“PENDIDIKAN PANCASILA”
Oleh:
AHMAD BUCHARI PARINDURI (7201142002)
PUTRI NURUL DAMAYANTI (7202442002)
SOFIA FAHRA RIANDA (7201142001)
Dosen Pengampu:
JAMALUDIN S.Pd, M.Pd
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan
mempunyai sifat yang universal, yaitu Pancasila. Sehubungan dengan hal ini, maka bangsa
Indoneisa harus memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, sebagai upaya
membentuk karakter bangsa dan tidak menyimpang dari nilai-nilai pancasila. Adapun
Pengertian Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pancasila merupakan produk otentik pendiri negara Indonesia (TheFounding
fathers).
2. Nilai-nilai Pancasila bersumber dan digali dari nilai agama, kebudayaan, dan adat
istiadat.
3. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat kenegaraan.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah saya ini ialah:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas Critical Book Review dari mata kuliah
Pendidikan Pancasila.
2. Untuk lebih mengetahui secara dalam mengenai Hakikat, sejarah, ideologi, bentuk
dalam pelajaran Pendidikan Pancasila.
3. Untuk lebih menambah wawasan kami mengenai makna dari sebuah Pancasila.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat makalah saya ini ialah :
1. Supaya kita dapat mengetahui sistem pengerjaan CBR dari mata kuliah Pendidikan
Pancasila.
2. Supaya kita dapatmengetahui secara dalam mengenai Hakikat, sejarah, ideologi,
bentuk dalam pelajaran Pendidikan Pancasila.
3. Supaya kita dapat menambah wawasan kami mengenai makna dari sebuah
Pancasila.
4
5
BAB II
RINGKASAN BUKU
Buku Utama
Penerbit Kencana
ISBN 979-3465-03-4
Buku Pembanding
ISBN 978-602-6470-01-0
6
Uraian Isi Buku
BAB 1 PENDAHULUAN
Pendidikan Kewarganegaraan bukanlah sesuatu yang baru dalam sejarah
pendidikan nasional di Indonesia. Beragam model dan sebutan bagi Pendidikan
Kewarganegaraan dengan bermacam komponennya telah banyak dilakukan pemerintah
Republik Indonesia. Diantara nama-nama tersebut antara lain; pelajaran civiccs
(1957/1962), pendidikan kemasyarakatan yang merupakan integrasi, sejarah ilmu bumi,
dan kewarganegaraan (1964), Pendidikan Kewarganegaraan (1968/1969).
Tujuan pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga
negara indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Namun demikian, alih-alih mendidik bangsa menjadi warga negara lebih
cerdas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan kewarganegaraan,
khususnya sepanjang kekuasaan orde baru, telah direkayasa sebagai alat untuk
melanggengkan kekuasaan melalui cara-cara indoktrinasi, manipulasi atas demokrasi dan
dasar negara Pancasila, melalui tindakan dan kebijakan paradoks penguasa Orde Baru.
Pancasila Negara Kesatuan Republik Indinesia (NKRI), UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika
adalah harga mati bagi bangsa indonesia. Keempat pilar nasional ini harus bersinergi
dengan demokrasi yang sudah menjadi pilihan bagi gerakan reformasi.
Kemajemukan adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dihindari oleh Indonesia
sebagai sebuah bangsa yang besar. Pada saat yang sama kemajemukan juga tidak bileh
menjadi pemicu hilangnya rasa persatuan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara
kesatuan.
BAB 2 PANCASILA DAN KEHARUSAN REAKTUALISASI
Setelah Orde Baru berakhir pada 1998, ideologi negara Indonesia Pancasila
seakan hilang bersamaan dengan tamatnya pemerintahan Presiden Soeharto. Sepanjang
kekuasaan orde baru, Pancasila selalu hadir dalam setiap pidato kepala negara dan pejabat
dibawahnya. Pendidikan Pancasila digalakkan di berbagai tingkatan dan penataran
dilakukan bagi pegawai pemerintah dan masyarakat. Tiada hari tanpa Pendidikan
Pancasila.
Suasana tersebut berubah total setelah gerakan reformasi muncul dan mengakhiri
kekuasaan panjang Orde baru. Pancasila tak lagi menjadi jagoan pembangunan. Pancasila
7
untuk beberapa saat hilang dari sambutan elit bangsa Indonesia, apalagi dari kalangan
masyarakat.
Mengiringi gerakan reformasi dan demokratisasi, Indonesia tidak sepi dari ujian
dan ancaman disentigasi. Ujian setelah lengsernya Presiden Soeharto adalah lepasnya
Timortimor dari genggaman Negara Republik Indonesia. Namun demikian,euforia
demokrasi telah mengubah secara signifikan Indonesia menjadi masyarakat yang terbuka
dan kritis.
Demokrasi saat ini masih dipahami kebanyakan masyarakat sebagai tiket murah
untuk melakukan atau bertindak melanggar hukum, menyuarakan hak dari kewajiban dan
memaksakan kehendak kelompok. Transisi demokrasi Indonesia masih diwarnai tindakan
anarkis, baik antar warga negara dengan negara maupun diantara negara dengan warga
Negara.
BAB 3 IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI
Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional
Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan
membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa banyak
dikaitkan dengan sebutan “identitas nasional”. Namun demikian, proses pembentukan
identitas nasional bukan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terus berkembang
dan kontekstual mengikuti perkembangan zaman.
Maraknya kerusuhan sosial di sejumlah daerah menunjukkan tatanan sosial
masyarakat Indonesia sudah berubah. Tindakan-tindakan anarkis atau perusakan fasilitas
umum dibangun dari uang rakyat. Semangat dan antusiasme keagamaan sebagaimana
terlihat pada semaraknya perayaan hari-hari besar keagamaan, tidak sebanding lurus
dengan angka tindakan korupsi dikalangan birokrasi dan swasta yang masih tinggi. Sebuah
kenyataan paradoks dari ungkapan-ungkapan positif atas identitas bangsa Indonesia.
BAB 4 DEMOKRASI: TEORI DAN PRAKTIK
Apa itu Demokrasi?
Secara etimologis, kata demokrasi (dari kata yunani) adalah bentukan dari dua kata
demos (rakyat) dan cratein atau cratos ( kekuasaan dan kedaulatan). Perpaduan kata demos
dan cratein atau cratos membentuk kata demokrasi yang memiliki pengertian umum
sebagai sebuah bentuk pemerintahan rakyat dan dilakukan secara langsung oleh rakyat atau
8
melalui wakil dari mereka melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang
berlangsung secara bebas.
Norma dan Pilar Demokrasi
Demokrasi tidak datang dengan tiba-tiba dari langit. ia merupakan proses panjang
melalui pembiasaan, pembelajaran, dan penghayatan. Untuk tujuan ini dukungan sosial dan
dukungan demokratis adalah mutlak dibutuhkan. Keberhasilan demokrasi ditunjukkan oleh
sejumlahmana demokrasi sebagai perinsip acuan hidup bersama antar warga negara dan
antara warga negara dengan negara dijalankan dan dipatuhi oleh kedua belah pihak.
Namun demikian, pelaksanaan kehidupan bermasyarakat yang demokratis juga
membutuhkan peran serta pemerintah dan warga negara dan para wakilnya dan para
wakilnya di parlemen. Negara atau pemerintah tidak boleh berpangku tangan dalam hal
menjaga berlangsungnya perinsip dan pilar demokrasi agar tetap berjalan.
BAB 5 KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA
Pengertian Konstitusi berasal dari bahasa Prancis yaitu constituer yang
berartimembentuk. Dalam bahasa Latin kata konstitusi merupakan gabungan dua kata
yakni berarti “bersama dengan” dan statuere berarti “membuat sesuatu agar berdiri” atau
“mendirikan, menetapkan sesuatu”. Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa Inggris
memiliki makna yang lebih luas dari UUD, yakni keseluruhan dari peraturan-peraturan
baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara
bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Tujuan dan Fungsi Konstitusi Tujuannya adalah membatasi tindakan sewenang-
wenang pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah dan menetapkan
pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat. Dalam paham konstitusi dijelaskan bahwa isi konstitusi
meliputi: 1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hokum 2. Jaminan dan
perlindungan hak-hak asasi manusia 3. Peradilan yang bebas dan mandiri 4. Pertanggung
jawaban kepada rakyat sebagai sandi utama dari asas kedaulatan rakyat. Keempat cakupan
isi konstitusi diatas merupakan dasar utama bagi suatu pemerintahan yang konstitusional.
Sejarah Perkembangan Konstitusi Konstitusi sebagai suatu kerangka hidup politik
telahlama dikenal sejak zaman Yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum. Sejalan
dengan perjalanan waktu, pada masa Ke-kaisaran Roma pengertian konstitusi mengalami
9
perubahan makna yang memilki pengaruh cukup besar sampai abad pertengahan yang
memberikan inspirasi bagi tumbuhnya paham Demokrasi Perwakilan dan Nasionalisme.
Selanjutnya pada abad VII lahirlah Piagam Madinah atau konstitusi Madinah. Piagam
Madinah dibentuk pada awal masa Klasik Islam (622 M) meru- pakan aturan pokok tata
kehidupan bersama di Madinah.
BAB 6 NEGARA,AGAMA DAN WARGA NEGARA
Pengertian Negara. Istilah Negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing:
state (Inggris) staat (Belanda dan Jerman) atau etat(Perancis). Secara etimologi, Negara
diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki
cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu kawasan dan mempunyai pemerintahan yang
brdaulat.
Tujuan Negara Bertujuan untuk memperluas kekuasaan, Bertujuan
menyelenggarakanketertiban hukum, Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum.
Dalam konteks Negara Indonesia, tujuan Negara adalah sebagaimana tertuang dalam
Pembukaan dan Penjelasan
UUD 1945.
Unsur – unsur Negara Ada tiga unsur penting yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah.
1. Rakyat Adalah sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan
bersama sama mendiami suatu wilayah tertentu. 2. Wilayah Adalah unsur Negara yang
harus terpenuhi karena tidak mungkin ada Negara tanpa ada batas-batas territorial yang
jelas. Secara umum wilayah dalam sebuah Negara biasanya mencakup daratan, perairan
(samudra, laut dan sungai) dan udara. 3. Pemerintah Adalah alat kelengkapan Negara yang
harus bertugas memimpin organisasi Negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya
sebuah Negara. 4. Pengakuan Negara Lain Hal ini hanya bersifat deklaratif, bukan
konstitusif sehingga tidak bersifat mutlak. Ada dua macam pengakuan suatu Negara, yakni
pengakuan de facto ialah pengakuan atas fakta adanya Negara dan pengakuan de jure
merupakan pengakuan akan sahnya suatu Negara atas dasar pertimbangan yuridis menurut
hokum.
BAB 7 HAK ASASI MANUSIA
Pengertian HAM. Menurut Locke, hak asasi manusia adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodarti.
10
HAM adalah hak dasar setiap manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa. HAM ini tertuang dalam UU Nomor 39 Tahun 1999. Menurut UU, hak
asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hokum, pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Perkembangan HAM di Indonesia Secara garis besar, perkembangan pemikiran
HAM diIndonesia dapat dibagi ke dalam dua periode: sebelum kemerdekaan (1980-1945)
dan sesudah kemerdekaan . 1. Periode Sebelum Kemerdekaan Dapat dijumpai dalam
sejarah kemunculan organisasi pergerakan nasional, seperti Boedi Oetomo (1908), SI
(1911), Indische Partij (1912), Partai Komunis Indonesia (1920), PI (1925) dan Partai
Nasional Indonesia (1927). Puncak perdebatan HAM yang dilontarkan oleh para tokoh
pergerakan nasional, dalam siding BPUPKI para tokoh nasional tersebut berdebat dan
berunding merumuskan dasar-dasar ketatanegaraan dan kelengkapan Negara yang
menjamin hak dan kewajiban dan warga Negara yang hendak diproklamirkan. Perjuangan
Boedi Oetomo adalah perjuangan akan kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat
melalui organisasi massa dan konsep perwakilan rakyat. 2. Peirode Setelah Kemerdekaan
a. Periode 1945 – 1950 Sepanjang periode ini, wacana HAM bisa dicirikan pada: bidang
sipil dan politik, bidang ekonomi, social dan budaya b. Periode 1950- 1959 Dikenal dengan
masa demokrasi parlementer. c. Periode 1959 – 1966 .Masa berakhirnya Demokrasi
Liberal, digantikan oleh sistem Demokrasi Terpimpin. d. Periode 1966 – 1998 e. Periode
Pasca – Orde Baru.
BAB 8 OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NRGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA (NKRI)
Hakikat Otonomi Daerah Istilah otonomi daerah pada dasarnya mempersoalkan
pembagian kewenangan kepada organ-organ penyelenggara Negara, sedangkan otonomi
menyangkut hak yang mengikuti pembagian wewenang tersebut. Batasan ini hanya
menjelaskan proses kewenangan yang diserahkan pusat kepada daerah, tetapi belum
menjelaskan isi dan keluasan kewenangan serta konsekuensi penyererahan kewenangan itu
bagi badan-badan otonomi daerah.
11
Visi Otonomi Daerah Otonomi daerah sebagai kerangka penyelenggaraan
pemerintahan mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya: politik, ekonomi dan budaya. 1. Visi
otonomi daerah di bidang politik harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka
ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis dan
memelihara suatu
mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggung jawaban public. 2.
Visi otonomi daerah di bidang ekonomi mengandung makna bahwa harus menjamin
lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, di pihak lain mendorong
terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan kebijakan local kedaerahan
untuk mengoptimalkan pendyagunaan potensi ekonomi di daerahnya. 3. Visi otonomi
daerah di bidang social dan budaya mengandung pengertian bahwa otonomi daerah harus
diarahakan pada pengolaan, penciptaan dan pemeliharaan integrasi dan harmoni social.
Juga dapat memberikan nilai, tradisi, karya seni, karya cipta, bahasa dan karya sastra local.
Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia UU No.1 Tahun 1945 yang mengatur tentang
pemerintahan daerah pascaproklamasi kemerdekaan. Ditetapkannya undang-undang ini
merupakan hasil dari berbagai pertimbangan tentang sejarah pemerinthan di masa kerajaan
serta pada masa pemerintah colonial. Dalam undang-undang ini ditetapkan tiga jenis
daerah otonom, yaitu keresidenan, kabupaten dan kota. Periode berlakunya undang-undang
ini sangat terbatas. Sehingga dalam kurun waktu tiga tahun belum ada peraturan
pemerintah yang mengatur mengenai penyerahan urusan kepada daerah. Undang- undang
ini kemudian diganti dengan UU No. 22 Tahun 1948 UU tersebut berfokus pada
pengaturan tentang susunan pemerintahan daerah yang demokratis.
BAB 9 TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH (GOOD AND
CLEAN GOVERNANCE)
Pengertian Good Governance.Di indonesia, substansi wacana good governance
dapat dipadankan dengan istilah pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Dalam
prakriknya, pemerintahan yang bersih adalah model pemerintahan yang efektif, efesien,
jujur, transparan dan bertanggung jawab juga berarti baik dalam proses maupun hasil-
hasilnya. Faktor lain yang tak kalah penting, suatu pemerintahan dapat dikatakan baik jika
produktivitas bersinergi dengan peningkatan indicator kemampuan ekonomi rakyat, baik
12
dalam aspek produktivitas, daya beli, maupun kesejahteraan spiritualnya. Sebagai sebuah
paradigm pengelolaan lembaga Negara dapat terwujud secara maksimal jika ditopang oleh
unsur saling terkait yakni Negara, Masyarakat Madani serta Sektor Swasta.
Prinsip-prinsip Pokok Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan
Sembilan aspek fundamental (asas) dalam good governance: 1. Parisipasi Adalah bentuk
keikutsertaan warga masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik langsung maupun
melalui lembaga perwakilan yang sah. 2. Penegakan Hukum Pengelolaan pemerintahan
yang professional harus didukung oleh penegakan hokum yang berwibawa. Tanpa
kepastian dan aturan hokum,
proses politik tidak akan berjalan dan tertata dengan baik. Komitmen pemerintah untuk
menegakkan hokum yang mengandung unsurunsur: a.Supermasi hokum, b. Kepastian
hokum.
RINGKASAN BUKU PEMBANDING
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
Pentingnya urgensi pendidikan Pancasila, yaitu dapat memperkokoh jiwa
kebangsaan mahasiswa sehingga menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan bintang
penunjuk jalan (leitstar) bagi calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa di
berbagai bidang dan tingkatan. Selain itu, agar calon pemegang tongkat estafet
kepemimpinan bangsa tidak mudah terpengaruh oleh pahampaham asing yang dapat
mendorong untuk tidak dijalankannya nilainilai Pancasila. Pentingnya pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi adalah untuk menjawab tantangan dunia dengan
mempersiapkan warga negara yang mempunyai pengetahuan, pemahaman, penghargaan,
penghayatan, komitmen, dan pola pengamalan Pancasila. Hal tersebut ditujukan untuk
melahirkan lulusan yang menjadi kekuatan inti pembangunan dan pemegang estafet
kepemimpinan bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-lembaga negara, badan-badan
negara, lembaga daerah, lembaga infrastruktur politik, lembaga-lembaga bisnis, dan
profesi lainnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.
BAB II BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA
INDONESIA?
Pada bab kedua ini, membahas sejarah perumusan Pancasila. Bahasan ini penting
agar mengetahui dan memahami proses terbentuknya Pancasila sebagai dasar negara.
13
Tujuannya adalah agar dapat menjelaskan proses dirumuskannya Pancasila sehingga
terhindar dari anggapan bahwa Pancasila merupakan produk rezim Orde Baru.
Pembahasan pada bab kedua ini, diawali dengan penelusuran tentang konsep dan urgensi
Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.
BAB III BAGAIMANA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA?
Bab ketiga membahas kedudukan Pancasila sebagai dasar negara. Pokok
bahasan ini mengkaji hubungan antara Pancasila dan Proklamasi, hubungan antara
Pancasila dan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, penjabaran
Pancasila dalam pasal pasal UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, implementasi
Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara, khususnya dalam bidang politik, ekonomi,
sosial budaya dan
hankam. Pada bab ini, mahasiswa diajak untuk memahami konsep, hakikat, dan pentingnya
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, atau dasar filsafat negara Republik
Indonesia dalam kehidupan bernegara.
BAB 4 PANCASILA MENJADI MENJADI IDEOLOGI NEGARA?
Ideologi merupakan seprangkat sistem yang menjadi dasar pemikiran setiap warga negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
A. Menulusuri Konsep Urgensi Pancasila Sebagai Ideologi Negara
1. Konsep Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Istilah ideologi berasal dari kata Idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian
dasar, citacita, dan logos yang berarti ilmu. Ideologis secara etimologis artinya ilmu
tentang ide-ide (the scince of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar (Kaelan,
2013:60-61).
Sejarah konsep ideologi dapat ditelusuri jauh sebelum istilah tersebut digunakan
Destut de
Tracy pada penghujung abad kedelapan belas. Tracy menyebut ideologi sebagai Science of
Ideas, yaitu suatu program yangdiharapkan dapat membawa perubahan institusional bagi
masyarakat perancis.
BAB 5 MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT?
A. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
14
Filsafat Pancasila Sebagai Genetivus Objektivus dan Genetivus Subjektivus
Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai
objek yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang
filsafat yang
berkembang dibarat. Pancasila sebagai genetivus-subjektivus, artinya Nilai-nilai Pancasila
dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk
menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Landasan Ontologis Filsafat
Pancasila. Pancasila sebagai Genetivus Subjektivus memerlukan landasan pijak filosofis
yang kuat yang mencakup tiga dimensi, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis
dan landasan aksieologis. Ontologi menurut pandangan Bakker adalah ilmu yang paling
universal karena objeknya meliputi segala-galanya (ekstensif) dan menurut segala
aspeknya (intesif).
Manusia adalah makhluk individu sekaligus sosial (monodualisme), yang secara
universal berlaku pula bagi substansi infrahuman, manusia dan Tuhan. Kelima sila
Pancasila menurut Bakker menunjukkan dan mengandaikan kemandirian masing-masing,
tetapi menekankan kesatuan yang mendasar dan ketrkaitan dalam relasi-relasi. Landasan
ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat dan rasion d’etre sila-
sila Pancasia sebagai dasar filosofis negara Indonesia.
BAB 6 BAGAIMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA?
Pancasila dikaji sebagai sistem etika yang meliputi: pengertian etika, etika
Pancasila, Pancasila sebagai solusi problem bangsa, seperti korupsi, kerusakan lingkungan,
dekadensi moral, dan lain-lain. Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way
of life bangsa Indonesia juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk
memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia untuk bersikap
dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika dimaksudkan untuk mengembangkan
dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan
sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
15
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keunggulan Buku
Buku ini menurut saya dari segi warna dan sampul sudah menarik, karena kebanyakan
pembaca tertarik pada buku itu ialah ketika ia melihat buku itu bewarna, bergambar dan
bagus untuk dibaca serta tulisan dalam buku nya pun bagus. Dan buku ini juga terlihat
bagus dari sisi Rangkuman, karena dalam buku ini dilampirkam juga rangkuman dari
setiap BAB. Hal itu membuat pembaca yang menggunakan buku ini dapat membaca
rangkuman atau kesimpulan dari tiap bab yang dibaca. Materi yang tercantum dalam buku
ini sudah lumayan lengkap dan sedikit lebih rinci sehingga bisa dijadikan buku utama
dalam pembelajaran.
B. Kelemahan Buku
Buku ini sudah sempurna Cuma bagi saya buku ini terlalu banyak melampirkan dan
menyuruh peserta didik/Mahasiswa yang menggunakan buku harus extra dalam
mengerjakan tugas rutin di setiap sub-bab maupun di akhir BAB. Dan adanya penjabaran
materi yang terlalu panjang membuat siapa yang membaca terkadang bosan dan ngantuk
dikarenakan selain kalimat panjang adanya kalimat-kalimat yang kurang dimengerti.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bagian pengantar ini, mahasiswa diajak untuk memahami konsep, hakikat, dan
perjalanan pendidikan Pancasila di Indonesia. Untuk memahami arus sejarah bangsa
Indonesia, terutama terkait dengan sejarah perumusan Pancasila. Hal tersebut penting
untuk diketahui karena perumusan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia mengalami
dinamika yang kaya dan penuh tantangan. Memahami konsep, hakikat, dan pentingnya
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, atau dasar filsafat negara Republik
Indonesia dalam kehidupan bernegara.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dewasa ini, mencapai
kemajuan pesat sehingga peradaban manusia mengalami perubahan yang luar biasa.
Pengembangan iptek tidak dapat terlepas dari situasi yang melingkupinya artinya iptek
selalu berkembang dalam suatu ruang budaya.
B. Saran
Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral Pancasilais juga harus terlibat
dan berkontribusi langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai
perwujudan sikap tanggung jawab warga negara.
Bagi Para Pengajar (Guru, Dosen, Ataupun PPL/PPG), buku ini juga sangat cocok
digunakan sebagai pendukung pemaparan materi di kelas dalam pelajaran Pendidikan
Pancasila.
17
DAFTAR PUSTAKA
18