148-Article Text-434-1-10-20190925
148-Article Text-434-1-10-20190925
ABSTRAK
Lapis perkerasan jalan akan mengalami kerusakan lebih cepat dari umur rencana yang
ditentukan. Kerusakan perkerasan jalan pada umumnya disebabkan oleh sistem drainase yang
kurang baik, volume beban lalu lintas, air, iklim, kondisi tanah dasar yang tidak stabil, material
konstruksi perkerasan jalan, sistem pengolahan bahan yang kurang baik, dan kurang baiknya
proses pemadatan atau hal-hal lain yang mempengaruhi kerusakan jalan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kerusakan lapis permukaan jalan
AC-BC (Asphalt Concrete Binder Course) pada Ruas Jalan Sawah Besar Kabuparen Bone
Bolango berdasarkan analisis kadar aspal dengan cara pengumpulan data pembanding dengan
mengambil hasil Job Mix Formula (JMF) dari kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Subdinas Bina Marga, dan melakukan pengetesan kadar aspal lapangan (extraksi test)
Dari hasil pengujian Laboratorim, kadar aspal rata-rata lapangan didapat 4,95%
sedangkan menurut Job Mix Formula (JMF) kadar aspal pilihan yang dibutuhkan adalah 5,5% ini
berarti bahwa telah terjadi perbedaan kadar aspal sehingga ditengarai mengakibatkan kerusakan
pada lapisan permukaan jalan. Pengaruh kurangnya kadar aspal tersebut menyebabkan antara lain:
Rongga terisi aspal semakin berkurang ini berarti bahwa agregat yang terselimuti aspal akan tipis
yang menyebabkan campuran AC-BC tidak akan bertahan lama sesuai dengan umur rencana serta
dapat menyebabkan kerusakan pelepasan butiran pada lapisan aspal, yang lama kelamaan akan
mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil. Nilai rongga dalam campuran semakin besar yang
menyebabkan campuran kurang kedap air dan udara, sehingga campuran AC-BC tersebut
kurang baik dan menyebabkan kerusakan retak (crack).
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 111
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
yang kurang baik, dan kurang baiknya menggali tanpa melakukan pengeboran
proses pemadatan atau hal-hal lain yang atau coredrill.
mempengaruhi kerusakan namun pada c. Pengujian Laboratorium hanya sebatas
penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengujian Extraksi Test dan analisa
salah satu faktor penyebab terjadinya saringan
kerusakan yang terjadi pada lapis d. Metode yang digunakan adalah metode
permukaan jalan AC-BC pada Ruas Jalan perbandingan kadar aspal hasil Job Mix
Sawah Besar Kabupaten Bone Bolango, Formula (JMF) dengan kadar aspal hasil
panjang 1,00 Km berdasarkan analisis kadar lapangan
aspal. 1.4 Tujuan Penelitian
Mengetahui kadar aspal lapangan
Kemudian dilakukan penelitian
dengan cara extraksi test sehingga bisa
penyebab kerusakan lapis permukaan jalan
diketahui pengaruhnya terhadap kerusakan
AC-BC (Asphalt Concrete – Binder Course).
lapis permukaan jalan pada Ruas Jalan
Dan faktor-faktornya dengan cara sebagai
Sawah Besar Kabupaten Bone Bolango.
berikut: Pengumpulan data primer dan
sekunder. Data primer didapat dengan 1.5 Manfaat Penelitian
melakukan pengujian kadar aspal dengan Penelitian ini diharapkan dapat
extraksi test sedangkan data sekunder berupa memberikan manfaat sebagai berikut :
hasil Job Mix Formula (JMF) yang
1. Manfaat Praktis
diperoleh dari kantor Dinas Pekerjaan
Manfaat praktis yang dapat diperoleh
Umum Provinsi Gorontalo. Dengan
dari penelitian yaitu :
menggunakan metode perbandingan maka
dari hasil analisis dan pembahasan a. Mengetahui sejauh mana pengaruh kadar
kemudian dibuat kesimpulan dan saran. aspal terhadap kerusakan lapis
Berdasarkan hal tersebut diatas untuk itu permukaan jalan pada ruas jalan Sawah
penulis memutuskan melakukan penelitian Besar Kabupaten Bone Bolango.
“Tinjauan Kerusakan Lapis Permukaan b. Penelitian ini sebagai reperensi bagi
Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal pihak Pemerintah Daerah khususnya
Studi Kasus AC-BC (Asphalt Concrete Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Binder Course) Pada Ruas Jalan Sawah Gorontalo untuk pengawasan dan
Besar Kabupaten Bone Bolango” perbaikan pelaksanaan pekerjaan ruas
jalan Sawah Besar Kabupaten Bone
1.2 Rumusan Masalah
Bolango untuk menghindari kerusakan
Masalah yang akan dikaji dalam
lapis permukaan jalan.
penelitian ini berdasarkan latar belakang di
2. Manfaat Teoritis
atas adalah : Berapa besar pengaruh kadar
a. Penelitian ini diharapkan dapat
aspal pada campuran AC-BC terhadap
memberikan manfaat sebagai reperensi
kerusakan lapis permukaan jalan pada Ruas
dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Jalan Sawah Besar Kabupaten Bone
di bidang Teknik Sipil.
Bolango?
b. Dapat menjadi rujukan untuk penelitian-
1.3 Pembatasan Masalah penelitian yang akan datang.
a. Wilayah yang menjadi obyek penelitian
yaitu Ruas Jalan Sawah Besar Kabupaten BAB II
Bone Bolango dengan panjang 1,00 KM TINJAUAN PUSTAKA
yang meliputi lapis permukaan jalan AC- 2.1 Sistem Perkerasan
BC dengan menggunakan sumber dana
Perkerasan jalan sudah sejak lama
APBN/DAU Tahun Anggaran 2010.
dikenal manusia, dimulai sekitar 3500 tahun
b. Pengambilan sampel dilakukan pada
sebelum Masehi saat ditemukannya roda
sekitar lokasi yang rusak dengan cara
untuk kendaraan. Yang dimaksud dengan
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 112
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
perkerasan jalan adalah suatu struktur Agregat bisa diperoleh dari agregat
perkerasan diletakkan di atas tanah dasar alam, agregat melalui proses pengolahan dan
berfungsi untuk menampung beban lalu- agregat buatan. Agregat alam adalah batuan
lintas yang melewatinya. Secara garis besar yang langsung bisa digunakan sebagai bahan
klasifikasi jalan dibedakan atas fungsional perkerasan, agregat melalui proses
dan struktural, bila ditinjau dari fungsinya pengolahan adalah batuan sebelum
sistim jaringan jalan dibedakan atas sistim digunakan, perlu dilakukan pengolahan
jaringan jalan primer dan sistim jaringan dengan cara dipecah sesuai ukuran yang
jalan sekunder, yang dibedakan dari peranan dikehendaki sedangkan agregat buatan
jasa distribusi untuk pengembangan adalah batuan yang diperoleh dari hasil
wilayahnya, sedangkan bila ditinjau dari pengolahan secara fisika.
klasifikasi berdasarkan struktural jalan
2.3.1.1 Agregat Kasar
dibedakan tergantung dari beban lalu-lintas
yang dapat dipikulnya. a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan
campuran adalah yang tertahan ayakan
Dalam uraian dibawah ini
No.8 (2,36 mm) yang dilakukan secara
dijelaskan fungsi jalan berdasarkan struktur.
basah dan harus bersih, keras, awet
Disamping itu diuraikan pula jenis
dan bebas dari lempung atau bahan
kerusakan yang terjadi pada jalan lentur dan
yang tidak dikehendaki lainnya dan
penyebabnya.
memenuhi ketentuan yang diberikan
2.2 Fungsi Perkerasan Jalan dalam Tabel 2.1
Secara umum fungsi utama b) Fraksi agregat kasar harus dari batu
perkerasan jalan adalah: pecah dan disiapkan dalam ukuran
nominal sesuai dengan jenis campuran
a) Menyediakan lahan untuk pergerakan
yang direncanakan. Ukuran maksimum
barang dan manusia dengan rasa aman,
(maximum size) agregat adalah satu
nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
ayakan yang lebih besar dari ukuran
serta irit.
nominal maksimum (nominal
b) Melindungi subgrade dengan lapisan
maximum size).
kedap air untuk mencegah air
permukaan menginfiltrasi ke dalam Ukuran nominal maksimum adalah
subgrade dan melemahkannya. satu ayakan yang lebih kecil dari
c) Menahan tegangan regangan yang ayakan pertama (teratas) dengan bahan
disebabkan oleh beban lalu-lintas dan tertahan kurang dari 10 %.
cuaca dan memindahkannya pada
c) Agregat kasar harus mempunyai
subgrade dengan batas-batas tertentu,
angularitas seperti yang disyaratkan
dengan kata lain perkerasan
dalam Tabel 2.1. Angularitas agregat
melindungi subgrade dari distribusi
kasar didefinisikan sebagai persen
beban lalu lintas yang terkonsentrasi
terhadap berat agregat yang lebih
sehingga terhindar dari tegangan yang
besar dari 4,75 mm dengan muka
berlebih.
bidang pecah satu atau lebih.
Untuk memenuhi tuntutan di atas
dalam upaya mendukung beban lalu-lintas, d) Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan
konstruksi perkerasan jalan harus B boleh dari kerikil yang bersih.
mempunyai kekuatan yang cukup pada 2.3.1.2 Agregat Halus
setiap lapisan, dengan
a) Agregat halus dari sumber bahan
2.3Bahan Perkerasan Jalan manapun, harus terdiri dari pasir atau
2.3.1 Agregat hasil pengayakan batu pecah dan terdiri
dari bahan yang lolos ayakan No.8
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 113
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 114
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 115
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 116
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 117
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
atau lebih yang diukur dengan mistar nilai stabilitas campuran pada permukaan
ukur (straight edge) sepanjang 2 meter tidak cukup tinggi.
Pada waktu belakangan ditetapkan Deformasi kemungkinan terjadi karena
kondisi kritis adalah saat kedalaman alur beban lalu lintas atau bukan karena beban
telah mencapai 10 mm dan retak-retak lalu-lintas, seperti disebabkan karena
sepanjang lajur roda (wheel track) telah pengaruh cuaca dan lingkungan. Pada
mencapai 15%. beberapa kasus, deformasi terjadi pada
2.6.2.1 Deformasi (Deformation) perkerasan baru akibat tidak cukupnya
Terdapat dua jenis deformasi yaitu pengendalian mutu saat pelaksanaan.
deformasi arah memanjang dan arah Deformasi merupakan bagian yang sangat
melintang dari perkerasan. Kerusakan jenis penting pada kondisi perkerasan yang
ini biasanya diakibatkan oleh karena lapisan langsung berhubungan dengan mutu dari
tidak bisa menahan regangan tekan yang suatu perkerasan, dimana kelengkungan
terjadi akibat beban lalu-lintas, deformasi yang menyebabkan air tergenang
bisa terjadi hanya pada satu lapis ataupun mengakibatkan hilangnya kekesatan dan
pada semua lapis dari suatu susunan struktur menyebabkan melemahnya struktur
perkerasan. Jenis deformasi dan perkerasan.
hubungannya dengan penyebab kerusakan Deformasi kemungkinan terjadi
ini adalah: setelah terjadinya retak-retak atau
sebaliknya. Defomasi dikelompokkan dalam
1) Deformasi melintang
jenis-jenis keriting (corrugations), depresi
Deformasi melintang yang terjadi
(Depressions), alur (Rutting), dan sungkur
adalah pada lajur beban roda lalu lintas yang
(Shoving).
umumnya diakibatkan oleh regangan tekan
akibat beban tidak bisa ditahan oleh lapisan, a) Keriting (Corrugations)
apabila deformasi hanya terjadi pada lapisan
b) Amblas (Depression)
permukaan dengan campuran beraspal,
kemungkinan penyebab kerusakan c) Alur (Rutting)
disebabkan karena campuran tidak d) Sungkur (Shoving)
mempunyai stabilitas yang cukup untuk 2.6.2.2 Retak – Retak (cracks)
menahan beban lalu-lintas, namun apabila Retak-retak dapat terjadi pada tepi
deformasi terjadi sampai pada lapisan atau tempat lainnya dari permukaan
dibawahnya kemungkinan penyebab perkerasan dalam bentuk tunggal dan bentuk
kerusakan adalah akibat lemahnya daya interkoneksi antar retak. Akibat terjadinya
dukung dari lapis yang bersangkutan untuk retak akan mengakibatkan perkerasan tidak
menahan regangan tekan. kedap air, hilangnya kemampuan untuk
Jenis deformasi selain penurunan penyebaran beban, terjadinya pumping dari
(deformation) juga terdapat jenis lainnya lapisan pondasi, hilangnya pengendalian
yaitu sungkur (sholving) dan jembul (up mutu dari permukaan, dan hilangnya kinerja
heavel). perkerasan.
Hilangnya kemampuan perkerasan
2) Deformasi memanjang
untuk menerima beban dan menyebarkannya
Deformasi memanjang terbagi atas
ke lapisan di bawahnya serta tidak kedap air
gelombang yang panjang (corrugation),
biasanya akan mempercepat kerusakan dari
kerusakan jenis ini terjadi diakibatkan oleh
kondisi perkerasan. Berdasarkan penyebab
beban lalu-lintas dan oleh bukan oleh beban
terjadinya, jenis kerusakan retak-retak dapat
lalu-lintas, dan yang kedua adalah deformasi
dibedakan atas:
dengan gelombang yang pendek (rutting)
atau keriting yang kemungkinan disebabkan Akibat beban lalu-lintas
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 118
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
Bukan yang diakibatkan oleh beban lalu- Lapis beraspal kurang tebal
lintas (pengaruh cuaca) Lapis beraspal dibentuk dari
campuran tidak sesuai persyaratan :
a) Retak blok (Block cracks)
o Agregat mengandung
b) Retak kulit buaya (Alligator cracks) lempung, suhu pencampuran
c) Retak diagonal (Diagonal cracks) yang rendah
o Penggunaan kadar aspal yang
d) Retak memanjang (Longitudinal rendah
cracks) Lapis permukaan yang tipis
e) Retak melintang (Tranverse cracks) Lepasnya aspal pada lapis
permukaan akibat ban roda
f) Retak selip (Slippage cracks) kendaraan.
g) Retak berkelok (Meandering cracks) Drainase yang jelek dan tidak
dilakukannya penanganan
2.6.2.3 Perubahan Tekstur Permukaan kerusakan jenis lain seperti retak
(Surface texture deficiencies)
Perubahan tekstur permukaan BAB III
merupakan hilangnya material dari METODE PENELITIAN
permukaan baik tekstur makro maupun 3.1 Metode Penelitian
mikro. Perubahan tekstur permukaan tidak
langsung berhubungan dengan perubahan Metode yang digunakan dalam
kekuatan struktur dari perkerasan namun penelitian ini adalah metode perbandingan
sangat signifikan berhubungan dengan pengujian hasil laboratorium, yakni
pelayanan terhadap lalu lintas dalam hal perbandingan hasil kadar aspal Job Mix
kenyamanan pengendara dan kekesatan. Formula AC-BC dan hasil kadar aspal
Namun demikian bilamana tidak lapangan yang dilakukan dengan cara
diperbaiki, perubahan tekstur dapat pengujian Extraksi Test di Laboratorium
mempengaruhi kekuatan dari perkerasan. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai
Terdapat lima jenis perubahan tekstur Jasa Konstruksi Lab/Uji Material Dinas
permukaan yaitu delaminasi, kegemukan, Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo.
pengausan, pelepasan butir dan stripping
3.2 Survey Lapangan
a) Delaminasi (Delamination) Survey lapangan dilakukan untuk
b) Kegemukan (flushing/bleeding) mendapatkan informasi yang cukup tentang
c) Pengausan (Polishing) kondisi Lapis Permukaan Jalan khususnya
AC-BC yang sudah rusak. Dalam hal ini
d) Pengelupasan lapis permukaan penulis telah melakukan survey pada ruas
(Stripping) Jalan Sawah Besar Kabupaten Bolango,
e) Pelepasan butir (Ravelling) panjang 1,00 Km.
2.6.2.4 Lubang-lubang (Potholes) 3.4 Pengumpulan Data
Lubang-lubang terjadi akibat dari Pengumpulan data berupa
masuknya air melalui retakan atau data primer dan sekunder. Data
delaminasi yang ada pada permukaan primer dikumpulkan dengan
perkerasan. Untuk menilai kerusakan melakukan pengujian extraksi test
digunakan milimeter untuk kedalaman dari sedangkan data sekunder mengambil
lubang dan dalam meter persegi luas lubang hasil Job Mix Formula (JMF) AC-
dan jumlah dari lubang. Gambar 2.7 BC.
memperlihatkan jenis kerusakan jenis
lubang-lubang. Kemungkinan penyebab dari 3.5 Pengambilan Sampel
kerusakan lubang pada perkerasan adalah: Pengambilan sampel dilakukan
dilokasi jalan yang rusak dengan cara
Hilangnya lapis permukaan
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 119
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 120
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
Mulai
Survey Lapangan
Pengumpulan Data
Pengambilan Sampel
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil menurut Job Mix Formula (JMF)
Hasil menurut Job Mix Formula (JMF) yang di keluarkan pada Tanggal 20 Oktober 2010
oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Jasa Konstruksi Lab/Uji Material Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut:
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 121
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
Hasil Pemeriksaan
N
Jenis Pemeriksaan Satuan Hot Bin I Hot Bin II Hot Bin III
o
0/5 mm 3/5 mm 13/20 mm
1 Abrasi % - 20,15 20,15
2 Berat Jenis
- Bulk 2,593 2,683 2,532
- SSD 2,665 2,754 2,638
- App 2,795 2,889 2,832
3 Penyerapan % 2,796 2,659 4,185
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 122
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
Hasil perhitungan sifat-sifat marshall pada campuran seperti pada tabel 4.5
dibawah ini:
8 Jumlah Tumbukan 75 75 75 75 75 75
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 123
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
Hasil
No Uraian Sat. Spesifikasi
Pemeriksaan
1 Density T/m3 2,404 Min. 2,0
2 Rongga dalam agregat % 17,705 Min. 15
3 Rongga terisi aspal % 72,507 Min. 68
4 Rongga dalam campuran % 4,868 3,5 – 5,5
5 Stabilitas Marshall Kg 1340 Min. 800
6 Kelelehan plastis (flow) mm 3,833 Min. 2,0
7 Marshall Quotient Kg/mm 349 Min. 200
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 124
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
Rata-
Ukuran Saringan Sampel 1 Sampel 2 Spec.
No Rata (%)
(%) (%)
ASTM (mm)
1 1” 25 100 100 100 100
2 3/4 “ 19 99,24 100 99,24 90-100
3 1/2 “ 12,5 78,26 82,02 80,14 Max. 90
4 3/8 “ 9,5 69,41 72,35 70,88 --
5 #4 4,75 52,52 56,58 54,55 --
6 #8 2,36 39,12 38,53 38,83 23-39
7 # 16 1,18 30,46 29,85 30,15 --
8 # 30 0,60 23,10 20,99 22,04 --
9 # 50 0,30 13,03 14,10 13,56 --
10 # 200 0,075 5,15 7,96 6,55 4-8
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 125
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
4.3
4.4 Pembahasan Rongga terisi Aspal campuran AC-
1. Kadar Aspal BC.
Dari hasil pengujian extraksi
Nilai VFA menunjukkan prosentase
didapat kadar aspal lapangan rata-rata
besarnya rongga yang dapat terisi oleh
sebanyak 4,95 % ini berarti bahwa kadar aspal. Besarnya nilai VFA menentukan
aspal pilihan menurut JMF tidak sesuai keawetan suatu campuran beraspal
dengan kadar aspal hasil lapangan, panas, semakin besar nilai VFA akan
sehingga dengan demikian dapat menunjukan semakin kecil nilai Rongga
dinyatakan bahwa kerusakan dibeberapa dalam Agregat yang berarti rongga yang
bagian jalan tersebut di akibatkan oleh terisi aspal semakin banyak, oleh karena
kurangnya pemakaian kadar aspal itu campuran beraspal panas akan semakin
dengan pertimbangan serta awet. Begitu sebaliknya apabila VFA terlalu
kecil, maka rongga yang terisi aspal akan
menggunakan metode perbandingan
semakin sedikit sehingga agregat yang
dengan menganalisa hasil JMF dan
terselimuti aspal akan tipis yang
kadar aspal hasil lapangan dapat menyebabkan campuran beraspal panas
dijelaskan dan digambarkan pengaruh tidak awet.
kadar aspal terhadap kerusakan tersebut
sebagai berikut: Hubungan antara kadar aspal dengan nilai
VFA dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan
a. Pengaruh Kadar Aspal terhadap nilai Gambar 4.2 dibawah ini :
Void Filled with Asphalt (VFA) Atau
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 126
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
Nilai
Min. 68 57,780 67,879 72,507 76,142 81,507 83,503
VFA
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga terisi Aspal
Dari Tabel 4.9 dan Gambar 4.2 yang menyebabkan campuran AC-BC tidak
diatas dapat dilihat bahwa pada campuran awet dan tidak akan bertahan lama sesuai
AC-BC mempunyai nilai VFA naik seiring dengan umur rencana serta dapat
bertambahnya kadar aspal, hal ini akan menyebabkan kerusakan pelepasan butiran
menyebabkan rongga dalam campuran pada lapisan aspal yang lama kelamaan
mengecil karena bertambahnya kadar akan mengakibatkan terjadinya lubang-
aspal yang meresap dan menyelimuti lubang kecil.
butiran agregat. Nilai VFA menunjukkan
Pengaruh Kadar Aspal terhadap nilai Void In
perbandingan jumlah kandungan aspal dan
the Mix (VIM) atau Rongga dalam
jumlah kandungan rongga didalam
campuran. Nilai VFA yang rendah berarti Campuran campuran AC-BC VIM
jumlah aspal efektif yang mengisi rongga menyatakan banyaknya prosentase rongga
– rongga antar butir agregat sedikit, berarti dalam campuran total. Nilai rongga dalam
rongga udaranya besar. Hal ini akan campuran dipengaruhi oleh kadar aspal
mengurangi keawetan dari campuran. pada campuran beraspal panas, dengan
Sebaliknya nilai VFA yang terlalu tinggi bertambahnya kadar aspal, maka jumlah
akan menyebabkan bleeding karena rongga aspal yang dapat mengisi rongga antar
antar butiran terlalu kecil. Dalam penelitian butiran agregat semakin bertambah,
ini didapat kadar aspal lapangan 4,95 % hal sehingga volume rongga dalam campuran
ini menunjukkan bahwa nilai VFA kurang semakin berkurang.
dari 68% sehingga rongga yang terisi aspal Hubungan antara kadar aspal
akan semakin sedikit ini berarti bahwa dengan nilai VIM dapat dilihat pada
agregat yang terselimuti aspal akan tipis Tabel 4.10 dan Gambar 4.3 dibawah ini :
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 127
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga dalam Campuran
Dari Tabel 4.10 dan Gambar 4.3 diatas Namun untuk kerusakan akibat
dapat dilihat bahwa pada campuran AC-BC pengelupasan lapisan bukan saja
sesuai dalam spesifikasi, Nilai VIM antara dikarenakan oleh kurangnya kadar aspal
3,5% - 5,5%. Nilai VIM yang rendah pada campuran AC-BC melainkan akibat
dibawah 3,5% berarti rongga pada kurangnya pemakaian bahan perekat aspal
campuran relatif kecil, menjadikan tidak cair antar lapisan.
tersedianya ruang yang cukup, 2. Analisa saringan
menyebabkan aspal akan naik ke Berdasarkan hasil analisa saringan
permukaan (bleeding). Sebaliknya untuk diatas dapat dijelaskan bahwa untuk material
nilai VIM yang tinggi diatas 5,5 % akan agregat yang dipakai pada campuran AC-BC
menyebabkan campuran kurang kedap air tersebut sudah memenuhi syarat spesifikasi
dan udara. Sehingga untuk kadar aspal agregat gabungan dimana didapat gradasi
4,95% ini berarti bahwa nilai VIM lebih rapat yang merupakan campuran agregat
besar 5,5 % yang menyebabkan campuran kasar dan halus dalam porsi yang seimbang,
kurang kedap air dan udara, sehingga sehingga dinamakan juga agregat bergradasi
campuran AC-BC tersebut kurang awet baik. Gradasi rapat akan menghasilkan
dan menyebabkan kerusakan retak (crack). diantaranya lapisan perkerasan dengan
stabilitas tinggi.
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 128
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 129
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2
[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 130