Anda di halaman 1dari 15

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Konsumsi Makanan dan Kepadatan Gizi Pria Dewasa


Berusia 19-49 Tahun di Indonesia

Teguh Jati Prasetyo1, Izzati Nur Khoiriani1, Katri Andini Surijat1

1Departemen Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman,


Purwokerto, Indonesia.
Korespondensi: teguhjatiprasetyo@unsoed.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsumsi makanan dan kepadatan gizi pria dewasa usia

19-49 tahun di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kumpulan data konsumsi

Total Diet Study (SDT) Kementerian Kesehatan RI yang dikumpulkan dengan metode food recall 24

jam. Subyek akhir yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah 26268 laki-laki. Kecukupan zat gizi

dinilai berdasarkan perhitungan Institute of Medicine. Zat gizi yang dianalisis meliputi energi,

protein, kalsium, zat besi, seng, vitamin A dan vitamin C. Rata-rata konsumsi pangan penduduk laki-

laki dewasa Indonesia sebagian besar berasal dari kelompok pangan biji-bijian sebanyak 305,0 g.

Kelompok makanan yang paling sedikit dikonsumsi oleh penduduk dewasa adalah biji-bijian

berminyak sebanyak 18,1 g. Kecukupan energi, protein, kalsium, zat besi, seng, vitamin A dan

vitamin C adalah 81,4%, 108,3%, 105,5%, 159,4%, 64,8%, 107,7% dan 54,6%, masing-masing.

Kepadatan zat gizi protein, Ca, Zn, vitamin A dan vitamin C masih di bawah rekomendasi. Artinya

kualitas konsumsi makanan orang dewasa Indonesia perlu ditingkatkan. Mengingat masih

kurangnya asupan zat gizi mikro pada pria dewasa Indonesia, maka perlu meningkatkan konsumsi

pangan hewani, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayur-sayuran sebagai sumber zat gizi mikro.

Kata kunci: laki-laki dewasa, konsumsi makanan, kepadatan gizi, dan kecukupan gizi
Prasetyo, dkk. Al.,Jurnal Nutrisi Global

PENGANTAR lemak sehat, vitamin dan mineral (15).

Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kepadatan energi dan zat gizi konsumsi

berkualitas, sehat dan produktif dipengaruhi pangan dapat menentukan dan mengukur

oleh konsumsi ragam pangan yang cukup dan kecukupan asupan energi dan gizi setiap
seimbang untuk memenuhi gizi tubuh (1). individu (9). Tren diet saat ini yang berfokus
Kebutuhan gizi setiap individu dipengaruhi pada sumber protein atau sumber energi
oleh usia, aktivitas, tingkat ekonomi, tingkat saja (16). Pendekatan kepadatan gizi dapat
pendidikan, ekologi, dan kebijakan menjadi alat penting untuk pendidikan gizi
pemerintah. Kecukupan gizi tubuh dipengaruhi serta referensi sebagai panduan diet (7).
oleh pola makan yang baik, yang mengandung Kepadatan energi dan zat gizi konsumsi
makanan pokok, lauk pauk, buah-buahan dan pangan dapat membentuk pola konsumsi
sayur-sayuran yang dikonsumsi dalam jumlah dan menunjukkan kualitas pangan yang
yang cukup sesuai dengan kebutuhan dikonsumsi.
sehingga dapat mencukupi sumber energi, zat Penilaian kualitas konsumsi pangan

pembangun dan zat pengatur. selama ini hanya untuk skala rumah tangga dan

Kualitas konsumsi pangan di Indonesia wilayah dengan menggunakan data SKMI dan

masih rendah dan kurang terdiversifikasi karena belum pernah dilakukan penelitian secara

masih didominasi oleh sumber karbohidrat individu sehingga perlu dilakukan penelitian

terutama biji-bijian sebagai porsi terbesar dari untuk menganalisis konsumsi pangan dan

setiap porsi makan. Manusia membutuhkan lebih kepadatan gizinya. Penelitian ini diharapkan

dari 40 jenis zat gizi untuk dapat hidup aktif dan mampu mendeskripsikan konsumsi makanan dan

sehat tetapi tidak ada satu jenis makanan pun kepadatan gizi pada orang dewasa sehingga

yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi diharapkan dapat memberikan informasi dan

tersebut (21). Kualitas konsumsi pangan akan evaluasi pola konsumsi makanan dan asupan gizi

mempengaruhi status gizi dan derajat kesehatan seimbang untuk memenuhi kecukupan gizi pada

di masa yang akan datang, terutama pada usia orang dewasa di Indonesia.

1949 tahun yang merupakan usia produktif

namun perlunya batasan konsumsi pangan


METODE

tertentu untuk menjaga kesehatan (6,17).


Desain, lokasi, dan waktu

Data yang digunakan dalam penelitian ini


Kualitas konsumsi pangan berkaitan
dengan kepadatan gizi, yaitu pangan yang adalah data sekunder yang diperoleh dari Survei

Konsumsi Pangan Individu (SKMI) yang merupakan


tinggi gizi tetapi relatif rendah kalori.
bagian dari Studi Diet Total (SDT) tahun 2014. SDT
Makanan padat nutrisi mengandung
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
karbohidrat kompleks, protein tanpa lemak,

23
Republik Indonesia. SDT merupakan survei Pengumpulan data

nasional di Indonesia yang mengumpulkan Kriteria penelitian ini adalah laki-laki


data konsumsi individu secara lengkap. dewasa berusia 19-49 tahun dalam kondisi fit,
Penelitian ini menggunakan desain studi asupan harian normal (tidak puasa, tidak sedang
cross sectional yang mengikutsertakan diet, dan tidak sakit). Sampel data telah
191.524 individu pada 51.127 rumah tangga dibersihkan untuk data berat badan dan asupan
di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di makanan yang tidak lengkap. Penelitian ini
Indonesia. Survei konsumsi pangan individu menganalisis asupan dan tingkat kecukupan gizi
dilakukan pada tahun 2014. Pengolahan, (dibandingkan dengan data kebutuhan dari
analisis, dan interpretasi data dilakukan Institut Kedokteran) pada pria dewasa, dengan
pada bulan Maret hingga Juni 2020 di menggunakan data konsumsi makanan dan

Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, asupan gizi. Variabel dan kategori variabel

Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. tersedia pada Tabel.1.

Pilihan Nomor dan Subjek Tabel 1:Variabel danVariableCategoryof


Populasi Survei Konsumsi Pangan
pembelajaran

Individu atau SKMI 2014 adalah provinsi di Variabel VariabelKategori


Indonesia yang terwakili dalam sampel rumah Menurut berat badan subjek
Berat badan (SKMI, 2014)
tangga. Sampel rumah tangga dipilih secara Makanan Menurut jenis makanannya

acak dari blok sensus (BS) yang telah Konsumsi konsumsi dari subjek
(SKMI, 2014)
Asupan Nutrisi Asupan Makronutrien seperti
dikunjungi dan didaftarkan oleh Riskesdas energi, protein, lemak dan
karbohidrat
2013. Kriteria inklusi SKMI 2014 adalah seluruh Gizi Menurut kategori usia
Tingkat Kecukupan dan jenis kelamin
rumah tangga sampel dan anggota rumah
Kepadatan Nutrisi 1. Memadai
tangga yang ada pada saat pengambilan data. 2. Tidak memadai

Rumah tangga yang tidak dapat dikunjungi


Memproses dan menganalisis Data
dan anggota rumah tangga yang menolak
Tahapan pengolahan data terdiri dari
untuk berpartisipasi dikeluarkan. Data SKMI
pembersihan, pengkategorian dan analisis data.
mencakup 191.524 orang dari
Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan
51.127 rumah tangga tersebar di 2.080 blok
Microsoft Excel 2019 dan dianalisis menggunakan
sensus, laki-laki dewasa berusia 19 sampai
SPSS 23. Konsumsi pangan sumber zat gizi dianalisis
49 tahun dipilih untuk dianalisis. Analisis
berdasarkan jenis makanan,
menggunakan total data subjek yaitu 26.268
kuantitas (gram) dan tingkat kon sumer
laki-laki dewasa Indonesia.
partisipasi. Berdasarkan pada NS makanan
dihitung data konsumsi, jenis konsumsi Asupan Nutrisi
Kepadatan Nutrisi = x 1000
makanan dan asupan zat gizi. Perhitungan Asupan energi
tingkat kecukupan gizi diperoleh dari Nilai kepadatan asupan nutrisi
perbandingan asupan dengan kebutuhan diklasifikasikan tidak memadai jika nilai
masing-masing zat gizi menurut modifikasi kepadatan nutrisi kurang dari standar FAO
kebutuhan gizi individu berdasarkan IOM dan cukup jika nilai kepadatan nutrisi sama
(Tabel 2) untuk setiap umur dan jenis kelamin. atau lebih dari standar FAO.
kategori dengan rumus sebagai berikut:
Asupan Nutrisi x 100% Tabel 3: Standar Asupan Kepadatan Gizi
Kecukupan Gizi (%)
Kebutuhan Nutrisi Zat Gizi densitas
=
Protein 40 – 50 gram

Tabel 2: Kebutuhan Gizi untuk setiap Kalsium 500 – 800mg


kelompok Besi 7 – 40mg
Tubuh Ca Fe Zn VitA VitC
(mg) (mg) (mg) (ug) (mg)
Seng
Kelompok usia jenis kelamin
berat*
Pria 12 – 20mg
60 9.1 7.9 63.4
19-29 tahun
30-49 tahun
Wanita
62
676.1
698.6 9.4 8.2
528.2
545.8 65.5 Vitamin C 50 – 60mg
Vitamin A 700 – 1000µg
19-29 tahun 54 732.2 12.9 6.2 457.6 54.9
30-49 tahun 55 745,8 13.1 6.3 466.1 55.9 Diadaptasi oleh Drewnowski 2005
Sumber : Dimodifikasi dari IOM (IOM, 2000, 2001, 2011)

Perhitungan energi menggunakan


HASIL
persamaan Henry (2005), sedangkan untuk
Karakteristik sosial ekonomi
menghitung protein berdasarkan perhitungan
Karakteristik sosial ekonomi dalam
kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat
penelitian ini meliputi daerah tempat tinggal,
yang dimodifikasi oleh IOM. Tidak hanya tingkat
tingkat pendidikan, pekerjaan utama, dan status
kecukupan gizi dari konsumsi makanan, namun
ekonomi yang ditunjukkan pada tabel 4. Uji
kecukupan gizi dari individu juga dikandung dalam
statistik deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas
kepadatan gizi. Konsep kepadatan gizi digunakan
laki-laki Indonesia berusia 19-49 tahun tinggal di
untuk menggambarkan kecukupan gizi dari pola
perdesaan dengan persentase dari
makan konsumsi pangan secara individual selain
55,7%. Sebagian besar penduduk laki-laki
tingkat kecukupan gizi. Berdasarkan skor densitas
lulus SMA (34%). Sebagian besar laki-laki
energi dan gizi pangan, digunakan acuan konsumsi
dewasa Indonesia bekerja sebagai petani
pangan untuk meningkatkan tingkat kecukupan gizi
(27,6%). Sebagian besar penduduk laki-laki
dan densitas gizi pada akhirnya (8).
memiliki status ekonomi menengah ke atas
Yang dimaksud dengan kepadatan zat gizi adalah
dengan persentase 21,7%.
perbandingan jumlah asupan zat gizi yang

dikonsumsi setiap hari per 1000 kkal energi (5).

Selain itu perhitungan kepadatan hara digunakan

rumus (5,8,14):
Jurnal Nutrisi Global, Vol.01,No.1(2021): halaman.22-31

Tabel 4: Distribusi mata pelajaran menurut tingkat konsumsi tertinggi pada subjek usia
sosial ekonomirasisS
sosial-
19-29 30-49 Total 19-49 tahun adalah gabah dengan nilai total
Ekonomis Bertahun-tahun Bertahun-tahun

Wilayah 305.0 305140.0, tingkat konsumsi makanan


perkotaan 3813 7836 11649 terkecil pada subjek usia 19-25 tahun adalah
(47.6) (42.9) (44.3)
Pedesaan 4196 1042 14619 gula dengan nilai rata-rata 15,4 ± 18
(52.4) 3 (57.1) (55.7)
Pendidikan
sedangkan tingkat konsumsi makanan terkecil
tingkat

pada usia 30 -49 tahun 582 (7.3)


adalah buah/biji
Bukan sekolah 2279 2861
(12.5) (10.9)
Dasar 1428 5608 7036 berminyak dengan nilai rata-rata 16,9 ± 64,1.
sekolah (17.8) (30.7) (26.8)
SMP 1749 3664 5413
Sekolah (21.8) (20.1) (20.6) Tabel 5: Rata-rata (deviasi standar) dan
SMA 3634 5286 8920 median (tingkat partisipasi) konsumsi
Sekolah (45.4) (29.0) (34.0)
Lebih tinggi 616 (7.7) 1422 2038 makanan menurut 9 makanan
pendidikan kelompok dan kelompok umur
(7.8) (7.8)

Pekerjaan Makanan 19-29 tahun 30-49 tahun Total


Tidak bekerja 1596 468 2064 kelompok

Rata-rata ± SD (median / %)
(19.9) (2.6) (7.9)
pegawai negeri 126 (1.6) 1351 1477 biji-bijian 303.2±134.0 305.8±142.6 305.0±140.0
(7.4) (5.6) (150.0/99.2) (155.0/99.1) (150.0/99.2)
Karyawan 1214 2004 3218 umbi-umbian 22.8±214.6 28.3±238.5 26,7±231,8
(15.2) (11.0) (12.3) (34.0/20.7) (40.0/22.1) (38.0/21.7)
1095 3979 5074 Satwa 158.2±113.0 159,4 ± 118,5 159.0±116.8
Pengusaha (13.7) (21.8) (19.3) makanan (72.6/82.7) (72.0/81.9) (72.0/82.1)
Petani 1282 5979 7261 Minyak dan lemak 19.4±16.0 20,1±16.8 19.8±16.6
(16.0) (32.7) (27.6) (15.0/91.2) (15.1/91.1) (15.0/91.1)
Nelayan 160 (2.0) 606 766 Berminyak 16.9±64.1 18.6±66.1 18.1±65.5
(3.3) (2.9) buah/biji (40.0/27.6) (39.9/29.7) (40.0/29.0)
Buruh 1268 2957 4225 Kacang-kacangan 42,7 ± 70,2 44.7±74.6 44.1±73.3
(15.8) (16.2) (16.1) (50.0/41.9) (52.0/41.4) (50.1/41.5)
Lainnya 1268 917 2183 Gula 15,4±18,7 21,2±21.2 19,4 ± 20,7
(20.0) (5.0) (8.3) (15.0/67.9) (20.0/78.1) (20.0/75.0)
Ekonomis Sayuran 80,3 ± 59,5 97.0±64.0 91,9±62,8
Status
dan Buah-buahan (20,8/85,2) (25.0/87.5) (24.0/86.8)
Terendah 1444 3373 4817 Lainnya 54,5 ± 54,5 45.7±38.1 48,4 ± 43,5
(18.0) (18.5) (18.3) (3.0/99.2)
(2.8/99.1) (3.0/99.1)
Lebih rendah 1550 3595 5145
Tengah (19.4) (19.7) (19.6)
Tengah 1750 3734 5484
(21.9) (20.5) (20.9) Asupan Nutrisi
Atas
Dan Nutrisi
1782 3912 5694
Tengah (22.2) (21.1) (21.7) Tingkat Kecukupan
Paling tinggi 1483 3645 5128
(18.5) (20.0) (19.5) Tabel 6 menyajikan rerata dan median

asupan gizi dan kecukupan gizi menurut kelompok


Konsumsi Makanan Pria Dewasa di
umur pada laki-laki dewasa Indonesia. Secara
Indonesia
keseluruhan, asupan gizi laki-laki usia 30-49 tahun
Tabel 5 menunjukkan bahwa konsumsi pangan
sedikit lebih tinggi dibandingkan usia 19-29 tahun
secara keseluruhan pada subjek penelitian berasal dari
kecuali vitamin A. Rata-rata kecukupan gizi laki-laki
biji-bijian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan
dewasa Indonesia yang dikelompokkan menurut
lemak, buah/biji-bijian berminyak, kacang-kacangan,
umur juga disajikan pada tabel 6. Terlihat jelas
gula, sayur dan buah, dan lain-lain. NS
bahwa rata-rata kecukupan gizi

26
menunjukkan pola yang sama, di mana lebih besar dari diketahui kepadatan protein, kalsium,
mereka yang berusia 19-29 tahun dalam kalsium dan seng, vitamin C dan vitamin A masih di
kecukupan vitamin C. bawah anjuran sehingga dikategorikan
Tabel 6: Rerata (media n), simpangan kurang. Hanya densitas besi yang
(koefisien dari v baku ariasi) dari
asupan dan tingkat kecukupan gizi sesuai dengan rekomendasi.
menurut kelompok umur

Nutrisi 19-29
30-49 tahun Tabel
Total 7: Rata-rata, median, simpangan baku dan koefisien
bertahun-tahun

Energi 1800 1852 (1776) 1836 variasi kepadatan nutrisi pria dewasa menurut
(1704) 687 (0,4) (1755) kelompok umur
699 (0,4) 691 (0,4)

Protein 64.6 (59.7) 66,4 (61,8) 65.9 densitas 19-29 30-49 Total
31,8 (0,5) 32,5 (0,5) (61.1) Gizi Bertahun-tahun Bertahun-tahun

32,3 (0,5) Rata-rata (median)


Ca 689.9 747,8 730.2 simpangan baku (koefisien variasi)
(619.8) (673.1) (658.2) Protein 36,5 36.3 36.3
356,4 (0,5) 379,2 (0,5) 373.4 kepadatan (34.6)
11.58 (34.5)
11.6 (34.5)
11.6
(0.3) (0.3) (0.3)
(0,5)
kepadatan Ca 399.4 418.0 412.3
Fe 14.7 (13.3) 14.9 (13,5) 14.8
(371,4) (383,8) (380,5)
7.3 (0.5) 7.2 (0,5) (13,5)
7.2 (0,5)
Zn 5.2 (4.5)
5.3 (4.6) 5.3 (4.5)
3.1 (0.6)
3.3 (0.6) 3.3 (0.6) 186,5 192.5 190.9
Vit A 589.6 578.7 582.0 (0,5) (0,5) (0,5)
(427.7) (414.0) (418.7) Kepadatan Fe 8.4 8.3 8.3
509,7 (0,9) 508.1 (0.9) 506.6 (7.6) (7.4) (7.5)
(0.9) 4.1 4.1 4.1
Vit C 31.2 (19.5) 37.3 (23.6) 35.5 (0,5) (0,5) (0,5)
36.9 (1.2) 41.8 (1.1) (22.3) kepadatan Zn 2.9 2.8 2.8
40.5 (1.1) (2.7) (2.6) (2.6)
E 79,7 (75,3) 82.2 (78.7) 81.4 1.3 1.4 1.4
31,7 (0,4) 30.9 (0.4) (77,6)
(0,5) (0,5) (0,5)
31.2 (0.4)
Vit A 340.8 323.7 328.9
P 110.8 107.2 (98.8) 108.3
(100.9) 53,7 (0,5) (99,5)
kepadatan (249.3) (233.6) (238.3)
56.1 (0,5) 54.4 (0,5)
311.7 299.4 303.3
(0.9) (0.9) (0.9)
Ca 102.0 107.0 (96.3) 105.5
kecukupan (91.7) 54.3 (0,5) (95.0) Vit C 19.3 22.1 21.3
52,7 (0,5) 53,9 (0,5) kepadatan (11,4) (13,5) (12.8)
Fe 161.4 158.6 159,4 26.4 28.6 28.0
kecukupan (145.6) (143.8) (144.3) (1.4) (1.3) (1.3)
80,1 (0,5) 76,6 (0,5) 77,6 (0,5)
Zn 65.4 (56.8) 64.5 (55.6) 64.8
kecukupan 39.7 (0.6) 40.5 (0,6) (56.0)
40.2 (0.6) DISKUSI
Vit A 111.6 106.0 (75.8) 107.7
kecukupan (81.0) 93.1 (0.9) (77.4) Senada dengan penelitian sebelumnya, hasil
96,5 (0,9) 94.2 (0.9)
Vit C 49.2 (30.8) 57.0 (36.1) 54.6 penelitian menunjukkan bahwa kelompok makanan
kecukupan 58.3 (1.2) 63.8 (1.1) (34.4)
62.3 (1.1) terbesar terdapat pada kelompok biji-bijian sebagai

sumber karbohidrat berserat tinggi sehingga indeks


Kepadatan Nutrisi subjek. Berdasarkan hasil analisis,
Kepadatan zat gizi adalah ternyata
kandungan zat gizi dalam 1000 kkal energi
glikemiknya rendah yang mengakibatkan rasa kenyang

lebih lama (21). Proporsi karbohidrat dalam setiap porsi

makan memiliki
sebagian besar di negara-negara
laki-laki dewasa berusia 19-24 tahun (20). Selain itu, hasil
berpenghasilan rendah, kondisi ekonomi yang
penelitian lain menunjukkan bahwa kelompok umur
buruk mempengaruhi pola dan tingkat
yang memiliki indeks massa tubuh lebih tinggi
pengeluaran rumah tangga sehingga mereka
cenderung memiliki asupan gizi energi dan protein yang
tidak mampu membeli berbagai makanan.
lebih rendah (22).
Kelompok makanan terkecil pada usia 19-29
Makan yang cukup dan variasi makanan sangat

tahun adalah konsumsi buah-buahan dan biji-


penting untuk mencapai kebutuhan nutrisi tubuh. Orang

bijian yang berminyak. Hasil penelitian ini juga


dewasa Indonesia mengkonsumsi banyak variasi makanan
didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa
meskipun masih belum mencukupi untuk mendapatkan zat
konsumsi buah/biji yang berminyak
gizi mikro yang dibutuhkan (18). Oleh karena itu, kurangnya
merupakan kelompok makanan terkecil karena
pengetahuan tentang gizi, kemampuan untuk membeli
hal ini disebabkan sebagian minyak/lemak
makanan, dan ketersediaan untuk mengolah makanan dapat
yang dikonsumsi oleh individu berupa
menjadi alasan untuk menjelaskan masalah tersebut.
makanan olahan dalam penelitian ini tidak
Dalam perspektif demografis, hutan alam
dihitung dalam minyak. /kelompok lemak (1).
dan semi-alami berhubungan positif dengan
Kelompok makanan terkecil yang dikonsumsi
sejumlah besar kelompok makanan bergizi
pada usia 30-49 tahun adalah gula. Temuan ini
penting di daerah yang terbatas bagi
sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa
masyarakat miskin di negara berkembang.
konsumsi gula pada usia ini sangat rendah
Penelitian tentang hutan dan konsumsi
karena mereka hanya mengkonsumsi
makanan kaya mikronutrien di Indonesia
makanan dan minuman yang mengandung
menyebutkan bahwa sebagian besar makanan
gula seperti karamel, coklat, kue dan
pokok di negara ini sangat rendah seng, vitamin
sebagainya.
A dan zat besi sedangkan buah-buahan, sayuran
Penelitian pada laki-laki usia 19-29 tahun
berdaun hijau, makanan sumber hewani
menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi lemak
mengandung kepadatan yang lebih tinggi dari
penduduk Indonesia lebih dari seperempat dari
ketiga mikronutrien. Selain itu, faktor sosial dan
total konsumsi energi harian. Selain itu, hasil
budaya juga dapat mempengaruhi pilihan pola
penelitian terbaru mengungkapkan bahwa
makan masyarakat Indonesia yang tidak banyak
prevalensi kelebihan berat badan di antara
makan buah, sayur, dan makanan sumber
kelompok usia ini hampir sepuluh persen. Oleh
hewani (10).
karena itu pengendalian pola makan dan
Semakin tinggi nilai kepadatan gizi,
peningkatan aktivitas fisik merupakan isu
semakin baik kualitas makanan yang
penting untuk mencapai status gizi yang lebih
dikonsumsi (5,8,14). Hasil perhitungan densitas
baik di Indonesia.
zat gizi menunjukkan bahwa kualitas pangan
Populasi pria dewasa di Indonesia masih perlu
perlu meningkatkan konsumsi pangan hewani,
ditingkatkan agar nilai kepadatan gizinya lebih baik.
kacang-kacangan, buah-buahan dan sayur-sayuran
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
sebagai pangan sumber zat gizi mikro.
menunjukkan bahwa konsumsi sumber protein,

sayur dan buah masih rendah (4). Penelitian ini juga


PENGAKUAN
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang Terima kasih kepada Badan Penelitian dan
menunjukkan bahwa kepadatan protein, kalsium,
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
vitamin A dan vitamin C pada orang dewasa masih di
Kementerian Kesehatan yang telah memberikan
bawah rata-rata.
data sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

rekomendasi (14,19). Rendah


konsumsi dari sayuran, buah-buahan dan REFERENSI
Pangan hewani pada populasi orang dewasa di Indonesia, masih cukup rendah,
Indonesia merupakan salah satu faktor yaitu
penyebab rendahnya kepadatan asupan

kalsium dan vitamin terutama vitamin A dan C.

KESIMPULAN
Rata-rata konsumsi pangan penduduk laki-

laki dewasa Indonesia sebagian besar berasal dari

kelompok pangan biji-bijian sebesar 305,0 g.

Kelompok makanan yang paling sedikit dikonsumsi

oleh penduduk dewasa adalah biji-bijian berminyak

sebanyak 18,1 g. Kecukupan energi, protein,

kalsium, zat besi, seng, vitamin A dan vitamin C

adalah 81,4%, 108,3%, 105,5%, 159,4%,

64,8%, 107,7% dan 54,6%, masing-


masing. Kepadatan zat gizi protein, Ca,
Zn, vitamin A dan vitamin C masih di
bawah rekomendasi. Artinya kualitas
konsumsi makanan orang dewasa
Indonesia perlu ditingkatkan.
Mengingat kecukupan zat gizi terutama
zat gizi mikro bagi penduduk dewasa
1. Anwar, K., & Hardinsyah. (2014). Konsumsi
Pangan dan Gizi Serta Skor Pola Pangan
Harapan pada Dewasa Usia 19-49Tahun di
Indonesia.Jurnal Gizi Dan Pangan, 9(1), 51–
58. Apriani,
2. S., & Baliwati, YF (2011). Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh Terhadap Konsumsi
Pangan Sumber Karbohidrat di Perdesaan
dan
Perkotaan. Jurnal Gizi Dan Pangan, 6(
3), 200–207.
3. Berendsen, AAM, Kramer, CS, & de Groot, LCPGM
(2019). Skor Makanan Kaya Nutrisi
Lansia yang Baru Dikembangkan Adalah Alat yang
Berguna untuk Menilai Kepadatan Nutrisi pada
Orang Dewasa Lansia Eropa.Perbatasan dalam
Nutrisi, 6
(Agustus), 1–14.
https://doi.org/10.3389/fnut.2019.001 19

4. Dewi, UP, & Dieny, FF (2013). Hubungan


Antara Densitas Energi Dan Kualitas
Diet Dengan Indeks Massa Tubuh (Imt)
Pada Remaja. Jurnal Perguruan Tinggi
Gizi, 2(4), 447–457.
5. Drewnowski, A. (2005). Konsep
makanan bergizi: Menuju skor
kepadatan nutrisi.Jurnal Nutrisi
Klinis Amerika, 82(4), 721–732.
6. Drewnowski, A., Dwyer, J., Raja, J.
C., & Weaver, CM (2019). Skor kepadatan
nutrisi yang diusulkan yang
Jayati, LD, Madanijah, S., & Khomsan, A. (2014).
termasuk kelompok makanan dan nutrisi Pola Konsumsi
agar lebih selaras dengan panduan diet.
Ulasan Nutrisi, 77(6), 404–416.
https://doi.org/10.1093/nutrit/
7. nuz002 Drewnowski, A., & Fulgoni,
VL (2014). Kepadatan nutrisi:
Prinsip
dan alat evaluasi.Jurnal Nutrisi
Klinis Amerika, 99(5). https://
doi.org/10.3945/ajcn.113.0733 95
8.
Ekaningrum, AY, Sukandar, D., &
Martianto, D. (2017). Keterkaitan
Densitas Gizi, Harga Pangan, Dan
Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar
Negeri Pekayon 16 Pagi.Jurnal Gizi
Dan Pangan, 12(2), 139–146. https://
doi.org/10.25182/jgp.2017.12.
9. 2.139-146
Fauzi, A. (2014). Analisis Densitas
Asupan Zat Gizi dan Hubungannya
dengan Status Gizi Siswa Sekolah
10. Dasar di Kota Bogor. Universitas IPB.
Ickowitz, A., Rowland, D., Powell, B.,
Salim, MA, & Sunderland, T. (2016).
Hutan, pohon, dan konsumsi
makanan kaya mikronutrien di
Indonesia.PLoS SATU, 11(5), 1–15.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0
11. 154139
IOM. (2000).Asupan referensi diet
untuk vitamin C, vitamin E,
selenium, dan karotenoid.
Diterima dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
12. NBK225480/
IOM. (2001).Asupan Referensi
Diet untuk Vitamin A, Vitamin K,
Arsenik, Boron, Kromium,
Tembaga, Yodium, Besi,
Mangan, Molibdenum, Nikel,
Silikon, Vanadium, dan Seng.
13. Washington
DC: Pers Akademi Nasional.
IOM. (2011).Asupan Referensi
Diet untuk Kalsium dan vitamin
D (dan HBDVA Catharine Ross,
Christine L. Taylor, Ann L.
Yaktine, Ed.). Washington DC:
14.
Pers Akademi Nasional.
Panga ). Standar nutrisi Tahun di Indonesia.Jurnal Dunia
n, untuk makanan Gizi, 3(2).
Kebia padat energi 20. Rifqi, MA, & Hardinsyah, H. (2016).
saan dengan kepadatan Faktor Risiko Kegemukan Pria
Maka nutrisi rendah untuk Berusia 19-29 Tahun Di Indonesia.
n, anak-anak di 21. Saputri, R., Lestari, LA, & Susilo, J.
Dan Korea.Jurnal Nutrisi (2016). Pola konsumsi pangan
Densit Klinis Asia Pasifik, dan tingkat ketahanan pangan di
as 23(1), 27–33. Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Gizi https://doi.org/10.6133 Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 12(3),
/apjcn.2014.23 123.
Pada
. 1.03
Masya
16. Miranti, A., Syaukat, Y., &
rakat
Harianto,
Kasep
N. (2016). Pola Konsumsi
uhan
Pangan Rumah Tangga di
Ciptag
Provinsi Jawa Barat.
elar
Jurnal Agro Ekonomi, 34(1),
Jawa 67. https://
Barat. doi.org/10.21082/jae.v3
Penelit 4n1.20
ian
Gizi 16,67-80
Makan 17. Nguyen, PH, Strizich,
an,
37(1), G., Lowe, A., Nguyen,
33– H., Pham, H., Truong,
42. TV,
15. Le … Ramakrishnan, U.
e (2013). Pola
, konsumsi makanan
S dan faktor terkait di
K antara wanita
, Vietnam usia
reproduksi.Jurnal
P
Nutrisi, 12( 1), 1–11.
a
r https://doi.org/
k 10.1186/1475-289112-126
18. Prasetyo, TJ, Hardinsyah, H.,
,
Baliwati, YF, &Sukandar, D.
H
(2018). Penerapan metode
K probabilitas untuk
, memperkirakan prevalensi
& defisiensi mikronutrien
C pada orang dewasa
h Indonesia.
o JurnalGiziDanPangan,
i, 13(1),17–26.
Y https://doi.org/10.2518
J 2/jgp.2018.13. 1.17-26
( 19. Prasetyo, TJ, &
2 Khoiriani, IN
0 (2020). Konsumsi
1 Pangan dan
4 Densitas Gizi Wanita
Dewasa Usia 19-49
https://doi.org/10.22146/ijcn.23110
29–36.
22. Soraya, D., Sukandar, D.,&Sinaga, T. https://doi.org/10.14710/jgi.6.1.29-36.
(2017). Hubungan gizi, tingkat
23.Henry, C. (2005). Studi tingkat basalmetabolik
zat gizi, dan aktivitas fisik pada manusia: pengukuran dan
dengan status gizi pada guru pengembangan persamaan baru. Gizi
SMP.Jurnal Gizi Indonesia (Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(7a), 1133-1152.
Gizi Indonesia), 6(1),

Anda mungkin juga menyukai