Anda di halaman 1dari 14

RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA (Manajemen

Risiko)
RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA
1.    KARAKTERISTIK RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA
     Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe
risiko :
a.       Risiko perubahan pendapatan
è pendapatan bersih ( hasil investasi dikurangi biaya ) berukurang dari yang diharapkan
b.      Risiko perubahan nilai pasar
è nilai pasar berubah karena perubahan tingkat bunga,yaitu berubah menjadi lebih kecil
( turun nilainya )
1.1Risiko Perubahan Pendapatan
Perubahan tingkat bunga dapat menyebabkan sedikitnya perubahan pendapatan.
Ada  2 jenis risiko perubahan pendapatan yang dihadapi oleh perusahaan :
a.     Risiko Penginvestasian kembali
     Misal asset seperti berikut ini :
      Aset Kewajiban (Pasiva)
  
Obligasi jangka waktu  :1 Obligasi jangka waktu: 2 tahun ,
tahun ,bunga : 12% pertahun dengan bunga : 10%
pertahun ,selama 2 tahun
Keterangan :
·         Tahun 1
perusahaan peroleh keuntungan ( spreads ) 2% = 12% - 10%
·         Tahun kedua tergantung tingkat bunga investasi
·         Bila 12% tingkat bunga tetap peroleh keuntungan sama dengan tahun pertama
·         Bila bunga 8%, rugi 2%
b.      Risiko Pendanaan Kembali
Aset Pasiva

Obligasi jangka waktu 2 Obligasi jangka waktu 1


tahun ,bunga 12% pertahun tahun ,Bunga: 10% pertahun

Keterangan :
·      Tahun pertama spreads keuntungan 12%-10% = 2%
·      Tahun ke-2 tergantung tingkat bunga obligasi berlaku
·      Jika bunga pendanaan sama sebesar 10% maka diperoleh keuntungan 2%
·      Jika bunga 14% rugi 2%

1.2    Risiko Perubahan harga Pasar


Perubahan tingkat bunga menyebabkan perubahan nilai pasar aset atau kewajiban
yang dipegang oleh perusahaan, jika penurunan nilai aset lebih besar dibanding
dengan penurunan nilai kewajiban, maka perusahaan mengalami kerugian atau
sebaliknya, Secara umum, jika bunga meningkat maka nilai sekuritas cenderung
mengalami penurunan. Tingkat penurunan nilai tersebut bisa berbeda dari satu
sekuritas ke sekuritas lainnya.
Misal perusahaan mempunyai neraca sebagai berikut :
Aset Pasiva

Obligasi jangka waktu 10 Obligasi jangka waktu 2


tahun ,nilai nominal :Rp. 1 tahun ,Nilai nominal: Rp. 1
juta. Kupon Bunga :10% Nilai juta. Kupon Bunga: 10% Nilai
pasar: Rp. 1 juta pasar: Rp. 1 juta

Misalkan tingkat yang berlaku adalah 10%, maka nilai obligasi yang menjadi asset
dan obligasi kewajiban adalah :
Obligasi asset              =  100.000 +………….......+ 1.100.000   =  1 juta
                                                     (1+0,1)1                           (1+0,1)10
Obligasi Kewajiban     =  100.000 +………….........+ 1.100.000   =  1 juta
                                                                 (1+0,1)1                             (1+0,1)2

Obligasi asset dan kewajiban mempunyai nilai pasar yang sama yaitu Rp 1 juta.
Misalkan tingkat bunga naik menjadi 12%, maka nilai obligasi keduanya adalah:
Obligasi asset  =            100.000 +………+ 1.100.000   = Rp. 886.996
                                                   1+0,12)1              (1+0,12)10
Obligasi Kewajiban     =  100.000 +………+ 1.100.000        =  Rp. 966.199
                                                     (1+0,12)1                (1+0,12)2
Terlihat bahwa kedua obligasi tersebut mengalami penurunan nilainya. Karena
obligasi asset mengalami penurunan lebih besar dibandingkan turunnya obligasi
kewajiban, maka perusahaan tersebut mengalami kerugian.
2.    PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA : METODE
PENILAIAN KEMBALI ( REPRICING MODEL )

2.1    Periode Harian
Repricing model mencoba mengukur risiko perubahan tingkat bunga dengan
menggunakan pendekatan pendapatan. Model tersebut ingin melihat bagaimana
pengaruh perubahan tingkat bungaterhadap pendapatan yang diperoleh suatu
organisasi.
Aset Kewajiban ( Pasiva )
Meminjamkan dipinjaman pasar antar bank 1 Meminjam di pasar antar bank
hari                             Rp  2 M
1 hari                          Rp    3 M
Comercial Paper 3 bulan       Rp  3 M
Tabungan                   Rp    3 M
Surat Hutang 6 bulan            Rp  5 M
Deposito 1 bulan        Rp  10 M
Pinjaman 1 tahun                  Rp   6 M
Deposito 1 tahun        Rp  10 M
Obligasi 3 tahun                    Rp 10 M
Deposito 2 tahun        Rp  10 M
Obligasi 3 tahun tk
bunga    mengambang                         Rp   5 M
Modal                         Rp    5 M
Pinjaman bunga tetap

 jangka waktu 10 tahun         Rp 10 M

Total Aset                              Rp 41 M Total Pasiva                Rp   41 M

Langkah – langkah yang perlu dilakukan :


1.    Mengidentifikasi dan mengelompokan aset atau kewajiban yang rentan terhadap
perubahan tingkat bunga, yaitu asset atau kewajiban yang harus dinilai ulang jika
tingkat bunga berubah.
2.    Menghitung gap anatar aset sensitif dengan kewajiban sensitif terhadap perubahan
bunga dan menghitung perubahan pendapatan jika tingkat bunga berubah.

a.         Mengidentifikasi dan mengelompokkan asset


       Misal aset  bank pinjaman dipasar antar bank satu hari sebesar  Rp 2 miliar,
jika tingkat bunga besok berubah (misal naik), maka pendapatan bunga yang
diperoleh akan berubah (meningkat dalam hal ini), dengan kata lain aset ini tergolong
sensitif dan harus dinilai kembali ( Reprice). Disisi lain melihat sisi pasiva,  bank
meminjam dipasar antar bank sebesar Rp 3 miliar, bank memiliki aset yang sensitif
terhadap perubahan tingkat bunga sebesar Rp 3 miliar, ini tergolong sensitif dan harus
dinilai kembali ( Reprice ) jika bunga harian berubah.
b.        Menghitung Gap antara Asset dan Kewajiban yang sensitif terhadap perubahan
tingkat bunga dan menghitung perubahan pendapatan
 Gap antara RSA dengan RSL bisa dihitung sebagai berikut :

                                      GAP = (Rp 2 miliar) – (Rp 3 miliar ) = - Rp 1 miliar

Misalkan tingkat bunga meningkat sebesar 1% (misal dari 10% menjadi 11%), maka


pendapatan bank tersebut berubah sebesar :

                                      Perubahan pendapatan            = (GAP x ( Δ Bunga)
                                                                                           =  - Rp 1 miliar
x 0,01 = -Rp 10 juta

Dengan kata lain bank tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 10 juta jika tingkat


bunga sebesar 1% .

2.2    Periode Lebih dari Satu Hari


Identifikasi aset sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dalam  waktu 1 tahun.
Berikut hasil identifikasi tersebut :

Meminjam dipinjaman pasar antarbank 1 hari                                    Rp 2 M


Commercial Paper 3 bulan                                                                 Rp 3 M
Surat Hutang 6 bulan                                                                          Rp 5 M
Pinjaman 1 tahun                                                                                Rp 6 M
Bagian Obligasi  3 tahun yang jatuh tempo tahun ini                         Rp2 M
Obligasi 3 tahun tingkat bunga mengambang                                     Rp 5 M +
      
       Total Rate sensitif aset (RSA)                                                                        Rp 23
M

Untuk obligasi 3 tahun, sebesar Rp 2 M jatuh tempo tahun ini, Karena itu sejumlah
Rp 2M akan dinilai ulang jika tingkat bunga berubah. Untuk obligasi dengan tingkat
bunga mengambang,karena tingkat bunga ditetapkan kembali selam enam bulan,
maka obligasi tersebut akan dinilai ulang setiap enam bulan. Pinjaman dengan bunga
tetap dengan jangka waktu 10 tahun tidak masuk dalam perhitungan, karena tingkat
bunga tersebut tetap selama 10 tahun, tidak akan berubah meskipun tingkat bunga
berubah – ubah. Dari perhitungan diatas, nampak bahwa bank tersebut mempunyai
asset yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga selama periode satu tahun (RSA)
sebesar Rp 23 M.

Langkah berikutnya adalah mengidintifikasi kewajiban yang sensitif terhadap


perubahan tingkat bunga untuk periode 1 tahun :

Meminjam dipasar antar bank 1 hari               Rp  3 M


Tabungan                                                         Rp  3 M
Deposito 1 bulan                                             Rp 10 M
Deposito 1 tahun                                             Rp 10 M
Total Rate Sensitive Liability ( RSL )             Rp 26 M

Dari perhitungan di atas nampak bahwa bank tersebut mempunyai kewajiban yang
sensitif terhadap perubahan tingkat bunga selama periode 1 tahun ( RSL ) sebesar Rp
26 M

2.3    Gap Sebagai Indikator Risiko Tingkat Bunga


Kumulatif GAP = RSA – RSL
                                = Rp 23 M –  Rp 26 M = - Rp 3 M

Maka kenaikan bunga akan merugikan bank tersebut karena gap negatif . dalam
contoh diatas, gap ratio adalah :

     GAP Ratio      = KGAP / Total aset


                             = - Rp 3 M / Rp 41 M = - 0,073 atau - 7,3%

Gap ratio bermanfaat karena memberikan informasi besarnya gap relatif terhadap


total asset. Sebagai contoh, misal ada dua bank dengan inormasi gap berikut ini :
Bank A Bank B
    
Gap -  Rp 10 M - Rp  20 M

Total Aset    Rp 100 M   Rp 500 M

Gap Ratio     -  10%     - 4%

GAP Bank A lebih kecil dari bank B, sehingga eksposure Bank A terhadap resiko
nampak lebih kecil dari Bank B, Tapi jika dibanding total aset terlihat Gap ratio B
lebih kecil dibanding A. Jika suatu perusahaan / bank ingin menghilangkan eksposur
terhadap resiko perubahan tingkat bunga, maka bank tersebut bisa membuat neraca
dengan gap sama dengan nol.  Otomatis juga akan kehilangan kesempatan
memperoleh perbedaan bunga. Untuk itu bank menetapkan gap tertentu.
GAP ratio sebesar plus/minus 15% biasa dilakukan oleh bank.

2.4    Perubahan Tingkat Bunga yang Berbeda Untuk Asset dan Kewajiban


Δ Pendapatan bersih    =  Δ  Pendapatan bunga –  Δ Biaya bunga
Kembali ke contoh di atas, di mana Bank mempunyai RSA sebesar Rp 23 M, dan
mempunyai RSL sebesar Rp 26 M, atau gap sebesar – Rp 3 M. Misalkan tingkat
bunga untuk asset berubah 2% sementara tingkat bunga untuk kewajiban berubah 1%.
Maka perubahan pendapatan :

ΔPendapatan bersih    = (Rp 23 M)(0,02) – (Rp 26 M)(0,01)


                                    = Rp 460 juta – Rp 260 juta
                                    = Rp 200 juta

Terlihat bahwa bank justru memperoleh keuntungan karena pendapatan bunga


meningkat lebih beasr dibandingkan dengan biaya bunga.

3.  PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA : METODE


JANGKA WAKTU ( MATURITY MODEL )
3.1 Perhitungan Gap jangka waktu
·         Metode repricing (penilaian kembali mempunyai kelemahan terutama karena tidak
memperhatikan efek perubahan nilai pasar dari perubahan tingkat bunga. Jika tingkat
bunga meningkat maka discount rate atau tingkat pendiskontoan juga
meningkat.  Present value aliran kas di masa datang semakin kecil dan nilai pasar
sekuritas akan turun. 
·         Contoh metode repricing
 suatu bank membeli obligasi dengan tujuan untuk investasi (dipegang sampai jatuh
tempo) dalam situasi tersebut bank akan mencatat nilai historis obligasi di
neracanya.  Bank memperoleh pendapatan hanya dari kupon bunga yang dibayarkan.
·         Contoh Metode pengukuran risiko perubahan tingkat bunga yang memperhitungkan
perubahan nilai pasar
Bank lain membeli obligasi dengan tujuna untuk memperoleh keuntungan melalui
trading (memperjual belikan sekuritas).  Bank akan mencatat nilai obligasi di
neracanya berdasarkan nilai pasar obligasi.  Karena itu nilai pasar obligasi akan di
efaluasi praktis setiap hari.  Jika nilai pasar obligasi lebih kecil nilai belinya, bank
tersebut merugi dan sebaliknya.
·         Contoh metode Jangka waktu mengukur perubahan harga pasar suatu aset akibat
perubahan tingkat bunga.
Suatu bank mempunyai neraca sebagai berikut
Aktiva Pasiva

Obligasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%


Nilai nominal Rp 10 juta, kupon jangka waktu 2 tahun, nilai nominal =
bunga= 15% Rp 180 juta

Obligasi jangka waktu 20 tahun Modal saham Rp 2 juta

Nilai nominal Rp 10 juta, kupon


bunga= 15%

Total aset                 Rp 20 juta Total Pasiva             Rp 20juta

Misal tingkat bunga yang berlaku atau yield adalah 15% harga pasar akan sama
dengan nilai nominal dengan situasi ini. Bank tersebut mempunyai aktiva dan pasiva
sebesar 20juta. Misalkan tingkat bunga yang berlaku meningkat menjadi 17% maka
nilai obligasi tersebut menjadi :
Obligasi Aset 1 =   150.000         + ............... +
1.150.000          = 9.068.279
                               (1+0,17)1                               (1+0,17)10
Obligasi Aset 2 =   150.000         + ............... +
1.150.000          = 8.874.447
                               (1+0,17)1                               (1+0,17)20
Pinjaman           =   2.700.000      +    1.150.000              
= 17.429.323
                               (1+0,17)1              (1+0,17)2
Neraca yang baru sesudah perubahan tingkat bunga :
Aktiva Pasiva

Oblogasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%


Nilai nominal Rp 10 juta, kupon jangka waktu 2 tahun, nilai nominal =
bunga= 15%                     Rp Rp 18juta
9.068.279
                                       Rp 17.429.323
Obligasi jangka waktu 20 tahun
Modal saham Rp 2
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon juta      Rp  513.403   
bunga= 15%                   Rp 8.874.447

Total aset                       Rp Total Pasiva                   Rp 17.942.726


17.942.726

Bank tersebut dikatakan mempunyai ketidaksesuaian jangka waktu antara aset dengan
kewajiban ( maturity mismatch ). Ketidaksesuaian jangka waktu tersebut
memunculkan ekposur terhadap resiko perubahan tingkat bung. Semakin besar
ketidaksesuain tersebut semakin besar risiko perubahan tingkat bunga yang dihadapi
bank tersebut.
·         Jangka waktu untuk portofolio aset atau kewajiban dapat dihitung sebagai rata-rata
tertimbang dalam jangka waktu aset atau kewajiban individual dengan membobot
adalah nilai pasar dari masing-masing aset.
Gap jangka waktu bisa dihitung :
     Gap jangka waktu = MA ( maturity of Aset ) – ML ( Maturity of liability )
·         Semakin besar gap jangka waktu baik positif maupun negatif semakin besar risiko
perubahan tingkat bunga yang dihadapi. Contoh : struktur neraca bank dengan gap
jangka waktu yang tidak nol.
Aktiva Pasiva

Pinjama (aset) jangka panjang Tabungan dan deposito (dengan


jangka waktu 1 tahun)
(misal memberikan kredit kepemilikan
perumaha/KPR dengan kangka waktu Modal Saham
10 tahun

·         Jika bank memperkirakan tingkat bunga akan meningkat bank bisa memperkecil gap
jangka waktu atau bernilai negatif ( jangka waktu kewajiban lebih panjang
dibandingkan dengan jangka waktu aset ) dalam situasi tersebut nilai kewajiban akan
turun lebih cepat dibanding nilai aset ( hal yang menguntungkan bagi bank ) begitu
pula ketika bank memperkirakan tingkat bunga akan menurun. Jangka waktu aset
lebih besar dibandingkan dengan jangka waktu kewajiban.
3.2. Imunisasi Dengan Metode Jangka Waktu
·         Jika bank ingin melakukan imunisasi melalui metode jangka waktu agar perubahan
tingkat bunga tidak mengakibatkan kerugian maka bank bisa menyamakan jangka
waktu aset dan jangka waktu kewajiban :
     MA = ML atau MA – ML = 0
·         Jika bank menyamakan sumberdana dengan aset maka neracanya :
Aktiva Pasiva

Obligasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%


jangka waktu 15 tahun, nilai nominal
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon
= Rp 18 juta
bunga= 15%
Modal saham Rp 2 juta
Obligasi jangka waktu 20 tahun

Nilai nominal Rp 10 juta, kupon


bunga= 15%

Total aset                 Rp 20 juta Total Pasiva             Rp 20juta

·         Misal tingkat bunga meningkat menjadi 17% nilai aset dan kewajiban yang baru :
Aktiva Pasiva

Oblogasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%


jangka waktu 15 tahun, nilai nominal
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon
= Rp 18juta
bunga= 15%                     Rp
9.068.279                                        Rp 16.083.293

Obligasi jangka waktu 20 tahun Modal saham Rp 2


juta      Rp1.859.433   
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon
bunga= 15%                   Rp 8.874.447

Total aset                       Rp Total Pasiva                   Rp 17.942.726


17.942.726

·         Bank bisa menekan risiko perubahan tingkat bunga dengan menyamakan jangka
waktu aset dengan jangka waktu kewajiban tetapi bank tidak bisa sepenuhnya
mengimunisasi risiko perubahan tingkat bunga. Hal ini merupakan kelemahan dari
metode jangka waktu ( maturity model )

4.    PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA : METODE DURASI


4.1 Kelemahan metode jangka waktu
·         Imunisasi dengan menyamakan jangka waktu aset dengan jangka waktu kewajiban
tidak bisa sepenuhnya melindungi modal saham misal
Obligasi Perincian

A Nilai nominal Rp 1 juta, jangka waktu satu tahun, kupon


bunga= 10%, dibayarkan setiap semester

B Nilai nominal Rp 1 juta, jangka waktu satu tahun, kupon


bunga= 10%, dibayarkan setiap tahun

·         Metode durasi memperbaiki metode jangka waktu karena metode durasi


memperhitungkan timing dari setiap aliran kas
4.2. Perhitungan durasi
·         Durasi bisa didefinisikan sebagai rata-rata tertimbang jangka waktu aliran kas
dengan pembobot porposi present value dari setiap aliran kas tersebut.
·         Misal tingkat bunga yang berlaku adalah 10% durasi untuk kedua obligasi boisa
dihitung :
Waktu Obligasi A PVIF (5%) PV Kas Rata-rata
tertimbang

(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) Jangka waktu (5)

½ 50.000 0,952381 47.619 0,0238

1 1.050.000 0,907029 952.381 0,9524

1.000.000 0,9762

Catatan: 5% adalah 10% dibagi dua, karena dibayarkan tiap semester


Waktu Obligasi B PVIF PV Kas Rata-Rata
(10%) tertimbang Jangka
waktu

(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5)

1 1.100.000 0,909091 1.000.000 1

1.000.000 1

Durasi Obligasi A
{[(47.619)(1.000.000)] x (1/2)} + {[(952.381)(1.000.000)]x (1)}
 = 0,9762 tahun
Durasi Obligasi B
{[(1.000.000)/(1.000.000)] x 1} = 1 tahun
·         Misalkan kita mempunyai dua obligasi yaitu X danY dengan informasi sebagi
berikut:
Obligasi Perincian
X Nilai nominal Rp 1juta, jangka
waktu lima tahun, kupon bunga=
10%, dibayarkan setiap tahun.
Y
Nilai nominal Rp 1juta, jangka
waktu lima tahun, kupon bunga=
10%, dibayarkan setiap semester

Tingkat bunga yang berlaku (yield) adalah 9%

Durasi untuk kedua Obligasi:


Tahun Aliran kas PVIF Present Proporsi Rata-Rata
(9%) Value Pv Aliran tetimbang
Kas jangka
waktu

(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)

1 100.000 0,917 91.743 0,088 0,088

2 100.000 0,841 84.168 0,081 O,162

3 100.000 0,772 77.218 0,074 0,222

4 100.000 0,708 70.842 0,068 0,272

5 1.100.000 0,649 741.924 0,688 3,440

1.038.897 4,186

·         Perhitungan durasi obligasi Y


Tahu Aliran Kas PVIF Present Proporsi Rata-rata
n (9%) Value Alira PV Aliran tertimban
n Kas Kas g jangka
waktu

(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)

0,5 50.000 0,97823 48.911,6 0,03924 0,019622


2 4
1 50.000 47.846,89 0,03839
0,95593 0,03839
1,5 50.000 46.805,36 0,056332
8
0,03755
2 50.000 45.786,5 0,073474
0,93610 4
2,5 50.000 7 44.789,82 0,03673 0,089843
7
3 50.000 0,91573 43.814,83 0,105465
0,03593
3,5 50.000 0,89579 42.861,07 0,120364
7
6
4 50.000 41.928,07 0,134565
0,03515
0,87629
4,5 50.000 41.015,38 5 0,14809
7
5 1.050.00 84.257,36 0,03439 3,38021
0,85722
0
1 12.463,33 0,03364 4,166355
1
0,83856
1 0,03290
9
0,82030
8 0,67604
2
0,80245
1

Meskipun jangka waktu keduanya lima tahun, tetapi durasi untuk keduanya lebih
kecil dari lima tahun, karena ada aliran kas yang dibayarkan sebelum tahun kelima.
Durasi Y lebih kecil dibandingkan durasi X karena aliran kas Y lebih awal dibayarkan
( karena dibyarkan setiap semester ) dibandingkan obligasi X

Durasi untuk obligasi tanpa kupon ( zero coupon bond atau zeroes )  sama dengan
jangka waktu obligasi tersebut
Tahun Aliran Kas PVIF Present Proporsi Rata-rata
(9%) Value Alira PV tertimbang
n Kas Aliran jangka
Kas waktu

(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)

1               0 0,917431            0 0 0

2 1.000.000 0,84168 841.680 1 2

841.680 1 2

Obligasi zeroes dengan jangka waktu dua tahun mempunyai durasi 2 tahun


Obligasi consol adalah obbligasi yang tidak mempunyai jatuh tempo. Dapat dihitung
dengan :
                                         Dc = 1 + (1/R)

4.3 Karateristik Durasi


·      Durasi akan meningkat jika jangka waktu aset semakin panjang, menurun
jika yield meningkat dan menurun jika kupon bunga meningkat
·      Misalkan ada obligasi dengan karateristik yang sama persis, kecuali jangka waktunya
lebih panjang yaitu tahun 2 tahun
Tahu Aliran Kas PVIF Present Proporsi Rata-rata
n (5%) Value Alira PV Aliran tertimban
n Kas Kas g jangka
waktu

(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)

0,5 50.000 0,95238 47.619,05 0,04761 0,02381


1 9
1 50.000 45.351,47 0,045351
0,90702 0,04535
1,5 50.000 43.191,88 0,064788
9 1
2 1.050.00 863.9837,6 1,727675
0,86383 0,04319
0
8 1.000.000 2 1,861624

0,82270 0,86383
2 8

·      Misalkan ada obligasi lain yang karateristiknya sama persis dengan obligasi M, tetapi
yield ( tingkat bunga yang berlaku ) meningkat menjadi 12%
Tahu Aliran PVIF Present Proporsi Rata-rata
n Kas (6%) Value Alira PV Aliran tertimban
n Kas Kas g jangka
waktu

(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)

0,5 50.000 0,94339 47.169,81 0,04805 0,0240


6 1
1 1.050.0 93.4490,3 0,9519
0 0,88999 0,95294
981.666,1 0,9759
6 9

·    Misalkan ada obligasi lain yang karateristiknya sama persis dengan obligasi M, tetapi
kupon binganya lebih tinggi, misal 15%
Tahu Aliran Kas PVIF Present Proporsi Rata-rata
n (5%) Value Alira PV Aliran tertimban
n Kas Kas g jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)

0,5 75.000 0,95238 71.428,57 0,06825 0,0341


1 6
1 1.075.00 975.056,7 0,9318
0 0,90702 0,93174
9 4

1,04648 0,9659
5

4.4 Interpretasi Ekonomi Durasi


·         Hubungan antara durasi dengan perubahan harga bisa
                                    dP/P = - D ( dR/(1+R)
·         Term D/(1+R) bisa diringkas dan ditulis menjadi MD ( Modified Duration ),
sehingga
                                                dP/P = - MD . dR
·         Perubahan bunga mempunyai bentuk nonlinier, sedangkan durasi mengasumsikan
perubahan yang bersifat linier. Penyesuaian konvektivitas bisa digunakan untuk
meningkatkan akurasi metode durasi.

4.5 Imunisasi Dengan metode Durasi


a. Ketidaksesuaian Durasi Aset dengan Kewajiban ( Duration Mismatch )
 Jika suatu bank mempunyai durasi yang berbeda antara aset dengan kewajiban, maka
bank tersebut menghadapi risiko perubahan tingkat bunga. Semakin besar perbedaan
tersebut ( nilai absolut ), maka semakin besar risiko yang dihadapi bank tersebut.
Misal :
Aktiva Pasiva

Obligasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%

Nominal minimal Rp 10 juta Jangka waktu 2 tahun

Kupon bunga 15% Nilai nominal Rp 18 juta

Obligasi jangka waktu 20 tahun

Nilai nominal Rp 10 juta Modal saham Rp 2 juta

Kupon bunga 15%

Total aset                              Rp 20 juta Total pasiva                          Rp 20 juta

Jika perusahaan mempunyai bebrap aset atau kewajiban, durasi portofolio


aset/kewajiban bisa dihitung seperti
                    DA = wl Al + ......... + wn An
                    DL = wl Ll + .......... + wn Ln
Gap yang positif menunjukan bahwa jika tingkat bunga naik, bank akan mengalami
kerugian, sebaliknya jika gap menunjukkan angka negatif, kenaikan tingkatn bunga
akan menguntungkan banl. Semakin tinggi gap durasi, semakin tinggi risiko
perubahan tingkat bunga yang dihadapi perusahaan.

c.    Imunisasi Modal Saham


Bank bisa melakukan imunisasi dengan cara menyamakan durasi aset dengan durasi
kewajiban
                    ΔE = - ( DA – DL.k ) x A x (ΔR/(1+R)
Nilai pasar zeroes
                    Nilai nominal/(1+r)t

d.   Imunisasi Rasio Modal


Jika bank ingin mengimunisasi rasio modal, maka bank akan membuat durasi aset
sama dengan durasi kewajiban
                                                   DA = DL
       Nilai modal saham = nilai aset – nilai kewajiban

Anda mungkin juga menyukai