Anda di halaman 1dari 45

Task#1

GEOLOGI DASAR

Disusun oleh :
Nama : Reza Krisnandi
NIM : 410017057

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL


YOGYAKARTA
2017
Kata Pengantar

Salam sejahtera bagi kita, karena berkat-Nya kita bisa hidup di zaman yang serba
modern ini dengan sehat sejahtera.Sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Pada kesempatan kali ini saya ingin mengajak kita untuk mempelajari sedikit hal
mengenai atom,unsur, mineral, magmatisme dan fulkanisme, yang sudah ada dalam bumi kita
ini. Untuk itu izinkan saya kali ini untuk membawakan makalah ini, agar kita lebih
mengetahui apa yang dimaksud dengam atom,unsur, mineral, magmatisme dan fulkanisme .
Karena semakin banyak ilmu yang kita dapat, semakin besar pula peluang kita untuk berhasil
di kemudian hari, dan tentunya semakin bijak kita dalam menyikapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan kimia dalam kehidupan kita.
Semoga materi kali ini boleh bermanfaat untuk kita semua.
Terima kasih
Daftar Isi

Judul………………………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar………………………...................................……………………………….. ii
Daftar isi…………...............………………………………………........................................iii
Bab 1 Pendahuluan………...………………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………..1
1.2 Tujuan…………………………………………………….. 1
Bab 2 Isi………...........……………………………………………….. 2
2.1 Atom……......……………………………………………… .
2.2 Unsur…......…………………...……………………………. .
2.3 Mineral…......……………………….……………………......
2.4 magmatisme………................…………………………...…..
2.5 Fulkanisme………………………………………...…………

Bab 3 Penutup…………………………………………………………………………………..

3.1 Kesimpulan dan Saran……………………………………………………………


Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Zaman sekarang semakin cepat perkembangan ilmu, semakin banyak unsur-unsur
kimia dan magmatisme dan fulkanisme yang ada di muka bumi. atom,unsur, mineral,
magmatisme dan fulkanisme Untuk itu pengertian tentang geologi harus lebih ditingkatkan
untuk menambah wawasan kita mengenai hal-hal seperti itu.Agar kita boleh lebih paham
atom,unsur, mineral, magmatisme dan fulkanisme

1.2. Tujuan
Mampu memahami apa yang dimaksud atom,unsur, mineral, magmatisme dan
fulkanisme Bisa mengenali orang-orang atau pakar-pakar dalam ilmu geologi.Dapat
mengaplikasikan atom,unsur, mineral, magmatisme dan fulkanisme dalam kehidupan zaman
sekarang yang semakin moderen dengan hal-hal baru disekitar kita, agar dapat menciptakan
hal-hal yang baru
BAB II

2.1 Lahirnya Teori Atom

Kimia modern berdasarkan atas teori atom. Untuk memahami teori atom, Anda
pertama harus mempelajari hukum-hukum fundamental termasuk
hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum
perbandingan berganda. Hukum-hukum ini adalah dasar teori atom dan pada
saat yang sama merepresentasikan kesimpulan yang ditarik dari teori atom.
Namun, teori atom sendiri tidak lengkap. Kimia dapat menjadi sistem yang
konsisten sejak teori atom dikombinasikan dengan konsep molekul. Di masa
lalu, keberadaan atom hanyalah hipotesis. Di awal abad ke-20 teori atom
akhirnya terbukti. Juga menjadi jelas bahwa atom terdiri atas partikel-partikel
yang lebih kecil. Teori atom saat ini secara pelahan berkembang sejalan
dengan perkembangan ini dan menjadi kerangka dunia material.

1.1 Lahirnya kimia

Kimia modern dimulai oleh kimiawan Perancis Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794). Ia
menemukan hukum kekekalan massa dalam reaksi kimia, dan mengungkap peran oksigen
dalam
pembakaran. Berdasarkan prinsip ini, kimia maju di arah yang benar.
Sebenarnya oksigen ditemukan secara independen oleh dua kimiawan, kimiawan Inggris
Joseph
Priestley (1733-1804) dan kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele (1742-1786), di
penghujung
abad ke-18. Jadi, hanya sekitar dua ratus tahun sebelum kimia modern lahir. Dengan
demikian,
kimia merupakan ilmu pengetahuan yang relatif muda bila dibandingkan dengan fisika dan
matematika, keduanya telah berkembang beberapa ribu tahun.
Namun alkimia, metalurgi dan farmasi di zaman kuno dapat dianggap sebagai akar kimia.
Banyak
penemuan yang dijumpai oleh orang-orang yang terlibat aktif di bidang-bidang ini
berkontribusi
besar pada kimia modern walaupun alkimia didasarkan atas teori yang salah. Lebih lanjut,
sebelum
abad ke-18, metalurgi dan farmasi sebenarnya didasarkan atas pengalaman saja dan bukan
teori.
Jadi, nampaknya tidak mungkin titik-titik awal ini yang kemudian berkembang menjadi kimia
modern. Berdasarkan hal-hal ini dan sifat kimia modern yang terorganisir baik dan sistematik
metodologinya, akar sebenarnya kimia modern mungkin dapat ditemui di filosofi Yunani
kuno.
Jalan dari filosofi Yunani kuno ke teori atom modern tidak selalu mulus. Di Yunani kuno,
ada
perselisihan yang tajam antara teori atom dan penolakan keberadaan atom. Sebenarnya, teori
atom
tetap tidak ortodoks dalam dunia kimia dan sains. Orang-orang terpelajar tidak tertarik pada
teori
atom sampai abad ke-18. Di awal abad ke-19, kimiawan Inggris John Dalton (1766-1844)

2.melahirkan ulang teori atom Yunani kuno.

Bahkan setelah kelahirannya kembali ini, tidak semua


ilmuwan menerima teori atom. Tidak sampai awal abad 20 teori ato, akhirnya dibuktikan
sebagai
fakta, bukan hanya hipotesis. Hal ini dicapai dengan percobaan yang terampil oleh kimiawan
Perancis Jean Baptiste Perrin (1870-1942). Jadi, perlu waktu yang cukup panjang untuk
menetapkan dasar kimia modern.
Sebagaimana dicatat sebelumnya, kimia adalah ilmu yang relatif muda. Akibatnya, banyak
yang
masih harus dikerjakan sebelum kimia dapat mengklaim untuk mempelajari materi, dan
melalui
pemahaman materi ini memahami alam ini. Jadi, sangat penting di saat awal pembelajaran
kimia
kita meninjau ulang secara singkat bagaimana kimia berkembang sejak kelahirannya.

a Teori atom kuno

Sebagaimana disebut tadi, akar kimia modern adalah teori atom yang dikembangkan oleh
filsuf
Yunani kuno. Filosofi atomik Yunani kuno sering dihubungkan dengan Democritos (kira-kira
460BC- kira-kira 370 BC). Namun, tidak ada tulisan Democritos yang tinggal. Oleh karena
itu,
sumber kita haruslah puisi panjang “De rerum natura” yang ditulis oleh seniman Romawi
Lucretius
(kira-kira 96 BC- kira-kira 55 BC).
Gambar 1.1 Dunia atom Democritos. Sayang, kita tidak dapat menduga gambaran atom
seperti yang
dibayangkan oleh Democritos. Kimiawan Jerman telah menyarankan gambaran atom
sebagaimana
dibayangkan Democritos. (a) atom zat yang manis (b) zat yang pahit (direproduksi dari: F.
Berr, W. Pricha,
Atommodelle, Deutsches Museum, 1987.)

b Teori atom Dalton

Di awal abad ke-19, teori atom sebagai filosofi materi telah dikembangkan dengan
baik oleh
Dalton yang mengembangkan teori atomnya berdasarkan peran atom dalam reaksi kimia.
Teori
atomnya dirangkumkan sebagai berikut:
Teori atom Dalton:
(i) partikel dasar yang menyusun unsur adalah atom. Semua atom unsur tertentu identik.
(ii) massa atom yang berjenis sama akan identik tetapi berbeda dengan massa atom unsur
jenis
lain.
(iii) keseluruhan atom terlibat dalam reaksi kimia. Keseluruhan atom akan membentuk
senyawa.
Jenis dan jumlah atom dalam senyawa tertentu tetap.
Dasar teoritik teori Dalton terutama didasarkan pada hukum kekekalan massa dan hukum
perbandingan tetap1, keduanya telah ditemukan sebelumnya, dan hukum perbandingan
berganda2
yang dikembangkan oleh Dalton sendiri.

2.2 UNSUR

Unsur merupakan zat tunggal yang secara kimia tidak dapat diuraikan
menjadi zat lain. Beberapa contoh unsur adalah oksigen, nitrogen, hirogen, besi,
aluminium, emas, perak, raksa, dan sebagainya.

A. SISTEM PERIODIK UNSUR

Sistem periodic unsur adalah suunan unsur unsur erdasarkan urutan nomor,
atom, dan kemiripan sifat unsur-unsur tersebut. Sisem periodic unsur (table
periodik) modern yang saat ini digunakan didasarkan pada table yang
dipublikasikan oleh Dimitri Mendeleev pada tahun 1869.
B. Sifat-Sifat Unsur Logam

Sifat-sifat unsur logam yang diantaranya ialah :

 Berwujud padat pada suhu kamar ( 25 derajat celcius ) , kecuali raksa


 Dapat menghantarkan arus listrik
 Mengkilap
 Dapat ditempa dan dibentuk
 Memiliki titik didih dan titik leleh yang tertinggi.

Contoh dari unsur logam yaitu : besi, tembaga, emas, platina, raksa

C. Sifat-Sifat Unsur Non Logam


Sedangkan sifat-sifat yang dimiliki unsure non logam ialah

 Ada yang berwujud padat, cair maupun gas


 Tidak dapat menghantarkan arus listrik
 Tidak mengkilap
 Tidak dapat ditempa dan dibentuk
 Memiliki titik didih dan titik leleh yang rendah.

Contoh dari unsur non logam yaitu : Karbon, neon, oksigen, nitrogen, dan
hydrogen.

Unsur logam dan nonlogam dapat dibedakan dari nama ilmiahnya : unsur yang
namanya berakhir denga ium atau umadalah logam, kecuali helium, selenium, dan
telurium. Unsur yang merupakan peralihan dari logam ke nonlogam mempunyai baik
sifat logam maupun sifat nonlogam, disebut juga unsur metanoid. Contohnya adalah
silikon, boron, dan arsen.
2.3 PENGERTIAN MINERAL

A.Mineral Silikat

        Mineral silikat adalah mineral yang memiliki unsure pembentuknya yaitu silica ( SiO2 ),
yang merupakan hasil pembekuan magma. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah
dari kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan
beberapa unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-
Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman
2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu
sedimen, batuan beku maupun batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk batuan yang
umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-
ferromagnesium.
Mineral silikat ferromagnesian adalah mineral silikat yang mengandung ion besi dan atau
magnesium di dalam struktur mineralnya. Mineral-mineral silikat yang tidak mengandung
ion-ion besi dan   magnesium disebut mineral non feromagnesian. Mineral-mineral silikat
feromegnesian dicirikan oleh warnanya yang gelap dan mempunyai berat jenis antara 3,2
sampai 3,6. Sebaliknya mineral-mineral silikat non feromagnesian pada umumnya
mempunyai warna terang dan berat jenis rata-rata 2,7. perbedaan tersebut terutama
disebabkan oleh ada tidaknya unsur besi didalam mineral tersebut.

B.     Mineral Non silikat


Mineral non silikat adalah kelompok mineral yang unsure pembentuknya bukan dari
silica.
Berikut ini adalah mineral – mineral yang yang non silikat :
a.Mineral Sulfida

 Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Pada umumnya unsure utamanya
adalah logam (metal). Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar
wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Unsur utama yang
bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur
yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat
terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan
sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas).
Beberapa ciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya
umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang
rendah.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pyrite (FeS3), Chalcocite
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS) dan proustite (Ag3AsS3). Dan termasuk juga
didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga sulfosalt.

b.Mineral oksida dan hidroksida

Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan
unsur tertentu. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali
silikat. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan
aluminium.
. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan limonite
(Fe2O3.H2O).

c.Mineral Carbonat

Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”, umpamanya


persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai mineral
“kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen. Carbonat
terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat juga terbentuk pada
daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua (caves), stalaktit, dan
stalagmite.
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite
(CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan
borat adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).
d..Mineral Sulfat

Mineral sulfat adalah kombinasi logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan
mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya,
kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite (calcium
sulfate), Celestine (strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan gypsum.

C. Sifat Fisik Mineral

1. Kilap

Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan


mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi :
a.Kilap Logam (metallic luster)

Bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti logam. Contoh
mineral yang mempunyai kilap logam antara lain galena, pirit, magneti, kalkopirit,
grafit, hematit.
b.Kilap Bukan Logam (non metallic luster),

terbagi atas:
1.Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
2.Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
3.Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyerupai sutera pada umumnya terdapat
pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan
gips.
4.Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada
spharelit.
5.Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada
serpentin,opal dan nepelin.
6.Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan
limonit.

2.Warna

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak
dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari
satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Beberapa
mineral yang mempunyai warna khas, seperti:

a. Putih                 :  Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky


Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
b. Kuning            : Belerang (S)
c. Emas               : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Emas (Au)
d. Hijau       :  Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu
CO3Cu(OH)2)
e. Biru                 :  Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
f. Merah              : Jasper, Hematit (Fe2O3)
g. Coklat              : Garnet, Limonite (Fe2O3)
h. Abu-abu           : Galena (PbS)
i. Hitam               : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit
j.

3.Kekerasan

Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Mineral yang mempunyai


kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar
kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari
Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala
1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .
Skala Kekerasan Mohs :

Skala Mineral Rumus Kimia


Kekerasa
n
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan
kekerasan dari alat penguji standar :

Alat Penguji Derajat Kekerasan


Mohs
Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7
Kuarsa 7
 

4.Cerat

Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat diperoleh
apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau membubuk suatu
mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Warna cerat untuk mineral
tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya :
a. Pirit : keemasan, jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna hitam.
b. Hematit : merah, bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak
berwarna merah kecoklatan.
c. Augite :  abu-abu kehijauan
d. Biotite :  tidak berwarna
e. Orthoklase :  putih
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan,
sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral (Sapiie, 2006).

5.Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih
arah tertentu. Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga arah
belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan.  Berikut contoh mineralnya:

a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.


b. Belahan dua arah, contoh   : feldspar.
c. Belahan tiga arah, contoh    : halit dan kalsit.

6.Pecahan

Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak
teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari
sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar.
Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
a. Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan,
seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
b. Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit,
hipersten
c. Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh
pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
d. Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar,
contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
e. Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan
runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

7.Bentuk

Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan
oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal disebut
mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf
(Danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:


a.  Bangun kubus                     : galena, pirit.
b.  Bangun pimatik                  : piroksen, ampibole.
c.  Bangun doecahedon         : garnet
Mineral amorf misalnya         : chert, flint.

Struktur :

a. Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang
mempunyai dimensi sama, isometrik.
b. Struktur kolom : terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma
tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau
struktur berserat.
c. Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran.
d. Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda lain.
e. Bentuk kristal mencerminkan  struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk
pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).

8.Berat Jenis

Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume minera


l.
9.Sifat Dalam

Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong,


menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini antara lain :

a. Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bisa dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas,
kalsit, pirit.
b. Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas,
tembaga.
c. Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh gypsum.
d. Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah
bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.

10.Kemagnitan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic bila
mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-mineral
yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic.

11.Kelistrikan

Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus atau
londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi
istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas
tertentu.

12.Daya lebur mineral

Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan dengan


membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan.
BAB III

2.3 MAGMATISME

Magmatisme adalah seluruh kegiatan magma, mulai dari saat peleburan, proses
ketika magma naik ke permukaan bumi, sampai membeku membentuk batuan.
Magma yaitu massa silikat pijar, panas, bersuhu tinggi (± 1200ºC), mudah bergerak(mobile),
mengandung gas yang terdiri dari uap air, karbon dioksida, nitrogen, sulfur,dan sisanya
klorida, hydrogen, daan argon yang terbentuk secara alami di dalam bumi.
Magma memiliki komposisi kimianya tersendiri menurut deratan reaksi bowen komposisi
magma dengan suhu yang lebih tinggi memiliki komposisi besi yang dominan yang bersifat
basa (pH>7) misalnya Olivin, Piroksen dan sebagainya, sedangkan yang bersuhu rendah
memiliki komposisi kimia yang bersifat asam (pH<7) contohnya muskovit, kuarsa, feldspar
dan sebagianya.

Magma dapat bergerak akibat dari sifatnya yang volatil akibat dari perubuhan suhu,
semakin kemenuju daerah teristerial magma akan mengalami pembekuan. Akibat dari
pembekuan itu terbentuklah daerah daratan yang ada pada permukaan bumi ini tempat kita
berpijak.
Dari pergerakkan magma yang dipengaruhi oleh arus konveksi, lempeng-lempeng mengalami
pergerakkan yang sehingga menimbulkan adanya hubungan antar-lempeng itu baik divergen,
konvergen maupun transform.
A. Seri Reaksi Bowen

Penemu reaksi Bowen adalah Norman Bowen. Norman Bowen terkenal di kalagan
Geologi karena beberapa eksperimen yang dilakukannya pada tahun 1920 an dan 30an.
Melalui eksperimennya, ia menemukan bahwa mineral mengkristal secara berbeda saat
mereka mendingin. Hasil penelitiannya memberikan kita pemahaman tentang seri reaksi
Bowen yang merupakan rangkaian kristalisasi magma saat pendinginan terjadi.

• Discontinuous Series

Saat Bowen menggali pemahamannya tentang proses kristalisasi, dia menyadari


bahwa ada dua urutan yang dapat terjadi pada sebuah mineral. Ini disebut seri kontinyu dan
seri tidak kontinyu. Dalam gambar di bawah terlihat, seri terputus-putus ada di sebelah kiri
dan mengandung mineral yang tinggi kadar besi dan magnesium. Kita juga dapat memahami
bahwa rangkaian reaksi ini berkembang selama penurunan suhu.

Diagram Reaksi Bowen

• Diagram Bowen

Lihat gambar di atas, ketika mengikuti cabang di sebelah kiri, kita melihat bahwa
pada suhu yang sangat tinggi, olivin adalah mineral pertama yang terbentuk. Dengan kata
lain, mineral olivin tinggi yang kadar besi dan magnesium cenderung membeku pada suhu
yang sangat tinggi. Kemudian saat magma mulai mendingin, beberapa olivin menjadi
piroksen. Seiring kemajuan dalam urutan pendinginan, piroksen berubah menjadi amphibol
dan akhirnya amphibol berubah menjadi biotit.
Kamu mungkin sering menggunakan akronim untuk mengingat seri reaksi
diskontinyu ini seperti 'Olive Pits Are Bitter'. Setiap langkah dari serial diskontinyu
merupakan perubahan yang sangat berbeda dengan penciptaan mineral baru, jadi perubahan
itu bukanlah arus kontinyu yang teratur namun merupakan proses yang tidak
berkesinambungan. Dengan terbentuknya biotit, seri diskontinyu secara resimi berakhir
namun bisa saja ada kelebihan magma yang belum sepenuhnya mengkristal dan tergantung
pada karateristik kimia magma. Misalnya magma cair panas bisa terus mendingin dan
membentuk potasium feldspar muskovit atau kuarsa.

• Continuous Series
Seri reaksi kontinyu terjadi bersamaan dengan seri diskontinyu. Dengan cabang yang terus-
menerus, kita melihat reaksi tersebut memiliki lebih banyak reaksi aliran atau berkelanjutan.
Dengan seri berkelanjutan kita melihat mineral plagioklas. Seri ini dimulai dengan mineral
suhu tertinggi yaitu plagioklas yang kaya kalsium.

Saat magma mendingin, kalsium diganti dengan sodium. Tapi hal ini terjadi dalam
aliran campuran kalsium dan natrium. Jadi plagioklas di tengah rangkaian bisa dianggap
mengandung sekitar 50% kalsium dan 50% yodium. Di bagian bawah seri kita melihat
plagioklasi kaya sodium.

Dengan melihat "c" atau calsium hadir lebih awal dari "s" atau sodium maka kamu
dapat menyebut pagioklas kaya kalsium berada di urutan paling atas dan yang kaya sodium
berada di urutan paling bawah.

B. Diferensiasi Magma

Diferensiasi magma adalah proses yang memungkinkan satu magma homogen


menghasilkan bermacam-macam batuan beku yang secara kimiawi berbeda. Proses ini terjadi
pada saat magma mulai mendingin, terjadilah kristal-kristal mineral pada suhu yang tinggi.
Akibat gaya gravitasi, kristal-kristal yang terbentuk lebih dulu akan mengendap.dan
demikianlah seterusnya sehingga terjadilah pemisahan kristal yang mengakibatkan komposisi
magma induknya berubah. Hasilnya adalah batuan beku lain dengan komposisi berbeda.
Yang termasuk dalam diferensiasi magma antara lain:

1. Fraksinasi Kristal

Komposisi cairan magma dapat berubah sebagai hasil dari kristal dan magma tersebut
pada saat kristal terbentuk. Kondisi ini terjadi dalam semua kasus kecuali pada komposisi
eutetik. Kristalisasi mengakibatkan komposisi magma berubah dan jika kristal dipindahkan
oleh suatu proses maka akan muncul komposisi magma baru yang berbeda dengan magma
induk. Dan mineral yang dihasilkan merupakan mineral baru atau mineral solid solution yang
telah mengalami perubahan. Fraksinasi kristal juga dapat menghasilkan komposisi larutan
yang berbeda dari kristalisasi normal yang dilakukan oleh magma induk.
Untuk menghasilkan fraksinasi Kristal dibutuhkan suatu mekanisme alami yang dapat
memisahkan kristal dari magma atau memisahkan kristal tersebut sehingga tidak lagi bereaksi
dengan magma. Mekanisme yang terjadi secara alami antara lain:

• Crystal Setling.

Umumnya kristal yang terbentuk dari suatu magma akan mempunyai densitas yang
berbeda dengan larutannya, antara lain:

1. gravity settling:
Kristal-kristal yang mempunyai densitas lebih besar dari larutan akan tenggelam
dan membentuk lapisan pada bagian bawah tubuh magma (tekstur kumulat atau
tekstur berlapis pada batuan beku).
2. Crystal floating:
Kristal-kristal yang mempunyai densitas lebih rendah dari larutan akan
mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas tubuh magma. Kristal-
kristal tersebut kaya akan unsur silik.

• Filter pressing,

yaitu suatu mekanisme yang digunakan untuk memisahkan larutan dari larutan
Kristal. Dalam filter settling Kristal dengan konsentrasi cairan yang tinggi, cairannya akan
dipaksa keluar dari ruang antar Kristal, hal ini dapat dicontohkan ketika kita sedang meremas
spons yang berisi air. Mekanisme ini sulit untuk diketahui karena:

1. Tidak seperti spons matriks Kristal getas dan tidak dapat mengubah bentuk dengan
mudah untuk menekan cairan keluar.
2. Dibutuhkan retakan pada Kristal untuk memindahkan cairan. Filter settling adalah
suatu metode umum yang digunakan dalam memnisahkan Kristal dari larutan pada proses-
proses industri tetapi belum ditemukannya yang terjadi secara alami.

3. Liquid immiscibility

Proses ini disebabkan oleh perpindahan atau menghilangnya kandungan gas, sehingga
terjadi pemisahan fraksi-fraksi hablur atau mineral berdasarkan komposisinya masing-
masing. Pelepasan kandungan gas menjadi semakin meningkat dekat makin dekatnya magma
tersebut ke permukaan.
Berdasarkan proses diferensiasi magma itulah, magma induk yang sama dapat menghasilkan
beberapa jenis batuan yang berbeda. Misalnya saja magma induk berupa magma basa, jika
mengalami diferensiasi magma, maka akan terbentuk tiga jenis batuan beku berupa batuan
beku basa, batuan beku intermedier, dan batuan beku asam.
D. Proses Terjadinya Magma

Magma sebagai salah satu kandungan yang ada di dalam bumi ini tidak muncul
dengan sendirinya dengan begitu saja. Magma ini bisa terbentuk karena adanya proses yang
berlangsung di dalam Bumi, seperti halnya guyot yang mengalami proses terbentuknya
guyot. Pembentukan magma ini tidak lepas dari litosfer yang merupakan suatu jenis lempeng
Bumi. Proses pembentukan magma ini melibatkan dua lempeng litosfer yang saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Magma ini merupakan sesuatu yang terbentuk sebagai akibat dari peristiwa pembenturan
antara dua lempeng litosfer. Salah satu lempeng yang berbenturan tersebut menunjam dan
menyungsup ke dalam astenosfer. Kedua lempeng litosfer yang saling berinteraksi tersebut
kemudian mengalami pergesekan. Karena adanya pergesekan ini maka akan meningkatkan
suhu dan juga tekanan di antara dua lempeng litosfer yang saling berinteraksi tersebut.
Peningkatan suhu dan tekanan tersebut akan ditambah dengan adanya air yang berasal dari
sedimen- sedimen samudera, dan hal ini akan diikuti oleh proses peleburan sebagian dari
lapisan litosfer tersebut, dan terbentuklah magma.

1. Dua lempeng Bumi (lempeng litosfer) mengalami peristiwa pembenturan.


2. Salah satu dari kedua lempeng tersebut menunjam dan menyungsup ke dalam
astenosfer.
3. Kedua lempeng litosfer tersebut mengalami pergesekan.
4. Pergesekan tersebut meningkatkan suhu dan juga tekanan di antara kedua lempeng
tersebut.
5. Suhu dan tekanan yang tinggi ini akan disertai air yang berasal dari sedimen dan
diikuti oleh peleburan bagian dari litosfer. Hal inilah yang dinamakan magma.
Asal usul magma terbentuk dalam beberapa cara yang berbeda, hal ini disebabkan oleh
perbedaan struktur, suhu dan tekanan antara lapisan mantel bumi dan kerak bumi. Ada tiga
proses pembentukan magma, yaitu decompression melting, transfer panas dan flux melting.

a.Decompression melting

Decompression melting merupakan pergerakan komponen penyusun mantel bumi


yang panas ke atas. Material panas ini naik ke atas yang tekanannya lebih rendah melalui
konveksi panas. Menurut hukum fisika, tekanan berbanding lurus dengan titik lebur. Daerah
dengan tekanan lebih rendah juga memiliki titik lebur lebih rendah. Dekompressi (penurunan
tekanan) di atasnya membuat lapisan mantel yang solid meleleh menjadi magma.
Decompression melting umumnya terjadi didaerah divergent, dimana lempeng tektonik saling
terpisah. Pergerakan lempeng itu menyebabkan magma yang ada di bawahnya bergerak
mengisi ruang kosong di atasnya. Magma kemudian membeku mebentuk batuan beku yang
menyusun lapisan baru dari kerak bumi.
Decompression melting juga terjadi di daerah bulu mantel, yaitu lorong-lorong yang terdiri
dari material panas dari inti bumi menuju kerak bumi yang lebih rendah tekanannya. Bila
berada di bawah permukaan laut, bulu mantel yang disebut magma ini mendorong magma ke
dasar laut. Proses yang berlangsung selama jutaan tahun ini membentuk pulau vulkanik
tengah laut.

b.Transfer Panas

Magma juga dapat terbentuk ketika energi panas dari batuan cair mengintrusi lapisan
kerak bumi yang dingin. Saat batu cair ini membeku, ia juga menyebarkan panas ke
sekelilingnya. Akibatnya batuan di sekitarnya meleleh dan membentuk magma.
Transfer panas terjadi daerah konvergen, dimana lempeng-lempeng tektonik bergerak dan
bertubrukan. Batu-batu cair yang ada di bawah lempeng tektonik mempengaruhi lapisan
dingin di atasnya. Proses ini menyebakan panas dan menciptakan magma. Selama jutaan
tahun, magma di bawah zona subduksi ini berubah membentuk busur vulkanik, yaitu
rangkaian gunung berapi aktif yang ada di daerah konvergen.

c.Flux Melting

Flux melting terjadi saat air dan karbondioksida ditambahkan pada batuan. Kedua
senyawa ini menyebabkan batu meleleh pada suhu yang lebih rendah dari biasanya. Flux
melting menciptakan magma pada daerah-daerah, yang kalau dilihat dari suhu dan
tekanannya seharusnya masih berbentuk batuan (belum meleleh).
Seperti Transfer Panas, Flux melting juga terjadi di daerah konvergen (zona subdiksi). Dalam
hal ini, air yang menutupi dasar laut di daerah subduksi akan menurunkan titik lebur mantel
bumi. Hal ini membuat magma naik ke permukaan.

E. Suhu Magma

Magma adalah kandungan dari perut Bumi. Seperti yang kita ketahui bersama
bahwasannya inti bumi ini mempunyai suhu yang sangat tinggi. Hal ini mengindikasikan
bahwa magma juga mempunyai suhu yang sangat tinggi atau sangat panas. Biasanya magma
ini mempunyai suhu sekitar 700 hingga 1300 derajat Celcius.
Magma yang sudah berada di permukaan Bumi atau kerak bumi disebut sebagai lava.
biasanya magma keluar dari dalam perut Bumi menuju ke permukaan Bumi melalui gunung
berapi yang mengalami erupsi. Erupsi gunung berapi ini terjadi secara berkala dan
mempunyai dampak letusan gunung berapi masing- masing, biasanya setiap gunung berapi
mempunyai siklusnya masing- masing.

F. Lingkungan Pembentuk Magma

Proses pembentukan magma memang dilakukan di dalam Bumi. Namun, daerah atau
lingkungan pembentukan magma yang ada di dalam Bumi ini berbeda- beda. Artinya,
beberapa magma diproduksi dalam lingkungan yang berbeda- beda. Lingkungan
pembentukan magma ini biasanya akan sangat berpengaruh pada komposisi magma tersebut.
Lingkungan pembentuk magma ini terdiri dari beberapa macam. Beberapa macam
lingkungan pembentuk magma tersebut antara lain:

• Zona subduksi
• Zona retak
• Mid- oceanic ridges
• Hotspot
Kandungan Magma

Magma merupakan cairan batu yang berada di dalam Bumi. Magma yang bersifat
panas ini mempunyai banyak sekali kandungan zat- zat yang ada di dalamnya. Hanya saja,
penelitian tentang kandungan yang ada di dalam magma hanya bisa diteliti melalui batuan
beku yang menyusun magma tersebut. Hal ini karena ketidakmungkinan mengambil sampel
magma yang berada di dalam perut Bumi dan sifatnya sangat panas tersebut.
Beberapa kandungan di dalam magma diketahui bahwa itu merupakan zat kimia. Komposisi
yang menyusun magma ini trebilang sangat kompleks. Sekitar 99% dari magma ini tersusun
dari 10 unsur kimia, antara lain Silikon (Si), Titanium (Ti), alumunium (AI), besi (Fe),
magnesium (Mg), kalsium(Ca), natrium (Na), kalium (K), hidrogen (H) dan oksigen (O).
Walaupun ada banyak sekali elemen yang menyusun magma, secara umum akan menemukan
bahwasannya SiO2 lah yang paling banyak mendominasi dalam komposisi magma. Jika kita
prosentasikan jumlahnya, maka SiO2 ini menyusun paling banyak magma, yakni lebih dari
50% dari berat magma. Kemudian 44% dari berat magma ditempati oleh AI2O3, FeO, MgO,
CaO. Sisanya adalah Na2O, K2O, TiO2, dan H2O yang menyusun sekitar 6% dari berat
magma.

G. Tipe Magma

Sebagai salah satu isi dari perut Bumi, magma ini ternyata memiliki beberapa tipe
yang berbeda- beda antara satu dengan yang lainnya. Tipe magma ini dilihat berdasarkan
kandungan SiO2. Berdasarkan kategori ini, magma dibedakan menjadi tiga macam tipe,
yakni:
a. Magma Basaltik atau Basaltic Magma
Magma yang mempunyai kandungan SiO2 sebanyak 45 hingga 55% berat, kandungan
Fe dan Mg tinggi, serta kandungan K dan juga Na rendah.

b. Magma Andesitik atau Andesitic Magma


Magma yang memiliki kandungan SiO2 sebesar 55 hingga 65% dari berat,
mempunyai kandungan Fe, Mg, Ca, Na, dan K dalam jumlah yang sedang atau menengah.
c. Magma Riolitik atau Rhyolitic Magma
Magma yang mempunyai kandungan SiO2 sebanyak 65 hingga 75% persen dari berat,
kemudian juga memiliki kandungan Fe, Mg, dan Ca dalam jumlah rendah, dan mempunyai
kandungan K dan Na yanh tinggi.
H. Tujuh Busur Magmatisme

1. Mid Ocenic Ridge (MOR ZONE)

Zona More merupakan perpisahan antara dua lempeng samudra yang saling menjauh
yang diakibatkan dari pergerakkan lempeng secara konvergen sehingga magma dapat
menimbus daerah ini sehingga menjadi batuan. Biasanya litologi pada zona MOR ini bersifat
Basa yang biasanya daerah lempeng Samudra memiliki sifat basa yang sangat tinggi.

2. Continental Ridge Zone

Hampir sama dengan zona MOR yang menbedakan hanya pada daerah tempatnya terjadi
Continental Ridge Zone terjadi pada daerah daratan yang dibisa membentuk geomorfologi
berubuah lembah atau tebing yang sangay tinggi. Litologi pada zona ini biasanya bersifat
asam (andesit,rhyolit,dasit dll)

3. Vulkanic Arc

Vulkanic arc ialah bertemunya kedua lempeng samudra dengan lempeng benua sehingga
salah satu lempeng menyusup kearah dalam akibat dari gaya yang saling tertumbrukan.
Biasanya lempeng samudra akan menyusup kebawah lemepeng benua , dikarenakan densitas
dari lempeng samudra lebih tinggi dari lempeng benua. Dari tambrakan kedua lempeng ini
memunculkan aktivitas magma yang sangat tinggi sehingga menimbus lempeng benua yang
menjadi daerah-daerah vulkanic. Litologi pada daerah ini biasa berifat Intermediat hingga
asam.

4. Island Arc

Dari pergerakkan lempeng secara tranform juga dapat menculkan daerah darat yang
disebut dengan island arc. Disebut dengan island arc karena akibat dari aktivitas pergerakkan
lempeng ini memuculkan suatu penjajaran pulau-pulau yang memiliki sifat vulkanisme yang
tinggi. Contoh dari bentukan island arc ini ialah didaerah hawai. Biasanya Island Arc akan
memiliki sifat komposisi magma yang basa.
5. Back Arc BasinBack arc basin

adalah suatu bentuk dari aktivitas magmatisme yang dapat muncul pada daerah belakang
suatu daratan yang terkena daerah subduksi sehingga mengenai dampat untuk munculnya
aktivitas magmatisme. Biasanya magma bersifat intermediet atau asam.

6. Oceanic Interplate

Suatu magma yang dapat menerebos langsung lempeng samudra menuju kepermukaan
yang berada didaerah samudra. Litologi biasanya akan bersifat basa.
7. Continental Interplayte.

Kejadian sama dengan Oceanic Interplate namun ini terjadi pada lempeng benua yang
berada didaratan. Biasanya litologi akan bersifat basa hingga asam.
I. Bentuk Intrusi Magma

Intrusi magma atau disebut juga plutonisme, merupakan pergerakan magma


memasuki celah-celah kulit bumi, namun tidak sampai naik ke permukaan. Intrusi magma
yang merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh magma, ternyata mempunyai
berbagai macam bentuk. Menurut jenisnya, intrusi magma terbagi menjadi beberapa macam
intrusi magma yang tentunya terjadi di bawah permukaan Bumi. Bentuk-bentuk intrusi
magma antara lain sebagai berikut:

1. Batolit

Bentuk atau jenis dari intrusi magma yang pertama adalah batolit. Mengenai batolit ini
pasti dari kita sudah sangat sering mendengarnya. Batolit merupakan batuan beku yang
terbentunya di dalam dapur magma. Batolit ini terbentuk sebagai akibat dari penurunan suhu
yang terjadi sangat lambat. Atau dengan kata lain, batolit ini merupakan sebuah intrusi
magma yang berada di dekat dengan dapur magma . Sehingga dapat kita ketahui bersama
bahwasannya batolit merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan sebuah intrusi
yang terjadi di dekat dapur magma yang merupakan tempat magma berada.

2.Lakolit

Jenis atau bentuk dari intrusi magma yang kedua adalah lakolit.Lakolit juga
merupakan salah satu bentuk dari aktivitas magma. Yang dimaksud dengan lakolit yakni
merupakan magma yang menyusup di antara lapisan- lapisan batuan yang menyebabkan
lapisan batuan yang berada di atasnya menjadi terangkat sehingga akan menyerupai lensa
cembung. Sementara permukaan yang berada di atasnya tetap rata atau datar.

3.Sill

Bentuk intrusi magma yang selanjutnya adalah Sill. Yang dimaksud dengan Sill
adalah lapisan magma yang tipis yang menyusup di antara lapisan- lapisan batuan yang ada di
bawah permukaan Bumi. Ya, karena intrusi magma sendiri merupakan istilah yang
menggambarkan kegiatan material- material yang ada di bawah permukaan Bumi.

4.Diaterma
Bentuk intrusi magma yang selanjutnya atau yang keempat adalah diaterma. Istilah
diaterma pasti juga sudah banyak didengar oleh kita semua karena istilah diaterma ini sangat
erat kaitannya dengan bumi dan aktivitas yang ada di dalamnya. Yang dimaksud dengan
diatrema merupakan batuan yang mengisi pipa letusan.
Pipa letusan sendiri mempunyai bentuk silinder, yang terdapat mulai dari dapur magma
sampai dengan ke permukaan Bumi. Pipa letusan juga merupakan jalan atau pengubung yang
menghubungkan antara magma yang ada di dapur magma dengan permukaan Bumi. Pipa
letusan ini biasanya terdapat di dalam gunung berapi yang masih aktif. Pipa ini berupa tabung
memanjang yang berasal dari dapur magma hingga tembus ke mulut gunung berapi, dan
apabila magma keluar maka disebut dengan erupsi.

5.Intrusi Korok atau Gang

Selain batolit, lakolit, sill dan juga diaterma, masih ada bentuk lain dari intrusi
magma. Bentuk lain lagi dari intusi magma disebut dengan intrusi korok atau disebut juga
dengan gang. intrusi korok atau yang disebut juga dengan gang adalah batuan hasil intrusi
magma yang memotong lapisan- lapisan litosfer yang berbentuk pipih atau berbentuk
lempeng.
Apabila kita menelaah pengertian dari intrusi korok atau gang ini maka akan sedikit mirip
dengan sill. Namun keduanya mempunyai perbedaan yang cukup mencolok. Perbedaan
tersebut terletak pada posisinya. Adapun Sill merupakan batuan beku yang terdapat di antara
2 lapisan batuan. Sementara intrusi korok atau gang merupakan batuan beku yang terbentuk
dari intrusi magma yang mempunyai bentuk pipih yang mana posisinya memotong antar
lapisan- lapisan batuan yang menyusun permukaan Bumi.

6.Apolisa

Bentuk yang terakhir dari intrusi magma dikenal dengan nama Apolisa. Apolisa
merupakan sebutan bagi semacam cabang dari intrusi korok atau yang dikenal juga dengan
intrusi gang, namun ukurannya lebih kecil atau percabangan dari magma yang ukurannya
kecil atau yang sering juga disebut dengan urat- urat magma.

J. Akibat Intrusi Magma

Intrusi magma, mengakibatkan terbentuknya beberapa jalur, lubang, dan relief di


dalam bumi. Beberapa bentuk yang dihasilkan oleh instrusi magma adalah batolit, lakolit, sill,
diaterma, korong, dan apolisa. Kesemua bentuk ini, hanya ada di dalam bumi, akan tetapi
mampu memberikan pengaruh pada permukaan bumi.
• Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di sekitar dapur magma. Batuan ini
tersentuk akibat pendinginan magma yang terjadi di sekitar dapur magma.
• Diaterma adalah papa yang menjadi saluran keluar magma saat meletus. Pipa ini
terbuat dari batuan yang bolong akibat magma yang melewatinya dan menembusnya.
• Korong adalah batuan beku yang terbentuk di lapisan lithosfer. Proses terjadinya
korong sama dengan sill.

2.5 VULKANISME

VULKANISME

A. PENGERTIAN

Vulkanisme merupakan peristiwa yang berhubungan dengan aktivitas gunung api,


yakni pergerakan magma dari dalam litosfer  yang menyusup ke dalam lapisan yang lebih
atas atau sampai ke permukaan bumi. Dengan kata lain semua peristiwa yang berhubungan
dengan magma yang keluar hingga mencapai ke permukaan Bumi melalui retakan
dalam kerak umi atau melalui sebuah pita sentral yang disebut dengan terusan kepundan atau
diatrema.

Di dalam litosfer, magma  menempati suatu kantong magma yang dinamakan dengan
dapur magma atau disebut juga dengan batholit. Dapur magma ini berada di kedalaman yang
bervariasi di dalam perut bumi. Ada dapur magma yang berada di kedalaman yang sangat
dalam, namun ada pula dapur magma yang berada dekat dengan permukaan bumi.
Kedalaman dapur magma merupakan penyebab perbedaan kekuatan letusan gunung berapi
yang terjadi. Pada umumnya, semakin dalam letak dapur magma dari permukaan bumi maka
letusan yang terjadi juga akan semakin kuat. Lama aktivitas gunung berapi bersumber dari
magma ditentukan oleh besar kecilnya volume yang ada di dapur magma. Dan dapur magma
merupakan sumber dari aktivitas- aktivitas vulkanik yang terjadi. Magma yang keluar sampai
dengan ke permukaan Bumi disebut dengan lava. Magma dapat bergerak naik karena
memiliki suhu yang tinggi dan juga mengandung gas- gas yang memiliki cukup energi untuk
dapat mendorong batuan yang berada di atasnya.

B.EKSTRUSI MAGMA

Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan


Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan ada
retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat dahsyat. Ekstrusi magma
inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api.

Aktivitas ekstrusi magma ini akan mengeluarkan berbagai material. Beberapa material yang
dikeluarkan dari aktivitas ekstrusi magma antara lain adalah:

 Lava, yakni magma yang keluar sampai ke permukaan Bumi dan mengalir
hingga ke permukaan Bumi.
 Lahar, yaitu material campuran antara lava dan juga materi- materi yang
terdapat di permukaan Bumi berupa pasir, kerikil atau bahkan debu dengan air
sehingga membentuk lumpur.
 Eflata dan piroklastika, yakni material padat berupa bom, lapili, kerikil, dan
juga debu vulkanik.
 Ekhalasi atau gas, yakni material berupa gas asam arang, seperti fumarol yakni
uap air dan zat lemas), solfatar atau sumber gas belerang, dan mofet gas asam
arang.

Letusan gunung berapi ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:

1.Erupsi efusif, merupakan erupsi yang berupa lelehan lava melalui retakan atau lubang
kawah dari suatu gunung berapi.

2.Erupsi eksplosif, yakni merupakan erupsi yang berupa ledakan dengan mengeluarkan
bahan- bahan padat atau eflata berupa bom, lapili, kerikir dan juga debu vulkanik bersamaan
dengan gas dan juga fluida.

Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan.Oleh
karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum ekstrusi magma dibagi
dalam tiga macam, yaitu:

1. Ekstrusi linear
Peristiwa letusan gunungapi ketika magma yang dikandungnya keluar melalui
retakan yang memanjang seperti sebuah garis. Fenomena alam yang tampak di muka
Bumi akibat erupsi linear adalah deretan gunungapi yang memanjang, seperti terdapat
di Laki Spleet (Islandia) dengan panjang rekahan mencapai 30 kilometer dan deretan
gunung  api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2.Ekstrusi Areal

Jenis erupsi ketika dapur magma letaknya sangat dekat dengan permukaan
bumi sehingga mampu membakar dan melelehkan lapisan batuan di sekitarnya sampai
membentuk lubang yang sangat besar. Lava yang keluar melalui lubang kepundan
yang sangat besar ini kemudian mengalir ke wilayah yang sangat luas di sekitarnya.
Contohnya antara lain wilayah antara Argentina sampai Paraguay di Amerika
Selatan.. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya
mencapai 10.000 km².

1. Ekstrusi Sentral
Jenis erupsi ketika material gunung api keluar melalui sebuah lubang atau pusat
erupsi sehingga membentuk kerucut gunungapi yang berdiri sendiri (single volcano)
dengan kata lain magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan membentuk
gunung-gunung yang terpisah. Erupsi sentral merupakan tipe letusan yang paling banyak
dijumpai di muka bumi. Hampir semua gunung api yang ada di Indonesia merupakan
hasil erupsi sentral. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.
Letusan gunungapi berupa eksplosif dapat mengakibatkan terbentuknya kawah
(lubang kepundan) di ujung pipa gunungapi (diatrema) sebagai sisa tempat keluarnya
material yang dimuntahkan saat erupsi. Ukuran lubang kepundan ini sangat bervariasi.
Ada yang hanya beberapa meter saja, namun ada pula yang diameternya sangat luas
dengan dinding kawah yang curam. Kawah yang ukurannya sangat luas ini dinamakan
kaldera.
Menurut seorang ahli ilmu kebumian Arthur L. Bloom, panjang diameter suatu
kaldera minimal 1,6 kilometer. Beberapa contoh gunungapi di Indonesia yang memiliki
kaldera antara lain sebagai berikut.
 (1) Gunung Krakatau (Selat Sunda) dengan diameter kaldera sekitar 7 km.
 (2) Gunung Batur (Bali) dengan diameter kaldera sekitar 10 km.
 (3) Gunung Ijen (Jawa Timur) dengan diameter kaldera sekitar 11 km.
 (4) Gunung Tambora (Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara) dengan diameter kaldera
sekitar 6 km.

C. TIPE GUNUNG API

a. Berdasarkan Bentuknya

1.Gunung Api Perisai


Berbentuk kerucut dengan lereng landai dan aliran lava panas dari saluran
tengah.Daerah persebaran magma luas serta proses pendinginan dan pembekuannya
pelan. Frekuensi letusan umumnya sedang dan pelan dengan jumlah cairan lava cair
yang banyak.

2.Gunung Api Kubah

Gunung ini berbentuk kerucut cembung (konvek) dengan lereng curam.Aliran


lava yang kental dari saluran pusat mengakibatkan aliran lava lambat dan membentuk
lapisan yang tebal. Proses pendinginan dan pembekuan lava cepat. Banyak lava yang
membeku di saluran, akibatnya saluran menjadi tertutup.Letusan yang sangat keras
dapat terjadi akibat tekanan dari dalam Bumi yang tersumbat. Seluruh bagian puncak
gunung api pun dapat hancur dan lenyap seketika.
2. Gunung Api Strato
Gunung ini mempunyai bentuk kerucut berlereng curam dan luas yang terdiri
atas banyak lapisan lava yang terbentuk dari aliran lava yang berulang-ulang.Lava
dapat mengalir melalui sisi kerucut.Sifat letusan keras.

3. Gunung Api Lava Pijar dan Abu

Bentuk kerucut simetris dengan lereng cekung (konkaf) yang landai. Bahan
atau emisi berupa asap, debu lembut, dan bau sulfur menyengat. Sifat letusan
sedang.Contoh : Gunung Paracutin di Mexico.

b. Berdasarkan Letusannya

1.Tipe Hawaii

Tipe gunung api ini dicirikan dengan lavanya yang cair dan tipis, dan dalam
perkembangannya akan membentuk tipe gunung api perisai. Tipe ini banyak
ditemukan pada gunung api perisai di Hawaii seperti di Kilauea dan Maunaloa.
Contoh letusan tipe Hawai di Indonesia adalah pembentukan plato lava di kawasan
Dieng, Jawa Tengah.
2.Tipe Stromboli

Tipe ini sangat khas untuk gunung Stromboli dan beberapa gunung api lainnya
yang sedang meningkat kegiatannya. Magmanya sangat cair, ke arah permukaan
sering dijumpai letusan pendek yang disertai ledakan.Bahan yang dikeluarkan berupa
abu, bom, lapilli dan setengah padatan bongkah lava. Contoh letusan tipe Stromboli di
Indonesia adalah Gunung Raung di Jawa.

3.Tipe Vulkano

Tipe ini mempunyai ciri khas yaitu pembentukan awan debu berbentuk bunga
kol, karena gas yang ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah.Tipe ini
mempunyai tekanan gas sedang dan lavanya kurang begitu cair.Di samping
mengeluarkan awan debu, tipe ini juga menghasilkan lava.Berdasarkan kekuatan
letusannya tipe ini dibedakan menjadi tipe vulkano kuat (Gunung Vesuvius dan
Gunung Etna) dan tipe Vulkano lemah (Gunung Bromo dan Gunung
Raung).Peralihan antara kedua tipe ini juga dijumpai di Indonesia misalnya Gunung
Kelud dan Anak Gunung Bromo.
4.Tipe Merapi

Dicirikan dengan lavanya yang cair-kental.Dapur magmanya relatif dangkal dan


tekanan gas yang agak rendah.Contoh letusan tipe Merapi di Indonesia adalah Gunung
Merapi di Jawa Tengah dengan awan pijarnya yang tertimbun di lerengnya menyebabkan
aliran lahar dingin setiap tahun. Contoh yang lain adalah Gunung Galunggung di Jawa
Barat.

5.Tipe Perret
Letusan gunung api tipe perret adalah mengeluarkan lava cair dengan tekanan
gas yang tinggi. Kadang-kadang lubang kepundan tersumbat, yang menyebabkan
terkumpulnya gas dan uap di dalam tubuh bumi, akibatnya sering timbul getaran
sebelum terjadinya letusan.Setelah meletus material-material seperti abu, lapili, dan
bom terlempar dengan dahsyat ke angkasa. Contoh letusan gunung api tipe perret di
Indonesia adalah Gunung Krakatau yang meletus sangat dahsyat pada tahun 1873,
sehingga gunung Krakatau (tua) itu sendiri lenyap dari permukaan laut, dan
mengeluarkan semburan abu vulkanik setinggi 5 km.

D.PROSES TERJADINYA VULKANISME

Proses terjadinya vulkanisme dibedakan berdasarkan zona-zona dalam tempat


terjadinya. Zona-zona terjadinya vulkanisme yaitu zona divergen, zona konvergen,
dan zona tengah.

1. Vulkanisme pada Zona Divergen


Zona divergen merupakan gunung api yang muncul di jalur rengkahan antar
lempeng kerak bumi. Magma berasal dari lapisan astenosfer (lapisan yang terletak di
bawah litosfer dan di atas mantel atas bumi) yang cair dan keluar ke permukaan
bumi.melalui rengkahan tersebut. Magma sangat cair, bersuhu tinggi dan keluar
secara meleleh tanpa letusan dahsyat. Gunung api kemudian terbentuk berupa igir
yang memanjang atau dataran lava yang sangat luas. Apabila terjadi di dasar laut,
maka terbentulkan igir tengah samudera (mid oceanic ridge). Contohnya seperti di
tengah Samudera Atlantik, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik bagian selatan.
Contoh yang di daratan seperti deretan gunung api di Afrika Timur dan daratan di
Pulau Islandia.

2. Vulkanisme pada Zona Konvergen

Zona konvergen adalah gunung-gunung api yang muncul di jalur pertemuan


dua lempeng kerak bumi. Magma terbentuk dari hasil pencairan endapan laut yang
berasal dari darat ketika subduksi (menyusup) ke bawah lempeng daratan atau benua.
Endapan yang mencair bertambah volumenya sehingga mendesak mencari jalan
keluar melalui retakan-retakan yang terdapat di atasnya. Di zona konvergen ini,
terjadilah letusan dahsyat yang menyemburkan campuran magma cair kental
(efusiva), magma padat (eflata), dan gas (ekshalasi). Gunung api yang dibentuk
umumnya kerucut dan berlapis-lapis atau strato. Contohnya seperti Gunung Kelud,
Gunung Gamalama, Gunung Krakatau 1883, Gunung Merapi, Gunung Visuvius,
Gunung St. Helena dan Gunung Fuji.
3. Vulkanisme pada Zona Tengah

Zona tengah adalah gunung api yang muncul di tengah lempeng kerak bumi
tanpa ada retakan. Magma berasal dari mencairnya astenosfer dan kerak bumi di
bagian bawah karena penumpukan mineral radioaktif. Pencairan tersebut
menyebabkan kerak bumi tipis dan mudah ditembusi oleh magma yang terbentuk.
Magma yang terbentuk meleleh tanpa adanya letusan yang dahsyat. Gunung api yang
dihasilkan biasanya berbentuk perisai dengan lunang kawah yang terbuka lebar.
Contohnya adalah gunung-gunung api Manuaola di Kepulauan Hawaii (lempeng
Samudera Pasifik).

E.GEJALA (TANDA) VULKANISME

1. Gejala di Luar Perut Bumi


Gunung api yang sedang mengalami aktivitas magma menimbulka tanda-tanda
yang dapat dilihat atau dirasakan manusia. Gejala tersebut diantaranya:
a. Terjadinya gempa bumi
Gunung berapi yang sedang mengalami aktivitas magma sering menyebabkan
gempa vulkanik yang dapat dirasakan di sekitar gunung api.
b. Turunnya hewan
Hewan mampu menyadari gelaja vulkanisme. Mereka biasanya akan turun
secara berkelompok menghindari puncak gunung api.
c. Keluarnya awan panas
Awan panas keluar seiring proses vulkanisme. Awan ini sering disertai abu
vulkanik yang sangat panas. Awan ini sebaiknya dijauhi karena berbahaya dan
beracun.

4. Gejala di Dalam Perut Bumi

Selain di luar permukaan bumi, terdapat juga gejala di dalam permukaan


bumi. Gejala tersebut diantaranya:
a. Dapur magma terbentuk di lapisan-lapisan kulit bumi.
b. Terjadi intrusi magma.
b. Terjadi ekstrusi magma.

5. Gejala Pasca Erupsi

Gejala ini terjadi setelah aktivitas vulkanik di dalam gunung api berhenti.
Gejala tersebut diantaranya:

a. Terbentuk sumber air panas


Setelah proses vulkanisme, sering muncul sumber air panas yang keluar dari
retakan-retakan panas akibat erupsi dari gunung api. Air dari sumber-sumber ini
mengandung banyak sulfur dan belerang.

b. Terbentuk sumber air mineral

Sumber air mineral sering muncul di sekitar gunung yang telah mengalami
erupsi. Air ini banyak mengandung mineral sehingga baik untuk dikonsumsi.

c. Terbentuk sumber gas

Sumber gas juga muncul di sela-sela tanah hasil erupsi gunung. Sumber-
sumber gas tersebut sering mengeluarkan gas uap air (N2) yang disebut dengan
fumarole dan sumber gas asam arang (CO2 atau CO) yang disebut dengan mofet.

F. DAMPAK DARI VULKANISME

1. Keuntungan dari Keberadaan Gunung Api

 Abu vulkanis dari gunung api dapat menyuburkan tanah pertanian karena banyak
mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
 Material yang dikeluarkan gunung api yang berupa pasir, kerikil, dan batu-batu besar
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
 Magma yang keluar ke permukaan bumi membawa banyak mineral logam dan barang
tambang yang dapat dimanfaatkan dalam industry pertambangan.
 Gunung api yang tinggi menyebabkan terjadi hujan orografis sehingga daerah
sekitarnya menjadi daerah yang banyak hujan.
 Daerah gunung api biasanya merupakan daerah yang tinggi sehingga bisa menjadi
area hutan lindung, perkebunan atau daerah pariwisata.

2. Kerugian dari Keberadaan Gunung Api

 Mengeluarkan lava pijar yang sangat berbahaya.


 Mengeluarkan gas yang sangat panas.
 Lava pijar akan bercampur dengan air danau kawah sehingga membentuk lahar panas
yang sangat berbahaya.
 Lahar dingin yang merupakan campuran lava dan air hujan membentuk aliran bati,
kerikil, dan pasir jenuh meluncur ke bawah menuruni lereng.
 Letusan gunung api bawah laut dapat menimbulkan tsunami.
 Abu vulkanis dapat mengganggu penerbangan dan juga dapat merusak tanaman.

G. Pencegahan dan Penanggulangan Gunung Meletus


   Indonesia terletak pada rangkaian pegunungan muda sehingga terdapat banyak
gunung berapi yang masih aktif. Gunung berapi tidak hanya mendatangkan bencana, namun
juga bisa mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Misalnya, abu vulkanik bisa menyuburkan tanah pertanian serta material letusan sebagai
bahan bangunan, seperti pasir, kerikil, dan batu.

   Gunung berapi bisa menjadi sahabat jika kita mampu memanfaatkan dengan arif dan
bijaksana serta mengenalnya dengan baik. Agar gunung meletus tidak menimbulkan banyak
korban maka perlu dilakukan usaha - usaha pengenalan dan penanggulangan bencana. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

   A. Sebelum Terjadi Letusan


   Tindakan yang harus dilakukan oleh pihak berwenang / pemerintah sebelum terjadi
letusan adalah sebagai berikut.
   1. Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung api yang sedang aktif
   2. Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana letusan gunung api, peta zona
risiko bahaya gunung api, serta peta pendukung lainnya, seperti peta geologi gunung api
   3. Membuat langkah - langkah prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung api.
   4. Melakukan bimbingan dan penyebarluasan informasi gunung api kepada masyarakat.
   5. Penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunung api.
   6. Peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya, seperti peningkatan sarana dan
prasarana.
   Tindakan yang harus dilakukan oleh individu / masyarakat sebelum terjadi letusan
adalah sebagai berikut.
   1. Mengenali daerah setempat yang dapat dijadikan tempat mengungsi
   2. Memantau dan mendengarkan informasi tentang status gunung api
   3. Mengikuti bimbingan dan penyuluhan dari pihak yang bertanggung jawab.
   4. Memiliki persediaan kebutuhan - kebutuhan dasar, seperti obat - obatan dan makanan
yang memadai.
   5. Mengikuti arahan evakuasi pihak berwenang.
   6. Membawa barang - barang yang berharga, terutama dokumen dan surat penting.

  

B. Saat Terjadi Letusan Gunung Api


   Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah / pihak berwenang saat terjadi
letusan adalah sebagai berikut :
1. Membentuk tim gerak cepat.

2. Meningkatkan pemantauan dan pengamatan yang didukung dengan penambahan


peralatan yang lebih memadai.

3. Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur dan frekuensi pelaporan sesuai
dengan kebutuhan.

   4. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur.

 Tindakan yang dapat dilakukan oleh individu / masyarakat saat terjadi letusan adalah
sebagai berikut.

   1. Jika ada evakuasi, pastikan tidak kembali ke kediaman sampai keadaan sudah dipastikan
aman.
   2. Hindari daerah rawan bencana, seperti lereng gunung, lembah, dan daerah aliran lahar.
   3. Ketika melihat lahar atau benda lain yang mendekati rumah, segera selamatkan diri dan
cari perlindungan terdekat.
   4. Lindungi diri dari debu dan awan panas.
   5. Pakailah kacamata pelindung.
   6. Pakailah masker kain untuk menutup mulut dan hidung.

   C. Setelah Terjadi Letusan

   Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah / pihak berwenang setelah terjadi
letusan adalah sebagai berikut.
   1. Menginventarisasi data, yang mencakup sebaran dan volume hasil letusan.
   2. Mengidentifikasi daerah yang terkena dan terancam bahaya.
   3. Memberikan sarana penanggulangan bahaya.
   4. Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak.
   5. Menurunkan status tingkat kegiatan.
   6. Melanjutkan pemantauan rutin, meskipun keadaan sudah menurun.
   7. Memberikan sarana penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang.
8. Membangun kembali bangunan, sarana, dan fasilitas lainnya yang terkena bencana.

   Tindakan yang dapat dilakukan oleh individu / masyarakat setelah terjadi letusan
adalah sebagai berikut.
   1. Mengikuti informasi perkembangan status gunung api.
   2. Apabila sudah dianggap aman dan dapat kembali, periksalah rumah dan barang lain yang
ada.
   3. Menghubungi dan mengecek saudara dan kerabat yang lain.
   4. Bersama dengan warga dan pemerintah bergotong royong membersihkan dan
memperbaiki sarana - sarana yang masih dapat dimanfaatkan.
   5. Jauhi daerah yang terkena hujan abu.
   6. Membantu tim medis menolong para korban.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah dijelaskan mengenai atom,unsur, mineral, magmatisme dan
fulkanisme dapat diambil kesimpulan bahwa sebeleum kehidupan manusia sekarang ini
terdapat kehidupan makhluk lainnya yang mungkin sebelumnya tidak kita ketahui. Sejarah
kehidupan di muka bumi terbentuk milyaran tahun lalu dan terus berkembang hingga
sekarang. Dan juga terdapat teori yang menerangkan sejarah kehidupan di muka bumi.
Konsep waktu (yang benar) ditemukan di Edinburgh pada dekade 1770-an oleh sekelompok
ilmuwan yang dipimpin oleh James Hutton. Mereka menantang konsep waktu konvensional
yang telah ada di sepanjang sejarah hidup manusia, yang menyatakan bahwa unit waktu
terukur adalah rentang hidup manusia dan bahwa umur

DAFTAR PUSTAKA

1.Yashito Takeuchi, MUKI KAGAKU by Taro Saito


© 2006 by Yashito Takeuchi
Reproduced by permission of Iwanami Shoten, Publishers, Tokyo
(http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/files/2012/02/Pengantar-Kimia.pdf)
Hari/ tanggal: Rabu 27/09/2017 jam 8.57 AM

2.http://www.ilmudasar.com/2016/11/Pengertian-Sejarah-Teori-Sifat-Partikel-Atom-
adalah.html
Hari/ tanggal: : Rabu 27/09/2017 jam 9.34 AM

3.http://www.studiobelajar.com/sistem-periodik-unsur
Hari/ tanggal: : Rabu 27/09/2017 jam 9.56 AM

4.http://www.academia.edu/16317583/Geologi_dan_Pengenalan_Mineral
Hari/ tanggal: Rabu 27/09/2017 jam 10 AM

5.http://wenyra.blogspot.co.id/2012/03/mineral-geologi-dasar.html
Hari/ tanggal: Rabu 27/09/2017 jam 10.10 AM

6.http://rarareres-geologi.blogspot.co.id/2010/11/vulkanisme.html
Hari/ tanggal: Kamis 28/09/2017 jam 2.00 PM

7.https://ilmugeografi.com/geologi/batuan-piroklastik
Hari/ tanggal: Kamis 28/09/2017 jam 2.15 PM

8.http://www.berpendidikan.com/2015/05/macam-macam-bentuk-intrusi-magma-dan-
ekstrusi-magma.html
Hari/ tanggal: Kamis 28/09/2017 jam 2.30 PM

9.http://geologicalmelankolia.blogspot.com/2017/02/mineral-dan-proses-terbentuknya.html
Hari/ tanggal: Kamis 28/09/2017 jam 2.40 PM

10.http://jojogeos.blogspot.co.id/2012/12/mineral-silika-dan-non-silika.html
Hari/ tanggal: Kamis 28/09/2017 jam 3.00 PM

11. http://roadtogeologist.blogspot.co.id/2015/02/tujuh-busur-magmatisme.html
Hari/ tanggal: Kamis 28/09/2017 jam 3.15 PM

12,http://petroclanlaboratory.weebly.com/magma.html
Hari/ tanggal: Kamis 28/09/2017 jam 3.20 PM

13.http://www.gurugeografi.id/2017/04/seri-reaksi-bowen-dan-kristalisasi-magma.html
Hari/ tanggal: Kamis 28/09/2017 jam 3.25 PM
14.https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/gunung/pengertian-vulkanisme
Hari/ tanggal: Kamis 28/09/2017 jam 4.15 PM

15.http://www.softilmu.com/2013/12/pengertian-vulkanisme-gunung-api.html
Hari/ tanggal: Kamis 28/09/2017 jam 4.38 PM

16http://www.ilmudasar.com/2016/11/Pengertian-Tanda-Gejala-Dampak-dan-Jenis-
Vulkanisme-adalah.html
Hari/ tanggal: Kamis 28/09/2017 jam 4.50 PM

Anda mungkin juga menyukai