Anda di halaman 1dari 10

Jurnal TRITON Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017, hal.

125 – 134 125

PEMANFAATAN OPTIMAL SUMBERDAYA CAKALANG


DI PERAIRAN MALUKU

(Optimal Utilization of Skipjack Resources in Maluku Waters)

Stevanus M. Siahainenia1, Johanis Hiariey2, Mulyono S. Baskoro3 dan Welem Waileruny4

1
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura
2
Program Studi Agrobisnis Perikanan, Universitas Pattimura
3
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor
4
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Universitas Pattimura
corresponding author: stevanus.sihainenia@gmail.com

ABSTRAK: Tangkap lebih berdampak terhadap penurunan stok ikan sehingga


mempengaruhi status pengelolaan sumberdaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang di perairan Maluku. Data
primer dan sekunder diperoleh melalui wawancara dan publikasi resmi. Data dianalisis
melalui model surplus produksi dengan teknik CYP, dan dilanjutkan dengan analisis model
bioekonomi GS. Hasil menunjukkan pada rezim pengelolaan MSY, produksi ikan cakalang
mencapai 61.461.28 ton, dengan tingkat upaya penangkapan 50.184 trip. Pada rezim open
access, upaya meningkat menjadi 84.683 trip dengan produksi menurun 32.416,66 ton.
Dibandingkan MSY dan open access, pengelolaan sumberdaya pada rezim MEY
menghasilkan rente ekonomi tertinggi Rp 328.138.580.000, upaya penangkapan yang rendah
42.341 trip, dan produksi 59.960,14 ton. Berdasarkan nilai bio-tekno-ekonomi, maka rezim
pengelolaan MEY diklasifikasikan sebagai status pemanfaatan sumberdaya cakalang yang
optimal.

Kata kunci: Sumberdaya cakalang, pemanfaatan optimal, perairan Maluku

ABSTRACT: Overfishing has an impact on decrease of fish stocks so that it affects status of
fish resource management. This research aims to analyze the optimal utilization of skipjack
resources in the waters of Moluccas. Primary and secondary data were obtained through
interviews and official publications. Data were analyzed through surplus production model
with the techniques of CYP, and continued with the analysis of the bioeconomic model of
Gordon Schaefer. The results showed that at the management regime of MSY, skipjack
production reached 61.461.26 tons, with fishing effort 50,295 trips. At the open access
regime, efforts increased to 84,836 trips with declining of production to 32,475.32 tons.
Compared to both the MSY and open access, resource management regime at the MEY
contributed to a higher economic rent, Rp 327,868,123,7700, but a lower fishing effort of
42,418 trips, and production 59,953.41 tons. Based on the bio-techno-economic values, the
management regime of MEY was classified as the optimal utilization of the skipjack
resources.

Keywords: Skipjack resources, optimal utilization, Moluccas waters


126 Pemanfaatan Optimal Sumberdaya Cakalang …

PENDAHULUAN perikanan menjadi pendekatan biologis dan


ekonomis yang dikenal sebagai model
Potensi sumberdaya perikanan Indonesia
bioekonomi Gordon-Schaefer (G-S) (Gordon
dapat dijadikan argumen untuk meningkatkan
1954). Model G-S banyak digunakan untuk
pembangunan ekonomi nasional melalui
menganalisis pola pengelolaan sumberdaya
penyediaan lapangan kerja, perolehan devisa
perikanan secara optimal dan berkelanjutan.
Negara melalui ekspor, peningkatan pendapatan
Sumberdaya perikanan terkendala dengan
serta sejumlah efek pengganda (multiplier
persoalan biologi dan ekonomi sehingga
effects) ekonomi lainnya. Ironisnya,
pendekatan pengelolaannya harus mengacu
pembangunan sektor perikanan masih jauh dari
pada prinsip best-use dalam upaya untuk
harapan. Nelayan masih dalam kondisi miskin
memaksimalisasi manfaat sosial dan ekonomi
dan terkebelakang dibanding kelompok
(Mitchell 1979). Analisis bioekonomi dilakukan
masyarakat lainnya (Wiyono dan Mautrauddin
2016). untuk memahami perilaku sektor perikanan
sebagai sistem sosial-ekologis yang dinamis dan
Perikanan merupakan sistem yang
memadukan aspek sosial-ekologi, di mana para berperan dalam skenario perdagangan seafood
manejer perikanan mencoba untuk secara tidak global (Gianelli and Defeo, 2017).
langsung mengelola persediaan sumberdaya Model bioekonomi diaplikasi untuk
dengan perilaku manusia untuk manfaat sosial menentukan jumlah upaya, produksi serta rente
yang diharapkan, misalnya pemanfaatan ekonom, termasuk biomasa sumberdaya pada
sumberdaya dan keuntungan maksimal yang berbagai kondisi pengusahaan, yakni MSY,
berkelanjutan (Rieman et al., 1990). Perikanan MEY dan OA. Pengusahaan MSY untuk
menentukan tingkat upaya optimal yang dapat
tangkap yang merupakan sumber ekonomi
masyarakat pesisir perlu dikelola dengan baik, menghasilkan produksi ikan lestari tanpa
termasuk mengelola sumberdaya ikan yang mempengaruhi stok ikan dalam jangka panjang
merupakan natural input bagi keberlanjutan (Kompas et al., 2011). MSY adalah cara
usaha perikanan. Pengelolaan perikanan dapat sederhana untuk mengelola sumberdaya dengan
dilakukan melalui pendekatan kebijakan untuk mempertimbangkan bahwa eksploitasi
mengatasi problem klasik perikanan seperti berlebihan menyebabkan hilangnya
kegagalan dalam tata kelola, stok ikan yang produktivitas (Kar and Chakraborty, 2009).
collaps dan mengurangi kemiskinan (Cinner et Sistem pengusahaan MEY merupakan konsep
al., 2013; Yulianto et al., 2016). Pemanfaatan keseimbangan jangka panjang di mana produksi
sumberdaya ikan tanpa kendali dikhwatirkan dan upaya tangkap memberikan keuntungan
dapat mengancam kelestarian sumberdaya maksimum (Grafton et al., 2010).
tersebut pada waktu mendatang (Fauzi, 2010). Potensi sumberdaya pelagis besar
Timbul pertanyaan mendasar, berapa besar termasuk ikan cakalang di perairan Maluku
sumberdaya ikan cakalang di perairan Maluku yang terdistribusi pada WPP-RI 714, WPP-RI
dapat dimanfaatkan saat kini, berapa yang 715, dan WPP-RI 718 diperkirakan sebesar
tersedia untuk masa mendatang dan bagaimana 261,5 ton per tahun, sementara produksi total
eksploitasi yang efisien dan optimal untuk baru mencapai 101,2 ton per tahun. Berdasarkan
menghasilkan manfaat ekonomi yang tinggi. angka-angka tersebut, terindikasi bahwa tingkat
Pengelolaan sumberdaya perikanan pada pemanfaatan sumberdaya cakalang berada pada
awalnya didasari pada aspek biologi dengan status moderate dan jika tidak dikelola secara
pendekatan tangkapan maksimum lestari hati-hati dapat mengarah ke over exploited.
(maximum sustainable yield, MSY) yang Tercatat dalam lima tahun terakhir, telah terjadi
dikembangkan oleh Schaefer, namun konsep peningkatan armada penangkapan cakalang
tersebut dikritik oleh beberapa ahli sebab (huhate, pukat cincin kelompok pelagis besar,
pendekatan tersebut tidak mempertimbangkan dan pancing tangan) sebesar 20,3 persen (DKP
aspek sosial ekonomi. Memahami kelemahan Maluku, 2016). Meningkatnya armada
yang terjadi, Gordon mengintegrasikan aspek penangkapan dari waktu ke waktu
ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya memperlihatkan bahwa kebijakan pembatasan
Jurnal TRITON Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017, hal. 125 – 134 127

intensitas penangkapan belum dilakukan secara Analisis data


efektif sehingga terakumulasi pada (a) CPUE (Catch per Unit Effort)
penangkapan sumberdaya ikan cakalang yang Perhitungan CPUE merupakan rasio
berlebihan (overfishing). Selain itu, sumberdaya antara produksi tangkapan dan upaya
cakalang memiliki nilai ekonomis tinggi yang penangkapan per tahun dari setiap alat tangkap
memicu penangkapan terhadap sumberdaya cakalang. Formula CPUE yang digunakan
tersebut sehingga perlu perhitungan optimasi sebagai berikut:
pemanfaatan berdasarkan faktor biologi (Utama
et al., 2015). Indikasi overfishing akibat
peningkatan upaya penangkapan tanpa
memperhatikan parameter biologis dan kondisi
sumberdaya ikan merupakan fenomena penting Keterangan:
dalam pengelolaan perikanan tangkap (Hiariey, CPUE = produksi tangkapan per upaya
2010). Berapa besar upaya yang digunakan penangkapan pada tahun ke-t
untuk mencapai keseimbangan biologi dan Catcht = produksi tangkapan pada tahun ke-t
ekonomi menjadi kebutuhan dasar pengelolaan Effortt = upaya penangkapan pada tahun ke-t
sumberdaya cakalang di perairan Maluku, (b) Standarisasi alat tangkap
sebagai upaya untuk menghindari eksploitasi Standarisasi alat tangkap dilakukan karena
berlebihan yang terjadi pada perikanan dunia perikanan tropis bersifat multispesies dan
saat ini (Myers and Worm, 2003; Waileruny et multigear, artinya satu jenis ikan dapat
al., 2014). Mengacu pada masalah tersebut, ditangkap oleh beberapa alat tangap (gear). Alat
maka tujuan dari tulisan ini adalah menganalisis tangkap yang ditetapkan sebagai standar adalah
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan yang mempunyai produksi tertinggi.
cakalang di perairan Maluku. Tulisan ini Diasumsikan jenis alat tangkap tersebut
diharapkan dapat memberikan informasi awal mempunyai kemampuan tangkap (fishing power
bagi pembuatan kebijakan pengelolaan index, FPI) sama dengan satu. Huhate
sumberdaya ikan cakalang secara berkelanjutan. digunakan sebagai alat tangkap standar dengan
nilai FPI adalah satu karena memenuhi kriteria
produksi tertinggi. Nilai FPI alat tangkap pukat
METODE PENELITIAN cincin kelompok pelagis besar dan pancing
Pengumpulan data tangan ditentukan berdasarkan nilai FPI standar.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Formula untuk mengetahui FPI adalah sebagai
Desember 2016 hingga Mei 2017 berlokasi di berikut:
Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah,
mengingat dua wilayah ini merupakan pusat
pendaratan ikan cakalang di Maluku. Data
primer berupa harga ikan dan biaya produksi, Sedangkan FPIst = , artinya
dikumpulkan secara purposive dari pemilik merupakan alat tangkap standar. Faktor
kapal huhate sebanyak 20 unit, pukat cincin kemampuan alat tangkap ke-i adalah:
kelompok pelagis besar 5 unit dan pancing
tangan 25 unit. Pertimbangan pemilihan sampel
adalah kapal-kapal tersebut memiliki data
lengkap selama satu tahun operasi. Data Keterangan:
sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan CPUEst = hasil tangkapan per upaya alat
Perikanan Propinsi Maluku periode 1996-2015, tangkap standar huhate
berupa produksi tangkapan dan jumlah upaya CPUEi = hasil tangkapan per upaya
penangkapan. penangkapan alat tangkap ke-i
128 Pemanfaatan Optimal Sumberdaya Cakalang …

Cs = hasil tangkapan dari huhate


Ci = hasil tangkapan dari alat tangkap ( ( ) )
ke-i Keterangan:
Fst = upaya dari jenis huhateFPIst = TR = penerimaan total (Rp)
faktor kemampuan tangkap dari TC = biaya total (Rp)
huhate Π = profit (Rp)
FPIi = faktor kemampuan tangkap dari p = harga rata-rata ikan cakalang (Rp)
jenis alat tangkap ke i h = hasil tangkapan (ton)
i = jenis alat tangkap (huhate, pukat c = biaya penangkapan per satuan upaya (Rp)
cincin, dan pancing tangan) E = upaya penangkapan (trip)
(c). Perhitungan parameter biologi Formulasi bioekonomi statis pada setiap
Parameter biologi r, K, q diestimasi pengusahaan sumberdaya cakalang dicantumkan
menggunakan model surplus produksi dengan pada Tabel 1.
teknik CYP (Clark, Yoshimoto and Pooley
1992). ( ) (
(
)
)
( ) HASIL DAN PEMBAHASAN
( ) ( )
( ) ( )
( ) Deskripsi teknis alat tangkap cakalang
Berdasarkan statistik perikanan Maluku,
( ) tercatat alat penangkapan ikan (API) yang
( ) digunakan untuk menangkap ikan cakalang
( )
adalah huhate (pole and line), pukat cincin
dan (purse seine) kelompok pelagis besar, dan
pancing tangan. Ukuran kapal huhate 13-32 GT,
Keterangan: kapasitas mesin utama 105-250 HP. Beberapa
U = variabel produksi per unit upaya kapal huhate telah dilengkapi alat navigasi
berupa GPS. Jumlah tenaga kerja nelayan
(d) Keseimbangan bioekonomi sebanyak 15-27 orang. Waktu operasi
Analisis keseimbangan bioekonomi ikan penangkapan 2-6 hari per trip. Kapal pukat
cakalang menggunakan pendekatan model cincin ukuran besar telah dilengkapi dengan
optimasi statis, yang mengacu pada metode peralatan navigasi, seperi echosounder dan fish
surplus produksi oleh Schaefer (1954), dengan finder. Waktu penangkapan 1 hari per trip (one
formula: day fishing). Jumlah tenaga kerja nelayan
qE berkisar antara 12-17 orang. Rata-rata ukuran
h  qKE (1  ) atau hasil tangkapan rata-rata
r kapal pukat cincin berkapasitas 19 GT.
h q2K Kapal huhate yang digunakan rata-rata
(catch per unit efffort, CPUE),  qK  E berukuran panjang 7,6 – 9,3 m, lebar 80 – 100
E r
cm dan tinggi/dalam 90 – 120 cm. Penggerak
Analisis bioekonomi pengelolaan kapal pancing adalah mesin tempel (outboard
sumberdaya cakalang yang memiliki rente machines) as pendek, merek yamaha 15 PK.
ekonomi maksimum diperoleh melalui model Jumlah nelayan pada setiap operasi
Gordon-Schaefer (G-S), yaitu dengan penangkapan berjumlah 1-2 orang. Kapal-kapal
memasukkan harga ikan dan biaya produksi ke ini tidak dilengkapi dengan alat navigasi karena
dalam model G-S. Dengan demikian, formula daerah penangkapan masih berada pada wilayah
rente ekonomi π = TR - TC atau π = p.h – c.E, pesisir dengan jarak tempuh 1,5 hingga 2 jam.
diformulasikan sebagai berikut:
Jurnal TRITON Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017, hal. 125 – 134 129

Tabel 1. Model optimasi statis berdasarkan kondisi pengusahaan sumberdaya


Parameter Kondisi pengusahaan sumberdaya
Bioekonomi MSY Sole owner/MEY OA
Produksi
( )( ) ( )
(h)
Upaya ( ) ( )
(E)
Rente ekonomi
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
(π)
Biomasa
( )
(x)
Sumber: Fauzi (2004)

Teknik penangkapan cakalang dengan alat dan lampu berdaya ≤ 16.000 watt. Menurut
penangkapan ikan (API) huhate pada awalnya Solomon and Ahmed (2016), penggunaan
menggunakan umpan hidup yang bertujuan lampu buatan (lampu halida logam, lampu pijar)
untuk menarik perhatian ikan agar lebih untuk menarik ikan dan merupakan teknik yang
mendekat pada area pemancingan. Sebaiknya efisien untuk memperoleh tujuan tangkapan.
diketahui arah renang ikan sehingga proses Penangkapan cakalang dengan menggunakan
pemancingan lebih efektif. Posisi kapal saat pancing tangan dilakukan dengan dua teknik
memancing harus pada sisi kiri dan kanan pada pemancingan yaitu secara horizontal pada
gerombolan ikan, bukan dari arah belakang. permukaan air (teknik penangkapan dengan
Saat gerombolan ikan berada dekat haluan pancing tonda) selain itu pancing ulur dilakukan
kapal, kecepatan mesin dikurangi sementara itu secara vertikal.
jumlah umpan hidup yang dilempar ke laut
dapat dikurangi. Pemancing dapat menggunakan Produksi ikan cakalang
umpan tiruan yang terbuat dari sobekan kain, Data produksi cakalang yang ditangkap
guntingan tali raffia atau bulu ayan yang dengan ketiga alat tangkap, huhate, pukat cincin
dikaitan menutupi kail agar tidak tampak oleh dan pancing (DKP Maluku 1996-2015)
ikan. Cara ini dilakukan nelayan untuk efisiensi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun
umpan hidup yang terbatas jumlahnya. Pukat (Gambar 1). Tercatat produksi rata-rata
cincin kelompok pelagis besar dalam operasi cakalang dengan menggunakan huhate sebesar
penangkapan cakalang dilakukan dengan 16.631,35 ton per tahun; pukat cincin 5.604,28
menebar jaring melingkari gerombolan ikan, ton per tahun sedangkan pancing tangan sebesar
setelah ikan terkumpul maka jaring ditarik ke 8.659,39 ton per tahun. Berdasarkan nilai-nilat
atas kapal dengan menggunakan power block. tersebut, hasil tangkapan huhate tertinggi karena
Penarikan tali cincin harus dilakukan secepat tujuan utama penangkapan huhate adalah ikan
mungkin agar bagian bawah jaring tertutup dan cakalang. Alat tangkap pancing tangan
membentuk kantong sebagai upaya untuk menangkap ikan tuna mandidihing (Thunnus
membatasi ikan meninggalkan jaring. Kegiatan albacares), selain itu cakalang sebagai hasil
penangkapan dengan pukat cincin, selain tangkapan sampingan. Pukat cincin berukuran
dilakukan melalui pengejaran terhadap besar, saat penelitian berlangsung telah
gerombolan ikan, dapat juga menggunakan alat mengalami penurunan jumlah unit tangkap
bantu penangkapan ikan (ABPI) berupa rumpon sehingga terakumulasi pada hasil tangkapan.
130 Pemanfaatan Optimal Sumberdaya Cakalang …

Huhate Pukat cincin Pancing tangan

45
40
Produksi (1.000 ton)

35
30
25
20
15
10
5
0

Tahun

Gambar 1. Fluktuasi produksi cakalang di Maluku selama tahun 1996-2015

Upaya penangkapan pukat cincin 0,02649 ton/trip, dan pancing


Upaya penangkapan atau effort 0,00130 ton/trip. Tingginya CPUE huhate
merupakan faktor produksi, berupa memberikan peluang lebih besar bagi nelayan
perahu/kapal, alat tangkap, tenaga kerja nelayan huhate mengekstraksi sumberdaya cakalang di
dan sebagainya yang digunakan dalam proses perairan Maluku.
penangkapan untuk memperoleh output. Ukuran
upaya penangkapan didasari atas ukuran standar Analisis bioekonomi cakalang
yaitu trip. Perubahan upaya penangkapan Nilai koefisien biologis dan teknis yang
cakalang selama periode 1996-2015 secara diestimasi dengan teknik CYP, diperoleh nilai
visual ditunjukkan pada Gambar 2. Rata-rata laju pertumbuhan intrinsik (r) sebesar
upaya penangkapan cakalang sebesar 922.656 0,1810655, kemampuan daya dukung (K)
trip. Upaya penangkapan tertinggi adalah sebesar 1.357.768,40, dan kemampuan daya
pancing, yaitu 90,87 persen dan sisanya huhate tangkap (q) sebesar 0,000001804. Nilai dugaan
dan pukat cincin. Tingginya upaya penangkapan r, K, dan q dimanfaatkan untuk mengestimasi
dengan pancing karena fakta menunjukkan, di ketersediaan sumberdaya ikan lestari.
Maluku alokasi alat tangkap pancing lebih Berdasarkan nilai dugaan biologis-teknis dibuat
banyak dibandingkan dengan lainnya. kurva produksi lestari dan produksi aktual ikan
cakalang di perairan Maluku (Gambar 4).
CPUE Terindikasi telah terjadi overfishing secara
Model perhitungan upaya relatif biologi atau tangkap lebih pada perikanan
didasarkan pada nilai hasil tangkapan per upaya cakalang di perairan Maluku pada tahun 1998
penangkapan (CPUE) dari satu jenis alat dan 2008. Pada kedua tahun tersebut produksi
tangkap, di mana nilai tersebut digunakan aktual lebih tinggi dibandingkan produksi
sebagai pembanding antar alat tangkap. Agar lestari. Produksi aktual sama dengan produksi
beberapa unit alat tangkap yang berbeda saling lestari terjadi pada tahun 2007 dan 2009. Secara
bersesuaian, maka setiap unit harus umum, produksi aktual masih berada di bawah
dikonversikan ke dalam CPUE relatif. Nilai produksi lestari yang mengindikasikan bahwa
CPUE dari alat tangkap huhate, pukat cincin pemanfaatan sumberdaya cakalang di perairan
dan pancing selama periode 1996 hingga 2015 Maluku belum mengalami tekanan sehingga ada
selalu berfluktuasi (Gambar 3). Rata-rata CPUE peluang bagi nelayan cakalang memperoleh
tertinggi terdapat pada alat tangkap huhate, keuntungan jika pengelolaan sumberdaya
yakni sebesar 0,13128 ton/trip, diikuti oleh dilakukan dengan tepat dan benar.
Jurnal TRITON Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017, hal. 125 – 134 131

Huhate Pukat cincin Pancing tangan


2500
Upaya (10.000 trip)

2000

1500

1000

500

Tahun

Gambar 2. Trend upaya penangkapan cakalang di perairan Maluku

Huhate Pukat cincin Pancing


3

2,5
CPUE (ton/trip)

1,5

0,5

0
1995 2000 2005 2010 2015 2020
Tahun

Gambar 3. Fluktuasi CPUE berdasarkan jenis alat tangkap

Produksi Produksi
90
Produksi (1.000 ton)

80
70
60
50
40
30
20
10
0

Tahun

Gambar 4. Perbandingan produksi aktual dan produksi lestari


132 Pemanfaatan Optimal Sumberdaya Cakalang …

Keseimbangan bioekonomi digunakan secara penuh sehingga secara fisik produksi


untuk menganalisis produksi, upaya, rente ikan meningkat namun rente ekonomi yang
ekonomi dan biomasa pada berbagai kondisi diperoleh lebih rendah dari titik MEY. Pada
pengusahaan sumberdaya ikan cakalang di sistem open access, walaupun upaya
perairan Maluku (Tabel 2). Hasil analisis penangkapan tinggi namun produksi yang
menunjukkan tingkat produksi, upaya dihasilkan rendah, tanpa rente ekonomi. Bentuk
penangkapan, rente ekonomi dan biomasa pengusahaan ini bersifat tidak ekonomis dan
antara pengusahaan MSY dan MEY memiliki berdampak pada regenerasi sumberdaya ikan.
angka bervariasi, walaupun relatif kecil. Pada Bentuk pengusahaan tersebut tidak efisien
pengusahaan MEY, upaya penangkapan dan karena alokasi sumberdaya modal dan tenaga
produksi adalah rendah dari pengusahaan MSY. kerja tidak rasional. Jika upaya penangkapan
Pada sistem MEY, upaya penangkapan yang dilakukan lebih besar dari upaya OA (sebelah
dialokasikan lebih kecil tetapi menghasilkan kanan OA) maka rente ekonomi bernilai negatif
produksi, rente ekonomi dan biomasa yang lebih (Gambar 5). Pada sistem ini, nelayan akan
besar jika dibandingkan dengan keseimbangan meninggalkan industri penangkapan.
open access. Menurut Xuan and Amstrong Kegiatan penangkapan di bawah
(2017), metode numerik dapat diterapkan pada keseimbangan OA (open access), keuntungan
pengusahaan sumberdaya akses terbuka untuk masih diperoleh karena penerimaan total lebih
mencapai pengelolaan optimal dengan besar dari biaya total (TR>TC). Keuntungan
memberlakukan kawasan lindung sehingga akan terus bertambah seiring dengan
dapat meningkatkan manfaat ekonomi bagi meningkatnya intensitas upaya penangkapan,
nelayan dan pembudidaya Pengendalian hingga mencapai keuntungan maksimal pada
penangkapan secara eksplisit dapat diterapkan titik MEY sebesar Rp. 327.868.123.770 dengan
untuk mencapai tujuan bioekonomi. upaya penangkapan mencapai 42.418 trip,
Peningkatan economic return merupakan tujuan kemudian keuntungan pada titik MSY sebesar
bagi masyarakat dan industri perikanan yang Rp. 316.555.720.130 dengan upaya 50.295 trip.
dapat tercapai dengan meningkatkan Setelah itu, terjadi penurunan nilai keuntungan
kelimpahan stok. Beberapa hal yang perlu untuk setiap penambahan tingkat upaya
diterapkan untuk mencapai tujuan tersebut, penangkapan, hingga tidak memperoleh
sebagai berikut: (1) tingkat eksploitasi saat ini keuntungan pada saat intensitas pengusahaan
lebih rendah secara ekonomi optimal; (2) sumberdaya ikan cakalang mencapai upaya
meningkatkan stabilitas eksploitasi tahunan; dan penangkapan sebesar 84.836 trip. Pada sistem
(3) tingkat eksploitasi harus ditekan sampai titik ini, tidak ada batasan bagi individu nelayan
batas bawah dari CPUE (Mc Garvey et al. untuk keluar atau masuk ke dalam industri
2016). perikanan tangkap, namun secara ekonomi
Titik MEY memberikan keuntungan pengusahaan sumberdaya cakalang pada titik
maksimum bagi pemilik kapal dan nelayan OA tidak menguntungkan. Keuntungan
(Lopes et al. 2011). Pada kondisi pengusahaan komparatif sumberdaya terbagi habis karena
MSY, sumberdaya ikan cakalang dimanfaatkan adanya persaingan penangkapan antar nelayan.

Tabel 2. Nilai bioekonomi pada berbagai kondisi pengusahaan sumberdaya cakalang di perairan Maluku

Parameter Kondisi pengusahaan


bioeknomi MSY MEY OA
Produksi (ton) 61 461,26 59.953,41 32 475,32
Upaya (trip) 50 295 42 418 84 836
Rente ekonomi (juta Rp) 316 555,72 327 868,12 0 00
Biomasa (ton) 678 884,30 785 217,34 212 666,67
Jurnal TRITON Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017, hal. 125 – 134 133

TR TC Poly. (TR)
500000
450000
400000
TR; TC (juta.Rp)

OA
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0 MSY
0 20000 MEY
40000 60000 80000 100000 120000
Upaya (ton)
Gambar 5. Grafik hubungan penerimaan total dan biaya total dari kegiatan penangkapan cakalang di perairan
Maluku

KESIMPULAN DAN SARAN 2. Perlu dilakukan sistem pengawasan,


Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan evaluasi dan pendataan hasil perikanan
sebagai berikut : tangkap yang sistimatis dan konsisten serta
ditegakannya hukum dan peraturan demi
1. Estimasi sumberdaya cakalang
menunjukkan bahwa produksi lestari di terwujudnya tujuan pengelolaan
Laut Maluku mencapai 61.461,26 sumberdaya perikanan
ton/tahun, upaya optimum 50.295 trip, dan
rente ekonomi Rp. 316.555.720.130.- Pada
kondisi MEY, upaya sebesar 42.418 trip, DAFTAR PUSTAKA
produksi mencapai 59.953,41 ton/tahun, Cinner J.E, McNeil, M.A., Basurto, X, and Gelcich,
dengan rente ekonomi sebesar Rp. S. 2013. Looking Beyond the Fisheries Crisis;
327.868.123.770. Kondisi keseimbangan Cumulative Learning from Small-scale
atau open access tercapai pada tingkat Fisheries through Diagnostic Approaches.
produksi sebesar 32.475,32 ton/tahun Editorial; Global Environ. Change 2 (6), pp.
1359-1365.
dengan upaya penangkapan 84.836 trip.
Clark R.P, Yoshimoto S.S, and Pooley S.G. 1992. A
2. Selama tahun pengamatan 1996 hingga Bioeconomic Analysis of the Northwestern
2015, secara umum pemanfaatan Hawaiian Islands Lobster Fishery. Journal of
sumberdaya cakalang di perairan Maluku Political Economic. Vol.7, pp.115-140.
belum mengalami tekanan penangkapan, DKP Maluku. 1996-2015. Statistik Perikanan: Dinas
kecuali tahun 1998 dan 2008 telah Perikanan dan Kelautan Maluku Tahun 1996-
menunjukkan gejala yang mengarah ke 2015.
overfishing. DKP Maluku. 2016. Statistik Perikanan: Dinas
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan Perikanan dan Kelautan Maluku Tahun 2017.
hasil penelitian adalah : Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan
1. Pemerintah daerah segera mengatur jumlah Lingkungan. Teori dan Aplikasi. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. 259 hal.
upaya tangkapan dari sumberdaya cakalang
________. 2010. Ekonomi Perikanan; Teori,
ke tingkat eksploitasi optimal sehingga Kebijakan dan Pengelolaan. PT Gramedia,
sumberdaya tersebut dapat lestari dan Jakarta. 224 hal.
berkelanjutan. Gianelli I, Defeo 0. 2017. Uruguayan Fisheries
under an Increasingly Globalized Scenario:
134 Pemanfaatan Optimal Sumberdaya Cakalang …

Long Term Landings and Bioeconomic North American Journal of Fisheries


Trends. Vol 190, June 2017, pp. 53-60. Management, 10, 228–241 pp.
Gordon H.S. 1954. The Economic Theory of a Sanchirico J.N, Wilen J.E. 2001. A Bioeconomic
Common Property Resource: The Fishery. Model of Marine Reserve Creation. Journal of
Journal of Political Economic. Vol. 62, pp. Environmental Economics and Management,
124-142. 42, pp. 257–276.
Grafton R.Q, Kompas T, Chu L and Che N. 2010. Schaefer M.B. 1954. Some Considerations of
Maximum Economic Yield. The Australian Population Dynamics and Economics in
Journal of Agricultural and Resource Relation to the Management of the
Economic. Vol. 54, 2010, pp. 273-280 Commercial Marine Fisheries. J. Fish.
Hiariey J. 2010. Bioekonomi dan Efisiensi Res.Bd. Canada, 14(5), pp.669-681.
Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Maluku. Solomon O.O, Ahmed O.O. 2016. Fishing with
Ichthyos; Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Light; Ecological Consequences for Coastal
Perikanan dan Kelautan. Vol. 9 No. 2. Habitats. International Journal of Fisheries
Kar T.K, Chakraborty K. 2009. Bioeconomic and Aquatic Studies. 4(2), 2016, pp. 478-483.
Analysis of Maryland’s Chesapeake Bay Utama P.B, Kusumastanto T, dan Zulbainarni B.
Oyster Fishery with Reference to the Optimal 2015. Pengelolaan Perikanan Cakalang
Utilization and Management of the Resource. Berkelanjutan Dengan Pendekatan
International Journal of Engineering, Science Bioekonomi di Kabupaten Flores Timur.
and Technology. Vol. 1, No. 1, 2009, pp. 172- Jurnal Marine Fisheries. ISSN: 20875-4235,
189. Vol. 6, No. 1 (2015). 1-11 hal.
Kompas T, Grafton R.Q, and Che N. 2011. Target Waileruny W, Wiyono E.S, Wisudo S.H,
and Path; Maximum Economic Yield in Purbayanto A and Nurani T.W. 2014.
Fisheries Management: ABARES Technical Bioeconomic Analysis of Skipjack
Report 11.3, Canbera, July 2011. (Katsuwonus pelamis) Fishery on Sea Banda-
Lopes A.N, Pascoe S. 2011. Net Economic Effects Maluku Province. International Journal of
of Achieving Maximum Economic Yield in Science; Basic and Applied Research
Fisheries. Marine Policy 35 (2011) 489-495. (IJSBAR). ISSN 2307-4531, Vol. 14, No. 1,
Contens Lists Available at Science Direct pp. 239-251.
Journal. Home page: Wiyono S.R, Mustrauddin. 2016. Faktor-faktor yang
www.elsevier.com/locate/marpol. Mempengaruhi Kinerja Pembangunan
McGarvey R, Matthews J.M, Feenstra J.E, Punt A.E Perikanan: Studi Kasus pada Perikanan
and Linnane A. 2016. Using Bioeconomic Tangkap di Indramayu. Marine Fisheries.
Modeling to Improve Harvest Strategy for a Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan
Quota-Based Lobster Fishery. Vol. 183, Laut. ISSN: 2087-4235, Vol. 7. No. 1 (2016),
November 2016, pp. 549-558. 109-115 hal.
Mitchell T.L. 1979. Bioeconomic of Commercial Xuan B.B, Amstrong C.W. 2017. Marine Reserve
Fisheries Management. Journal of the Creation and Interactions between Fisheries
Fisheries Research Board of Canada, 1979, and Capture-Based Aquaculture: A Bio-
Vol. 36, No. 6, pp. 699-704. economic Model Analysis. Natural Resource
Myers R.A, Worm B. 2003. Rapid World Wide Modeling. Vol. 30, Issue 2, May 2017.
Depletion of Predator Fish Communities. Yulianto G, Suwardi K, Adrianto L dan Machfud.
Nature Journal, Vol. 423, May 2003. 2016. Status Pengelolaan Sumberdaya Ikan
www.nature.com. Demersal Sekitar Pantai di Kabupaten
Rieman, B.E. & Beamesderfer, R.C. 1990. Indramayu, Jawa Barat. Scientific
Dynamics of a Northern Squawfish Communication in Fisheries and Marine
Population and The Potential to Reduce Science. Omni-Akautik. ISSN 1858-3873 Vol.
Predation on Juvenile Salmonids in a 12 No. 3, (2016), 1-10 hal.
Columbia River Reservoir Oregon USA.

Anda mungkin juga menyukai