Anda di halaman 1dari 10

FILOSOFI RISET DALAM BIDANG AKUNTANSI KEPERILAKUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan riset akutansi Indonesia di bidang keperilakuan masih
merupakan hal yang relatif baru dibandingkan dengan riset akutansi lainnya.
Misalnya, bila dibandingkan dengan penelitian di bidang akutansi keuangan, dengan
topik penelitian pada kemampuan rasio-rasio keuangan memprediksi harga saham,
kebangkrutan, dan lain-lain maka riset akutansi di bidang keperilakuan masih dapat
dikatakan tertinggal (Kuang dan Tin, 2010). Akutansi keperilakuan adalah cabang
akutansi yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akutansi
(Hudayati, 2002).
Saat ini, kurikulum nasional sudah memasukkan mata kuliah Akutansi
Keperilakuan sebagai mata kuliah pilihan. Sebagai konsekuensinya, diperlukan
sumber daya (akuntan) yang siap untuk mengembangkan dan mengajarkan mata
kuliah tersebut. Pengembangan bidang akutansi keperilakuan tentu saja sangat
tergantung pada hasil-hasil penelitian yang dilakukan. Penelitian dapat dilakukan
untuk suatu ide yang baru maupun melanjutkan penelitian sebelumnya untuk
memperkuat atau menantang hasil penelitian terakhir. Oleh karena itu informasi,
mengenai arah perkembangan riset di bidang akutansi keperilakuan menjadi sangat
berguna bagi para akutan yang tertarik melakukan penelitian di bidang ini (Kuang
dan Tin, 2010).
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, teori-teori akutansi keperilakuan
dikembangkan dari penelitian empiris atas perilaku manusia di organisasi. Dengan
demikian, peranan penelitian dalam pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak
diragukan lagi. Ruang lingkup penelitian di bidang akutansi keperilakuan sangat luas
sekali, tidak hanya meliputi bidang akutansi manajemen saja, tetapi juga menyangkut
penelitian di bidang etika, auditing, sistem informasi akutansi bahkan juga akutansi
keuangan (Hudayati, 2002)

1
B. Tujuan Penulisan
Dalam menulis makalah ini, tentunya penulis mempunyai beberapa tujuan, di
antaranya sebagai berikut :
1. Sebagai bentuk pemenuhan tugas mingguan semester 5 penulis di Jurusan S1
Akuntansi, Universitas Jambi.
2. Membantu memberikan informasi yang memadai mengenai Filosofi Riset
dalam Bidang Akuntansi Keperilakuan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis dapat menarik beberapa
rumusan masalah, diantaranya :
1. Bagaimana pergeseran arah riset dalam keperilakuan ?
2. Apa saja filosofi paradigma dalam metodologi riset ?
3. Apa saja peluang riset akuntansi keperilakuan pada lingkungan akuntansi ?
4. Bagaimana perkembangan terakhir dalam riset akuntansi keperilakuan ?
5. Bagaimana bentuk teori keperilakuan tentang perusahaan ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pergeseran Arah Riset
Pada tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan riet dalam riset akuntansi.
Pergeseran ini terjadi karena pendekatan normatif tidak dapat menghasilkan teori
akuntansi yang siap digunakan dalam praktek sehari-hari. Sehingga muncul anjuran
untuk memahami berfungsinya suatu sistem akuntansi secara deskriptif dalam praktik
nyata. Selain itu alasan yang mendasari usaha pemahaman akuntansi secara empiris
dan mendalam adalah gerakan dari masyarakat peneliti akuntansi yang
menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku.

B. Filosofi Paradigma Metodologi Riset


Suatu pengetahuan (knowledge) dibangung berdasarkan asumsi-asumsi
filosofis tertentu. Menurut Burrel dan Morgan (1979), asumsi-asumsi tersebut adalah
ontologi (ontology), epistemologi (epistemology), hakikat manusia (human nature),
dan metodologi (methodology). Ontologi berhubungan dengan hakikat atau sifat dari
realitas atau objek yang akan diinvestigasi. Epistemologi berhubungan dengan sifat
dari ilmu pengetahuan, bentuk dari ilmu pengetahuan tersebut, dan bagaimana
mendapatkan serta menyebarkannya.
1. Paradigma fungsionalis
Paradigm ini sering disebut juga dengan fungsionalis structural (structural
functionalist) atau kontijensi rasional (rational contingency). Paradigma ini
merupakan paradigma yang umum dan bahkan sangat dominan digunakan dalam riset
akuntansi dibandingkan dengan paradigma yang lain, sehingga disebut juga dengan
paradigma utama (mainstream paradigm).
2. Paradigma Interpretif
Paradigma ini juga disebut dengan interaksionis subjektif (subjective
interactionist) (Macintosh, 1994). Menurut Chua (1986), pendekatan alternatif ini
berasal dari filsuf Jerman yang menitik beratkan pada peranan bahasa, interpretasi,

3
dan pemahaman dalam ilmu sosial. Terdapat dua aliran riset dalam pendekatan
interpretif ini (Dillard dan Becker), yaitu :
a. Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara
lapangan, dan analisis historis.
b. Metode Foucauldian, yang menganut teori sosial dari Michael Foucault
sebagai pengganti konsep tradisional historis yang disebut dengan
“ahistorical” atau “antiquarian” (Sukoharsono,1998). Tahap aliran ini akan
dibahas lebih lanjut pada bagian posmodernisme.
3. Paradigma Strukturalisme Radikal
Paradigma ini mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai keberadaan
ontologism yang konkret dan nyata (Macintosh, 1994). Pendekatan ini memfokuskan
pada konflik mendasar sebagai dasar dari produk hubungan kelas dan struktur
penngendalian, serta memperlakukan dunia sosial sebagai objek eksternal dan
memiliki hubungan terpisah dari manusia tertentu.
4. Paradigma Humanis Radikal
Riset-riset akan diklasifikasikan dalam Paradigma Humanis Radikal (radical
humanist) jika didasarkan pada teori kritis dari Frankurt Schools dan Habermas
(Dillard dan Becker). Pendekatan kritis Habermas melihat objek studi sebagai suatu
interaksi sosial yang disebut dengan “dunia kehidupan” (life world), yang diartikan
sebagai interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat dalam diri
manusia dan membantu untuk pencapaian saling memahami (Sawarjuwono, 2001).
Interaksi sosial dalam dunia kehidupan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya kebutuhan akan
sistem informasi manajemen.
b. Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanisme sistem, misalnya pemilihan
sistem. Sistem bukan interaksi sosial yang alami karena sudah
mempertimbangkan berbagai kepentingan.
5. Paradigma Posmodernisme
Posmodernisme menyajikan suatu wacana sosial yang sedang muncul yang
meletakkan dirinya di luar paradigma modern. Sehingga tidak tepat bila wacana ini
dimasukkan ke dalam skema paradigma yang telah dibahas sebelumnya. Bahkan
dapat dikatakan bahwa paradigma posmodernisme ini merupakan oposisi dari
paradigma modern.

C. Peluang Riset Akuntansi Keperilakuan pada Lingkungan Akuntansi


1. Audit
Suatu tinjauan atas artikel riset akuntansi keperilakuan selama tahun 1990-
1991 menunjukkan penekana pada kekuatan dalam pembuatan keputusan yang
merupakan karakteristik dari sebagian besar riset akuntansi keperilakuan. Penjelasan
dari bagian ini berorientasi pada pembuatan keputusan dalam audit, dan telah
memfokuskan riset terakhir pada penilaian dan pembuatan keputusan auditor, seperti
perbedaan penggunaan laporan audit dan meningkatnya perkembangan yang
berorientasi kognitif.
2. Akuntansi Keuangan
Pentingnya riset akuntansi keunagan yang berbasis pasar modal
dengan audit menunjukkan kurang kuatnya permintaan eksternal terhadap riset
akuntansi keperilakuan dibidang keuangan. Namun juga teradapat beberapa
alasan kenapa risen akuntansi keperilakuan dibidang keuangan akan
memberikan konstribusi yang besar di masa mendatang :
a. Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa
komponen pasar modal dengan ekspektasi naif.
b. Memberikan kontribusi yang lebih besar berhubungan dengan keuntungan
dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit.
3. Akuntansi Manajemen
Riset akuntansi keperilakuan di bidang akuntansi manajemen hanya
merupakan subidang akuntansi yang telah memperluas pengujian dari

5
pengaruh fungsi akuntansi terhadap perilaku. Riset ini menguji fungsi akuntansi
terhadap perilaku seperti anggatan dan standar motivasi, umpan balik, dan kinerja.
Riset akuntansi di bidiang akuntansi manajemen cenderung fokus
pada variabel lingkungan dan organisasional yang mengandalkan teori
agensism seperti insentid dan variabel asemetri informasi. Sedangakn di bidang
audit lebih fokus pada variabel psikologi, khususnya kesadaran.
4. Sistem Informasi Akuntansi
Keterbatasan riset akuntasi perilaku dibidang sistem informasi adalah
keslitan membuat generalisasi meskipun berdasarkan pada studi sistem akuntansi
yang lebih awal sekalipun. Riset akuntansi keperilakuan dibidang SIA akan
lebh berhasil jika difokuskan pada domain spesifik dari variabel yang unik dalam
sistem akuntansi dan konteks keputusan akuntansi, sperti standar profesi dan analisis
pengecualian.
5. Perpajakan
Riset akuntansi keperilakuan di bidang pajak memfokuskan diri
pada kepatuhan dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan
lingkungan. Variabel-variabel yang sering diuji dengan hasil campuran
meyarankan bahwa perilaku kepatuhan pajak adalah kompleks.
6. Pertumbuhan Riset Perilaku
Secara substansial, persentase penulis artikel lebih besar daripada persentase
yang berhubngan dengan staf pengajar sebagai calon perilaku. Tiga faktor utama:
a. Peneliti yang menggunakan paradigma perilaku menghasilkan lebih banyak
artikel yang diterbitkan oleh kedua jurnal yaitu Journal of Accounting
Research dan The Accounting Review.
b. Beberapa artikel yang ditulis oleh para penliti yang sementara
dilakukan dalam bidang ini, belum ada calonnya.
c. Minat pembaca pada bidang ini telah meningkat.
D. Perkembangan Terakhir
Wawasan dalam riset akuntansi keperilakuan saat ini bisa diperoleh
dengan dua cara :
a. Survei publikasi utama dari riset akuntasi keperilakuan
b. Klasifikasi topik artikel yang dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap
model perilau individu.
Pada periode sekarang audit meruoakan bidang riset keperilakuan
yang paling banyak diterbitkan dalam Behavioral Research in Accounting. Dan
secara umum bidang audit juga paling banyak dipersentasikan dalam artikel
secara umum dari setengahpenerbitan BRIA.

E. Teori Keperilakuan tentang Perusahaan


Teori modern perusahaan terkait dengan arah tujuan perilaku yang
dipastikan berkaitan dengan tujuan, motivasi, dan karakteristik dalam
menyelesaikan masalah anggotanya. Tujuan organisasi akan dipandang:
1. Hasil pengaruh dari permulaan proses antar peserta organisasi.
2. Penentu batas pengambilan keputusan perusaahan dan penyelesaian
masalah aktivitas.
3. Perannya di dalam sistem pengawasan internal adalah untuk memotivasi
peserta, dimana derajat tingkat kepuasan kerja anggotny diuraikan dalam
kaitannya dengan tujuan peribadi mereka yang saling tunpang tindih dengan
tujuan organisasi.
Akhirnya dalam pengambilan keputusan dalam perusahaandiuraikan sebagai
fungsi peserta yang menyelesaikan masalah perilaku yang ditandai oleh pembatasan
kapasitas mereka secara rasional. Yang perlu diperhatikan adalah perusahaan
dipandang sebagai suatu keseimbangan dalam mencari sistem pengambilan
keputusan.

7
F. Wawasan untuk Masa Depan
Tidak ada cara yang lebih baik untuk meningkatkan pemahaman seseorang
terhadap satu fenomena kecuali dengan melakukan riset dan menulis tentang
fenomena tersebut kepada orang lain dan melakukan berbagai perbaikan.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya,
penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, di antaranya :
1. Pergeseran arah riset terjadi karena pendekatan normatif tidak dapat
menghasilkan teori akuntansi yang siap digunakan dalam praktek sehari-hari.
2. Ada 5 filosofi paradigma metodologi riset,yaitu :
a. Paradigma fungsionalis
b. Paradigma Interpretif
c. Paradigma Strukturalisme Radikal
d. Paradigma Humanis Radikal
e. Paradigma Posmodernisme

B. Saran
Tidak ada cara yang lebih baik untuk meningkatkan pemahaman seseorang
terhadap satu fenomena kecuali dengan melakukan riset dan menulis tentang
fenomena tersebut kepada orang lain dan melakukan berbagai perbaikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dosenpendidikan.co.id/akuntansi-keperilakuan/

http://caturoktavianasholihah18.blogspot.com/2018/03/akutansi-perilaku-filosofi-riset
-dalam.html diakses pada tanggal 5 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai