Anda di halaman 1dari 182

NUTRISI TERNAK SAPI

PERAH
LABORATRIUM NUTRISI TERNAK RUMINANSIA DAN KIMIA
MAKANAN TERNAK
Istilah dan Definisi
Ransum = campuran pakan yang diberikan guna memenuhi kebutuhan nutrien bagi hidup
pokok dan produksi selama 24 jam Contohnya campuran rumput + konsentrat

Bahan Pakan = Bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hasil industri yang
mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan, yang telah maupun belum
diolah.
Pakan = Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang
masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi
kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.
Pakan Utama: Jenis pakan yang diberikan pada ternak yang merupakan makanan alaminya
yang akan mendukung fungsi organnya. Misalnya ternak ruminansia : Hijauan atau pakan
dengan kandungan serat tinggi.
Pakan Tambahan : Jenis pakan yang diberikan untuk melengkapkan jumlah
kebutuhan zat makanan yang tidak bisa dipenuhi dari pakan utama. Contoh :
konsentrat, suplemen, aditif
Pakan Suplemen : zat yang secara alami sudah terkandung dalam pakan tetapi
jumlahnya perlu ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan.
Penggunaan sebagai bagian komponen pakan lengkap <10%

Pakan Aditif atau Imbuhan Pakan : bahan baku pakan yang tidak mengandung
zat gizi atau nutrisi, yang tujuan pemakaiannya terutama untuk tujuan
tertentu.
Penggunaan sebagai bagian komponen pakan lengkap <5%

Konsentrat : pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber energi
serta dapat mengandung pelengkap pakan dan/atau imbuhan pakan.
KONSENTRAT
Tujuan Pemberian Konsentrat

Menambah nilai nutrien ransum


Melengkapi nutrien ransum yang defisien
Meningkatkan konsumsi ransum
Meningkatkan kecernaan Ransum
Meningkatkan populasi mikroba rumen
Persyaratan Pemilihan Bahan Pakan dalam
Pembuatan Konsentrat
❑Memiliki kandungan nutrien yang baik,
❑Tersedia dalam jumlah yang banyak dan mudah
diperoleh,
❑Harga relatif murah, dan
❑Tidak mengganggu kesehatan ternak yang
mengkonsumsinya
Bahan Pakan Penyusun Konsentrat

Bahan Pakan sumber energi : berasal dari pakan butiran


(serealia), ubi-ubian, hasil samping industri-agro
Bahan Pakan sumber protein : berasal dari kacang-
kacangan dan hasil samping Industri-agro, hewan?

Catatan : Untuk pakan konsentrat ternak ruminansia tidak diperbolehkan menggunakan


bahan baku pakan asal hewan ruminansia seperti tepung daging dan tulang (meat bone
meal) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009
Pakan Sumber Energi
No Pakan Kelebihan Kekurangan
1 Jagung kuning - Energi tinggi (TDN 80,8%) -Metionin, Lisin dan Triptopan, Ca dan P
- Provitamin A tinggi rendah
- Asam lemak Linoleat tinggi - rentan tumbuh jamur
2 Dedak Padi - Protein lebih tinggi dari Jagung -Kualitas bervariasi
- Thiamin dan Niasin, Asam lemak -Mudah tengik
dan Phospor tinggi -Asam amino Isoleusin dan treonin rendah
- Sering Dipalsukan ditambah dengan Sekam
3 Polar - Protein > protein dedak padi - Riboflavin rendah
- Thiamin dan niasin - Vitamin A dan D tdk ada
4 Sorghum -Nutrien hampir sama dengan Jagung - Mengandung Tannin 0,2-2 %, menurunkan
kecernaan ransum
5 Onggok Energi siap pakai tinggi - Basah, amba
- Mudah berjamur
- Diperhatikan Kualitasnya terdapat pasir
6 Gaplek Energi siap pakai tinggi - Mengandung HCN, jumlah banyak
keracunan
7 Tetes Energi siap pakai tinggi - Kadar K tinggi, jumlah banyak
menyebabkan mencret
- Sering Dicampur dengan air
Nutrien Bahan Pakan Sumber
Energi
No Bahan Pakan BK Abu PK LK SK BeTN TDN Ca P
-------------------------------- persen --------------------------------
1 Jagung kuning 86,8 2,15 10,8 4,28 2,53 80,2 80,8 0,02 0,4
2 Bekatul 88,0 9,98 12,8 8,10 7,13 62,0 69,9 0,08 1,23
3 Dedak padi halus 87,7 13,6 13,0 8,64 13,9 50,9 67,9 0,09 1,39
4 Dedak padi kasar 89,2 16,9 8,36 3,97 28,9 41,9 50,0 0,14 0,80
5 Pollar 88,5 5,93 18,5 3,86 9,78 61,9 69,2 0,23 1,10
6 Sorghum 88,0 2,40 11,0 3,40 2,08 81,1 80 0,03 0,35
7 Ubi singkong 32,3 3,3 3,3 1,51 4,15 87,7 81,8 0,26 0,16
8 Gaplek 79,5 4,69 2,60 0,7 5,67 86,3 78,5 0,17 0,09
9 Onggok 79,8 2,40 1,87 0,32 8,90 86,5 78,3 0,43 0,09
10 Tetes 82,4 11,0 3,94 0,30 0,40 84,4 70,7 0,88 0,14
BAHAN PAKAN SUMBER ENERGI

jagung pollard

gaplek
BAHAN PAKAN SUMBER ENERGI

TETES ONGGOK

SORGUM
Bahan Pakan Sumber Protein
No Pakan Kelebihan Kekurangan

1 Bungkil kedele - Sumber protein nabati terbaik - Antitripsin


- protein 45% - kacang mentah mengandung haemaglutinin
- Kandungan Ca dan P tinggi
2 Bungkil K. Tanah - Kualitas protein baik - Tumbuh jamur Aflatoksin
- Lisin rendah
3 Bungkil Kelapa - Kualitas protein baik - Mudah tengik
- kandungan minyak 2,5-6,5% - Serat kasar 12%
- Lisin dan histidin rendah
4 Bungkil Sawit - kualitas protein sedang - Serat kasar tinggi
- disarankan untuk tidak diberikan dalam
jangka waktu lama merusak saluran
pencernaan
5 Ampas bir - kualitas protein sedang - Bentuk basah, mudah busuk
6 Ampas kecap - kualitas protein sedang - Bentuk basah, NaCl tinggi
7 - kualitas protein sedang - basah mudah busuk, perdagingan pucat
Ampas tahu
8 - kualitas protein sedang - Asam siklopropenoid, menurunkan fertilitas
Bungkil Biji Kapuk
Nutrien Bahan Pakan Sumber Protein
No Bahan Pakan BK Abu PK LK SK BeTN TDN Ca P
-------------------------------- % ----------------------------------
1 Bungkil kedele 88,1 8,16 46,9 2,66 5,90 36,4 83,2 0,77 0,72

2 Bungkil K Tanah 90,2 6,33 45,1 10,7 8,95 28,9 80,9 0,.52 0,58

3 Bungkil Kelapa 88,6 8,24 21,3 10,9 14,2 45,4 78,7 0,16 0,62

4 Bungkil Sawit 90,3 4,07 16,8 11,9 22,6 44,6 79,0 0,26 0,81

5 Ampas bir Kering 94.6 4.5 32.3 10.2 17.3 35.7 75.4 0.21 0.56
6 Ampas kecap 26.6 14.2 23.5 24.2 16.0 22.1 87.2 0.88 0.14
7 Ampas tahu 14.6 5.1 30.3 9.9 22.2 32.5 77.9 td Td
8 Bungkil Bj Kapuk 83.9 7.5 29.6 7.6 30.0 25.3 73.7 td Td
BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN

Bungkill kedelai Bungkil kacang tanah

Bungkil kelapa sawit


BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN

Tepung ikan DDGS gandum


No Bahan Baku Maksimum (%) dalam
konsentrat
1 Jagung 20,0
2 Gandum 20,0
3 Polar 25,0
4 Dedak padi 10,0
5 Gaplek 10,0
6 Onggok 30,0
7 Molases/tetes 10,0
8 Tepung ikan 3,0
9 Bungkil kacang kedele 10,0
10 Bungkil kelapa 15,0
11 Bungkil sawit 10,0
12 Bungkil biji kapuk 10,0
(klenteng)
13 Kulit biji coklat 5,0
14 Ampas kecap 5,0
15 Ampas Bir 5,0
16 Urea 0,5
(Harus Homogen dalam
pencampurannya, dan Jangka
Panjang Menganggu Reproduksi)

17 Garam dapur 0,25


18 Sodium bicarbonat 0,35
(NaHCO3)
19 Tepung tulang 2,0
20 Dicalsium phosphat 1,0
21 Kapur 2,0
22 Premix 0,2
Anti Nutrien dan Racun

Antinutrien : senyawa yang terdapat dalam


pakan; kerjanya adalah mengganggu
metabolisme nutrien.
Racun : senyawa yang terdapat dalam pakan;
aksinya mengganggu atau merusak fungsi vital
dari organ tubuh.
Jenis-Jenis Konsentrat Sapi Perah
KONSENTRAT DARA = pakan untuk sapi perah umur lebih dari
6 bulan sampai dengan umur 12 bulan dan atau sudah
dikawinkan
KONSENTRAT LAKTASI = pakan untuk periode sapi perah
setelah beranak sampai bunting lagi dengan umur kebuntingan
7 bulan
KONSENTRAT LAKTASI PRODUKSI TINGGI = pakan untuk
periode sapi perah setelah beranak sampai sapi bunting lagi
dengan umur kebuntingan 7 bulan, dengan produksi susu rata-
rata lebih dari 15 liter per hari
KONSENTRAT KERING BUNTING = pakan untuk
periode sapi perah dua bulan sebelum beranak
kedua dan seterusnya setelah periode laktasi
selama 10 bulan
KONSENTRAT PEMULA-1 = pakan untuk pedet
yang baru lahir sampai dengan umur 3 minggu
KONSENTRAT PEMULA-2 = pakan untuk sapi
perah umur lebih dari 3 minggu sampai dengan 6
bulan
KONSENTRAT PEJANTAN pakan yang
diperuntukkan untuk sapi pejantan
Persyaratan Mutu Konsentrat Sapi Perah Berdasarkan
Bahan Kering SNI 3148.1:2009
PENGARUH KUALITAS KONSENTRAT SAPI PERAH TERHADAP
PRODUKSI SUSU SAPI PERAH
(Oleh : Tita Mahargya Rosandari, S.Pt, MM)*

Rataan Konsentrat B= 189.74 liter/bulan, Rataan Konsentrat A = 270.31 liter/bulan


Indigofera
Konsentrat Berasal dari Hijauan (Legume)
(Green Concentrate)
CARA PEMBERIAN KONSENTRAT
Konsentrat sebaiknya diberikan berkisar pada 1-2% (1,5-3%) dari bobot sapi,
Diberikan 2x sehari pada pagi hari pukul 07.00 dan sore hari pada pukul 16.00 (TENTATIF).
Dapat diberikan 3 kali sehari (pagi siang dan sore) perlu ditambah konsentrat asal tidak
menganggu aktivitas lainnya.
Perbandingan jumlah konsentrat dan hijauan dalam ransum sapi perah atas dasar bahan kering
yang disarankan adalah 60% hijauan : 40% konsentrat (tergantung kualitas hijauan)
Jadwal pemberian pakan lebih baik ditetapkan pada jam-jam tertentu dan tidak diubah-ubah.
Sebaiknya pemberian pakan konsentrat sebelum pakan hijauan dan diberikannya ada jeda.
Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan mikroba rumen
Konsentrat diberikan dalam bentuk kering
Penyediaan air minum tidak dibatasi
Pemberian konsentrat harus diberikan secara bertahap selama enam minggu pertama
laktasi
Konsentrat dapat diberikan sapi perah laktasi sebanyak 50% dari tampilan produksi
susunya (1:2)
Perhatikan pada periode tertentu :
1. Masa Transisi ( Konsumsi ransum 30% 3 minggu menjelang melahirkan dan
konsumsi 3 minggu setelah melahirkan 1,5-2,5 kg/minggu )
2. Puncak Produksi 4-8 minggu
Frekuensi Pemberian Ransum (Konsentrat)
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN
PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIANNYA
(SORI B. SIREGAR)

R0: Pemberian pakan (konsentrat dan hijauan) dengan jumlah yang biasa
diberikan peternak dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari (tanpa
perlakuan = kontrol).
R1: R0 + 2,5 kg/pakan konsentrat/ekor/hari yang lebih berkualitas dengan
frekuensi pemberian 3 kali sehari.
R2: R0 + 2,0 kg pakan konsentrat/ekor/hari yang lebih berkualitas
ditambah 13,5 kg hijauan/ekor/hari dengan frekuensi pemberian pakan 3
kali sehari
L A M P I R A N P E R AT U R A N M E N T E R I P E RTA N I A N R E P U B L I K I N D O N ES I A
N O M O R : 1 0 0 / P E R M E N TA N / OT. 1 4 0 / 7 / 2 0 1 4

PEDOMAN PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH


Periode Kolostrum (sejak lahir - 7 hari)
Diberikan kolostrum selama 5-7 hari sejak lahir, sebagai berikut:
maksimum 2 jam setelah lahir diberikan kolostrum sebanyak 2 (dua) liter,
selanjutnya dalam jangka waktu 8 jam setelah pemberian pertama
diberikan sebanyak 2 (dua) liter; dan
pada hari kedua sampai hari ketujuh diberikan kolostrum 2-4 kali sehari
sebanyak minimum 4 (empat) liter.
Apabila kurang dari 4 (empat) liter dan/atau mutu kolostrum kurang dari
yang dipersyaratkan, dapat menggunakan kolostrum dari induk lainnya
dalam bentuk segar atau kolostrum beku yang sudah dicairkan. Pencairan
kolostrum dilakukan dengan cara merendam dalam air dengan suhu 60 C
hingga kolostrum mencair sampai suhu 40 C.
Periode Pedet Prasapih (umur 8 hari - 3
bulan)
▪diberikan susu atau susu pengganti sebanyak 4-8 liter/ hari dengan
pengaturan berkurang secara bertahap sampai dengan tidak diberikan
susu pada umur 3 bulan;
▪pada umur satu bulan mulai diberikan serat berkualitas secukupnya,
seperti rumput star grass atau rumput lapangan;
▪diberikan pakan padat dalam bentuk calf starter (konsentrat pedet)
berkualitas dengan kandungan Protein Kasar (PK) 18-19% dan Total Digesti
Nutrien (TDN) 80-85% dengan jumlah pemberian mulai 100 gram dan
meningkat sampai mampu mengonsumsi 1,5 kg/ekor/ hari; dan
▪diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum).
Periode Pedet Lepas Sapih (umur di atas 3 bulan - 12
bulan)
diberikan pakan konsentrat berkualitas PK 16% dan TDN
75% sebanyak 1,5 kg/ekor/hari dan meningkat sampai
mampu mengonsumsi 2 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan;
diberikan hijauan pakan berkualitas sebanyak 7
kg/ekor/hari, dan ditingkatkan secara bertahap sampai
mampu mengonsumsi 25 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan
(atau 10% dari berat badan); dan
diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum).
Periode Dara Siap Kawin (umur 12 bulan - 15
bulan)
diberikan hijauan pakan sebanyak 25-35
kg/ekor/hari;
diberikan konsentrat berkualitas minimum PK 15%
dan TDN 75% dengan jumlah 2-3 kg/ekor/hari.
Pemberian konsentrat di bawah PK 15%, diberikan
penambahan sumber pakan lain sebagai protein
seperti ampas tahu, dan bungkil kedele; dan
diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum).
Periode Dara Bunting (setelah umur 15 bulan sampai
dengan beranak pertama 24 bulan)

diberikan hijauan pakan minimum 10% dari


berat badan dan konsentrat berkualitas PK 16%
dan TDN75% sebanyak 2-3 kg/hari; dan
diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum).
Periode Laktasi (setelah beranak sampai dengan kering
kandang)
diberikan hijauan pakan minimum 10% dari berat
badan sebelum sapi diberi konsentrat untuk
menghindari asidosis;
diberikan konsentrat sesuai periode laktasi (produksi
susu) dengan PK 16-18% dan TDN 70-75% sebanyak
1,5-3% dari berat badan; dan pemberian air minum
tidak terbatas (adlibitum).
Periode Bunting Kering/Kering Kandang (setelah tidak
diperah sampai beranak)

Diberikan hijauan pakan berkualitas dalam jumlah


adlibitum; diberikan konsentrat minimum PK 14% dan
TDN 65% sebanyak 2 kg/ekor/hari sampai dengan 2
minggu sebelum beranak dan mulai ditingkatkan secara
bertahap sampai mampu mengonsumsi konsentrat sesuai
estimasi produksi sapi laktasi awal; dan diberikan air
minum tidak terbatas (adlibitum).
TERIMA KASIH
Ruminant Nutrition

Perkembangan Rumen
Perbandingan Volume Perut
Ruminansia
Spesies Umur
0 1 2 3 4 6 8
Sapi --------------------- ---- bulan --------------------
Reticulo-rumen 38 52 60 64 67 64 64
Omasum 13 12 13 14 18 22 25
Abomasum 49 36 27 22 15 14 11

Domba -------------------------- minggu -----------------


Reticulum 8 8 8 10 11 11 10
Rumen 24 23 29 46 52 60 64
Omasum 8 6 5 6 5 5 5
Abomasum 60 63 60 40 32 29 28
Faktor yang mempengaruhi
Perkembangan Rumen
❑ Makanan kasar, merangsang bagi kapasitas
perkembangan Rumen
❑ VFA akan merangsang perkembangan papilae rumen

Perubahan sejak hewan lahir sampai dewasa :


• Sumber energi berubah dari glukosa menjadi VFA
• Pada periode anak enzim glikolisis tinggi, sedangkan pada
hewan dewasa enzim Gukoneogenesis yang tinggi
• Kadar Asam lemak esenssial umumny a rendah pada ruminansia
muda
• Kadar Glukosa darah turun dari 100-110mg% pada anak
menjadi 40-60mg% pada ruminansia dewasa
• Pd hewan muda : Enzim peptidase rendah sedangkianj rennin
dan pregastric esterase tinggi
• Pd ruminan dewasa : aktivitas selulase dan urease tinggi
Pre-ruminant colonization sequence of
rumen microflora (lamb model)
Fermentasi Rumen
Ruang fermentasi
terbesar di dunia
◦ 100 juta liters or
rumen volume in
domestic animals
◦ 1010 to 1012
cells/mL
◦ 200 liters (50
gallons) dalam satu
ekor sapi
Rumen
 Fermentor “Continuous Culture”
◦ Input and output
 Pencerna subtrat Lignocellulosa
▪ Kompleks enzim Cellulase
▪ Hemicellulases
▪ Lysozyme
▪ Pemanfaat Nitrogen (NPN)

Because of these microbial enzymes, ruminants can utilize feedstuffs that provide
little to no nutritional benefit to non-ruminants
Keuntungan sistem rumen
 Produk fermentasi disasjikan ke usus (alat
penyerapan utama) dalam bentuk lebih mudah
diserap

 Dapat makan cepat dan menampung makanan


dalam jumlah banyak

 Dapat mencerna pakan berserat kasar tinggi

 Dapat memanfaatkan NPN


Kerugian sistem Rumen
 Banyak energi terbuang sebagai CH4 (6-8%) dan
sebagai panas fermentasi (4-6%)

 Protein pakan bernilai hayati tinggi mengalami


degradasi menjadi NH3

 Mudah menderita ketosis


Hal yang menjaga kelestarian
fermentasi dalam rumen
 pH dipertahankan oleh saliva agar tidak banyak
berubah (6,5-7,0)

 Kondisi rumen mendekati anaerob

 Suhu rumen konstan

 Kontraksi rumen menambah kontak antara enzim


dengan subtrat

 Laju pengosongan rumen diatur sehingga setiap


saat selalu ada isinya
SALIVA PADA RUMINANSIA
 Lebih alkalis (pH 8,2)

 Dihasilkan secara kontinyu (75-125 L/hari pada


Sapi; 5-15 L/hari pada domba)

 70% Saliva terdiri atas urea

 Saliva isotonis dengan darah

 Mengandung komponen buffer (carbonat dan


phosphat)

 Tidak mengandung amylase, tetapi mengandung


pregastric esterase (merombak trigliserida asam
butirat)
Komposisi Saliva
Na+ K+ Ca++ Mg++ Cl- HCO3_ HPO3_

------------------------ meq/L ------------------------


--------
Saliva 150 10 0,3 0,3 16 100 50

Serum Darah 150 9 0,5 1,5 105 25 1,6

Kadar Na+ dan K+ berbanding terbalik, jika tubuh


kekurangan Na+ maka kadar K+ akan naik
Fungsi saliva pada ruminansia
 Lumbrikan (pelumas)
 Ekonomi air
 Ekonomi N
 Buffer
 Homeostase Natrium
 Memperkecil kemungkinan BLOAT
Empat tahap proses ruminasi
 Regurgitasi
◦ Mengeluarkan kembali bolus pakan dari rumen
ke mulut
 Remastikasi
◦ memeras cairan dari bolus
◦ Mengunyah bolus
 Reinsalivasi
◦ Menambah saliva
 Redeglutasi
◦ Menelan bolus dan cairannya
Tujuan Ruminasi
 Makan pakan hijauan secara cepat dan
disimpan dalam rumen, selanjutnya dicerna.

 Mengurangi ukuran partikel : Hanya partikel


kecil yang meningggalkan reticulorumen

 Meningkatkan luas permukaan pakan sehingga


kesempatan microba rumen menyerang dan
mencerna/fermentasi lebih baik

 Memecah dinding sel tanaman yang sulit


dicerna

 Merangsang saliva dikeluarkan (saliva


berperan dalam sistem buffer dalam rumen)
WAKTU RUMINASI
 Rataan penggunaan waktu pada ternak yang
digembalakan
◦ Makan/merumput – 8 jam
◦ Waktu ruminasi – 8 jam
◦ Waktu istirahat – 8 jam

 Waktu Ruminasi sangat bervariasi :


◦ Menurunnya rasio hijauan:konsentrat dalam
ransum akan menurunkan waktu ruminasi
◦ Berkurangnya ukuran partikel hijauan, akan
menurunkan waktu untuk ruminasi
Pengurangan ukuran Partikel
Pakan pada Proses Pencernaan
 Mengunyah selama makan makan (minimal)
◦ Menyiapkan pakan untuk ditelan
◦ Melepaskan zat makanan yang terlarut
◦ Merusak jaringan tanaman untuk siap dicerna oleh
mikroba rumen
 Mengunyah makanan selama ruminasi (extensive)
◦ Mengurangi ukuran partikel digesta agar bisa dialirkan ke
saluran pencernaan selanjutnya
◦ Merusak jaringan tanaman untuk pencernaan mikroba
rumen
 Pencernaan mikroba
 Kontraksi retikulorumen
Tujuan kontraksi Rumen

 Mengaduk digesta
 Inokulasi mikroba rumen dalam ingesta
 Melewatkan digesta ke pascarumen
 Penyerapan hasil metabolisme oleh mukosa rumen

Frekuensi kontraksi tipe A : 1,4kali/menit saat makan;


1,1 kali/menit waktu ruminasi dan
0,9 kali/menit pada hewan puasa
Faktor yang mempengaruhi kontraksi :
distensi reticulo-ruminal fold;
pH abomasum <2,;
kadar glukosa darah, hypoglycemia merangsang kontraksi

Frekuensi kontraksi tipe B : sporadis; tujuannya mengeluarkan


gas (eruktasi)
MIKROBIA RUMEN
Microba Rumen

% of mass Generasi Populasi


interval
Bacteria 60-90 20 min 2.5-8 x
1010
Protozoa 10-40 8-36 jam 2-5 x 105

Fungi 5-10 24 jam minimal


BAKTERI DAN TOLERANSI pH

Species Type pH
Ruminococcus flavefaciens fiber 6.15
Fibrobacter succinogenes fiber 6
Megasphaera elsdenii lactate user 4.9
Streptococcus bovis lactate producer 4.55
Perkembangan Mikroba Rumen
• Anaerobic bacteria appear a few hours after
birth
• Cellulolytic bacteria and methanogenic
archaea appear at 2-4 days of age
• Anaerobic fungi colonize the rumen during the
second week
• Ciliate protozoa begin to be established only
during the third week.
Mikroba Rumen
1. Bacteria
◦ >200 species with many subspecies
 25 species at concentrations >107/mL
◦ 1010 to 1012 cells/mL
◦ 99.5% obligate anaerobes

◦ Rumen bacteria account for 1010 organism/mL of rumen fluid


and several hundred species have been characterized to date.
By volume, they comprise up to 50% of the total microbial
biomass. Bacteria species are an important source of microbial
protein, which supply the ruminant with 75-80% of its
metabolizable protein. Bacteria are also important for
producing enzymes that digest fiber (cellulose, hemicellulose),
starch and sugars
Lingkungan tempat Bakteri
Rumen

▪ Koloni bacteri di dalam rumen


▪ hidup bebas dalam fase cairan rumen
▪ Bergabung dengan partikel pakan
▪ Menempel kuat dengan partikel pakan
▪ Bergabung dengan epithelium rumen
▪ menempel pada permukaan protozoa
dan fungi
Keuntungan dari Bakteri
▪ Bakteri menempel pada partikel pakan
▪ Bakteri mengeluarkan enzim untuk mencerna
pakan
▪ Jika penempelan dicegah atau dihalangi maka
pencernaan serat akan menurun
▪ Waktu retensi mikroba di dalam rumen dapat
memperlama pencernaan
. Mengurangi aktivitas predator protozoa
. Pemberian lemak yang tinggi dapat melapisi
hijauan, mengurangi penempelan bakteri
Populasi Bakteri
 Bakteri Cellulolytic (pencerna serat)
◦ Mencerna selulosa
◦ hidup pada pH 6-7
◦ Membutuhkan N dalam bentuk NH3
◦ Membutuhkan S untuk sintesis asam amino
mengandung sulfur (cysteine and methionine)
◦ Menghasilkan acetate, propionate, sedikit
butyrate, CO2
◦ Meningkat populasinya pada pakan yang tinggi
serat
 Bakteri Amylolytic (pencerna pati dan
gula)
◦ Mencerna Pati
◦ Hidup pada pH 5-6
◦ menggunakan N as dalam bentuk NH3 atau
peptides
◦ Menghasilkan propionate, butyrate dan
lactate
◦ Populasi meningkat pada pakan butiran
◦ penyebab acidosis laktat (cepat menurunkan
pH)
 Bakteri Penghasil Methane
◦ Menghasilkan methane (CH4)
◦ Digunakan oleh microbes untuk energy
◦ Banyak energi yang terbuang
◦ Dilepaskan melalui ERUKTASI
2. Protozoa
 Ciliate protozoa are organisms larger than bacteria
and account for 106 organisms / mL of rumen fluid,
however they still make up to 50% of the total
microbial biomass. They have various activities
◦ Large (20-200 microns) unicellular
organisms
◦ Ingest bacteria and feed particles
◦ Engulf feed particles and digest
carbohydrates, proteins and fats
◦ Numbers affected by diet
Aktivitas Protozoa
 Bersifat selulolitik dan hemoselolitik
dapat mencerna partikel tanaman
 Protozoa memiliki peran penting dalam
mencerna pati (lebih lambat daripada
bakteri)
 Protozoa mampu mengonsumsi asam laktat
sehingga mengurangi resiko asidosis
 Beberapa protozoa mampu memindahkan
oksigen sehingga dapat menstabilkan
kondisi anaerob rumen
Entodinium (Rumen Protozoa)
3. Fungi Anaerob

 Jumlahnya 8-10% dari biomasa mikrobial


rumen
 Termasuk strike anaerob
 Berperan dalam pencernaan serat pakan
karena mempunyai rhizoid filamentous
 Memfasilitasi akses mencerna jaringan
tanaman dan membantu mendegradasi
polisakarida yang terikat lignin
Location of Microbes

Gas Phase

Rumen Fiber Mat


Wall

Rumen
Fluid
Faktor yang menurunkan
pertumbuhan mikroba rumen
 Perubahan ransum yang cepat dan drastis
◦ diperlukan 3-4 minggu untuk stabilitas mikroba
 Pembatasan pemberian ransum
 Tingginya kadar asam lemak tidak jenuh dalam
ransum
◦ Bacteria tidak dapat menggunakan lemak untuk
energy
◦ Kecernaan serat dan pertumbuhan mikroba
terhambat
◦ Jenis lemak menentukan pengaruh yang berbeda
Faktor yang meningkatkan
pertumbuhan mikroba rumen
 Konsumsi Bahan Kering ransum yang
maksimum
 Protein:Energi yang seimbang setiap saat
◦ Bakteri membutuhkan energi dan protein
untuk sintesis protein tubuhnya
 Perubahan ransum secara gradual
 Ransum harus tersedia setiap saat
◦ Untuk memelihara pH rumen stabil
Rumen Function Overview
NUTRISI TERNAK SAPI
PERAH
LABORATRIUM NUTRISI TERNAK RUMINANSIA DAN KIMIA
MAKANAN TERNAK
Istilah dan Definisi
Ransum = campuran pakan yang diberikan guna memenuhi kebutuhan nutrien bagi hidup
pokok dan produksi selama 24 jam Contohnya campuran rumput + konsentrat

Bahan Pakan = Bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hasil industri yang
mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan, yang telah maupun belum
diolah.
Pakan = Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang
masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi
kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.
Pakan Utama: Jenis pakan yang diberikan pada ternak yang merupakan makanan alaminya
yang akan mendukung fungsi organnya. Misalnya ternak ruminansia : Hijauan atau pakan
dengan kandungan serat tinggi.
Pakan Tambahan : Jenis pakan yang diberikan untuk melengkapkan jumlah
kebutuhan zat makanan yang tidak bisa dipenuhi dari pakan utama. Contoh :
konsentrat, suplemen, aditif
Pakan Suplemen : zat yang secara alami sudah terkandung dalam pakan tetapi
jumlahnya perlu ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan.
Penggunaan sebagai bagian komponen pakan lengkap <10%

Pakan Aditif atau Imbuhan Pakan : bahan baku pakan yang tidak mengandung
zat gizi atau nutrisi, yang tujuan pemakaiannya terutama untuk tujuan
tertentu.
Penggunaan sebagai bagian komponen pakan lengkap <5%

Konsentrat : pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber energi
serta dapat mengandung pelengkap pakan dan/atau imbuhan pakan.
KONSENTRAT
Tujuan Pemberian Konsentrat

Menambah nilai nutrien ransum


Melengkapi nutrien ransum yang defisien
Meningkatkan konsumsi ransum
Meningkatkan kecernaan Ransum
Meningkatkan populasi mikroba rumen
Persyaratan Pemilihan Bahan Pakan dalam
Pembuatan Konsentrat
❑Memiliki kandungan nutrien yang baik,
❑Tersedia dalam jumlah yang banyak dan mudah
diperoleh,
❑Harga relatif murah, dan
❑Tidak mengganggu kesehatan ternak yang
mengkonsumsinya
Bahan Pakan Penyusun Konsentrat

Bahan Pakan sumber energi : berasal dari pakan butiran


(serealia), ubi-ubian, hasil samping industri-agro
Bahan Pakan sumber protein : berasal dari kacang-
kacangan dan hasil samping Industri-agro, hewan?

Catatan : Untuk pakan konsentrat ternak ruminansia tidak diperbolehkan menggunakan


bahan baku pakan asal hewan ruminansia seperti tepung daging dan tulang (meat bone
meal) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009
Pakan Sumber Energi
No Pakan Kelebihan Kekurangan
1 Jagung kuning - Energi tinggi (TDN 80,8%) -Metionin, Lisin dan Triptopan, Ca dan P
- Provitamin A tinggi rendah
- Asam lemak Linoleat tinggi - rentan tumbuh jamur
2 Dedak Padi - Protein lebih tinggi dari Jagung -Kualitas bervariasi
- Thiamin dan Niasin, Asam lemak -Mudah tengik
dan Phospor tinggi -Asam amino Isoleusin dan treonin rendah
- Sering Dipalsukan ditambah dengan Sekam
3 Polar - Protein > protein dedak padi - Riboflavin rendah
- Thiamin dan niasin - Vitamin A dan D tdk ada
4 Sorghum -Nutrien hampir sama dengan Jagung - Mengandung Tannin 0,2-2 %, menurunkan
kecernaan ransum
5 Onggok Energi siap pakai tinggi - Basah, amba
- Mudah berjamur
- Diperhatikan Kualitasnya terdapat pasir
6 Gaplek Energi siap pakai tinggi - Mengandung HCN, jumlah banyak
keracunan
7 Tetes Energi siap pakai tinggi - Kadar K tinggi, jumlah banyak
menyebabkan mencret
- Sering Dicampur dengan air
Nutrien Bahan Pakan Sumber
Energi
No Bahan Pakan BK Abu PK LK SK BeTN TDN Ca P
-------------------------------- persen --------------------------------
1 Jagung kuning 86,8 2,15 10,8 4,28 2,53 80,2 80,8 0,02 0,4
2 Bekatul 88,0 9,98 12,8 8,10 7,13 62,0 69,9 0,08 1,23
3 Dedak padi halus 87,7 13,6 13,0 8,64 13,9 50,9 67,9 0,09 1,39
4 Dedak padi kasar 89,2 16,9 8,36 3,97 28,9 41,9 50,0 0,14 0,80
5 Pollar 88,5 5,93 18,5 3,86 9,78 61,9 69,2 0,23 1,10
6 Sorghum 88,0 2,40 11,0 3,40 2,08 81,1 80 0,03 0,35
7 Ubi singkong 32,3 3,3 3,3 1,51 4,15 87,7 81,8 0,26 0,16
8 Gaplek 79,5 4,69 2,60 0,7 5,67 86,3 78,5 0,17 0,09
9 Onggok 79,8 2,40 1,87 0,32 8,90 86,5 78,3 0,43 0,09
10 Tetes 82,4 11,0 3,94 0,30 0,40 84,4 70,7 0,88 0,14
BAHAN PAKAN SUMBER ENERGI

jagung pollard

gaplek
BAHAN PAKAN SUMBER ENERGI

TETES ONGGOK

SORGUM
Bahan Pakan Sumber Protein
No Pakan Kelebihan Kekurangan

1 Bungkil kedele - Sumber protein nabati terbaik - Antitripsin


- protein 45% - kacang mentah mengandung haemaglutinin
- Kandungan Ca dan P tinggi
2 Bungkil K. Tanah - Kualitas protein baik - Tumbuh jamur Aflatoksin
- Lisin rendah
3 Bungkil Kelapa - Kualitas protein baik - Mudah tengik
- kandungan minyak 2,5-6,5% - Serat kasar 12%
- Lisin dan histidin rendah
4 Bungkil Sawit - kualitas protein sedang - Serat kasar tinggi
- disarankan untuk tidak diberikan dalam
jangka waktu lama merusak saluran
pencernaan
5 Ampas bir - kualitas protein sedang - Bentuk basah, mudah busuk
6 Ampas kecap - kualitas protein sedang - Bentuk basah, NaCl tinggi
7 - kualitas protein sedang - basah mudah busuk, perdagingan pucat
Ampas tahu
8 - kualitas protein sedang - Asam siklopropenoid, menurunkan fertilitas
Bungkil Biji Kapuk
Nutrien Bahan Pakan Sumber Protein
No Bahan Pakan BK Abu PK LK SK BeTN TDN Ca P
-------------------------------- % ----------------------------------
1 Bungkil kedele 88,1 8,16 46,9 2,66 5,90 36,4 83,2 0,77 0,72

2 Bungkil K Tanah 90,2 6,33 45,1 10,7 8,95 28,9 80,9 0,.52 0,58

3 Bungkil Kelapa 88,6 8,24 21,3 10,9 14,2 45,4 78,7 0,16 0,62

4 Bungkil Sawit 90,3 4,07 16,8 11,9 22,6 44,6 79,0 0,26 0,81

5 Ampas bir Kering 94.6 4.5 32.3 10.2 17.3 35.7 75.4 0.21 0.56
6 Ampas kecap 26.6 14.2 23.5 24.2 16.0 22.1 87.2 0.88 0.14
7 Ampas tahu 14.6 5.1 30.3 9.9 22.2 32.5 77.9 td Td
8 Bungkil Bj Kapuk 83.9 7.5 29.6 7.6 30.0 25.3 73.7 td Td
BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN

Bungkill kedelai Bungkil kacang tanah

Bungkil kelapa sawit


BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN

Tepung ikan DDGS gandum


No Bahan Baku Maksimum (%) dalam
konsentrat
1 Jagung 20,0
2 Gandum 20,0
3 Polar 25,0
4 Dedak padi 10,0
5 Gaplek 10,0
6 Onggok 30,0
7 Molases/tetes 10,0
8 Tepung ikan 3,0
9 Bungkil kacang kedele 10,0
10 Bungkil kelapa 15,0
11 Bungkil sawit 10,0
12 Bungkil biji kapuk 10,0
(klenteng)
13 Kulit biji coklat 5,0
14 Ampas kecap 5,0
15 Ampas Bir 5,0
16 Urea 0,5
(Harus Homogen dalam
pencampurannya, dan Jangka
Panjang Menganggu Reproduksi)

17 Garam dapur 0,25


18 Sodium bicarbonat 0,35
(NaHCO3)
19 Tepung tulang 2,0
20 Dicalsium phosphat 1,0
21 Kapur 2,0
22 Premix 0,2
Anti Nutrien dan Racun

Antinutrien : senyawa yang terdapat dalam


pakan; kerjanya adalah mengganggu
metabolisme nutrien.
Racun : senyawa yang terdapat dalam pakan;
aksinya mengganggu atau merusak fungsi vital
dari organ tubuh.
Jenis-Jenis Konsentrat Sapi Perah
KONSENTRAT DARA = pakan untuk sapi perah umur lebih dari
6 bulan sampai dengan umur 12 bulan dan atau sudah
dikawinkan
KONSENTRAT LAKTASI = pakan untuk periode sapi perah
setelah beranak sampai bunting lagi dengan umur kebuntingan
7 bulan
KONSENTRAT LAKTASI PRODUKSI TINGGI = pakan untuk
periode sapi perah setelah beranak sampai sapi bunting lagi
dengan umur kebuntingan 7 bulan, dengan produksi susu rata-
rata lebih dari 15 liter per hari
KONSENTRAT KERING BUNTING = pakan untuk
periode sapi perah dua bulan sebelum beranak
kedua dan seterusnya setelah periode laktasi
selama 10 bulan
KONSENTRAT PEMULA-1 = pakan untuk pedet
yang baru lahir sampai dengan umur 3 minggu
KONSENTRAT PEMULA-2 = pakan untuk sapi
perah umur lebih dari 3 minggu sampai dengan 6
bulan
KONSENTRAT PEJANTAN pakan yang
diperuntukkan untuk sapi pejantan
Persyaratan Mutu Konsentrat Sapi Perah Berdasarkan
Bahan Kering SNI 3148.1:2009
PENGARUH KUALITAS KONSENTRAT SAPI PERAH TERHADAP
PRODUKSI SUSU SAPI PERAH
(Oleh : Tita Mahargya Rosandari, S.Pt, MM)*

Rataan Konsentrat B= 189.74 liter/bulan, Rataan Konsentrat A = 270.31 liter/bulan


Indigofera
Konsentrat Berasal dari Hijauan (Legume)
(Green Concentrate)
CARA PEMBERIAN KONSENTRAT
Konsentrat sebaiknya diberikan berkisar pada 1-2% (1,5-3%) dari bobot sapi,
Diberikan 2x sehari pada pagi hari pukul 07.00 dan sore hari pada pukul 16.00 (TENTATIF).
Dapat diberikan 3 kali sehari (pagi siang dan sore) perlu ditambah konsentrat asal tidak
menganggu aktivitas lainnya.
Perbandingan jumlah konsentrat dan hijauan dalam ransum sapi perah atas dasar bahan kering
yang disarankan adalah 60% hijauan : 40% konsentrat (tergantung kualitas hijauan)
Jadwal pemberian pakan lebih baik ditetapkan pada jam-jam tertentu dan tidak diubah-ubah.
Sebaiknya pemberian pakan konsentrat sebelum pakan hijauan dan diberikannya ada jeda.
Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan mikroba rumen
Konsentrat diberikan dalam bentuk kering
Penyediaan air minum tidak dibatasi
Pemberian konsentrat harus diberikan secara bertahap selama enam minggu pertama
laktasi
Konsentrat dapat diberikan sapi perah laktasi sebanyak 50% dari tampilan produksi
susunya (1:2)
Perhatikan pada periode tertentu :
1. Masa Transisi ( Konsumsi ransum 30% 3 minggu menjelang melahirkan dan
konsumsi 3 minggu setelah melahirkan 1,5-2,5 kg/minggu )
2. Puncak Produksi 4-8 minggu
Frekuensi Pemberian Ransum (Konsentrat)
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN
PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIANNYA
(SORI B. SIREGAR)

R0: Pemberian pakan (konsentrat dan hijauan) dengan jumlah yang biasa
diberikan peternak dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari (tanpa
perlakuan = kontrol).
R1: R0 + 2,5 kg/pakan konsentrat/ekor/hari yang lebih berkualitas dengan
frekuensi pemberian 3 kali sehari.
R2: R0 + 2,0 kg pakan konsentrat/ekor/hari yang lebih berkualitas
ditambah 13,5 kg hijauan/ekor/hari dengan frekuensi pemberian pakan 3
kali sehari
L A M P I R A N P E R AT U R A N M E N T E R I P E RTA N I A N R E P U B L I K I N D O N ES I A
N O M O R : 1 0 0 / P E R M E N TA N / OT. 1 4 0 / 7 / 2 0 1 4

PEDOMAN PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH


Periode Kolostrum (sejak lahir - 7 hari)
Diberikan kolostrum selama 5-7 hari sejak lahir, sebagai berikut:
maksimum 2 jam setelah lahir diberikan kolostrum sebanyak 2 (dua) liter,
selanjutnya dalam jangka waktu 8 jam setelah pemberian pertama
diberikan sebanyak 2 (dua) liter; dan
pada hari kedua sampai hari ketujuh diberikan kolostrum 2-4 kali sehari
sebanyak minimum 4 (empat) liter.
Apabila kurang dari 4 (empat) liter dan/atau mutu kolostrum kurang dari
yang dipersyaratkan, dapat menggunakan kolostrum dari induk lainnya
dalam bentuk segar atau kolostrum beku yang sudah dicairkan. Pencairan
kolostrum dilakukan dengan cara merendam dalam air dengan suhu 60 C
hingga kolostrum mencair sampai suhu 40 C.
Periode Pedet Prasapih (umur 8 hari - 3
bulan)
▪diberikan susu atau susu pengganti sebanyak 4-8 liter/ hari dengan
pengaturan berkurang secara bertahap sampai dengan tidak diberikan
susu pada umur 3 bulan;
▪pada umur satu bulan mulai diberikan serat berkualitas secukupnya,
seperti rumput star grass atau rumput lapangan;
▪diberikan pakan padat dalam bentuk calf starter (konsentrat pedet)
berkualitas dengan kandungan Protein Kasar (PK) 18-19% dan Total Digesti
Nutrien (TDN) 80-85% dengan jumlah pemberian mulai 100 gram dan
meningkat sampai mampu mengonsumsi 1,5 kg/ekor/ hari; dan
▪diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum).
Periode Pedet Lepas Sapih (umur di atas 3 bulan - 12
bulan)
diberikan pakan konsentrat berkualitas PK 16% dan TDN
75% sebanyak 1,5 kg/ekor/hari dan meningkat sampai
mampu mengonsumsi 2 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan;
diberikan hijauan pakan berkualitas sebanyak 7
kg/ekor/hari, dan ditingkatkan secara bertahap sampai
mampu mengonsumsi 25 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan
(atau 10% dari berat badan); dan
diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum).
Periode Dara Siap Kawin (umur 12 bulan - 15
bulan)
diberikan hijauan pakan sebanyak 25-35
kg/ekor/hari;
diberikan konsentrat berkualitas minimum PK 15%
dan TDN 75% dengan jumlah 2-3 kg/ekor/hari.
Pemberian konsentrat di bawah PK 15%, diberikan
penambahan sumber pakan lain sebagai protein
seperti ampas tahu, dan bungkil kedele; dan
diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum).
Periode Dara Bunting (setelah umur 15 bulan sampai
dengan beranak pertama 24 bulan)

diberikan hijauan pakan minimum 10% dari


berat badan dan konsentrat berkualitas PK 16%
dan TDN75% sebanyak 2-3 kg/hari; dan
diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum).
Periode Laktasi (setelah beranak sampai dengan kering
kandang)
diberikan hijauan pakan minimum 10% dari berat
badan sebelum sapi diberi konsentrat untuk
menghindari asidosis;
diberikan konsentrat sesuai periode laktasi (produksi
susu) dengan PK 16-18% dan TDN 70-75% sebanyak
1,5-3% dari berat badan; dan pemberian air minum
tidak terbatas (adlibitum).
Periode Bunting Kering/Kering Kandang (setelah tidak
diperah sampai beranak)

Diberikan hijauan pakan berkualitas dalam jumlah


adlibitum; diberikan konsentrat minimum PK 14% dan
TDN 65% sebanyak 2 kg/ekor/hari sampai dengan 2
minggu sebelum beranak dan mulai ditingkatkan secara
bertahap sampai mampu mengonsumsi konsentrat sesuai
estimasi produksi sapi laktasi awal; dan diberikan air
minum tidak terbatas (adlibitum).
TERIMA KASIH
PERAN
KOLOSTRUM PADA
PEDET

DEPARTEMEN NUTRISI
TERNAK DAN TEKNOLOGI
PAKAN
Produktivitas sapi perah 3000-4000
L/305 hari laktasi (kurnianto, 1991 et
al.,) buruknya kondisi sapi dara dan
pejantan sebelum dikawinkan. Di
tingkat peternak kesalahan dalam
pemeliharaan kesehatan dan
menajemen pakan, yaitu kualitas dan
jumlah pemberiannya fase pertumbuhan
(pra sapih dan pembesaran).
Perbaikan manajemen pemelihaaan
pedet optimal. Pedet lahir (-)
imunoglobulin rentan virus + bakteri
sehingga membutuhkan kolostrum
(imunoglobulin) jam pertama setelah
lahir daya tahan meningkat
terhadap mikroba patogen (FLOREN
et al., 2006).
Manajemen Pemberian Pakan Pedet
Kolostrum
Kolostrum = Growth factor +
immunomudulatory factors mengatur
kekebalan tubuh ternak. Pemberian
kolostrum sedini mungkin sangat
penting mempercepat masuk ke
abomasum intestinum, antibodi diserap
dan masuk ke dalam darah pedet.
Antibodi diserap melalui dinding usus
selama 24-36 jam pertama kehidupan
pedet.
Setelah 24-36 jam atau setelah menelan
bakteri atau makanan lain permukaan
usus tertutup bakteri atau bahan asing
sehingga permukaan usus kehilangan
kemampuan menyerap antibodi.
Kandungan kolostrum : Protein (lactoglobulin
atau gamaglobulin), lemak, mineral dan
vitamin lebih dari susu normal. Laktosa
dari susu normal. Laktosa : Diare/mencret
Manfaat pemberian kolostrum sedini mungkin
diperlukan , yaitu :

Pedet yang baru lahir Kemampuan pedet Pedet mudah terinfeksi


tidak mempunyai menyerap dengan bakteri
antibodi sebagai immunoglobulin patogen segera
proteksi terhadap berkurang setelah 24- setelah lahir
penyakit 36 jam
• Pedet menerima susu secara terbatas hingga disapih.
• Sejak umur satu minggu sampai satu bulan susu yang
diberikan sekitar 10% BB/ekor/hari (pemberian 2 kali
2.Susu Penuh
(Susu Segar) sehari) atau maksimum 6 liter/ekor hari.

• Protein minimal 20% : Produk susu seperti skim milk, butter milk
powder, casein, milk albumen. Bila protein dalam milk replacer
berasal dari tumbuhan, protein yang dibutuhkan lebih dari 22%,
sebagian besar protein dianjurkan dari produk susu.
3. Milk • Lemak 10-20% : Milk replacer diberikan pada hari ke tiga
Replacer setelah dilahirkan. Metode umum adalah 1 bagian milk replacer
ditambah dengan 9 bagian air.

• Berbentuk pellet, tekstur sedikit kasar, tidak kotor, tidak berjamur serta
tidak ada rasa.
• Calf starter harus disukai pedet, TDN 75%, PK16-18 %.
• Dimulai sejak pedet umur 2-3 minggu (fase pengenalan)
• Disediakan air minum yang bersih secukupnya agar pedet minum secara
4. Calf Starter bebas.
• Membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat sehingga
mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu.
Komposisi Kimia Kolostrum
Kolostrum mengandung lebih dari
90 bahan bioaktif alami. Komponen
utama dikelompokkan menjadi dua,
yaitu faktor imun dan faktor
pertumbuhan. Kolostrum juga
mengandung berbagai jenis vitamin,
mineral dan asam amino yang
seimbang. Semua unsur bekerja
secara sinergis dalam memulihkan
dan menjaga kesehatan tubuh
(Rucketbusch et. al. 1991).
Menurut Blum dan Hammon (1999),
kandungan asam amino essensial dan non
essensial dalam kolostrum lebih tinggi
dibandingkan dengan susu biasa. Begitu
pula dengan kandungan lemak, protein,
Na, Cl, vitamin A, B12, E dan mineral
lainnya (Waterman 1998). Kandungan
nutrisi yang tinggi dalam kolostrum
dapat digunakan dalam menunjang fungsi
metabolisme optimal tubuh dan
mendorong percepatan pertumbuhan
neonatus.
ProsesPencernaan Pada Pedet
Sejak lahir pedet telah mempunyai 4 bagian
perut, yaitu rumen, retikulum omasum dan
abomasum. Awal pedet lahir hanya abomasum
yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar
60% menjadi 8% bila dewasa. Sebaliknya, untuk
rumen semula 25% berubah menjadi 80% saat
dewasa. Zat makanan atau makanan yang dapat
dicerna pada saat pedet adalah protein air susu
(casein), lemak susu atau lemak hewan lainnya,
gula-gula susu (laktosa, glukosa), vitamin dan
mineral. Dalam kondisi normal, perkembangan alat
pencernaan dimulai sejak umur 2 minggu.
Populasi rumen mikroba mulai
berkembang setelah pedet mengkonsumsi pakan
kering. Semakin besar pedet maka pedet
mencoba mengkonsumsi berbagai jenis pakan
dan akan menggertak komponen perutnya
berkembang sehingga mengalami modifikasi
fungsi. Pedet dibuat sedikit lapar agar cepat
terangsang belajar makan padatan (calf
starter). Bila pemberian makanan sedikit dibatasi
akan memberikan kesempatan pedet
menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi
pakan tanpa terlalu banyak mengalami stress.
Pedet yang baru lahir mempunyai sedikit
cadangan makanan dalam tubuhnya.
Tahap pencapaian alat pencernaan sapi
dewasa umunya pada umur 8 minggu namun
pada umur 8 minggu kapasitas rumen masih
kecil sehingga pedet belum dapat mencerna
rumput atau makanan kasar lainnya secar
maksimal. Umur tahapan ini dipengaruhi tipe
pakannya, yaitu berapa lama dan banyak
air susu diberikan serta mulai diperkenalkan
pakan kering. Setelah disapih, pedet mampu
memanfaatkan protein vegetal dan setelah
penyapihan perkembangan alat pencernaan
sangat cepat.
Manfaat Kolostrum Pada Pedet
Reaksi Imun : Metabolisme dan kekebalan tubuh
disebabkan komponen bioaktif, diantaranya
imunoglobulin, beberapa growth factor, seperti insulin
like growth factor 1(IGF-1) dan IGF-2, transforming
growth factorbeta 2 (TGF-β 2) dan faktor antimicrobial
non specific (lisozim, laktoferin, dan laktoperoksida)
yang terakumulasi menjelang proses kelahiran pedet.
Imunoglobulin pada kolostrum sapi terdiri dari tiga
kelas utama yaitu IgG, IgM dan IgA. Imunoglobulin G
(IgG) merupakan immunoglobulin terbanyak dalam
kolostrum sapi (Larson 1992). Absorbsi kolostrum
berlangsung sangat cepat segera setelah kolostrum
diberikan kepada pedet. Kolostrum hanya efektif
diberikan pada pedet sebelum hewan berumur 24 jam
(Halliwell dan Gorman dalam Esfandiari 2005).
Pemberian Kolustrum Pada Pedet
Diberikan maksimal 4 jam setelah post
partus sebanyak 4 liter minimal 2 liter untuk
pedet yang kecil) kemudian diberikan lagi 8 jam
kemudian (12 jam post partus) minimal sebanyak
3 liter sedangkan bila berdasarkan berat badan
pemberian kolostrum sebaiknya sekitar 10-15%
dari berat badan pedet. Kemampuan absorbsi
usus pedet terhadap imunoglobulin semakin
menurun seiring dengan lamanya rentang waktu
dari kelahiran. Semakin lama usus pedet semakin
sulit untuk menyerap imunoglobulin. Pada 9 jam
post partus sekitar 50% imunoglobulin dapat
diserap dan pada 12 post partus hanya mampu
menyerap sekitar 30%.
Produksi, Jumlah dan Kualitas Kolostrum
Menurut Lazzaro (2000), kolostrum mulai diproduksi pada 3-
6 minggu sebelum induk sapi melahirkan (periode kering kandang).
Kolostrum disimpan dalam kelenjar ambing selama 2-7 hari terakhir
masa kebuntingan dan diekskresikan pada 2-3 hari pertama setelah
induk sapi melahirkan (Rucketbusch et. al. 1991).
Jumlah dan kualitas kolostrum yang dihasilkan setiap sapi
perah berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu :
a. Nutrisi
Pemberian pakan yang baik akan meningkatkan
kadar imunoglobulin dalam kolostrum. Protein merupakan komponen
penting untuk menentukan volume, kualitas dan kandungan
immunoglobulin dalam kolostrum.
b. Umur induk
Banyaknya kolostrum dan kandungan antibodi pada sapi laktasi pertama
lebih sedikit dibandingkan dengan sapi-sapi yang lebih tua (2 kali laktasi
atau lebih). Sapi yang lebih tua lebih mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan susu yang lebih baik dan sitem transport antibodi yang lebih
baik pula.
c. Jenis sapi dan volume kolostrum yang dihasilkan
Jumlah kolostrum yang banyak maka akan menurunkan
konsentrasi imunoglobulin yang terkandung. Oleh karena itu, konsentrasi
imunoglobulin pada sapi potong lebih tinggi dibandingkan dengan sapi
perah. Konsentrasi pada sapi FH lebih rendah dibandingkan dengan sapi
Jersey.
Selain itu, kualitas imunoglobulin dalam kolostrum yang dihasilkan juga
tergantung dari musim, kesehatan kelenjar ambing, waktu pemerahan
setelah partus, periode kering kandang dan kemampuan mengatasi infeksi
oleh antigen (Aldrige et al.1992; Arthington 1999). Menurut Waterman
(1998), jumlah kolostrum yang diperlukan pedet tergantung dari kualitas
kolostrum yang dikonsumsi.
Penyimpanan Kolostrum
Apabila sapi yang baru melahirkan mengalami
distokia, anaknya selamat, tetapi induknya
mengalami cidera sehingga harus dilakukan
pengafkiran, maka sebaiknya kolostrum dari
induk dapat diperah terlebih dahulu sebelum
diafkir dan disimpan untuk digunakan di lain hari.
Cara penyimpanannya adalah kolostrum dari
sapi yang baru saja melahirkan diperah
kemudian dimasukkan kedalam wadah yang steril
dan disimpan pada suhu rendah atau dalam
kulkas dan bisa juga dibekukan.
a. Kolostrum disimpan pada suhu sedang (sekitar 20oC)
dengan cara yang aseptis dapat bertahan selama 2 hari.
b. Kolostrum yang disimpan pada refrigerator (1-2oC)
dapat digunakan selama 1 minggu.
c. Kolostrum yang dibekukan (-20oC) mampu bertahan
selama 1 tahun.
d. Kolostrum beku sebelum di gunakan
di thawing (diencerkan) pada air hangat (50oC).
e. Kolostrum yang sudah di thawing tidak bisa dibekukan
lagi, maka penyimpanan sebaiknya menggunakan wadah
berukuran 1 atau 2 liter.
f. Penggunaan kolostrum sapi lain yang baru melahirkan
mungkin juga menjadi pilihan tetapi perlu diingat bahwa
konsentrasi Immunoglobulin setiap sapi berbeda-beda.
Kolostrum Pengganti Atau Suplemen Kolostrum
Kolostrum maternal sangat istimewa sebagai
sumber imunoglobulin G, namun kolostrum juga menjadi
rute penyebaran atau penularan penyakit dari induk
kepada pedet. Kolostrum harus ditampung dari induk
sapi pada saat beranak dalam kurun waktu 24 jam
pertama (McMARTIN et al., 2006).
Saat ini kolostrum pengganti secara komersial
telah tersedia, namun kolostrum pengganti sangat
berbeda dalam kemampuannya menyediakan transfer
imunitas pasif yang cukup baik (SWAN et al., 2007).
Terdapat tiga sumber IgG yang tersedia (QUIGLEY,
2002), yaitu :
a. Suplemen yang berasal dari sekresi lacteal.
Absorpsi IgG dari suplemen yang berasal dari sekresi
lacteal dilaporkan buruk (IKEMORI et al., 1997).
b. Suplemen yang berasal dari telur ayam (ERHARD
et al., 1997). Produk yang dihasilkan mengandung
aktivitas spesifik untuk melawan antigen yang
diberikan. Namun, absorpsi IgY ke dalam sirkulasi
relatif rendah, oleh karena itu, suplemen ini lebih baik
digunakan setelah closure.
c. Suplemen yang berasal dari serum sapi. Suplemen
kolostrum yang didasarkan pada serum protein
secara signifikan lebih efektif meningkatkan sirkulasi
IgG dan daya hidup pedet bila diberi suplemen atau
ditambah kolostrum maternal (QUIGLEY et al., 2001).
Suplemen kolostrum yang berasal dari serum
mengandung lebih IgG1 dan IgG2 dalam jumlah yang
proporsional.
HUBUNGAN BCS DAN KUALITAS
KOLOSTRUM
komposisi kolostrum dan susu antara lain dipengaruhi oleh karakteristik
individu, ras atau bangsa ternak, pakan yang dikonsumsi sebelum
melahirkan, jarak periode kering kandang , waktu pengambilan
kolostrum setelah melahirkan dan Body Condition Score (BCS) (Brandano
et al, 2004).
BCS merupakan suatu metode penilaian secara subjektif melalui teknik
penglihatan dan perabaan untuk menduga cadangan lemak tubuh
terutama untuk sapi perah pada periode laktasi dan kering kandang
(Montiel and Ahuja 2005). Evaluasi dengan BCS efektif untuk mengukur
sejumlah energi metabolik yang tersimpan sebagai lemak subcutan dan
otot pada ternak).
Kegagalan mempertahankan kondisi tubuh yang baik atau terjadi
perubahan BCS yang cepat selama awal kebuntingan menunjukkan
adanya masalah kesehatan atau manajemen, Nilai BCS sapi perah yang
ideal pada saat periode bunting dan menjelang kelahiran diasumsikan
akan berpengaruh juga pada kualitas kolostrum yang dihasilkan induk
untuk menyusui anaknya.
Zharfan Abdillah, Puguh Surjowardojo 2018
Dasar Fungsi Anatomi dan
Sistem Pencernaan Ternak
Ruminansia
Sistem Pencernaan
 Terminologi sederhana, sitem pencernaan
adalah suatu gerbang dari zat-zat makanan
untuk mendapatkan akses/kesempatan dalam
sistem sirkulasi.
► Pakan dipecah menjadi molekul sangat sederhana
► Menghasilkan gula, asam amino, asam lemak, dll
yang kemudian ditransportasikan melintasi saluran
pencernaan masuk ke dalam darah.
 Bahan pakan dapat digunakan bergantung pada
tipe sistem pencernaan pada ternak yang
dimilikinya.
Ada 3 tipe dasar sistem pencernaan :
►Monogastrik – Perut sederhana (Simple
stomach).
►Ruminansia (cranial fermentor) – Perut
dengan berbagai bagian (multi-
compartmented stomach).
►Hind gut (caudal) fermentor – Perut
sederhana, tetapi sangat besar dengan
usus besar yang kompleks
Type Sistem Pencernaan
Hind Gut
Monogastrik Ruminansia
Fermentors

Chickens Pigs Beef Cattle Dairy Cattle


Horses

Rabbits
Turkeys Dogs Goats Sheep

Cats Deer Ostrich


Apa yang dimaksud dengan
Ruminansia ?
Ruminansia adalah binatang
berkaki empat dan berkuku dua
yang mempunyai rumen atau
perut besar, sperti unta, kambing,
sapi, kerbau kijang, domba,
menjangan, anoa dan banyak lagi.

Domba Kambing

Sapi Kerbau Unta Anoa Rusa


Saluran Pencernaan – Sapi Daging
Small intestine
Rectum Rumen
Pancreas

Omasum

Esophagus

Large Reticulum
intestine
Abomasum
Cecum Liver

Gall
bladder
Mulut

 Mulut
► Pemecahan bahan pakan secara mekanik melalui
pengunyahan (pengurangan ukuran partikel,
meningkatkan luas permukaann untuk aksi enzim).

► Saliva ditambahkan sebagai suatu pelumas dan


pada beberapa spesies mengandung amilase untuk
memulai pencernaan pati.
Mulut digunakan terutama guna menggiling makanan serta
mencampurnya dengan saliva, tetapi dapat juga berperan dalam
mekanisme prehensik (meng gigit/merenggut).
Peran rongga mulut serta struktur yang terkait mencakup prehensi,
mastikasi, salivasi, serta pembentukan bolus.
Gigi pada hewan herbivora seperti rumnansia memiliki fungsi sebagai
untuk menggiling
Lidah pada ternak ruminansia memiliki peran sebagai prehensi serta
membantu pengunyahan guna membentuk bolus makanan
Bibir bersifat lunak dan fleksibel berperan membantu dalam
pengambilan makanan. Pada sapi peran bibir lebih bersifat “stiff”
tidak mobil sehingga peran pokoknya adalah hanya menutup
mulut.
Pipi berperan membantu lidah dalam menempatkan makanan
diantara gigi-gigi pada saat mengunyah.
Rahang ditutupi oleh otot-otot yang kuat. Otot-otot tersebut
berperan dalam gerakan menggiling dengan cara menjulurkan
rahang dan menggerakannya dari sisi ke sisi.
Farinks

Farinks merupakan saluran


umum, baik untuk lewatnya
makanan taupun udara, dilapisi
oleh membran mukosa dikelilingi
oleh otot-otot. Makanan masuk
ke farinks dari mulut, dan
kemudian didorong masuk ke
dalam esofagus melalui
kontraksi otot.
Dinding farinks berhubungan
dengan otot esofagus. Ketika
menelan otot mendorong bolus
makanan ke dalam esofagus
Esofagus merupakan
suatu saluran muskular
yang merentang dari
farinks menuju ke
perut/rumen yang terdiri

atas otot serang lintang.


Saluran penghubung
antara mulut dan perut.
Stomach
►Struktur dan fungsi perut (stomach)
memiliki perbedaan yang besar
diantara monogastrik dan ruminansia.
►Multi-compartmented stomach –
rumen, reticulum, omasum, abomasum.
Bagian dari Perut Ruminansia

Rumen:
►Luas/besar, fermentasi anaerob.

Rumen Kapasitas
Kapasitas
Spesies Kapasitas Normal
Maksimum
Sapi (1000 lb) 25-30 gallons 55-60 gallons
Kambing (150 lb) 3-5 gallons 5-10 gallons
Bagian dari Perut Ruminansia
Rumen (lanjutan):
►Rumah mikroorganisma.
Protozoa – 100,000 per gram cairan rumen.
Bakteri/fungi – 100 million per gram cairan rumen.
►Fungsi mikroorganisma.
Mencerna serat/roughages untuk membuat Volatile
Fatty Acids (VFA), protein mikroba, vitamin K dan B-
complex.
►VFA diserap di rumen.
Bagian dari Perut Ruminansia

Rumen (lanjutan):
►Mengandung
milyaran papilla yang
dibutuhkan untuk
proses absorpsi.
Bagian dari Perut Ruminansia
Rumen (lanjutan):

► Rumen jenuh dengan gas


dan bergerak konstan.
► Kontraksi terjadi
setiap 1-3 menit.
Untuk mencampur
makanan, dan membantu
eruktasi gas dan
menggerakan cairan
rumen dan produk
Taken from “Digestive Physiology of Herbivores” fermentasi masuk ke
omasum
http://arbl.cvmbs.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion/herbivores/
Kondisi di dalam rumen
menunjukkan bahwa
bagian atas merupakan
bagian gas yang ringan,
kemudian bagian tengah
umumnya adalah makanan
yang diberikan pada hari
ini, dan bagian bawah
adalah partikel makanan
yang tentunya sudah
mengalami fermentasi
yang diberikan pada hari
sebelumnya
Bagian dari Perut Ruminansia
Ruminasi:
►Ruminansia diketahui melakukan proses
pemotongan.

►Ruminasi melibatkan:
Bolus yang dimakan sebelumnya dibawa kembali ke
mulut melalui gerakan peristaltis balik.
Cairan dalam bolusidiperas oleh lidah dan ditelan
kembali .
Bolus dipotong dan ditelan kembali.
►Ruminasi terjadi sekitar 1/3 hari
Bagian dari Perut Ruminansia
Eruktasi (belching):
►Fermentasi menghasilkan jumlah besar gas.
30-50 liter per jam pada sapi dewasa.
5-7 liter per jam domba atau kambing dewasa

►Belching is how ruminants get rid of fermentation


gases:
Anything that causes a hindrance to belching can be life
threatening.
Bloating can result in death from asphyxiation.
Bagian dari Perut Ruminansia

 Retikulum:

►Mengandung mikroorganisma (seperti rumen).

►Menyediakan area tambahan untuk fermentasi.


Bagian dari Perut Ruminansia

Retikulum (lanjutan):
►Permukaannya memiliki
struktur sarang lebah.
Menangkap dan
memegang pakan.
Pakan tersebut dapat
dikembalikan ke rumen.
Bagian dari Perut Ruminansia

 Omasum:
► Organ keras dengan permukaan
membentuk seperti lembaran
daun.
►Fungsinya belum dikenal
baik.
Dipercaya menghasilkan
suatu aksi peggilingan
pakan.
Mungkin menyerap residu
VFA dan bikarbonat.
Bagian dari Perut Ruminansia
 Abomasum:
► Perut yang sebenarnya.
 Mengeluarkan asam dan fungsinya sama
dengan perut pada monogastri.
► Fitur yang unik dan mensekresikan
lysozyme.
 Enzyme yang efisien memecah dinding
sel bakteri.
 Dibutuhkan dalam memec ah jumlah
besar bakteria yang melintas dari rumen.
Perkembangan Perut Depan

Sesudah lahir, rumen, retikulum dan omasum


berkembang. Pada anak domba tahap transisi
dimulai pada umur 3 minggu dan berakhir sekitar
umur 9 minggu.
Pada anak sapi, fase ini mulai pada umur 5
minggu dan berakhir pada umur 12 minggu. Pada
masa tersebut pola metabolisme karbohidrat
berubah.
Penggunaan karbohidrat mulai hilang dan proses
glukoneogenesis mulai muncul.
Pencernaan hewan ruminant muda sama
halnya dengan pencernaan hewan mamalia
lainnya, susu yang berasal dari induknya
dicerna pleh asam lambung (Abomasal) dan
enzim dan enzim pada usus halus.
Dengan berkembangnya fungsi rumen
maka aktivitas heksokinase usus berkurang
dan bersamaan dengan itu terjadi
penurunan kadar gula darah.
Hati
Liver/Hati
►Pusat aktivitas metabolik dalam tubuh.
►Aturan umum dalam proses pencernaan
adalah diberikannya garam empedu pada
usus halus (diperlukan untuk pencernaan
& penyerapan lemak).
Pankreas

Pankreas
►Memberikan suatu campuran
potensial dari enzim pencernaan
menuju usus halus untuk
membantu dalam pencernaan
lemak, karbohidrat dan protein.
Usus Halus

Usus halus
►3 bagian – duodenum, jejunum, ileum
►Bagian akhir dari pencernaan
enzimatik .
► Hampir semua nutrien diserap.
Dibagi atas duodenum, jejenum,
dan ileum. Usus halus mengatur
aliran ingesta ke dalam usus
besar dengan gerakan peristaltik.

 Di dalam lumen, getah


pankreas, getah usus, dan empedu
mengubah zat makanan dari hasil
akhir fermentasi mikroba
menjadi manomer yang cocok
yang diabsorbsi secara aktif atau
difusi pasif atau keduanya.
Sejumlah enzim-enzim proteolitik
seperti tripsinogen, kemotripsinogen,
prokarboksi peptidase, aminopeptidase
pada lumen usus menghidrolisis protein;
lipase usus menghidrolisis lipid, dan
amilase serta disakarida lainnya bekerja
pada gula, sedangkan nukleosidase
bekerja pada asam nukleat.
 Enterokinase dan gastrin merupakan
enzim yang terlibat dalam pengaktifan
enzim-enzim inaktif atau proses sekresi.
Bahan pakan dicerna secara enzimatis di
duodenum kemudian diserap dalam
jejenum dan ileum.
Usus Besar
Usus Besar
►3 bagian – cecum, colon, rectum
► Tempat penyerapan air.
► Terjadi fermentasi bakteri (produksi dan
absorpsi volatile fatty acids).
Agak terbatas dalam monogastrik
►Pembentukan feses.
Usus besar terdiri atas
sekum yang merupakan
suatu kantung buntu dan
kolon yang berakhir di
rektum dan anus. Usus
besar berfungsi untuk
penyerapan air dan
pembentukan bolus. Di sini
juga terjadi pencernaan
secara fermentatif oleh
mikroba.
Konsumsi Pakan dan Aliran Disgesta

Kecepatan aliran
digesta diartikan sebagai
waktu yang diperlukan
untuk mengeliminasi
partikel residu pakan.
Bergantung pada
volume, palatabilitas dan
derajat penerimaan
pakan.
Faktor fisik seperti
pengisian gastro
intestinal menimbulkan
distensi retikulo rumen
dan akan membatasi
konsumsi. Hijauan dengan
kandungan lignin tinggi
mempunyai palatabilitas
rendah dan mengurangi
konsumsi.
Perubahan sistem
keseimbangan
hormonal selama
bunting membatasi
sistem pengaturan
energi dan pergeseran
retikulo rumen karena
desakan janin
mempengaruhi
konsumsi pakan.
Partikel yang kecil
menaikkan
konsumsi pakan,
sehingga konsumsi
pakan menjadi
lebih cepat/
lewatnya pakan
cepat.
Proses Pencernaan - Ruminansia
Nonprotein N (NPN) Feed
proteins Carbohydrates Fats

RUMEN/ Cellulose Starches


RETICULUM Hemicellulose Sugars

RUP
Microbial protein Volatile fatty
(essential AA) acids (VFA’s) Glucose

LIVER
Glucose

OMASUM
VFA’s

ABOMASUM
RUP
Microbial protein

Peptides

SMALL Fats
Peptides
INTESTINE
Fatty acids &
Amino acids Glucose glycerol

= microbial action; RDP = rumen degraded protein; RUP = rumen undegraded protein; = main site of absorption = some absorption
Perbandingan Sistem Pencernaan
Hind Gut
Fungsi Monogastrik Ruminansia
Fermentor
Mencerna dan Sangat terbatas Ya Ya
memperoleh energi (usus besar) (rumen/reticulum) (usus besar)
dari cellulose
Penggunaan sumber Ya Tidak Ya
gula secara langsung (diserap sebagai (fermentasi menjadi VFA)
(diabsorbsi sebagai
glukosa)
glukosa)
Penggunaan protein Ya Terbatas Ya
secara langsung (lebih banyak disediakan dari
protein mikroba)

Penggunaan lemak Ya Beberapa Ya


dari pakan secara (beberapa difermentasi
menjadi VFA’)
langsung
Penggunaan protein Tidak Ya Tidak
mikroba (60-80% AA dari mikroba)
Kapasitas Sluran Pencernaan
Domba/
Sapi Babi Kuda
Kambing
Rumen 5-10 gal 55-60 gal ---- ----
Retikulum 1.5 qt 3-4 gal ---- ----
Omasum 1 pt 1-2 gal ---- ----
Abomasum 1.5 qt 3-4 gal ---- ----
Perut ---- ---- 2 gal 2-3 gal
Usus halus 2.5 gal 17-18 gal 2.5 gal 12-15 gal
Panjang usus
85-90 ft 130 ft 60 ft 70 ft
halus
Usus besar 1.5 gal 10 gal 3 gal 30-35 gal
Tugas Kelompok
Kelom Tugas
pok
1 Saliva
2 Bakteri
3 Protozoa
4 Fungi
5 Fermentasi Karbohidrat
6 Fermentasi Protein
7 Fermentasi Lemak
8 Manipulasi Rumen
THE END

Any
questions?

Anda mungkin juga menyukai