PERAH
LABORATRIUM NUTRISI TERNAK RUMINANSIA DAN KIMIA
MAKANAN TERNAK
Istilah dan Definisi
Ransum = campuran pakan yang diberikan guna memenuhi kebutuhan nutrien bagi hidup
pokok dan produksi selama 24 jam Contohnya campuran rumput + konsentrat
Bahan Pakan = Bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hasil industri yang
mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan, yang telah maupun belum
diolah.
Pakan = Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang
masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi
kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.
Pakan Utama: Jenis pakan yang diberikan pada ternak yang merupakan makanan alaminya
yang akan mendukung fungsi organnya. Misalnya ternak ruminansia : Hijauan atau pakan
dengan kandungan serat tinggi.
Pakan Tambahan : Jenis pakan yang diberikan untuk melengkapkan jumlah
kebutuhan zat makanan yang tidak bisa dipenuhi dari pakan utama. Contoh :
konsentrat, suplemen, aditif
Pakan Suplemen : zat yang secara alami sudah terkandung dalam pakan tetapi
jumlahnya perlu ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan.
Penggunaan sebagai bagian komponen pakan lengkap <10%
Pakan Aditif atau Imbuhan Pakan : bahan baku pakan yang tidak mengandung
zat gizi atau nutrisi, yang tujuan pemakaiannya terutama untuk tujuan
tertentu.
Penggunaan sebagai bagian komponen pakan lengkap <5%
Konsentrat : pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber energi
serta dapat mengandung pelengkap pakan dan/atau imbuhan pakan.
KONSENTRAT
Tujuan Pemberian Konsentrat
jagung pollard
gaplek
BAHAN PAKAN SUMBER ENERGI
TETES ONGGOK
SORGUM
Bahan Pakan Sumber Protein
No Pakan Kelebihan Kekurangan
2 Bungkil K Tanah 90,2 6,33 45,1 10,7 8,95 28,9 80,9 0,.52 0,58
3 Bungkil Kelapa 88,6 8,24 21,3 10,9 14,2 45,4 78,7 0,16 0,62
4 Bungkil Sawit 90,3 4,07 16,8 11,9 22,6 44,6 79,0 0,26 0,81
5 Ampas bir Kering 94.6 4.5 32.3 10.2 17.3 35.7 75.4 0.21 0.56
6 Ampas kecap 26.6 14.2 23.5 24.2 16.0 22.1 87.2 0.88 0.14
7 Ampas tahu 14.6 5.1 30.3 9.9 22.2 32.5 77.9 td Td
8 Bungkil Bj Kapuk 83.9 7.5 29.6 7.6 30.0 25.3 73.7 td Td
BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN
R0: Pemberian pakan (konsentrat dan hijauan) dengan jumlah yang biasa
diberikan peternak dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari (tanpa
perlakuan = kontrol).
R1: R0 + 2,5 kg/pakan konsentrat/ekor/hari yang lebih berkualitas dengan
frekuensi pemberian 3 kali sehari.
R2: R0 + 2,0 kg pakan konsentrat/ekor/hari yang lebih berkualitas
ditambah 13,5 kg hijauan/ekor/hari dengan frekuensi pemberian pakan 3
kali sehari
L A M P I R A N P E R AT U R A N M E N T E R I P E RTA N I A N R E P U B L I K I N D O N ES I A
N O M O R : 1 0 0 / P E R M E N TA N / OT. 1 4 0 / 7 / 2 0 1 4
Perkembangan Rumen
Perbandingan Volume Perut
Ruminansia
Spesies Umur
0 1 2 3 4 6 8
Sapi --------------------- ---- bulan --------------------
Reticulo-rumen 38 52 60 64 67 64 64
Omasum 13 12 13 14 18 22 25
Abomasum 49 36 27 22 15 14 11
Because of these microbial enzymes, ruminants can utilize feedstuffs that provide
little to no nutritional benefit to non-ruminants
Keuntungan sistem rumen
Produk fermentasi disasjikan ke usus (alat
penyerapan utama) dalam bentuk lebih mudah
diserap
Mengaduk digesta
Inokulasi mikroba rumen dalam ingesta
Melewatkan digesta ke pascarumen
Penyerapan hasil metabolisme oleh mukosa rumen
Species Type pH
Ruminococcus flavefaciens fiber 6.15
Fibrobacter succinogenes fiber 6
Megasphaera elsdenii lactate user 4.9
Streptococcus bovis lactate producer 4.55
Perkembangan Mikroba Rumen
• Anaerobic bacteria appear a few hours after
birth
• Cellulolytic bacteria and methanogenic
archaea appear at 2-4 days of age
• Anaerobic fungi colonize the rumen during the
second week
• Ciliate protozoa begin to be established only
during the third week.
Mikroba Rumen
1. Bacteria
◦ >200 species with many subspecies
25 species at concentrations >107/mL
◦ 1010 to 1012 cells/mL
◦ 99.5% obligate anaerobes
Gas Phase
Rumen
Fluid
Faktor yang menurunkan
pertumbuhan mikroba rumen
Perubahan ransum yang cepat dan drastis
◦ diperlukan 3-4 minggu untuk stabilitas mikroba
Pembatasan pemberian ransum
Tingginya kadar asam lemak tidak jenuh dalam
ransum
◦ Bacteria tidak dapat menggunakan lemak untuk
energy
◦ Kecernaan serat dan pertumbuhan mikroba
terhambat
◦ Jenis lemak menentukan pengaruh yang berbeda
Faktor yang meningkatkan
pertumbuhan mikroba rumen
Konsumsi Bahan Kering ransum yang
maksimum
Protein:Energi yang seimbang setiap saat
◦ Bakteri membutuhkan energi dan protein
untuk sintesis protein tubuhnya
Perubahan ransum secara gradual
Ransum harus tersedia setiap saat
◦ Untuk memelihara pH rumen stabil
Rumen Function Overview
NUTRISI TERNAK SAPI
PERAH
LABORATRIUM NUTRISI TERNAK RUMINANSIA DAN KIMIA
MAKANAN TERNAK
Istilah dan Definisi
Ransum = campuran pakan yang diberikan guna memenuhi kebutuhan nutrien bagi hidup
pokok dan produksi selama 24 jam Contohnya campuran rumput + konsentrat
Bahan Pakan = Bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hasil industri yang
mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan, yang telah maupun belum
diolah.
Pakan = Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang
masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi
kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.
Pakan Utama: Jenis pakan yang diberikan pada ternak yang merupakan makanan alaminya
yang akan mendukung fungsi organnya. Misalnya ternak ruminansia : Hijauan atau pakan
dengan kandungan serat tinggi.
Pakan Tambahan : Jenis pakan yang diberikan untuk melengkapkan jumlah
kebutuhan zat makanan yang tidak bisa dipenuhi dari pakan utama. Contoh :
konsentrat, suplemen, aditif
Pakan Suplemen : zat yang secara alami sudah terkandung dalam pakan tetapi
jumlahnya perlu ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan.
Penggunaan sebagai bagian komponen pakan lengkap <10%
Pakan Aditif atau Imbuhan Pakan : bahan baku pakan yang tidak mengandung
zat gizi atau nutrisi, yang tujuan pemakaiannya terutama untuk tujuan
tertentu.
Penggunaan sebagai bagian komponen pakan lengkap <5%
Konsentrat : pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber energi
serta dapat mengandung pelengkap pakan dan/atau imbuhan pakan.
KONSENTRAT
Tujuan Pemberian Konsentrat
jagung pollard
gaplek
BAHAN PAKAN SUMBER ENERGI
TETES ONGGOK
SORGUM
Bahan Pakan Sumber Protein
No Pakan Kelebihan Kekurangan
2 Bungkil K Tanah 90,2 6,33 45,1 10,7 8,95 28,9 80,9 0,.52 0,58
3 Bungkil Kelapa 88,6 8,24 21,3 10,9 14,2 45,4 78,7 0,16 0,62
4 Bungkil Sawit 90,3 4,07 16,8 11,9 22,6 44,6 79,0 0,26 0,81
5 Ampas bir Kering 94.6 4.5 32.3 10.2 17.3 35.7 75.4 0.21 0.56
6 Ampas kecap 26.6 14.2 23.5 24.2 16.0 22.1 87.2 0.88 0.14
7 Ampas tahu 14.6 5.1 30.3 9.9 22.2 32.5 77.9 td Td
8 Bungkil Bj Kapuk 83.9 7.5 29.6 7.6 30.0 25.3 73.7 td Td
BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN
R0: Pemberian pakan (konsentrat dan hijauan) dengan jumlah yang biasa
diberikan peternak dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari (tanpa
perlakuan = kontrol).
R1: R0 + 2,5 kg/pakan konsentrat/ekor/hari yang lebih berkualitas dengan
frekuensi pemberian 3 kali sehari.
R2: R0 + 2,0 kg pakan konsentrat/ekor/hari yang lebih berkualitas
ditambah 13,5 kg hijauan/ekor/hari dengan frekuensi pemberian pakan 3
kali sehari
L A M P I R A N P E R AT U R A N M E N T E R I P E RTA N I A N R E P U B L I K I N D O N ES I A
N O M O R : 1 0 0 / P E R M E N TA N / OT. 1 4 0 / 7 / 2 0 1 4
DEPARTEMEN NUTRISI
TERNAK DAN TEKNOLOGI
PAKAN
Produktivitas sapi perah 3000-4000
L/305 hari laktasi (kurnianto, 1991 et
al.,) buruknya kondisi sapi dara dan
pejantan sebelum dikawinkan. Di
tingkat peternak kesalahan dalam
pemeliharaan kesehatan dan
menajemen pakan, yaitu kualitas dan
jumlah pemberiannya fase pertumbuhan
(pra sapih dan pembesaran).
Perbaikan manajemen pemelihaaan
pedet optimal. Pedet lahir (-)
imunoglobulin rentan virus + bakteri
sehingga membutuhkan kolostrum
(imunoglobulin) jam pertama setelah
lahir daya tahan meningkat
terhadap mikroba patogen (FLOREN
et al., 2006).
Manajemen Pemberian Pakan Pedet
Kolostrum
Kolostrum = Growth factor +
immunomudulatory factors mengatur
kekebalan tubuh ternak. Pemberian
kolostrum sedini mungkin sangat
penting mempercepat masuk ke
abomasum intestinum, antibodi diserap
dan masuk ke dalam darah pedet.
Antibodi diserap melalui dinding usus
selama 24-36 jam pertama kehidupan
pedet.
Setelah 24-36 jam atau setelah menelan
bakteri atau makanan lain permukaan
usus tertutup bakteri atau bahan asing
sehingga permukaan usus kehilangan
kemampuan menyerap antibodi.
Kandungan kolostrum : Protein (lactoglobulin
atau gamaglobulin), lemak, mineral dan
vitamin lebih dari susu normal. Laktosa
dari susu normal. Laktosa : Diare/mencret
Manfaat pemberian kolostrum sedini mungkin
diperlukan , yaitu :
• Protein minimal 20% : Produk susu seperti skim milk, butter milk
powder, casein, milk albumen. Bila protein dalam milk replacer
berasal dari tumbuhan, protein yang dibutuhkan lebih dari 22%,
sebagian besar protein dianjurkan dari produk susu.
3. Milk • Lemak 10-20% : Milk replacer diberikan pada hari ke tiga
Replacer setelah dilahirkan. Metode umum adalah 1 bagian milk replacer
ditambah dengan 9 bagian air.
• Berbentuk pellet, tekstur sedikit kasar, tidak kotor, tidak berjamur serta
tidak ada rasa.
• Calf starter harus disukai pedet, TDN 75%, PK16-18 %.
• Dimulai sejak pedet umur 2-3 minggu (fase pengenalan)
• Disediakan air minum yang bersih secukupnya agar pedet minum secara
4. Calf Starter bebas.
• Membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat sehingga
mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu.
Komposisi Kimia Kolostrum
Kolostrum mengandung lebih dari
90 bahan bioaktif alami. Komponen
utama dikelompokkan menjadi dua,
yaitu faktor imun dan faktor
pertumbuhan. Kolostrum juga
mengandung berbagai jenis vitamin,
mineral dan asam amino yang
seimbang. Semua unsur bekerja
secara sinergis dalam memulihkan
dan menjaga kesehatan tubuh
(Rucketbusch et. al. 1991).
Menurut Blum dan Hammon (1999),
kandungan asam amino essensial dan non
essensial dalam kolostrum lebih tinggi
dibandingkan dengan susu biasa. Begitu
pula dengan kandungan lemak, protein,
Na, Cl, vitamin A, B12, E dan mineral
lainnya (Waterman 1998). Kandungan
nutrisi yang tinggi dalam kolostrum
dapat digunakan dalam menunjang fungsi
metabolisme optimal tubuh dan
mendorong percepatan pertumbuhan
neonatus.
ProsesPencernaan Pada Pedet
Sejak lahir pedet telah mempunyai 4 bagian
perut, yaitu rumen, retikulum omasum dan
abomasum. Awal pedet lahir hanya abomasum
yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar
60% menjadi 8% bila dewasa. Sebaliknya, untuk
rumen semula 25% berubah menjadi 80% saat
dewasa. Zat makanan atau makanan yang dapat
dicerna pada saat pedet adalah protein air susu
(casein), lemak susu atau lemak hewan lainnya,
gula-gula susu (laktosa, glukosa), vitamin dan
mineral. Dalam kondisi normal, perkembangan alat
pencernaan dimulai sejak umur 2 minggu.
Populasi rumen mikroba mulai
berkembang setelah pedet mengkonsumsi pakan
kering. Semakin besar pedet maka pedet
mencoba mengkonsumsi berbagai jenis pakan
dan akan menggertak komponen perutnya
berkembang sehingga mengalami modifikasi
fungsi. Pedet dibuat sedikit lapar agar cepat
terangsang belajar makan padatan (calf
starter). Bila pemberian makanan sedikit dibatasi
akan memberikan kesempatan pedet
menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi
pakan tanpa terlalu banyak mengalami stress.
Pedet yang baru lahir mempunyai sedikit
cadangan makanan dalam tubuhnya.
Tahap pencapaian alat pencernaan sapi
dewasa umunya pada umur 8 minggu namun
pada umur 8 minggu kapasitas rumen masih
kecil sehingga pedet belum dapat mencerna
rumput atau makanan kasar lainnya secar
maksimal. Umur tahapan ini dipengaruhi tipe
pakannya, yaitu berapa lama dan banyak
air susu diberikan serta mulai diperkenalkan
pakan kering. Setelah disapih, pedet mampu
memanfaatkan protein vegetal dan setelah
penyapihan perkembangan alat pencernaan
sangat cepat.
Manfaat Kolostrum Pada Pedet
Reaksi Imun : Metabolisme dan kekebalan tubuh
disebabkan komponen bioaktif, diantaranya
imunoglobulin, beberapa growth factor, seperti insulin
like growth factor 1(IGF-1) dan IGF-2, transforming
growth factorbeta 2 (TGF-β 2) dan faktor antimicrobial
non specific (lisozim, laktoferin, dan laktoperoksida)
yang terakumulasi menjelang proses kelahiran pedet.
Imunoglobulin pada kolostrum sapi terdiri dari tiga
kelas utama yaitu IgG, IgM dan IgA. Imunoglobulin G
(IgG) merupakan immunoglobulin terbanyak dalam
kolostrum sapi (Larson 1992). Absorbsi kolostrum
berlangsung sangat cepat segera setelah kolostrum
diberikan kepada pedet. Kolostrum hanya efektif
diberikan pada pedet sebelum hewan berumur 24 jam
(Halliwell dan Gorman dalam Esfandiari 2005).
Pemberian Kolustrum Pada Pedet
Diberikan maksimal 4 jam setelah post
partus sebanyak 4 liter minimal 2 liter untuk
pedet yang kecil) kemudian diberikan lagi 8 jam
kemudian (12 jam post partus) minimal sebanyak
3 liter sedangkan bila berdasarkan berat badan
pemberian kolostrum sebaiknya sekitar 10-15%
dari berat badan pedet. Kemampuan absorbsi
usus pedet terhadap imunoglobulin semakin
menurun seiring dengan lamanya rentang waktu
dari kelahiran. Semakin lama usus pedet semakin
sulit untuk menyerap imunoglobulin. Pada 9 jam
post partus sekitar 50% imunoglobulin dapat
diserap dan pada 12 post partus hanya mampu
menyerap sekitar 30%.
Produksi, Jumlah dan Kualitas Kolostrum
Menurut Lazzaro (2000), kolostrum mulai diproduksi pada 3-
6 minggu sebelum induk sapi melahirkan (periode kering kandang).
Kolostrum disimpan dalam kelenjar ambing selama 2-7 hari terakhir
masa kebuntingan dan diekskresikan pada 2-3 hari pertama setelah
induk sapi melahirkan (Rucketbusch et. al. 1991).
Jumlah dan kualitas kolostrum yang dihasilkan setiap sapi
perah berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu :
a. Nutrisi
Pemberian pakan yang baik akan meningkatkan
kadar imunoglobulin dalam kolostrum. Protein merupakan komponen
penting untuk menentukan volume, kualitas dan kandungan
immunoglobulin dalam kolostrum.
b. Umur induk
Banyaknya kolostrum dan kandungan antibodi pada sapi laktasi pertama
lebih sedikit dibandingkan dengan sapi-sapi yang lebih tua (2 kali laktasi
atau lebih). Sapi yang lebih tua lebih mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan susu yang lebih baik dan sitem transport antibodi yang lebih
baik pula.
c. Jenis sapi dan volume kolostrum yang dihasilkan
Jumlah kolostrum yang banyak maka akan menurunkan
konsentrasi imunoglobulin yang terkandung. Oleh karena itu, konsentrasi
imunoglobulin pada sapi potong lebih tinggi dibandingkan dengan sapi
perah. Konsentrasi pada sapi FH lebih rendah dibandingkan dengan sapi
Jersey.
Selain itu, kualitas imunoglobulin dalam kolostrum yang dihasilkan juga
tergantung dari musim, kesehatan kelenjar ambing, waktu pemerahan
setelah partus, periode kering kandang dan kemampuan mengatasi infeksi
oleh antigen (Aldrige et al.1992; Arthington 1999). Menurut Waterman
(1998), jumlah kolostrum yang diperlukan pedet tergantung dari kualitas
kolostrum yang dikonsumsi.
Penyimpanan Kolostrum
Apabila sapi yang baru melahirkan mengalami
distokia, anaknya selamat, tetapi induknya
mengalami cidera sehingga harus dilakukan
pengafkiran, maka sebaiknya kolostrum dari
induk dapat diperah terlebih dahulu sebelum
diafkir dan disimpan untuk digunakan di lain hari.
Cara penyimpanannya adalah kolostrum dari
sapi yang baru saja melahirkan diperah
kemudian dimasukkan kedalam wadah yang steril
dan disimpan pada suhu rendah atau dalam
kulkas dan bisa juga dibekukan.
a. Kolostrum disimpan pada suhu sedang (sekitar 20oC)
dengan cara yang aseptis dapat bertahan selama 2 hari.
b. Kolostrum yang disimpan pada refrigerator (1-2oC)
dapat digunakan selama 1 minggu.
c. Kolostrum yang dibekukan (-20oC) mampu bertahan
selama 1 tahun.
d. Kolostrum beku sebelum di gunakan
di thawing (diencerkan) pada air hangat (50oC).
e. Kolostrum yang sudah di thawing tidak bisa dibekukan
lagi, maka penyimpanan sebaiknya menggunakan wadah
berukuran 1 atau 2 liter.
f. Penggunaan kolostrum sapi lain yang baru melahirkan
mungkin juga menjadi pilihan tetapi perlu diingat bahwa
konsentrasi Immunoglobulin setiap sapi berbeda-beda.
Kolostrum Pengganti Atau Suplemen Kolostrum
Kolostrum maternal sangat istimewa sebagai
sumber imunoglobulin G, namun kolostrum juga menjadi
rute penyebaran atau penularan penyakit dari induk
kepada pedet. Kolostrum harus ditampung dari induk
sapi pada saat beranak dalam kurun waktu 24 jam
pertama (McMARTIN et al., 2006).
Saat ini kolostrum pengganti secara komersial
telah tersedia, namun kolostrum pengganti sangat
berbeda dalam kemampuannya menyediakan transfer
imunitas pasif yang cukup baik (SWAN et al., 2007).
Terdapat tiga sumber IgG yang tersedia (QUIGLEY,
2002), yaitu :
a. Suplemen yang berasal dari sekresi lacteal.
Absorpsi IgG dari suplemen yang berasal dari sekresi
lacteal dilaporkan buruk (IKEMORI et al., 1997).
b. Suplemen yang berasal dari telur ayam (ERHARD
et al., 1997). Produk yang dihasilkan mengandung
aktivitas spesifik untuk melawan antigen yang
diberikan. Namun, absorpsi IgY ke dalam sirkulasi
relatif rendah, oleh karena itu, suplemen ini lebih baik
digunakan setelah closure.
c. Suplemen yang berasal dari serum sapi. Suplemen
kolostrum yang didasarkan pada serum protein
secara signifikan lebih efektif meningkatkan sirkulasi
IgG dan daya hidup pedet bila diberi suplemen atau
ditambah kolostrum maternal (QUIGLEY et al., 2001).
Suplemen kolostrum yang berasal dari serum
mengandung lebih IgG1 dan IgG2 dalam jumlah yang
proporsional.
HUBUNGAN BCS DAN KUALITAS
KOLOSTRUM
komposisi kolostrum dan susu antara lain dipengaruhi oleh karakteristik
individu, ras atau bangsa ternak, pakan yang dikonsumsi sebelum
melahirkan, jarak periode kering kandang , waktu pengambilan
kolostrum setelah melahirkan dan Body Condition Score (BCS) (Brandano
et al, 2004).
BCS merupakan suatu metode penilaian secara subjektif melalui teknik
penglihatan dan perabaan untuk menduga cadangan lemak tubuh
terutama untuk sapi perah pada periode laktasi dan kering kandang
(Montiel and Ahuja 2005). Evaluasi dengan BCS efektif untuk mengukur
sejumlah energi metabolik yang tersimpan sebagai lemak subcutan dan
otot pada ternak).
Kegagalan mempertahankan kondisi tubuh yang baik atau terjadi
perubahan BCS yang cepat selama awal kebuntingan menunjukkan
adanya masalah kesehatan atau manajemen, Nilai BCS sapi perah yang
ideal pada saat periode bunting dan menjelang kelahiran diasumsikan
akan berpengaruh juga pada kualitas kolostrum yang dihasilkan induk
untuk menyusui anaknya.
Zharfan Abdillah, Puguh Surjowardojo 2018
Dasar Fungsi Anatomi dan
Sistem Pencernaan Ternak
Ruminansia
Sistem Pencernaan
Terminologi sederhana, sitem pencernaan
adalah suatu gerbang dari zat-zat makanan
untuk mendapatkan akses/kesempatan dalam
sistem sirkulasi.
► Pakan dipecah menjadi molekul sangat sederhana
► Menghasilkan gula, asam amino, asam lemak, dll
yang kemudian ditransportasikan melintasi saluran
pencernaan masuk ke dalam darah.
Bahan pakan dapat digunakan bergantung pada
tipe sistem pencernaan pada ternak yang
dimilikinya.
Ada 3 tipe dasar sistem pencernaan :
►Monogastrik – Perut sederhana (Simple
stomach).
►Ruminansia (cranial fermentor) – Perut
dengan berbagai bagian (multi-
compartmented stomach).
►Hind gut (caudal) fermentor – Perut
sederhana, tetapi sangat besar dengan
usus besar yang kompleks
Type Sistem Pencernaan
Hind Gut
Monogastrik Ruminansia
Fermentors
Rabbits
Turkeys Dogs Goats Sheep
Domba Kambing
Omasum
Esophagus
Large Reticulum
intestine
Abomasum
Cecum Liver
Gall
bladder
Mulut
Mulut
► Pemecahan bahan pakan secara mekanik melalui
pengunyahan (pengurangan ukuran partikel,
meningkatkan luas permukaann untuk aksi enzim).
Rumen:
►Luas/besar, fermentasi anaerob.
Rumen Kapasitas
Kapasitas
Spesies Kapasitas Normal
Maksimum
Sapi (1000 lb) 25-30 gallons 55-60 gallons
Kambing (150 lb) 3-5 gallons 5-10 gallons
Bagian dari Perut Ruminansia
Rumen (lanjutan):
►Rumah mikroorganisma.
Protozoa – 100,000 per gram cairan rumen.
Bakteri/fungi – 100 million per gram cairan rumen.
►Fungsi mikroorganisma.
Mencerna serat/roughages untuk membuat Volatile
Fatty Acids (VFA), protein mikroba, vitamin K dan B-
complex.
►VFA diserap di rumen.
Bagian dari Perut Ruminansia
Rumen (lanjutan):
►Mengandung
milyaran papilla yang
dibutuhkan untuk
proses absorpsi.
Bagian dari Perut Ruminansia
Rumen (lanjutan):
►Ruminasi melibatkan:
Bolus yang dimakan sebelumnya dibawa kembali ke
mulut melalui gerakan peristaltis balik.
Cairan dalam bolusidiperas oleh lidah dan ditelan
kembali .
Bolus dipotong dan ditelan kembali.
►Ruminasi terjadi sekitar 1/3 hari
Bagian dari Perut Ruminansia
Eruktasi (belching):
►Fermentasi menghasilkan jumlah besar gas.
30-50 liter per jam pada sapi dewasa.
5-7 liter per jam domba atau kambing dewasa
Retikulum:
Retikulum (lanjutan):
►Permukaannya memiliki
struktur sarang lebah.
Menangkap dan
memegang pakan.
Pakan tersebut dapat
dikembalikan ke rumen.
Bagian dari Perut Ruminansia
Omasum:
► Organ keras dengan permukaan
membentuk seperti lembaran
daun.
►Fungsinya belum dikenal
baik.
Dipercaya menghasilkan
suatu aksi peggilingan
pakan.
Mungkin menyerap residu
VFA dan bikarbonat.
Bagian dari Perut Ruminansia
Abomasum:
► Perut yang sebenarnya.
Mengeluarkan asam dan fungsinya sama
dengan perut pada monogastri.
► Fitur yang unik dan mensekresikan
lysozyme.
Enzyme yang efisien memecah dinding
sel bakteri.
Dibutuhkan dalam memec ah jumlah
besar bakteria yang melintas dari rumen.
Perkembangan Perut Depan
Pankreas
►Memberikan suatu campuran
potensial dari enzim pencernaan
menuju usus halus untuk
membantu dalam pencernaan
lemak, karbohidrat dan protein.
Usus Halus
Usus halus
►3 bagian – duodenum, jejunum, ileum
►Bagian akhir dari pencernaan
enzimatik .
► Hampir semua nutrien diserap.
Dibagi atas duodenum, jejenum,
dan ileum. Usus halus mengatur
aliran ingesta ke dalam usus
besar dengan gerakan peristaltik.
Kecepatan aliran
digesta diartikan sebagai
waktu yang diperlukan
untuk mengeliminasi
partikel residu pakan.
Bergantung pada
volume, palatabilitas dan
derajat penerimaan
pakan.
Faktor fisik seperti
pengisian gastro
intestinal menimbulkan
distensi retikulo rumen
dan akan membatasi
konsumsi. Hijauan dengan
kandungan lignin tinggi
mempunyai palatabilitas
rendah dan mengurangi
konsumsi.
Perubahan sistem
keseimbangan
hormonal selama
bunting membatasi
sistem pengaturan
energi dan pergeseran
retikulo rumen karena
desakan janin
mempengaruhi
konsumsi pakan.
Partikel yang kecil
menaikkan
konsumsi pakan,
sehingga konsumsi
pakan menjadi
lebih cepat/
lewatnya pakan
cepat.
Proses Pencernaan - Ruminansia
Nonprotein N (NPN) Feed
proteins Carbohydrates Fats
RUP
Microbial protein Volatile fatty
(essential AA) acids (VFA’s) Glucose
LIVER
Glucose
OMASUM
VFA’s
ABOMASUM
RUP
Microbial protein
Peptides
SMALL Fats
Peptides
INTESTINE
Fatty acids &
Amino acids Glucose glycerol
= microbial action; RDP = rumen degraded protein; RUP = rumen undegraded protein; = main site of absorption = some absorption
Perbandingan Sistem Pencernaan
Hind Gut
Fungsi Monogastrik Ruminansia
Fermentor
Mencerna dan Sangat terbatas Ya Ya
memperoleh energi (usus besar) (rumen/reticulum) (usus besar)
dari cellulose
Penggunaan sumber Ya Tidak Ya
gula secara langsung (diserap sebagai (fermentasi menjadi VFA)
(diabsorbsi sebagai
glukosa)
glukosa)
Penggunaan protein Ya Terbatas Ya
secara langsung (lebih banyak disediakan dari
protein mikroba)
Any
questions?