Abdul Mughni
Peneliti dan Dosen
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam - Tazkia
Jl. Darmaga raya KM 7, Bogor 16680
www.tazkia.ac.id
1. Latar Belakang
Adalah ketentuan Allah yang menjadikan dan memberikan rizki manusia tidak sama,
karena Dialah yang memberi dan mengatur rizki semua yang ada di alam jagat raya.
Kondisi sosial masyarakat adalah bukti nyata akan hal tersbut, dimana kita melihat
dan menyaksikan perbedaan taraf hidup manusia tidak pernah memandang lawan
jenis, tempat dan situasi. Dimanapun akan kita lihat orang miskin dan kaya, orang
yang berkecukupan dan orang yang sangat membutuhkan.
Lahirnya keuangan mikro sebagi upaya dalam menjembatani permasalahan yang ada
merupakan bukti lain dari perbedaan penghasilan, dan kemampuan yang memang
telah diatur Allah subhanahu wataala, sebagaimana ayat dalam Al Qur'an yang
berbunyi :
ات ِلَيتَّ ِخ َذ
ٍ ض َدرج
َ َ ٍ ق َب ْع
َ ضهُ ْم فَ ْو ُّ ِّك َن ْح ُن قَ َس ْمَنا َب ْيَنهُ ْم َم ِعي َشتَهُ ْم ِفي اْل َحَي ِاة
َ الد ْنَيا َو َرفَ ْعَنا َب ْع َ ون َر ْح َمةَ َرب ِ ُأ
َ َه ْم َي ْقس ُم
Tabel 1.
penelitian atas lembaga keuangan mikro pedesaan yang diselenggarakan oleh Bank
Pembangunan Asia (Asian Development Bank) pada tahun 2003
Setengah Jumlah Jumlah
Unit resmi Lain – lain
resmi rekening peminjam
6.000 unit 48.000 unit 45 juta 32 juta 800.000
rekening peminjam kelompok lain
tabungan
.
Bercermin dari sejarah, maka sektor keuangan mikro resmi di Indonesia memiliki
pondasi didalam sistem keuangan pedesaan yang umurnya sudah mencapai lebih dari
satu abad, yang mencakup berbagai lembaga ditingkat nasional, kabupaten dan desa.
Bank pedesaan yang pertama berdiri pada tahun 1895 dan diawal abad ke 20 sudah
ada 13.000 lembaga didalam masyarakat, yang secara cepat menggantikan perbankan
barter barang (banking in-goods) dengan perbankan uang (banking in-money). Ini
dapat dipandang sebagai faktor yang sangat penting bagi sejumlah besar program dan
layanan keuangan mikro dan pedesaan. Kerangka kerja hukum, pengaturan dan
pengawasannya lebih bervariasi dibanding hampir setiap negara berkembang yang
ada didunia. 1
Ada pandangan bahwa kemiskinan akan lebih banyak ditemui di wilayah perkotaan
seiring meningkatnya urbanisasi dan krisis ekonomi yang terjadi dalam beberapa
tahun terakhir. Padahal sebelumnya kemiskinan diidentikkan dengan fenomena desa
atau daerah terpencil yang minus sumber dayanya. Tapi kemiskinan tetap sebagai
1
Dari http://www.profi.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=10&Itemid=14,
di ambil pada tgl 4 Mei 2008
suatu kondisi sosial yang umumnya invisible dan belum dipahami sepenuhnya oleh
para pengambil keputusan ini pula yang menjadi motif utama pelaksanaan Proyek
Penanggulangan Kemiskinan diPerkotaan (P2KP) yang dalam pelaksanaannya
menggunakan paradigma dan pemahaman baru.
Pada awalnya kemiskinan selalu dikaitkan dengan faktor ekonomis, yang dinyatakan
dalam ukuran tingkat pendapatan (income) atau tingkat konsumsi individu atau
komunitas. Lembaga donor internasional seperti Bank Dunia atau Bank Pembangunan
Asia (ADB), sebagai contoh, pada periode sebelumnya menggunakan tingkat
pendapatan $ 1 per hari sebagai batas proverty line . Sementara di negara-negara
berkembang kemiskinan diukur dengan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar, yang
dinyatakan dalam ukuran kebutuhan hidup minimum atau kebutuhan kalori.
Pandangan di atas jelas berimplikasi pada pendekatan yang digunakan untuk
mengentaskan kemiskinan tersebut. Seperti banyak diterapkan di negara-negara
berkembang umumnya upaya pengentasan kemiskinan dilakukan dengan
pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Para pengambil keputusan
memandang pertumbuhan output nasional dan regional yang dinyatakan dalam
pendapatan perkapita atau GNP dapat mendorong kegiatan ekonomi lainnya
(multiplier effect), yang pada gilirannya menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan
peluang berusaha. Bila skenario ini berjalan sesuai asumsi tersebut, kemiskinan secara
tidak langsung dapat dientaskan. 2
2
Adam Felix, Pengentasan Kemiskinan melalui Pemberdayaan Masyarakat
3
Ascarya and Yulizar S. dalam Redefine Micro, smalll and medium Enterprises Clasiffication
hal 3
(microfinance) meliputi pinjaman, tabungan-tabungan, asuransi, layanan transfer,
dan berbagai produk keuangan yang ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan
rendah (low-income clients. 4
Yang terakhir membedakan antara micro credit dengan micro finance, dengan
penekanan bahwa yang lebih dibutuhkan adalah micro finance karena cakupan
bantuan yang lebih luas dalam membantu permasalahan masyarakat miskin tidak
terbatas pada aspek pinjaman saja melainkan juga aspek tabungan, asuaransi dan jasa
keuangan lain .
Pada kenyataan di lapangan masih terdapat kerancuan dalam praktek keuangan mikro
dalam klasifikasi yang diberikan. Klasifikasinya tersebut ialah kredit limit bagi usaha
mikro 0-50 juta. Hal ini terlalu besar, karena pada prakteknya keuangan mikro BMT
dan yang lainnya hanya memberikan kredit limit bagi orang miskin yang
membutuhkan 0-5 juta rupiah, oleh karena itu perlu definisi ulang tentang klasifikasi
kredit limit keuangan mikro seperti yang diusulkan dibawah ini
Tabel 2.
usulan kredit limit keuangan Mikro
(dalam juta rupiah)5
Tabel. 3
Kredit limit, skema akad dan provider lembaga
berdasarkan usulan klasifikasi diatas
4
www.yearofmicrocredit.org
5
Ascarya dan Yulizar, Redefine Micro, Smal and Medium Enterprises Classifiation, hal 12
CLASS Credit Limit Scheme Provider
Charity <1 Tabarru’ B.Maal.T
Super Micro 0–5 Tijarah B.M.Tamwiel
Teori diatas Micro 5 – 50 Tijarah BMT / BPRS
adalah Small 50 – 500 Tijarah BPRS / BUS
Medium 500 – 5000 Tijarah BUS
konsep
keuangan mikro secara konvensional yang perlu di Islamisasi dengan menjadikan
syariah dan aturannya sebagai pijakan atau titik tolak, sarana dan tujuan yang ingin
dicapai. Keuangan Mikro Islam tidak hanya memperhatikan pada aspek pemberian
credit dan finance tetapi lebih dari itu Islam mengajarkan kita untuk memperhatikan
dan peduli terhadap orang miskin dengan sikap pro aktif tidak menunggu dalam
pengertian membantu orang miskin jika diminta, ataupun memberi bantuan bila
ditagih saja dst. Dalam hadis Rasulullah menjelaskan tentang definisi miskin yaitu :
) ( متفق عليه. اس َّ وم فََي ْسأَ ُل ِ ُ طن بِ ِه فَيتَص َّد ِِ
َ الن ُ ُق َعلَْيه َواَل َيق َ ُ ُ َ ُي ْغنيه َواَل ُي ْف
) اس ِإْل َحافًا }( متفق عليه ِ ُ ِّين اْل ُمتَ َعف ِ ِ ِ ََواللُّ ْق َمت
َ ُف ا ْق َر ُءوا ِإ ْن شْئتُ ْم { اَل َي ْسأَل
َّ ون
َ الن َ ان ِإ َّن اْلم ْسك
ْ َّدقَ ِة َوأ
َح َوج ِإلَْيهَا لَْي َس ُه َو َ ق بِالص
ّ َح َِّ ِ ِ ِ
َ اْلم ْسكين اْل َكامل اْل َم ْس َكَنة الذي ُه َو أ: قال اإلمام النووي في شرحه على مسلم
6
. َب ْل َم ْعَناهُ َن ْفي َك َمال اْل َم ْس َكَنة، الطَّ َواف
Dua hadis diiatas yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim memberikan
pengertian lain tentang orang miskin, yaitu orang miskin sebenarnya bukanlah orang
6
من الشاملة491 صفحة3 ج, شرح النووي على مسلم
7
من الشاملة44 ص4 ج, عون المعبود
yang minta-minta tetapi orang yang tidak mendapatkan kepedulian dan perhatian dari
orang kaya, tidak pula mendapatkan sedekah darinya sehingga dia dapat memenuhi
kebutuhannya. Karena orang miskin sejati mempunyai martabat sehingga ia tidak
akan meminta-minta, itulah miskin sesungguhnya yang lebih berhak untuk menerima
sedekah, bukan berarti orang yang minta-minta tidak miskin tetapi tidak sempurna
kemiskinannya sebagaimana diterangkan oleh Imam Nawawi, Allah berfriman :
3. Permasalahan UKM
Hasil penelitian tim UGM8 didapatkan beberapa permaslahan yang sering dihadapi
oleh UKM. Data di bawah ini menjelaskan masalah yang dihadapi dari sisi produksi
hingga pemasaran, antara lain :
Dari aspek produksi masalahnya adalah :
1. Kualitas produk rendah
2. Kontinuitas produksi tidak terjamin
3. Inovasi produk rendah
Dari aspek pembiayaan perbankan :
1. Syarat agunan belum mampu dipenuhi
2. Bunga pinjaman terlalu tinggi
8
Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan UKM Tim UGM Kerjasama dengan
LPEM-FEUI dan PSP-IPB
3. Pelaku UKM enggan berurusan dengan perbankan, merasa prosedur
pengajuan kredit yang rumit.
4. Kurangnya sosialisasi dan informasi mengenai pinjaman lunak yang tersedia
untuk mereka.
5. Sistem pembanyaran kembali kredit yang rutin menjadi beban bagi pengusaha
yang penjualan produknya berfluktuasi.
Dari aspek Sumber daya manusia masalah yang dihadapi:
1. Rendahnya jiwa wirausaha
2. Skill rendah
3. Tidak mau mengambil tindakan yang dirasa berisiko, sebuah tindakan hanya
akan diambil jika mersa yakin bahwa tindakan tersebut pasti aman dan tidak
memerlukan pemikiran yang rumit.
4. Puas dengan yang dijalani dan dicapai.
Dari sisi Pemasaran/Promosi
1. Di daerah luar Jawa tidak ada sentra industri kecil, di Jawa terdapat banyak
industri kecil yang belum dikelola secara optimal
2. Di luar Jawa tidak memiliki pelanggan tetap.
3. Jaringan pemasaran belum luas
4. Kurangnya event promosi
5. Tidak semua UKM mempunyai kesempatan untuk mengikuti pameran
maupun promosi yang diadakan.
6. Di Jawa pemasaran sangat tergantung kepada pedagang perantara, baik took
maupun perusahaan pengepakan dan pedagang besar, sebab produk masuk ke
pasar menggunakan merek pedagang perantara
7. Pemasaran menggunakan merek terkenal tanpa lisensi.
Dari sisi Kemitraan masalah yang dihadapi:
1. Kemitraan lebih banyak dalam bentuk pemberian modal lunak
2. Kemitraan dalam bentuk penciptaan jaringan pemasaran banyak ditemukan di
DIY, tetapi tidak banyak untuk daerah lain.
3. Koordinasi antara pemberi pinjaman dan Pemerintah Daerah belum
optimal/tidak ada
4. Sosialisasi program kemitraan sanagat kurang sehingga yang mengetahui
program ini hanyalah UKM yang secara langsung memiliki hubungan dengan
perusahaan Bapak Angkat.
Dari sisi Manjamen usaha
1. Mengelolaan usaha kurang professional
2. Manjemen usaha bersifat tradisional dam kekeluaragaan
3. Manajemen keuangan: tidak ada pemisahan antara keuangan keluarga dengan
perusahaan
4. Manajemen bahan baku kurang diperhatikan
5. Tida ada perencanaan menyeluruh atas proses produksi dan pemasaran
Begitu banyak permaslahan yang dihadapi UKM, karenanya membutuhkan sebuah
program terpadu , berjenjang dan bertahap dalam upaya mengatasi permasalahan yang
ada. Islam dengan kekayaan intelektual dalam akad-akad fiqh yang telah disusun oleh
ulama, memeberikan alternatif solusi yang dapat implementasikan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.
)« ليس بالمؤمن الذي يبيت شبعانا وجاره جائع إلى جنبه » ( رواه الحاكم
9
Disarikan dari Presentasi LKMS oleh Andi Ihsan Arkam pada acara Training AISMIF di
Aceh Maret 2008
Bukan seorang mu'min jika ia tidur dengan perut kenyang sedangkan
tetangganya kelaparan
2. Program pinjaman, program ini menggunakan akad qardh yaitu pemberian
pinjaman tanpa ada tambahan apalagi jaminan dan memberikan keluasaan
kepada orang miskin untuk menggunakan dana tersebut sesuai dengan
kebutuhanya. Dalam sebuah hadis nabi bersabda
Pada saat yang sama mereka dikenalkan dengan jasa keuangan lainya
seperti wadiah dan tabungan mudharobah agar tumbuh budaya menabung
walupun sedikit. Karena sanagt penting bagi para pengusaha kecil tabungan,
dan mereka mampu untuk itu. Setelah program ini berjalan dengan baik,
maka LKMS naik kepada program yang terakhir yaitu :
5. Micro Insurance, program yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat
saling menanggung (risk sharing), sebagai wujud dan bentuk lain dari
kepedulian kepada orang miskin lain. Pada program ini LKMS bisa menjadi
penampung dana mikro asuransi dan mengelolanya serta memudahkan proses
tanggungan tanpa administrsi yang berbelit-belit dalam memberikan manfaat
atau tanggungan bagi anggota yang tertimpa musibah. Dengan demikian
terwujudlah perasaan saling berbagi dalam suka dan duka, diantara kaum
miskin dan dhuafa .
Inilah lima program pokok dan utama yang harus menjadi penggerak LKMS di
masyarakat. Bila salah satunya terabaikan dikhawatirkan LKMS tidak bisa berjalan
sesuai dengan misi dan visinya. Jika LKMS hanya terfokus pada program financing
dan saving saja, maka tidak ada bedanya dengan micro Banking yang banyak di
lakukan lembaga keuangan konvensional. Saat ini jika kita ingin berpartisipasi pada
program pengentasan kemiskinan LKMS wajib menjalankan lima agenda pokok
diatas.
Kelima program tersebut merupkan pengejawantahan Islamic Micro Finance sebagai
solusi dan pengganti sistem ribawi yang dibenci Allah dan rasulnya, hal ini dapat kita
fahami tatkala Allah mengharamkan Riba pasti dilanjutkan denagn solusi, tidak
berhenti pada aspek pengharamannya saja. Simaklah ayat-ayat dibawah ini
Tiga ayat diatas dengan tegas menjelaskan solusi Islam atas sistem Ribawi, ayat yang
pertam Riba disandingkan dengan Zakat, ayat kedua Riba disandingkan dengan Jual
Beli, dan pada ayat yang ketiga Riba disandingkan dengan sedekah. Apa artinya?
Ketika Allah mengharamkan riba atau menutup satu pintu yaitu Riba, pada saat yang
sama Allah membuka 3 pintu yaitu zakat, sedekah dan jual beli, sehingga pintu-pintu
yang halal tersebut dapat dimanfaatkn manusia dalam memenuhi kebuthan
ekonominya. Maha benar Allah dengan segala firmanya.
Dibawah ini gambar tentang solusi atas riba dan bunga
LARANGAN RIBA dan
SOLUSI KEUANGAN SYARIAH
SATU PINTU TERLARANG BERAGAM PINTU DIBUKA
Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak akan me-
nambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itula orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)
5. BMT di Indonesia
Geliat keuangan mikro syariah di Indonesia diawali dengan tumbuhnya BMT-BMT di
tanah air, hingga tahun 2006 tercatat ada :
Tabel .4 10
Jumlah 3749
10
Data dari Presentasi PNM, di Unsud Purwokerto 2006
Berikut kami kutip prinsip utama BMT, fungsi dan peranannya .11
Adapun prinsip utama BMT adalah sebagai berikut:
1. keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dengan mengimplementasikan primsip
syariah dan muamalah Islam kedalam kehidupan nyata
2. Keterpaduan nilai-nilai spiritual dan moral dalam menggerakkan dan
mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif, adil dan berakhlak
mulia
3. kekeluargaan yakni mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan
pribadi, sehingga akan tumbuh rasa saling bmelindungi dan menanggung
4. kesatuan pola pikir sikap dan cita-cita antar semua elemen BMT
5. Kemandirian, berarti tdak bergantung kepada dana-dana bantuan tetapi
senantias proaktif untuk menggalang dana masyarakat.
6. profesionalisme, yaitu semangat kerja yang tinggi dilandasi dengan dasar
keimanan
7. Istiqomah dengan arti konsisten tanpa henti dan putus asa
Fungsi dan Peranan BMT
1. mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong dan
mengembangkan potensi ekonomi anggota dan daerah kerjanya
2. meningkatkan kualitas sumber daya insani anggota menjadi lebih profesional
dan Islami
3. menggalang dan memobilisir potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan anggota
4. menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara kaya dan miskin
untuk dana-dana sosial dan pengembangan usaha produktif .
Brunei Darussalam 14
Di negara kecil yang kaya dengan sumber daya alam, LKMS belum banyak
mendapatkan perhatian, barangkali segmen market yang belum banyak melirik
terhadap sektor tersbut. Baru pada akhir tahun 1999 pemerintah Brunei mendukung
program keuangan mikro dengan mengembangkan SME Financing Scheme di bulan
oktober, dan memperkenalkan skema mikro kredit di bulan April 2007. faktor utama
yang memperlambat sektor ini adalah "Dutch Disease", kondisi warisan kolonialis
Belanda yang lebih mengandalkan kekayaan Alam dan pada saat yang sama
terbelakangnya sektor lain. Brunei sendiri masih mengandalkan Revenue dari sektor
mineral tersebut, terlihat dari data dibawah ini
Tabel 5
Estimated Revenue for 2007-8
Sumber Revenue % $ Millions
Minyak dan Gas 89,6 5,167.00
Non Migas 1.7 100.00
Jasa Pemerintah 8.7 499.34
100 $5,766.34
Filipina 15
Di negara ini, mayoritas muslim tinggal di daerah Otonomi Khusus Mindanao, pada
tahun 2004 atas inisiatif pegiat NGO yang bernama Maria Theresa (non Muslim) dan
akademisi didirikan LKMS dengan nama Islamic BUKO di daerah Basilan Mindanao,
dengan 3 skema yang ditawarkan mikro kredit, mikro saving dan mikro insurance.
Melalui skema Mudharabah dan Musyarakah pinjaman yang diberikan mempunyai
karakter seperti di bawah ini
13
Chiarra Segrado, Islamic Microfinance and Socially Responsible Investmets, hal 15. paper
dari University of Torino dan Dahlia A El Hawary, Islamic Financial Services and microfinance, paper
Juni 2005
14
Hajjah Salam, MME in Brunei an Islamic Approach , paper for Islamic Conference on
Inclusive Islamic Financial Sector Development , Brunei April 2007
15
Sandra Isnaji, A case study in Islamic MME Finance : Islamic Financial Services for Poverty
Alleviation in the Autonomous Region in Muslim Mindanano, paper presented in Islamic conference
on Inclusive Islamic Financial Sector Development , Brunei April 2007
Tabel 6
Kendala utama yang dihadapi BUKO dalam menjalankan program nya adalah aspek
sdm, dari pengelola LKMS trersebut hingga anggota yang menyebabkan kredit macet
karena habis dimakan (amortisasi).
8. Tantangan LKMS
Dari gambaran yang ada di dalam negeri dan di luar tampaknya masalah yang masih
mendominasi dalam pertumbuhan dan perkembangan LKMS di dunia adalah
permaslahan SDM, hal ini dapat dimafhumi mengingat keberadaan LKMS yang
masih seumur jagung, disamping kesadaran masyarakat dan kepedulian terhadap
lembaga keuangam mikro ini yang masih sedikit. Salah satu bukti nyata adalah,
jumlah tenaga kerja yang terserap dalam sektor mikro ini masih sangat sedikit, apalagi
yang memiliki kapabilitas dan kemampuan yang cukup dalam mengelola dan
mengatur keberlangsungannya.
Dalam sebuah survey terungkap bahwa 39 % SDM LKM adalah lulusan SMA, 24 %
SMP, dan hanya 9 % yang memiliki gelar sarjana. Sedangkan dari faktor usia 72 %
mereka pada usia produktif (15-45 th). Belum lagi banyak dari mereka yang belum
mendapatkan pelatihan dan training yang cukup. 16
Tabel 7
16
Ascarya dan Yulizar, Redefine etc
High School
39.4%
Junior High
24.4% Diploma =>
9.5%
Elementary
21.6% Uneducated
5.1%
Tantangan lain yang dihadapi adalah legal aspek, yang masih lambat dalam
mengimbangi perkembangan LKMS yang sangat menjamur. Padahal keuangan Mikro
ini adalah sektor yang sanagt strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Dalam kategori Bank Indonesia, LKM dibagi yang berwujud bank serta non bank.
Untuk yang berwujud bank adalah BRI Unit Desa, BPR dan BKD (Badan Kredit
Desa). Sedangkan yang bersifat non bank adalah koperasi simpan pinjam (KSP),
lembaga dana kredit pedesaan (LDKP), baitul mal wattanwil (BMT), lembaga
swadaya masyarakat (LSM), arisan, pola pembiayaan Grameen, pola pembiayaan
ASA, kelompok swadaya masyarakat (KSM), credit union, dll. Meski BRI dan BPR
dikategorikan sebagai LKM, namun akibat persyaratan peminjaman menggunakan
metode bank konvensional, pengusaha mikro kebanyakan masih kesulitan mengakses.
Terlebih bila keuangan mikro yang diidentikkan dengan penanggulangan kemiskinan,
apakah kedua institusi tersebut melayani yang miskin ? Pertanyaan ini rasanya agak
sulit dijawab. 17
Hal lain yang menjadi tantangan adalah kesadaran masyarakat di segala lapisan untuk
mengenal dan mempelajari konsep LKMS, apalagi masyarakat miskin. Oleh
karenanya diperlukan program Edukasi dan sosialisasi yang berkelanjutan demi
terciptanya lingkungan yang kondusif untuk perkembangan sektor ini.. lebih-lebih
lagi pemerintah pada tahun 2005 telah mencanangkan tahun keuangan Mikro. Hal ini
perlu didukung dan disambut oleh segenap lapisan masyarakat.
Tantangan lain yang dihadapi sektor ini adalah Globalisasi dan kompetisi bebas.
Tergiur dengan market yang masih besar banyak Bank Umum membuat micro
17
Setyo Budiantoro, RUU LKM: janagan Jauhkan Lembaga Keuangan dari masyarakat.
Artikel th 2003
banking. Dengan dukungan modal dan infrastruktur yang kuat, mereka dapat penetrasi
ytang cepat dengan skala yang luas ke market keuangan mikro. Sebagai contoh bank
Danamon yang telah membentuk DSP (Danamon Simpan Pinjam), Allianz insurance
yang telah membuka Islamic Micro insurance dan lembaga keuangan raksasa lain
yang akan menyusul. Perlu kiranya aturan main yang jelas dari regulator dalam hal ini
pemerintah pusat sehingga tidak terjadi kanibalisme sesama LKS. Tak kalah
pentingnya kepada pelaku dan pegiat dalam lapangan ini agar selalu ingat tujuan
utama berdirinya LKM yaitu dalam kerangka pemberdayaan bukan memperdayakan,
karena masih banyak didapati masyarakat kecil diperdayakan untuk meraih
keuntungan pribadi. Dengan kata lain atas nama kemiskinan menjual mereka tapi
tidak menyalurkan sepenuhnya hak bagi orang miskin tersebut. Yang ada pemenuhan
kepentingan pribadi dan golongan tertentu lebih didahulukan daripada kepentingan
masyarakt miskin.
Penutup
Dari tulisan singkat diatas, kita menyadari masih banyak pekerjaan rumah (tugas)
yang harus dilaksanakan. LKMS tidak akan bisa dengan sendirinya untuk mengatasi
masalah kemiskinan yang begitu kompleks dan pelik, akan tetapi kita tidak boleh
bersikap skeptis terhadap peranan dan fungsi LKMS, meskipun masih banyak
kekurangan dan permasalahan yang ditimbulkan, fenomena LKMS adalah sebuah
kebangkitan baru dan kesadaran yang harus diupayakan untuk selalu tumbuh dan
berkembang. Mengingat program keuangan Mikro ini adalah sebuah aksi nyata dalam
upaya mengurangi bahkan mengentaskan problem sosial kemiskian yang dapat
menjerumuskan umat kepada kekufuran. Oleh karena itu segala kegiatan yang bersifat
mendukung dan menunjang program LKMS merupakan bagian integral yang tidak
terpisahkan dari Tauhid dan Iman kepada Allah yang telah menganugerahkan manusia
segala apa yang ada di muka bumi. Semoga Allah selalu membimbing kita kepada
jalan kebenaran amin.
Referensi
1. Ascarya and Yulizar D.Sanrego Redefine Micro, smalll and medium
Enterprises Clasiffication
2. Muhammad Ridwan, Sisdur pendirian BMT, Citra Media Yogyakarta, 2006
3. Chiarra Segrado, Islamic Microfinance and Socially Responsible Investmets,
paper dari University of Torino dan Dahlia A El Hawary, Islamic Financial
Services and microfinance, paper Juni 2005
4. Hajjah Salam, MME in Brunei an Islamic Approach , paper for Islamic
Conference on Inclusive Islamic Financial Sector Development , Brunei 2007
5. Sandra Isnaji, A case study in Islamic MME Finance : Islamic Financial
Services for Poverty Alleviation in the Autonomous Region in Muslim
Mindanano, paper Islamic conference on Inclusive Islamic Financial Sector
Development , Brunei 2007
6. Setyo Budiantoro, RUU LKM: janagan Jauhkan Lembaga Keuangan dari
masyarakat. Artikel th 2003
7. من الشاملة491 صفحة3 ج, شرح النووي على مسلم
8. من الشاملة44 ص4 ج, عون المعبود
9. http://www.profi.or.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=10&Itemid=14, di ambil pada tgl 4 Mei
2008
10. www.yearofmicrocredit.org
11. Presentasi LKMS oleh Andi Ihsan Arkam Training AISMIF Aceh 2008
12. Presentasi PNM, di Unsud Purwokerto 2006