkan waktu

minimal sekitar 21 hari untuk mengubah sesuatu perilaku menjadi

kebiasaan.

“Instead reserve judgment and go on practicing for a minimum period of

21 days. It usually requires a minimum of about 21 days to effect any

perceptible change in a mental image. Following plastic surgery it takes

about 21 days for the average patient to get used to his new face. When

an arm or leg is amputated the "phantom limb" persists for about

21days. People must live in a new house for about three weeks before it

begins to "seem like home." These, and may other commonly observed

phenomena tend to show that it requires a minimum of about 21 days for

an old mental image to dissolve and a new one to jell”.

Dalam bukunya, Maltz mengungkapkan sebuah penelitian terhadap

pasien yang telah melakukan operasi plastik, pasien tersebut

membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 21 hari untuk membiasakan

diri dengan wajah barunya. Orang yang tinggal di rumah baru


membutuhkan waktu minimal 21 hari untuk dapat beradaptasi. Dari

beberapa penelitiannya dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat

membentuk suatu kebiasaan baru dengan jangka waktu rata-rata 21 hari

(Maltz, 2004).

Dalam penelitian terbaru oleh Phillippa Lally dari University College

London dalam European Journal of Social Psychology.

“To investigate the process of habit formation in everyday life, 96

volunteer chose an eating, drinking or activity behavior to carry out

daily for 12 weeks. The time it took participants to reach 95% of their

asymptote of automaticity ranged from 18 to 254 days indicating

considerable variation in how long it takes people to reach their limit of

automaticity and highlighting that it can take a very long time”.

Dari kutipan diatas disebutkan bahwa waktu yang diperlukan untuk

menciptakan kebiasaan ternyata bervariasi tergantung tingkat

kompleksitas/kesulitan perilaku yang diinginkan. Grafik di atas

menunjukan dua aktivitas berbeda yaitu minum segelas air setiap pagi

dan melakukan 50 sit-up setiap pagi. Setelah dilakukan kalkulasi,

ditemukan bahwa secara rata-rata diperlukan waktu 66 hari agar aktivitas

itu bisa dilakukan dengan otomatis. Semakin mudah, akan semakin cepat

terbentuknya suatu kebiasaan begitu juga sebaliknya ( Lex dePraxis,

2009).

Membangun kesadaran dan mengubah kebiasan baik pada anak-anak

harus dilakukan sejak usia dini dan memerlukan pendekatan kretif. Teori

‘Behaviour Change’ mengatakan untuk mengubah kebiasaan seseorang


maka diperlukan periode yang konstan dikondisikan kepada orang

tersebut agar mengubah kebiasaannya. Dalam 21 hari itu sendiri terbagi

tiga tahap untuk membentuk memori yang memerintah pikiran dan

tubuhnya melakukan kebiasaan baru, yaitu: 7 hari pertama adalah

perkenalan, dalam tahapan ini ajaklah anak mengenal bentuk kegiatan

dengan cara yang menyenangkan; 7 hari kedua adalah tahap

pengulangan, masuk dalam tahap latihan. Semakin sering anak melaukan

kegiatan tersebut, semakin anak lebih mudah hafal dan menikmati; dan

terakhir 7 hari ketiga adalah tahap penguatan dimana menuju

pemantapan. Pada 21 hari ini diharapkan anak akan terbentuk perilaku

baru secara permanen yang menjadi sebuah kebiasaan (Julian, 2012).

5. Peran Orangtua dalam Program 21 Hari Menyikat Gigi

Pembentukan kebiasaan dalam melakukan kegiatan menyikat gigi

secara benar yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur akan

efektif diterapkan kepada anak sejak usia dini. Konsistensi sangat

diperlukan untuk mencapai perubahan ini, apabila dalam pelaksanaannya

terdapat alpa sehari, maka penghitungannya akan diulang dari hari

pertama. Oleh karena itu peran orangtua dan anggota keluarga yang lain

sangat dibutuhkan demi konsistensi pelaksanaan pembentukan kebiasaan

(Julian, 2012).

6. Kualitas Kesehatan Gigi Anak terhadap Perkembangan Anak

Anak yang terhindar dari berbagai infeksi penyakit karena menjaga

kesehatannya, termasuk kebersihan gigi, bisa memiliki kualitas hidup

baik. Dengan begitu anak tidak terganggu proses pembelajarannya dan

berbagai prestasipun bisa diraih. Di Bandung, kesehatan gigi menjadi


masalah terbesar yang mengintao anak usia 5-18 tahun, yang mencapai

seperempat dari 2,6 juta warga kota Bandung (Raksanegara, 2014).

Penelitian yang dilakukan di negara maju memperlihatkan bahwa

anak yang sering sakit gigi mempunyai kecenderungan 4 kali lebih besar

untuk mendapat nilai yang lebih rendah dibanding teman-temannya yang

mempunyai gigi sehat. Penelitian serupa yang dilakukan di Indonesia

oleh Unilever juga menunjukan hal yang sama. Gigi berlubang yang

dialami anak sangat mengganggu proses pengunyahan, penyerapan

nutrisi, tumbuk kembang, dan rasa sakit yang ditimbulkan dapat

mengganggu waktu bermain, istirahat dan belajar anak (Afifah, 2014).

Selain berpengaruh pada kemampuan akademis, dan psikologis anak,

gigi berlubang yang merupakan penyakit yang paling sering diderita anak

usia sekolah juga dapat mempengaruhi produktivitas orang tua mereka.

Orang tua akan kehilangan2,5 hari kerja mereka untuk membawa anak

mereka ke dokter gigi dan merawatnya (Andreas, 2014).


B. KERANGKA TEORI

1. Kerangka Konsep

Variabel Dependen Variabel Independen


KONSEP 21 HARI KEBIASAAN
MENYIKAT GIGI PAGI
SETELAH SARAPAN
DAN MALAM
SEBELUM TIDUR

2. Konsep 21 Hari

Merupakan konsep mengubah kebiasaan seseorang dalam satu

periode yang konstan dikondisikan kepada orang tersebut agar

mengubah kebiasaannya. Dalam konsep 21 hari itu sendiri terbagi tiga

tahap untuk membentuk memori yang memerintah pikiran dan

tubuhnya melakukan kebiasaan baru yaitu: 7 hari pertama adalah

perkenalan / introduction, dalam tahapan ini ajaklah anak mengenal

bentuk kegiatan dengan cara yang menyenangkan; 7 hari kedua adalah

pengulangan / exercise, masuk dalam tahapan latihan. Semakin sering

anak melakukan kegiatan tersebut, semakin anak lebih mudah hafal

dan menikmati; dan terakhir 7 hari ketiga lebih ke arah penguatan /

stabilization dimana menuju pemantapan. Dimana diharapkan

perilaku terbentuk secara permanen menjadi suatu kebiasaan

(Hermawan, 2014).

3. Kebiasaan
Kebiasaan adalah segala sesuatu yang kita lakukan secara

otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa berfikir. Kebiasaan adalah


suatu aktivitas yang dilakukan terus-menerus sehingga menjadi bagian

daripada seorang manusia yang disebut kebiasaan (Siauw, 2013).

4. Menyikat Gigi

Adalah tindakan umum yang dilakukan untuk membersihkan

deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi dan merupakan tindakan

preventif dalam menuju keberhasilan dan kesehatan rongga mulut

yang optimal (Putri, dkk., 2010).

5. Waktu Menyikat Gigi

Frekuensi menyikat gigi yang dianjurkan untuk menghilangkan

deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi. Menurut Manson 1971,

waktu menyikat gigi yang tepat adalah dua kali sehari yaitu pagi

setelah sarapan dan malam sebelum tidur (Putri, dkk., 2010).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian

deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk

membuat gambaran atau hanya mendeskripsikan tentang suatu keadaan atau

kejadian secara objektif (Notoatmodjo, 2005).

GAMBAR 3.1 DESAIN PENGAMATAN PROSES PEMBENTUKAN

KEBIASAAN MENYIKAT GIGI PAGI SETELAH SARAPAN DAN MALAM

SEBELUM TIDUR

HARI KE 22-42
HARI KE-7 HARI KE-14 HARI KE-21

Tahap Pengenalan Tahap Pengulangan Tahap Penguatan


Tahap Pembentukan
Kebiasaan

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat
Penelitian dilakukan di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia

Jalan Cemara No.23, Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Sukajadi, Bandung

40161.

2. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada Oktober 2014 sampai Juni 2015.
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2003). Populasi

penelitian ini adalah anak usia sekolah 6 sampai 12 tahun yang berada di

Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia sebanyak 21 orang.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2003). Cara pengambilan sampel adalah dengan cara total sampling yaitu

seluruh anak yang berusia 6 sampai 12 tahun di Yayasan Rumah Yatim

Arrohman Indonesia yang merupakan populasi terjangkau.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis data primer

dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek

peneliti dengan menggunakan alat ukur/pengambilan data langsung pada

subjek sebagai sumber informasi yang dicari, sedangkan data sekunder

adalah data yang di dapat dari orang lain (Azwar, 2007).

2. Cara Pengumpulan Data


Pada penelitian ini data primer diperoleh dari observasi dan

pengisian kuesioner dengan metode wawancara. Data ini didapat dari

pengamatan langsung yang dilakukan pada anak di Yayasan Rumah

Yatim Arrohman Indonesia usia sekolah 6 sampai 12 tahun yang


diberikan perlakuan untuk membangun kebiasaan menyikat gigi pagi

setelah sarapan dan malam sebelum tidur selama 21 hari.

E. Alat dan Bahan


Alat dan bahan dalam penelitian ini adalah sikat gigi, pasta gigi, kalender

waktu menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur,

kuisioner, dan lembar check list yang ditujukan kepada anak dan pengurus

panti.

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan
a. Persiapan Pertama

Melakukan perijinan kepada pihak Yayasan Panti Yatim

Arrohman Indonesia.

b. Persiapan Kedua

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

penelitian pembentukan kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan

dan malam sebelum tidur selama 21 hari berupa kalender menyikat

gigi, kuisioner, lembar check list, sikat gigi, pasta gigi dan alat tulis.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti memberikan penyuluhan kepada anak di Yayasan Rumah

Yatim Arrohman Indonesia usia sekolah 6 sampai 12 tahun tentang

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, terutama waktu dan cara

menyikat gigi yang tepat dan cermat.

b. Peneliti menjelaskan tentang teknik penggunaan kalender waktu

menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.


c. Peneliti menjelaskan dalam proses pembentukan kebiasaan menyikat

gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur responden harus

melewati waktu 21 hari tanpa putus. Pada hari ke-1 sampai hari ke-7

adalah tahap pengenalan, hari ke-8 sampai hari ke-14 adalah tahap

pengulangan, dan hari ke-15 sampai hari ke-21 adalah tahap

penguatan. Kemudian peneliti dapat meneliti keberhasilan

membangun kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam

sebelum tidur pada hari ke-22 sampai hari ke-42.

d. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pemantauan melalui pengurus

panti melalui lembar check list. Pada hari ke 1 sampai ke 21 sebagai

tahap pembentukan perilaku. Selama 21 hari anak diberikan perilaku

menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur tanpa

waktu jeda yang diingatkan dan dipantau oleh pengurus panti. Hari ke

22 sampai ke 42 sebagai tahap pembentukan kebiasaan dimana anak

menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur tanpa

diingatkan oleh pengurus panti. Hasil pengamatan di catat pada

lembar check list.

3. Tahap Penyelesaian

Data yang diperoleh kemudian disajikan pada tabel distribusi

frekuensi kemudian dihitung prevalensi keberhasilannya.

G. Pengolahan Data
Data yang sudah diperoleh dari hasil pengamatan berupa waktu menyikat

gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, kemudian disajikan

dengan menggunakan tabel frekuensi. Dimana hasil penelitian ini akan dilihat

antara hari ke-22 sampai hari ke-42. Kemudian dapat ditentukan keberhasilan
dari pembentukan kebiasaan konsep 21 hari menyikat gigi dengan benar pagi

setelah sarapan dan malam sebelum tidur dengan prevalensi keberhasilan.

Konsep 21 hari menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur

dinyatakan berhasil apabila prevalensi keberhasilan pembentukan kebiasaan

menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur mencapai angka

80%.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Responden
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisa data lapangan terhadap 21
responden pada Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia Bandung
diketahui responden adalah anak usia sekolah 6 sampai 12 tahun.
Responden diberi pembekalan berupa penyuluhan mengenai pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut serta pembentukan kebiasaan menyikat gigi pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur selama 21 hari.

Tabel 4.1
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah
6,1 - 7,0 tahun 2 orang
7,1 - 8,0 tahun 3 orang
8,1 - 9,0 tahun 4 orang
9,1 - 10,0 tahun 6 orang
10,1 - 11,0 tahun 3 orang
11,1 - 12,0 tahun 3 orang
Jumlah 21 orang

2. Kebiasaan 21 Hari
Berdasarkan hasil observasi terhadap 21 responden, maka didapat
data anak yang berhasil melakukan kebiasaan menyikat gigi pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur selama 21 hari di Yayasan Rumah
Yatim Arrohman Indonesia Bandung yaitu sebanyak 19 orang berhasil
dan 2 orang gagal. Kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan dan
malam sebelum tidur diinstruksikan oleh pengurus panti.
Tabel 4.2
Distribusi Keberhasilan Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan
dan Malam Sebelum Tidur selama 21 Hari

Jumlah Responden Keterangan Presentase


19 orang Berhasil 90,5 %
2 orang Tidak Berhasil 9,5 %

Keterangan :
Responden tidak berhasil 2 orang, yaitu :
1. An. As tidak berhasil (drop out) karena pada hari ke- 17 sampai hari
ke-18 sakit.
2. An. Al tidak berhasil (drop out) karena pada hari ke- 8 sampai hari
ke-14 ada kegiatan di sekolah.

3. Keberhasilan Membangun Kebiasaan Menyikat Gigi Pagi Setelah


Sarapan dan Malam Sebelum Tidur

Berdasarkan hasil observasi terhadap 19 orang responden yang


telah berhasil melakukan kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur selama 21 hari maka dapat dilakukan
pengamatan pembentukan kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur selama 21 hari. Pengamatan dilakukan pada hari
ke-22 sampai hari ke-42 pada anak yang melakukan kebiasaan menyikat
gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur secara mandiri (tanpa
instruksi pengurus panti).
Tabel 4.3

Distribusi Keberhasilan Pembentukan Kebiasaan Menyikat Gigi Pagi


Setelah Sarapan dan Malam Sebelum Tidur

Jumlah Rata-rata
Pembentukan
Responden Presentase Presentase
Kebiasaan
Berhasil Keberhasilan
Hari ke 22-28 15 78,94 %
Hari ke 29-35 17 89,47 % 87,71%
Hari ke 36-42 18 94,73 %

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa presentase keberhasilan pembentukan


kebiasaan 21 hari menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum
tidur memiliki angka presentasi yang berbeda. Dari hasil observasi
didapat rata-rata keberhasilan pembentukan kebiasaan menyikat gigi pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur pada hari ke-22 sampai hari ke-
42 adalah 87,71%.

Tabel 4.4

Distribusi Keberhasilan Pembentukan Kebiasaan Menyikat Gigi Pagi


Setelah Sarapan dan Malam Sebelum Tidur Tanpa Terputus

Pembentukan Jumlah Responden Presentase


Kebiasaan Berhasil
Hari ke 22-42 14 73,68%

Dari tabel 4.4 diketahui sebanyak 14 orang berhasil membentuk kebiasaan


menyikat gigi dengan waktu yang tepat (hari ke 22-42) tanpa terputus
sebanyak 73,68%.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Ketidakberhasilan Membentuk Kebiasaan
Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan dan Malam Sebelum Tidur

Waktu Hari
Pembentukan Nama Tidak Tidak
Usia
Kebiasaan Responden Menyikat Menyikat
Gigi Gigi
An. U 7 tahun 5 bulan Malam 28
An. S 8 tahun 3 bulan Malam 22, 26
Hari ke 22-28
An. A 10 tahun 5 bulan Malam 22, 24
An. D 10 tahun Malam 26, 27
An. U 7 tahun 5 bulan Malam 31, 32
Hari ke 29-35
An. S 8 tahun 3 bulan Malam 30
Hari ke 36-42 An. R 11 tahun 7 bulan Malam 37, 38

Dari tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat beberapa anak yang tidak berhasil
dalam membentuk sebuah kebiasaan menyikat gigi yang baik. Namun
dari hasil penelitian diketahui bahwa waktu ketidakberhasilan dalam
membentuk kebiasaan adalah malam sebelum tidur, sedangkan pada saat
pagi setelah sarapan sudah terbentuk kebiasaan.
B. Pembahasan

Menyikat gigi adalah tindakan umum yang dilakukan untuk membersihkan


deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi dan merupakan tindakan preventif
dalam menuju keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang optimal.
Menurut Manson 1971, waktu menyikat gigi yang tepat adalah dua kali sehari
yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur (Putri, dkk., 2010).

Meskipun waktu menyikat gigi sudah dianjurkan yaitu pagi setelah


sarapan dan malam sebelum tidur, namun masih banyak orang yang kurang
menerapkan kebiasaan menyikat gigi dengan waktu yang tepat. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan mengenai pembiasaan menyikat gigi
pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Kebiasaan menyikat gigi pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur akan lebih efektif apabila dilakukan
sejak usia dini.

Penanaman kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam


sebelum tidur akan lebih mudah dilakukan pada anak masa usia sekolah dasar.
Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa
keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif,
anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya
(Yusuf, 2001).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap 21 responden anak


usia 6 sampai 12 tahun di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia
Bandung, maka diperoleh presentasi keberhasilan dari konsep 21 hari
menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

Konsep 21 hari merupakan konsep yang dicetuskan oleh Maxwell Maltz.


Maltz mengungkapkan sebuah penelitian terhadap pasien yang telah
melakukan operasi plastik, pasien tersebut membutuhkan waktu sekitar kurang
lebih 21 hari untuk membiasakan diri dengan wajah barunya. Orang yang
tinggal di rumah baru membutuhkan waktu minimal 21 hari untuk dapat
beradaptasi. Dari beberapa penelitiannya dapat disimpulkan bahwa seseorang
dapat membentuk suatu kebiasaan baru dengan jangka waktu rata-rata 21 hari
(Maltz, 2004).
Dari hasil awal observasi terhadap 21 responden anak selama 21 hari
penerapan menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
terdapat 2 orang responden yang tidak berhasil. Responden pertama yang
tidak berhasil adalah An. As yang mengalami sakit sehingga pada hari ke-17
dan hari ke-18 tidak menyikat gigi pada malam hari. Responden kedua yang
tidak berhasil adalah An. Al yang dikarenakan ada kegiatan sekolah yang
mengharuskannya berada di luar Yayasan Rumah Yatim Arrahman Indonesia
Bandung pada hari ke-8 sampai hari ke-14 sehingga tidak terawasi oleh
pengurus panti. Maka secara otomatis kedua responden tersebut dinyatakan
tidak berhasil (drop out). Hasil presentase keberhasilan dari 21 responden
anak adalah 19 responden berhasil melakukan penerapan konsep 21 hari
menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur sebanyak 90,5%
dan 2 responden tidak berhasil yaitu 9,5%.

Dari penerapan konsep 21 hari menyikat gigi pagi setelah sarapan dan
malam sebelum tidur secara rutin dan tidak terputus atas instruksi dari
pengurus panti diharapkan ke-19 responden anak tersebut dapat melakukan
kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
Kebiasaan adalah segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan
kita melakukannya tanpa berfikir. Kebiasaan adalah suatu aktivitas yang
dilakukan terus-menerus sehingga menjadi bagian daripada seorang manusia
yang disebut kebiasaan (Siauw, 2013).

Data hasil observasi pembentukan kebiasaan pada hari ke-22 sampai hari
ke-42 dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian pertama hari ke-22 sampai hari
ke-28, bagian kedua hari ke-29 sampai hari ke-35, dan bagian ketiga hari ke-
36 sampai hari ke-42. Pembagian tersebut dilakukan untuk mempermudah
penghitungan presentasi dalam observasi pembentukan kebiasaan 21 hari.
Observasi yang dilakukan secara langsung oleh peneliti adalah pada hari ke-7
dan hari ke-28 saat pagi setelah sarapan sebagai gambaran pengurus panti
dalam melakukan observasi. Sedangkan observasi pada hari-hari lain
dilakukan oleh pengurus panti (enomerator) dengan menggunakan lembar
ceklis.

Hari ke-22 sampai hari ke-28 terdapat 15 responden berhasil dengan


presentasi 78,94 %, responden yang tidak berhasil sebanyak 4 orang dengan
presentasi 21,06%. Responden pertama yang tidak berhasil melakukan
menyikat gigi malam sebelum tidur pada hari ke-28 adalah An.U dikarenakan
responden lupa, namun responden tetap melakukan sikat gigi pada saat pagi
setelah sarapan. Responden kedua yang tidak berhasil menyikat gigi malam
sebelum tidur adalah An.S pada hari ke- 22 dan hari ke-26 karena lupa, namun
responden melakukan sikat gigi pada saat pagi setelah sarapan. Responden
ketiga yang tidak berhasil melakukan sikat gigi sebelum tidur adalah An.A
dikarenakan responden sedang dalam kegiatan yang padat sehingga tidak
sempat, namun responden tetap melakukan sikat gigi pagi setelah sarapan.
Responden keempat yang tidak berhasil melakukan sikat gigi malam sebelum
tidur adalah An.D pada hari ke-26 dan hari ke-27 dikarenakan responden
sedang dalam kegiatan yang padat sehingga tidak sempat menyikat gigi,
namun responden tetap melakukan sikat gigi pagi setelah sarapan.

Hari ke-29 sampai hari ke-35 terdapat 17 responden berhasil dengan


presentasi 89,47%, responden yang tidak berhasil sebanyak 2 orang dengan
presentasi 10,53%. Responden pertama yang tidak berhasil melakukan sikat
gigi malam sebelum tidur adalah An.U pada hari ke-31 dan hari ke-32
dikarenakan responden lupa, namun responden tetap melakukan sikat gigi pagi
setelah sarapan. Responden kedua yang tidak berhasil melakukan sikat gigi
malam sebelum tidur adalah An.S pada hari ke-30 dikarenakan responden
sedang dalam kegiatan yang padat sehingga tidak sempat menyikat gigi,
namun responden tetap melakukan sikat gigi pagi setelah sarapan.

Hari ke-36 sampai hari ke-42 terdapat 18 responden berhasil dengan


presentasi 94,73%, responden tidak berhasil sebanyak 1 orang dengan
presentasi 5,27%. Responden yang tidak perhasil melakukan sikat gigi malam
sebelum tidur adalah An.R pada hari ke-37 dan hari ke-38 dikarenakan
responden sedang dalam kegiatan yang padat sehingga tidak sempat menyikat
gigi, namun responden tetap melakukan sikat gigi pagi setelah sarapan.

Pada hasil observasi yang dilakukan pada hari ke-22 sampai hari ke-42
dapat diketahui bahwa rata-rata anak yang tidak berhasil adalah saat
melakukan sikat gigi malam sebelum tidur, sedangkan pada saat pagi setelah
sarapan diketahui pada hasil observasi hari ke-22 sampai hari ke-42 yaitu
100% berhasil. Ketidakberhasilan anak tersebut dipengaruhi oleh aktivitas
harian anak yang padat (seperti les dan kegiatan tambahan belajar)
menyebabkan anak lelah sehingga tidak sempat untuk menyikat gigi sebelum
tidur. Alasan lainnya adalah anak lupa untuk melakukan sikat gigi malam
sebelum tidur. Namun terdapat 15 responden yang berhasil membiasakan
menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur dari hari ke-22
sampai hari ke-42 tanpa terputus dengan presentasi 73,68%.

Anak yang berhasil membentuk kebiasaan dari hari ke-22 sampai hari ke-
42 tanpa terputus menunjukan bahwa edukasi dan penanaman kebiasaan
menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur dapat diterima
baik oleh sebagian besar responden. Dalam rentang waktu observasi penelitian
diketahui sebanyak 73,68% responden berhasil melakukan menyikat gigi
dengan waktu yang tepat tanpa terputus.

Pembentukan kebiasaan 21 hari menyikat gigi pagi setelah sarapan dan


malam sebelum tidur akan berdeda-beda hasilnya. Hal ini dipengaruhi oleh
perilaku dan sikap setiap anak dalam proses pembentukan perilaku menjadi
sebuah kebiasaan. Dalam proses pembentukan perilaku ini dapat dikatakan
setiap anak berbeda, terdapat anak yang cepat dalam penangkapan proses
pembentukan perilaku dan terdapat pula anak yang cenderung lambat. Faktor
usia pun sejatinya tidak terlepas dari proses pembentukan perilaku menjadi
sebuah kebiasaan, anak usia 6 sampai 8 tahun cenderung lebih lambat dalam
proses pembentukan perilaku (Yusuf, 2001).

Ketidakberhasilan pembentukan kebiasaan 21 hari menyikat gigi pagi


setelah sarapan dan malam sebelum tidur pada beberapa anak merupakan
jawaban dari teori yang di kemukakan oleh Phillippa Lally dari University
College London dalam European Journal of Social Psychology. Dalam teori
tersebut disebutkan bahwa waktu yang diperlukan untuk menciptakan
kebiasaan ternyata bervariasi tergantung tingkat kompleksitas/kesulitan
perilaku yang diinginkan. Setelah dilakukan kalkulasi, ditemukan bahwa
secara rata-rata diperlukan waktu 66 hari agar aktivitas itu bisa dilakukan
dengan otomatis. Semakin mudah, akan semakin cepat terbentuknya suatu
kebiasaan begitu juga sebaliknya ( Lex dePraxis, 2009).
Menyikat gigi merupakan kegiatan yang setiap harinya dilakukan oleh
manusia mulai dari anak-anak sampai dewasa. Hanya saja waktu
pelaksanaannya yang berbeda dan tidak sesuai dengan yang di anjurkan oleh
WHO. Pembentukan kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur selama 21 hari dapat dikatakan mudah karena hanya segi waktu
pelaksanaannya saja yang di ubah. Untuk responden yang tidak berhasil maka
dapat diberikan edukasi atau pendidikan mengenai pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
membentuk kebiasaan menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum
tidur selama 21 hari di Yayasan Panti Yatim Arrohman Indonesia dikatakan
berhasil dimana presentase keberhasilan mencapai 87,71%.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Keberhasil Membangun


Kebiasaan Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan dan Malam Sebelum Tidur
Selama 21 Hari di Yayasan Panti Yatim Arrohman Indonesia Bandung dapat
disimpulkan bahwa:

1. Presentase keberhasilan membangun kebiasaan menyikat gigi dengan


waktu yang tepat adalah 87, 71%.
2. Presentase keberhasilan membangun kebiasaan menyikat gigi dengan
waktu yan tepat tanpa terputus adalah 73,68%.
3. Presentase ketidakberhasilan membangun kebiasaan menyikat gigi dengan
waktu yang tepat adalah 12,29%.
4. Penyebab ketidakberhasilan membangun kebiasaan menyikat gigi dengan
waktu yang tepat dikarenakan anak lupa dan anak sedang dalam kegiatan
yang padat.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas penulis dapat menyimpulkan saran dalam


pembentukan kebiasaan menyikat gigi dengan waktu yang tepat pada anak
yaitu:

1. Minimal setahun sekali diadakannya penyuluhan atau pendidikan


mengenai pencegahan penyakit gigi dan mulut yaitu dengan menyikat gigi
dengan waktu yang tepat untuk memotivasi anak dalam upaya preventif.
2. Pengurus panti mengingatkan kembali pada anak yang tidak berhasil
dalam membangun kebiasaan menyikat gigi dengan waktu yang tepat agar
anak termotivasi untuk mengulangi proses membangun kebiasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah,RM., Andreas,P. 2014. Rayakan World Oral Health Day 2014, Pepsodent
Ajak 200.000 Anak Indonesia di 117 Kota Sikat Gigi Bersama. [Online].
Tersedia: www.unilever.co.id/id/media-
centre/pressreleases/2014/Pepsodent-Ajak-Anak-Indonesia-Sikat-Gigi-
Bersama.aspx [15 Oktober 2014].
Anandita. 2010. Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut. Jakarta : Quadra.
Budiharto. 2010. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan
Gigi. Jakarta : EGC.
Cooper, C. et al. 2009. Ensiklopedia Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.
Duhigg, C. 2012. The Power Of Habit, Dahsyatnya Kebiasaan. Jakarta : KPG
(Kepustakaan Populer Gramedia).
Hidayat, A. 2003. Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta :
Salemba.
Hoerudin, CW., Rukiati, EK., Heryati,Y., Jauhari,H. 2012. Pengembangan
Kompetensi Bahasa Indonesia. Bandung : Pusat Bahasa.
Hurlock, EB. 2004. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Julian, F., Hermawan, S. 2012. Gerakan 21 Hari Untuk Mengubah Kebiasaan.
[Online]. Tersedia: familyparenting.perempuan.com/parenting/gerakan-21-
hari-untuk-mengubah-kebiasaan/ [ 15 Oktober 2014].
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.
Lex dePraxis .2009. Mitos Kebiasaan 21 Hari. [Online]. Te rsedia:
http;//www.untukku.com/artikel-untukku/mitos-kebiasaan-21-hari-
untukku.html. [2 Maret 2015].
Maltz, M. 2004. The New Psycho-Cybernetics. Batam: Interaksara.
Margareta, S. 2012. 101 Tips & Terapi Alami Agar Gigi Putih dan Sehat.
Yogyakarta : Pustaka Cerdas.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Putri, MH., Eliza H., Neneng N. 2012. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rahmadhan, AG. 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. Jakarta : Bukune.
Raksanegara, A. 2014. Gigi Berlubang, Masalah Umum Kesehatan Gigi Anak.
[Online]. Tersedia:
ramadhan.kompas.cpm/read/2014/03/12/1200512/Gigi.Berlubang.Masalah
.Umum.Kesehatan.Gigi.Anak
Siauw, FY. 2013. How to Master Your Habits. Jakarta : Alfatih Press.
Somantri, T S. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama.
Yusuf, S. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
LAMPIRAN
DATA UMUM RESPONDEN

NO NAMA RESPONDEN USIA


1 6 tahun 7 bulan
Hima
2 6 tahun 3 bulan
Siti Fadhila
3 7 tahun 9 bulan
Aam
4 7 tahun 9 bulan
Iim
5 7 tahun 5 bulan
Upi
6 8 tahun 10 bulan
Lina
7 8 tahun
Risna
8 8 tahun 3 bulan
Shifa
9 8 tahun 6 bulan
Ilma
10 9 tahun 7 bulan
Adah
11 9 tahun 2 bulan
Ain
12 9 tahun 5 bulan
Asri
13 9 tahun 3 bulan
Alma
14 9 tahun 11 bulan
Azizah
15 9 tahun 2 bulan
Fitri
16 10 tahun 5 bulan
Ana
17 10 tahun
Deli
18 10 tahun 4 bulan
Elih
19 11 tahun 8 bulan
Hamda
20 11 tahun 2 bulan
Cahaya
21 11 tahun 7 bulan
Rika
LEMBAR CHECKLIST
HARI 1-7 (TAHAP PENGENALAN)
NO NAMA 1 2 3 4 5 6 7
PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM
1
Hima √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2
Siti Fadhila √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3
Aam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4
Iim √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5
Upi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6
Lina √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7
Risna √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8
Shifa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
9
Ilma √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10
Adah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11
Ain √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
12
Asri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13
Alma √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14
Azizah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15
Fitri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
16
Ana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17
Deli √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
18
Elih √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
19
Hamda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20
Cahaya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
21
Rika √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Judul Penelitian :

Keberhasilan Membangun Kebiasaan Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan dan Malam
Sebelum Tidur Selama 21 Hari di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia

*diisi oleh pengelola Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia


LEMBAR CHECKLIST
HARI 8-14 (TAHAP PENGULANGAN)
NO NAMA 8 9 10 11 12 13 14
PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM
1
Hima √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2
Siti Fadhila √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3
Aam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4
Iim √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5
Upi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6
Lina √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7
Risna √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8
Shifa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
9
Ilma √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10
Adah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11
Ain √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
12
Asri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13
Alma X X X X X X X X X X X X X X
14
Azizah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15
Fitri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
16
Ana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17
Deli √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
18
Elih √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
19
Hamda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20
Cahaya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
21
Rika √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Judul Penelitian :

Keberhasilan Membangun Kebiasaan Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan dan Malam
Sebelum Tidur Selama 21 Hari di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia

*diisi oleh pengelola Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia


LEMBAR CHECKLIST
HARI 15-21 (TAHAP PENGUATAN)
NO NAMA 15 16 17 18 19 20 21
PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM
1
Hima √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2
Siti Fadhila √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3
Aam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4
Iim √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5
Upi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6
Lina √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7
Risna √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8
Shifa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
9
Ilma √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10
Adah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11
Ain √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
12
Asri √ √ √ √ √ X √ X √ √ √ √ √ √
13
Alma √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14
Azizah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15
Fitri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
16
Ana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17
Deli √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
18
Elih √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
19
Hamda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20
Cahaya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
21
Rika √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Judul Penelitian :

Keberhasilan Membangun Kebiasaan Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan dan Malam
Sebelum Tidur Selama 21 Hari di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia

*diisi oleh pengelola Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia


LEMBAR CHECKLIST
HARI 22-28 (TAHAP PEMBENTUKAN KEBIASAAN)
NO NAMA 22 23 24 25 26 27 28
PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM
1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Hima
2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Siti Fadhila
3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aam
4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Iim
5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X
Upi
6 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lina
7 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Risna
8 √ X √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √
Shifa
9 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ilma
10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Adah
11 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ain
12 DROP OUT
Asri
13 DROP OUT
Alma
14 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Azizah
15 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Fitri
16 √ X √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √
Ana
17 √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ X √ √
Deli
18 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Elih
19 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Hamda
20 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Cahaya
21 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Rika

Judul Penelitian :

Keberhasilan Membangun Kebiasaan Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan dan Malam
Sebelum Tidur Selama 21 Hari di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia

*diisi oleh pengelola Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia


LEMBAR CHECKLIST
HARI 29-35 (TAHAP PEMBENTUKAN KEBIASAAN)
NO NAMA 29 30 31 32 33 34 35
PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM
1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Hima
2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Siti Fadhila
3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aam
4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Iim
5 √ √ √ √ √ X √ X √ √ √ √ √ √
Upi
6 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lina
7 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Risna
8 √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Shifa
9 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ilma
10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Adah
11 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ain
12 DROP OUT
Asri
13 DROP OUT
Alma
14 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Azizah
15 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Fitri
16 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ana
17 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Deli
18 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Elih
19 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Hamda
Cahaya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Rika √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Judul Penelitian :

Keberhasilan Membangun Kebiasaan Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan dan Malam
Sebelum Tidur Selama 21 Hari di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia

*diisi oleh pengelola Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia


LEMBAR CHECKLIST
HARI 36-42 (TAHAP PEMBENTUKAN KEBIASAAN)
NO NAMA 36 37 38 39 40 41 42
PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM PAGI MALAM
1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Hima
2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Siti Fadhila
3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aam
4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Iim
5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Upi
6 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lina
7 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Risna
8 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Shifa
9 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ilma
10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Adah
11 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ain
12 DROP OUT
Asri
13 DROP OUT
Alma
14 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Azizah
15 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Fitri
16 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ana
17 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Deli
18 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Elih
19 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Hamda
20 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Cahaya
21 √ √ √ X √ X √ √ √ √ √ √ √ √
Rika

Judul Penelitian :

Keberhasilan Membangun Kebiasaan Menyikat Gigi Pagi Setelah Sarapan dan Malam
Sebelum Tidur Selama 21 Hari di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia

*diisi oleh pengelola Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia


PENYULUHAN DAN PENJELASAN

KONSEP 21 HARI
PENYULUHAN DAN PENJELASAN

KONSEP 21 HARI

Anda mungkin juga menyukai