Anda di halaman 1dari 20

RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi

Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo


VOLUME 5 NO. 2

TINJAUAN KERUSAKAN LAPIS PERMUKAAN JALAN BERDASARKAN ANALISIS


KADAR ASPAL
Studi Kasus AC-BC (Asphalt Concrete Binder Course) Pada Ruas Jalan Sawah Besar
Kabupaten Bone Bolango

Abdul Hais Dunggio Dosen Pembimbing


NPM : 200701001 I. Ir. Hi. Fakih Husnan, MM,MT
Program Studi Teknik Sipil II. Hi. Azis Rachman, ST, MM

ABSTRAK

Lapis perkerasan jalan akan mengalami kerusakan lebih cepat dari umur rencana yang
ditentukan. Kerusakan perkerasan jalan pada umumnya disebabkan oleh sistem drainase yang
kurang baik, volume beban lalu lintas, air, iklim, kondisi tanah dasar yang tidak stabil, material
konstruksi perkerasan jalan, sistem pengolahan bahan yang kurang baik, dan kurang baiknya
proses pemadatan atau hal-hal lain yang mempengaruhi kerusakan jalan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kerusakan lapis permukaan jalan
AC-BC (Asphalt Concrete Binder Course) pada Ruas Jalan Sawah Besar Kabuparen Bone
Bolango berdasarkan analisis kadar aspal dengan cara pengumpulan data pembanding dengan
mengambil hasil Job Mix Formula (JMF) dari kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Subdinas Bina Marga, dan melakukan pengetesan kadar aspal lapangan (extraksi test)

Dari hasil pengujian Laboratorim, kadar aspal rata-rata lapangan didapat 4,95%
sedangkan menurut Job Mix Formula (JMF) kadar aspal pilihan yang dibutuhkan adalah 5,5% ini
berarti bahwa telah terjadi perbedaan kadar aspal sehingga ditengarai mengakibatkan kerusakan
pada lapisan permukaan jalan. Pengaruh kurangnya kadar aspal tersebut menyebabkan antara lain:
Rongga terisi aspal semakin berkurang ini berarti bahwa agregat yang terselimuti aspal akan tipis
yang menyebabkan campuran AC-BC tidak akan bertahan lama sesuai dengan umur rencana serta
dapat menyebabkan kerusakan pelepasan butiran pada lapisan aspal, yang lama kelamaan akan
mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil. Nilai rongga dalam campuran semakin besar yang
menyebabkan campuran kurang kedap air dan udara, sehingga campuran AC-BC tersebut
kurang baik dan menyebabkan kerusakan retak (crack).

Kata Kunci : JMF, Extraksi dan Kadar Aspal

BAB I tidak langsung dapat mempercepat


PENDAHULUAN peningkatan kemajuan pada semua sektor
1.1 Latar Belakang kehidupan masyarakat didaerah yang
Kegiatan Peningkatan Jalan Sawah Besar bersangkutan, sejalan dengan kemauan
terletak di Kabupaten Bone Bolango, Jalan /perkembangan ekonomi dan bidang lainnya
ini merupakan jalan Kabupaten yang perlu khususnya di Provinsi Gorontalo.
ditingkatkan dan dipelihara sebagai
Namun seiring dengan tuntutan akan
penyediaan sarana transportasi yang
pelayanan transportasi yang terus meningkat
memadai. Peningkatan Jalan Sawah Besar
baik kualitas maupun kuantitasnya, maka
merupakan salah satu upaya Dinas Pekerjaan
lapis perkerasan jalan akan mengalami
Umum Provinsi Gorontalo Subdinas Bina
kerusakan lebih cepat dari umur rencana
Marga khususnya dalam upaya menunjang
yang ditentukan. Kerusakan perkerasan jalan
kelancaran arus lalu lintas pada ruas jalan
pada umumnya disebabkan oleh sistem
yang bersangkutan. Pekerjaan yang
drainase yang kurang baik, volume beban
dimaksud berlokasi pada ruas jalan yang
lalu lintas, air, iklim, kondisi tanah dasar
menghubungkan daerah-daerah yang cukup
yang tidak stabil, material konstruksi
potensial, sehingga diharapkan dengan
perkerasan jalan, sistem pengolahan bahan
adanya peningkatan jalan tersebut, secara

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 111
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

yang kurang baik, dan kurang baiknya menggali tanpa melakukan pengeboran
proses pemadatan atau hal-hal lain yang atau coredrill.
mempengaruhi kerusakan namun pada c. Pengujian Laboratorium hanya sebatas
penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengujian Extraksi Test dan analisa
salah satu faktor penyebab terjadinya saringan
kerusakan yang terjadi pada lapis d. Metode yang digunakan adalah metode
permukaan jalan AC-BC pada Ruas Jalan perbandingan kadar aspal hasil Job Mix
Sawah Besar Kabupaten Bone Bolango, Formula (JMF) dengan kadar aspal hasil
panjang 1,00 Km berdasarkan analisis kadar lapangan
aspal. 1.4 Tujuan Penelitian
Mengetahui kadar aspal lapangan
Kemudian dilakukan penelitian
dengan cara extraksi test sehingga bisa
penyebab kerusakan lapis permukaan jalan
diketahui pengaruhnya terhadap kerusakan
AC-BC (Asphalt Concrete – Binder Course).
lapis permukaan jalan pada Ruas Jalan
Dan faktor-faktornya dengan cara sebagai
Sawah Besar Kabupaten Bone Bolango.
berikut: Pengumpulan data primer dan
sekunder. Data primer didapat dengan 1.5 Manfaat Penelitian
melakukan pengujian kadar aspal dengan Penelitian ini diharapkan dapat
extraksi test sedangkan data sekunder berupa memberikan manfaat sebagai berikut :
hasil Job Mix Formula (JMF) yang
1. Manfaat Praktis
diperoleh dari kantor Dinas Pekerjaan
Manfaat praktis yang dapat diperoleh
Umum Provinsi Gorontalo. Dengan
dari penelitian yaitu :
menggunakan metode perbandingan maka
dari hasil analisis dan pembahasan a. Mengetahui sejauh mana pengaruh kadar
kemudian dibuat kesimpulan dan saran. aspal terhadap kerusakan lapis
Berdasarkan hal tersebut diatas untuk itu permukaan jalan pada ruas jalan Sawah
penulis memutuskan melakukan penelitian Besar Kabupaten Bone Bolango.
“Tinjauan Kerusakan Lapis Permukaan b. Penelitian ini sebagai reperensi bagi
Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal pihak Pemerintah Daerah khususnya
Studi Kasus AC-BC (Asphalt Concrete Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Binder Course) Pada Ruas Jalan Sawah Gorontalo untuk pengawasan dan
Besar Kabupaten Bone Bolango” perbaikan pelaksanaan pekerjaan ruas
jalan Sawah Besar Kabupaten Bone
1.2 Rumusan Masalah
Bolango untuk menghindari kerusakan
Masalah yang akan dikaji dalam
lapis permukaan jalan.
penelitian ini berdasarkan latar belakang di
2. Manfaat Teoritis
atas adalah : Berapa besar pengaruh kadar
a. Penelitian ini diharapkan dapat
aspal pada campuran AC-BC terhadap
memberikan manfaat sebagai reperensi
kerusakan lapis permukaan jalan pada Ruas
dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Jalan Sawah Besar Kabupaten Bone
di bidang Teknik Sipil.
Bolango?
b. Dapat menjadi rujukan untuk penelitian-
1.3 Pembatasan Masalah penelitian yang akan datang.
a. Wilayah yang menjadi obyek penelitian
yaitu Ruas Jalan Sawah Besar Kabupaten BAB II
Bone Bolango dengan panjang 1,00 KM TINJAUAN PUSTAKA
yang meliputi lapis permukaan jalan AC- 2.1 Sistem Perkerasan
BC dengan menggunakan sumber dana
Perkerasan jalan sudah sejak lama
APBN/DAU Tahun Anggaran 2010.
dikenal manusia, dimulai sekitar 3500 tahun
b. Pengambilan sampel dilakukan pada
sebelum Masehi saat ditemukannya roda
sekitar lokasi yang rusak dengan cara
untuk kendaraan. Yang dimaksud dengan

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 112
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

perkerasan jalan adalah suatu struktur Agregat bisa diperoleh dari agregat
perkerasan diletakkan di atas tanah dasar alam, agregat melalui proses pengolahan dan
berfungsi untuk menampung beban lalu- agregat buatan. Agregat alam adalah batuan
lintas yang melewatinya. Secara garis besar yang langsung bisa digunakan sebagai bahan
klasifikasi jalan dibedakan atas fungsional perkerasan, agregat melalui proses
dan struktural, bila ditinjau dari fungsinya pengolahan adalah batuan sebelum
sistim jaringan jalan dibedakan atas sistim digunakan, perlu dilakukan pengolahan
jaringan jalan primer dan sistim jaringan dengan cara dipecah sesuai ukuran yang
jalan sekunder, yang dibedakan dari peranan dikehendaki sedangkan agregat buatan
jasa distribusi untuk pengembangan adalah batuan yang diperoleh dari hasil
wilayahnya, sedangkan bila ditinjau dari pengolahan secara fisika.
klasifikasi berdasarkan struktural jalan
2.3.1.1 Agregat Kasar
dibedakan tergantung dari beban lalu-lintas
yang dapat dipikulnya. a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan
campuran adalah yang tertahan ayakan
Dalam uraian dibawah ini
No.8 (2,36 mm) yang dilakukan secara
dijelaskan fungsi jalan berdasarkan struktur.
basah dan harus bersih, keras, awet
Disamping itu diuraikan pula jenis
dan bebas dari lempung atau bahan
kerusakan yang terjadi pada jalan lentur dan
yang tidak dikehendaki lainnya dan
penyebabnya.
memenuhi ketentuan yang diberikan
2.2 Fungsi Perkerasan Jalan dalam Tabel 2.1

Secara umum fungsi utama b) Fraksi agregat kasar harus dari batu
perkerasan jalan adalah: pecah dan disiapkan dalam ukuran
nominal sesuai dengan jenis campuran
a) Menyediakan lahan untuk pergerakan
yang direncanakan. Ukuran maksimum
barang dan manusia dengan rasa aman,
(maximum size) agregat adalah satu
nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
ayakan yang lebih besar dari ukuran
serta irit.
nominal maksimum (nominal
b) Melindungi subgrade dengan lapisan
maximum size).
kedap air untuk mencegah air
permukaan menginfiltrasi ke dalam Ukuran nominal maksimum adalah
subgrade dan melemahkannya. satu ayakan yang lebih kecil dari
c) Menahan tegangan regangan yang ayakan pertama (teratas) dengan bahan
disebabkan oleh beban lalu-lintas dan tertahan kurang dari 10 %.
cuaca dan memindahkannya pada
c) Agregat kasar harus mempunyai
subgrade dengan batas-batas tertentu,
angularitas seperti yang disyaratkan
dengan kata lain perkerasan
dalam Tabel 2.1. Angularitas agregat
melindungi subgrade dari distribusi
kasar didefinisikan sebagai persen
beban lalu lintas yang terkonsentrasi
terhadap berat agregat yang lebih
sehingga terhindar dari tegangan yang
besar dari 4,75 mm dengan muka
berlebih.
bidang pecah satu atau lebih.
Untuk memenuhi tuntutan di atas
dalam upaya mendukung beban lalu-lintas, d) Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan
konstruksi perkerasan jalan harus B boleh dari kerikil yang bersih.
mempunyai kekuatan yang cukup pada 2.3.1.2 Agregat Halus
setiap lapisan, dengan
a) Agregat halus dari sumber bahan
2.3Bahan Perkerasan Jalan manapun, harus terdiri dari pasir atau
2.3.1 Agregat hasil pengayakan batu pecah dan terdiri
dari bahan yang lolos ayakan No.8

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 113
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

(2,36 mm). micron) tidak kurang dari 75 %


terhadap beratnya.
b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan
pasir harus ditempatkan terpisah dari c) Bilamana kapur tidak terhidrasi atau
agregat kasar. terhidrasi sebagian, digunakan sebagai
bahan pengisi yang ditambahkan
c) Pasir dapat digunakan dalam
maka proporsi maksimum yang
campuran aspal. Persentase maksimum
diijinkan adalah 1,0 % dari berat total
yang disarankan untuk Laston (AC)
campuran aspal.
adalah 15%.
2.3.1.4 Gradasi Agregat Gabungan
d) Agregat halus harus merupakan bahan
yang bersih, keras, bebas dari lempung, Gradasi agregat gabungan untuk
atau bahan yang tidak dikehendaki campuran aspal, ditunjukkan dalam persen
lainnya. Batu pecah halus harus terhadap berat agregat, harus memenuhi
diperoleh dari batu yang memenuhi batas-batas dan harus berada di luar Daerah
ketentuan mutu. Agar dapat memenuhi Larangan (Restriction Zone) yang
ketentuan Pasal ini batu pecah halus diberikan dalam Tabel 2.2. Gradasi
harus diproduksi dari batu yang agregat dapat dibedakan atas :
bersih. Bahan halus dari pemasok
(1) Gradasi seragam (uniform graded)
pemecah batu (crusher feed) harus
adalah agregat dengan ukuran yang
diayak dan ditempatkan tersendiri
hampir sama/sejenis atau mengandung
sebagai bahan yang tak terpakai (kulit
agregat halus yang sedikit jumlahnya
batu) sebelum proses pemecahan kedua
sehingga tidak dapat mengisi rongga
(secondary crushing).
antar agregat. Gradasi seragam disebut
e) Agregat pecah halus dan pasir harus juga gradasi terbuka. Agregat dengan
ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke gradasi seragam akan menghasilkan
instalasi pencampur aspal dengan lapisan perkerasan dengan sifat
menggunakan pemasok penampung permeabilitas tinggi, stabilitas kurang,
dingin (cold bin feeds) yang terpisah berat volume kecil.
sedemikian rupa sehingga rasio agregat (2) Gradasi rapat, merupakan campuran
pecah halus dan pasir dapat dikontrol agregat kasar dan halus dalam porsi yang
dengan baik. seimbang, sehingga dinamakan juga
agregat bergradasi baik. Gradasi rapat
2.3.1.3 Bahan Pengisi (Filler) Untuk akan menghasilkan lapisan perkerasan
Campuran Aspal dengan stabilitas tinggi, kurang kedap
a) Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri air, sifat drainase jelek dan berat volume
atas debu batu kapur (limestone dust), besar.
semen portland, abu terbang, abu tanur
semen atau bahan non plastis lainnya
(3) Gradasi senjang (gap graded),
dari sumber yang disetujui oleh
merupakan campuran yang tidak
Direksi Pekerjaaan. Bahan tersebut
memenuhi 2 (dua) kategori di atas.
harus bebas dari bahan yang tidak
Aggregate bergradasi buruk yang umum
dikehendaki.
digunakan untuk lapisan perkerasan
b) Bahan pengisi yang ditambahkan lentur merupakan campuran dengan 1
harus kering dan bebas dari fraksi hilang atau 1 fraksi sedikit.
gumpalan- gumpalan dan bila diuji Gradasi seperti ini juga disebut gradasi
dengan pengayakan sesuai SK SNI senjang. Gradasi senjang akan
M-02-1994-03 harus mengandung menghasilkan lapis perkerasan yang
bahan yang lolos ayakan No.200 (75 mutunya terletak antara kedua jenis di

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 114
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

atas. Aspal pada lapis keras jalan berfungsi


sebagai bahan ikat antar agregat untuk
2.3.2 Aspal
membentuk suatu campuran yang kompak,
Aspal didefinisikan sebagai suatu
sehingga akan memberikan kekuatan yang
cairan yang lekat atau berbentuk padat
lebih besar dari kekuatan agregat. Aspal
terdiri dari hydrocarbon atau turunannya,
merupakan material yang bersifat visco-
terlarut dalam trichloro-ethylene dan bersifat
elastis dan memiliki ciri yang beragam
tidak mudah menguap serta lunak secara
mulai dari yang bersifat lekat sampai yang
bertahap jika dipanaskan.
bersifat elastis. Diantara sifat aspal lainnya
Aspal berwarna coklat tua sampai adalah:
hitam dan bersifat melekatkan, padat atau
Aspal mempunyai sifat Rheologic
semi padat, dimana sifat aspal yang
(mekanis), yaitu hubungan antara tegangan
menonjol tersebut didapat di alam atau
(stress) dan regangan (strain) dipengaruhi
dengan penyulingan minyak (Kreb,RD &
oleh waktu. Apabila mengalami
Walker, RD, 1971).
pembebanan dengan jangka waktu
Aspal terbuat dari minyak mentah pembebanan yang sangat cepat, maka aspal
melalui proses penyulingan atau dapat akan bersifat elastis, tetapi jika
ditemukan dalam kandungan alam sebagai pembebanannya terjadi dalam jangka waktu
bagian dari komponen alam yang ditemukan yang lambat, sifat aspal menjadi plastis
bersama-sama material lainnya seperti pada (viscous).
cekungan bumi yang mengandung aspal.
Aspal adalah bahan yang
Aspal adalah material yang Thermoplastis, yaitu konsistensinya atau
mempunyai sifat visco-elastis dan viskositasnya akan berubah sesuai dengan
tergantung dari waktu pembebanan. Pada perubahan temperatur yang terjadi. Semakin
proses pencampuran dan proses pemadatan tinggi temperatur aspal, maka viskositasnya
sifat aspal dapat ditunjukkan dari nilai akan semakin rendah atau semakin encer,
viscositasnya, sedangkan pada sebagian demikian pula sebaliknya. Dari segi
besar kondisi saat masa pelayanan aspal pelaksanaan lapis keras, aspal dengan
mempunyai sifat viscositas yang diwujudkan viskositas yang rendah akan menguntungkan
dalam suatu nilai modulus kekakuan (Shell kerena aspal akan menyelimuti batuan
Bitumen, 1990). dengan lebih baik dan merata. Namun
pemanasan yang berlebihan terhadap aspal
AASHTO (1982) menyatakan akan merusak molekul-molekul dari aspal,
bahwa jenis aspal keras ditandai dengan misalnya aspal menjadi getas dan rapuh.
angka penetrasi aspal. Angka ini
menyatakan tingkat kekerasan aspal atau Aspal mempunyai sifat Thixotropy,
tingkat konsistensi aspal. Semakin besar yaitu jika dibiarkan tanpa mengalami
angka penetrasi aspal maka tingkat tegangan-regangan akan berakibat aspal
kekerasan aspal semakin rendah, sebaliknya menjadi mengeras sesuai dengan jalannya
semakin kecil angka penetrasi aspal maka waktu fungsi kandungan aspal dalam
tingkat kekerasan aspal makin tinggi. campuran juga berperan sebagai selimut
penyelubung agregat dalam bentuk tebal
Terdapat bermacam-macam tingkat film aspal yang berperan menahan gaya
penetrasi aspal yang dapat digunakan dalam geser permukaan dan mengurangi
campuran aggregate aspal antara lain 40/50, kandungan pori udara yang lebih lanjut juga
60/70, 80/100. Umumnya aspal yang berarti mengurangi penetrasi air dalam
digunakan di Indonesia adalah penetrasi campuran.
80/100 dan penetrasi 60/70.
2.4 Aspal Beton (Asphalt
Concrete/AC)

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 115
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

Aspal beton (Asphalt Concrete) 3. Tebal minimum AC-WC adalah 4cm


merupakan salah satu jenis perkerasan lentur B. Asphalt Concrete – Binder
yang umum digunakan di Indonesia. Course (AC – BC)
Aspal beton merupakan suatu lapisan
AC-BC atau biasa disebut lapis
pada konstruksi jalan raya yang terdiri
antara mempunyai ukuran agregat
dari campuran aspal keras dan agregat
maksimum 25 mm dan mempunyai fungsi
yang bergradasi menerus (well graded),
sebagai :
dicampur, dihamparkan dan dipadatkan
dalam keadaan panas pada suhu tertentu. 1. Menerima beban langsung dari
Pembuatan lapis beton aspal lalu lintas dan menyebarkannya
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu untuk mengurangi tegangan pada
lapisan permukaan atau lapis antara pada lapisan bawah lapisan jalan.
perkerasan jalan raya yang mampu 2. Menyediakan permukaan jalan
memberikan sumbangan daya dukung yang baik dan rata sehingga
terukur yang dapat melindungi konstruksi di nyaman dilalui.
bawahnya. 3. Tebal minimumnya adalah 5cm
Aspal beton (AC) memiliki sejumlah sifat C. Asphalt Concrete – Base (AC –
sebagai lapis perkerasan jalan, yaitu : Base)

1. Pembentukan gaya geser melalui Lapis pondasi atas adalah bagian


gaya kunci (interlock) antar dari perkerasan yang terletak antara lapis
partikel dan kohesi antara butir permukaan dan lapis pondasi bawah
yang diperoleh dari bitumen atau dengan tanah apabila tidak
pengikat. menggunakan lapis pondasi bawah, yang
2. Dapat menahan beban lalu lintas di berfungsi :
atasnya (mempunyai nilai
1. Lapis pendukung bagi lapis
struktural).
permukaan
3. Mempunyai stabilitas yang tinggi.
2. Pemikul beban horizontal dan
4. Kedap air.
vertikal
5. Tidak mudah aus akibat beban lalu
3. Lapis perkerasan bagi lapis pondasi
lintas.
bawah
6. Peka terhadap suhu.
4. Tebal minimumnya adalah 6cm
7. Peka terhadap penyimpangan
2.5 Kinerja Campuran Aspal
perencanaan dan pelaksanaan
berdasarkan Sifat – Sifat Marshall
Berdasarkan fungsinya aspal beton
(Asphalt Concrete/AC) dapat dibedakan atas 2.5.1 Stabilitas
:
Stabilitas merupakan kemampuan
A. Asphalt Concrete – Wearing Course perkerasan jalan menerima beban lalu
(AC – WC) lintas tanpa terjadi perubahan bentuk
tetap seperti gelombang, alur, dan
Lapis Aus (Wearing Course),
bleeding. Kebutuhan akan stabilitas
memiliki fungsi:
sebanding dengan fungsi jalan, dan beban
1. Sebagai lapisan aus, yaitu lapisan yang lalu lintas yang akan dilayani. Jalan yang
semakin lama semakin tipis karena melayani volume lalu lintas tinggi dan
langsung bersentuhan dengan roda-roda dominan terdiri dari kendaraan berat,
kendaraan lalu lintas, dan dapat diganti membutuhkan perkerasan jalan dengan
lagi dengan yang baru. stabilitas tinggi. Sebaliknya perkerasan
2. Menyediakan permukaan jalan yang jalan yang diperuntukkan untuk melayani
aman dan kesat (anti selip). lalu lintas kendaraan ringan tentu tidak
perlu mempunyai stabilitas yang tinggi.

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 116
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

Sedangkan untuk hasil pengujian Sebagai aset nasional, jalan


Marshall rendaman diperoleh nilai stabilitas mempunyai peran yang sangat strategis
untuk sampel yang direndam selama 24 dalam bidang sosial, ekonomi, budaya dan
jam. Dari pengujian tersebut diperoleh hankam. Hal ini terbukti dari kenyataan
hasil stabilitas tersisa setelah perendaman bahwa jalan melayani 80% - 90% dari
24 jam pada suhu 60ºC. seluruh angkutan barang dan manusia.
Untuk kelancaran perjalanannya, para
2.5.2 Kelelehan pengguna jalan menuntut agar jalan yang
Ketahanan terhadap kelelehan dilewatinya selalu memberikan kenyamanan
(flow) merupakan kemampuan beton dan keselamatan.
aspal menerima lendutan berulang akibat Namun demikian, jalan mengalami
repetisi beban, tanpa terjadinya kelelahan penurunan kondisi sesuai dengan
berupa alur dan retak. Hal ini dapat bertambahnya umur sehingga pada suatu
tercapai jika mempergunakan kadar aspal saat, jalan tersebut akan mempunyai kondisi
yang tinggi. yang dipandang mengganggu kelancaran
perjalanan. Karena karakteristiknya yang
2.5.3 Voids in Mineral Aggregate selalu mengalami penurunan kondisi, maka
(VMA) untuk memperlambat kecepatan penurunan
kondisi dan mempertahankan kondisi pada
Rongga di antara mineral agregat
tingkat yang layak, jalan perlu dipelihara
(VMA) adalah ruang di antara partikel
secara berkesinambungan.
agregat pada suatu campuran beraspal,
2.6.2 Jenis dan Kemungkinan
termasuk rongga udara dan volume aspal
Penyebab Kerusakan Perkerasan lentur
efektif (tidak termasuk volume aspal
yang diserap agregat). Akibat dari tegangan/regangan baik
tarik maupun tekan yang ditimbulkam beban
2.5.4 Void Filled with Asphalt (VFA)
lalu-lintas seperti diperlihatkan pada
Bagian dari rongga yang berada di Gambar 2.2 serta akibat cuaca, terjadi
antara mineral agregat yang terisi oleh aspal kerusakan-kerusakan pada perkerasan,
efektip yang dinyatakan dalam persen.
Cuaca mengakibatkan lapis
2. 5. 5 Density beraspal menjadi rapuh (brittle) sehingga
makin rentan terhadap terjadinya retak dan
Density menunjukkan besarnya disintegrasi (pelepasan). Bila sudah mulai
kerapatan suatu campuran yang sudah terjadi, luas dan keparahan retak akan
dipadatkan. Campuran dengan density yang berkembang cepat sehingga terjadi gompal
tinggi akan lebih mampu menahan beban dan akhirnya terjadi lubang.
yang lebih berat, dibandingkan pada Untuk keperluan perencanaan
campuran yang mempunyai density rendah.
penanganan perkerasan, perlu ditetapkan
2.5.6 Voids in Mix (VIM) kondisi kritis dan failur, beberapa negara
menetapkan :
Rongga udara dalam campuran
atau VIM dalam campuran perkerasan  Kondisi kritis
beraspal terdiri atas ruang udara di antara Adalah saat kedalaman alur yang terjadi
partikel agregat yang terselimuti aspal. pada lajur roda lalu-lintas adalah 15 mm
VIM dinyatakan dalam persentase yang diukur dengan mistar ukur (straight
terhadap volume beton aspal padat. edge) sepanjang 2 meter
2.6 Kinerja Perkerasan Jalan  Kondisi failure

2.6.1 Kemampuan Pelayanan Adalah saat kedalaman alur yang terjadi


perkerasan pada lajur roda lalu-lintas adalah 20 mm

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 117
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

atau lebih yang diukur dengan mistar nilai stabilitas campuran pada permukaan
ukur (straight edge) sepanjang 2 meter tidak cukup tinggi.
 Pada waktu belakangan ditetapkan Deformasi kemungkinan terjadi karena
kondisi kritis adalah saat kedalaman alur beban lalu lintas atau bukan karena beban
telah mencapai 10 mm dan retak-retak lalu-lintas, seperti disebabkan karena
sepanjang lajur roda (wheel track) telah pengaruh cuaca dan lingkungan. Pada
mencapai 15%. beberapa kasus, deformasi terjadi pada
2.6.2.1 Deformasi (Deformation) perkerasan baru akibat tidak cukupnya
Terdapat dua jenis deformasi yaitu pengendalian mutu saat pelaksanaan.
deformasi arah memanjang dan arah Deformasi merupakan bagian yang sangat
melintang dari perkerasan. Kerusakan jenis penting pada kondisi perkerasan yang
ini biasanya diakibatkan oleh karena lapisan langsung berhubungan dengan mutu dari
tidak bisa menahan regangan tekan yang suatu perkerasan, dimana kelengkungan
terjadi akibat beban lalu-lintas, deformasi yang menyebabkan air tergenang
bisa terjadi hanya pada satu lapis ataupun mengakibatkan hilangnya kekesatan dan
pada semua lapis dari suatu susunan struktur menyebabkan melemahnya struktur
perkerasan. Jenis deformasi dan perkerasan.
hubungannya dengan penyebab kerusakan Deformasi kemungkinan terjadi
ini adalah: setelah terjadinya retak-retak atau
sebaliknya. Defomasi dikelompokkan dalam
1) Deformasi melintang
jenis-jenis keriting (corrugations), depresi
Deformasi melintang yang terjadi
(Depressions), alur (Rutting), dan sungkur
adalah pada lajur beban roda lalu lintas yang
(Shoving).
umumnya diakibatkan oleh regangan tekan
akibat beban tidak bisa ditahan oleh lapisan, a) Keriting (Corrugations)
apabila deformasi hanya terjadi pada lapisan
b) Amblas (Depression)
permukaan dengan campuran beraspal,
kemungkinan penyebab kerusakan c) Alur (Rutting)
disebabkan karena campuran tidak d) Sungkur (Shoving)
mempunyai stabilitas yang cukup untuk 2.6.2.2 Retak – Retak (cracks)
menahan beban lalu-lintas, namun apabila Retak-retak dapat terjadi pada tepi
deformasi terjadi sampai pada lapisan atau tempat lainnya dari permukaan
dibawahnya kemungkinan penyebab perkerasan dalam bentuk tunggal dan bentuk
kerusakan adalah akibat lemahnya daya interkoneksi antar retak. Akibat terjadinya
dukung dari lapis yang bersangkutan untuk retak akan mengakibatkan perkerasan tidak
menahan regangan tekan. kedap air, hilangnya kemampuan untuk
Jenis deformasi selain penurunan penyebaran beban, terjadinya pumping dari
(deformation) juga terdapat jenis lainnya lapisan pondasi, hilangnya pengendalian
yaitu sungkur (sholving) dan jembul (up mutu dari permukaan, dan hilangnya kinerja
heavel). perkerasan.
Hilangnya kemampuan perkerasan
2) Deformasi memanjang
untuk menerima beban dan menyebarkannya
Deformasi memanjang terbagi atas
ke lapisan di bawahnya serta tidak kedap air
gelombang yang panjang (corrugation),
biasanya akan mempercepat kerusakan dari
kerusakan jenis ini terjadi diakibatkan oleh
kondisi perkerasan. Berdasarkan penyebab
beban lalu-lintas dan oleh bukan oleh beban
terjadinya, jenis kerusakan retak-retak dapat
lalu-lintas, dan yang kedua adalah deformasi
dibedakan atas:
dengan gelombang yang pendek (rutting)
atau keriting yang kemungkinan disebabkan  Akibat beban lalu-lintas

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 118
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

 Bukan yang diakibatkan oleh beban lalu-  Lapis beraspal kurang tebal
lintas (pengaruh cuaca)  Lapis beraspal dibentuk dari
campuran tidak sesuai persyaratan :
a) Retak blok (Block cracks)
o Agregat mengandung
b) Retak kulit buaya (Alligator cracks) lempung, suhu pencampuran
c) Retak diagonal (Diagonal cracks) yang rendah
o Penggunaan kadar aspal yang
d) Retak memanjang (Longitudinal rendah
cracks)  Lapis permukaan yang tipis
e) Retak melintang (Tranverse cracks)  Lepasnya aspal pada lapis
permukaan akibat ban roda
f) Retak selip (Slippage cracks) kendaraan.
g) Retak berkelok (Meandering cracks)  Drainase yang jelek dan tidak
dilakukannya penanganan
2.6.2.3 Perubahan Tekstur Permukaan kerusakan jenis lain seperti retak
(Surface texture deficiencies)
Perubahan tekstur permukaan BAB III
merupakan hilangnya material dari METODE PENELITIAN
permukaan baik tekstur makro maupun 3.1 Metode Penelitian
mikro. Perubahan tekstur permukaan tidak
langsung berhubungan dengan perubahan Metode yang digunakan dalam
kekuatan struktur dari perkerasan namun penelitian ini adalah metode perbandingan
sangat signifikan berhubungan dengan pengujian hasil laboratorium, yakni
pelayanan terhadap lalu lintas dalam hal perbandingan hasil kadar aspal Job Mix
kenyamanan pengendara dan kekesatan. Formula AC-BC dan hasil kadar aspal
Namun demikian bilamana tidak lapangan yang dilakukan dengan cara
diperbaiki, perubahan tekstur dapat pengujian Extraksi Test di Laboratorium
mempengaruhi kekuatan dari perkerasan. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai
Terdapat lima jenis perubahan tekstur Jasa Konstruksi Lab/Uji Material Dinas
permukaan yaitu delaminasi, kegemukan, Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo.
pengausan, pelepasan butir dan stripping
3.2 Survey Lapangan
a) Delaminasi (Delamination) Survey lapangan dilakukan untuk
b) Kegemukan (flushing/bleeding) mendapatkan informasi yang cukup tentang
c) Pengausan (Polishing) kondisi Lapis Permukaan Jalan khususnya
AC-BC yang sudah rusak. Dalam hal ini
d) Pengelupasan lapis permukaan penulis telah melakukan survey pada ruas
(Stripping) Jalan Sawah Besar Kabupaten Bolango,
e) Pelepasan butir (Ravelling) panjang 1,00 Km.
2.6.2.4 Lubang-lubang (Potholes) 3.4 Pengumpulan Data
Lubang-lubang terjadi akibat dari Pengumpulan data berupa
masuknya air melalui retakan atau data primer dan sekunder. Data
delaminasi yang ada pada permukaan primer dikumpulkan dengan
perkerasan. Untuk menilai kerusakan melakukan pengujian extraksi test
digunakan milimeter untuk kedalaman dari sedangkan data sekunder mengambil
lubang dan dalam meter persegi luas lubang hasil Job Mix Formula (JMF) AC-
dan jumlah dari lubang. Gambar 2.7 BC.
memperlihatkan jenis kerusakan jenis
lubang-lubang. Kemungkinan penyebab dari 3.5 Pengambilan Sampel
kerusakan lubang pada perkerasan adalah: Pengambilan sampel dilakukan
dilokasi jalan yang rusak dengan cara
 Hilangnya lapis permukaan

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 119
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

menggali lapis permukaaan jalan AC-BC  Perhitungan kadar


dengan ukuran 10 cm x 10 cm untuk diambil aspal menggunakan
sampelnya sebanyak 2 titik. rumus :
3.6 Pengujian Extraksi Test dan
Analisa Saringan (W1-W2)
 Extraksi Test
(1) Maksud W = X 100 %
W1
Melakukan pengujian yang
ditujukan untuk menentukan kadar
aspal. Dimana

(2) Peralatan W = Kadar Aspal


Pada saat akan melakukan W1 = Berat Aspal Sebelum
pengujian terlebih dahulu harus W2 = Berat Aspal Sesudah
dilakukan tahapan penyiapan (5) Analisa Saringan
peralatan sebagai berikut: Maksud untuk mengetahui jenis gradasi dari
agregat hasil campuran sedangkan ukuran
a. Siapkan alat extraksi test ayakan yang dipakai mulai dari: 25 mm, 19
b. Filter Saringan mm, 12,5 mm, 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36
c. Timbangan kapasitas 2 kg dengan mm, 1,18 mm, 0,6 mm, 0,3 mm dan 0,075
ketelitian 0,01 gram; mm.
d. Oven dengan pengatur suhu dan kompor
e. Bensin dan alat bantu seperti ember, 3.7 Hasil Pengujian
kwas, dll. Hasil pengujian menggambarkan
pengaruh kadar aspal terhadap kerusakan
(3) Persiapan pengujian
lapis permukaan jalan
 Ambil sampel
secukupnya dan 3.8 Langkah-Langkah Penelitian
timbanglah Secara singkat langkah-langkah
(4) Langkah pengujian dan penelitian dilakukan seperti pada bagan alir
perhitungan di bawah ini :

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 120
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

Mulai

Survey Lapangan

Pengumpulan Data

Data Primer & Data Sekunder

Pengambilan Sampel

AC-BC sebanyak 2 titik

Pengujian Extraksi Test dan Analisa


Saringan

Hasil & Analisa

Selesai

Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil menurut Job Mix Formula (JMF)

Hasil menurut Job Mix Formula (JMF) yang di keluarkan pada Tanggal 20 Oktober 2010
oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Jasa Konstruksi Lab/Uji Material Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut:

1) Untuk jenis material:


i. Hot Bin I (Ukuran 0/5 mm) Lokasi: Crusher Desa Tangkobu
ii. Hot Bin II (Ukuran 3/5 mm) Lokasi: Crusher Desa Tangkobu
iii. Hot Bin III (Ukuran 13/20 mm) Lokasi: Crusher Desa Tangkobu
iv. Aspal Curah (Pen. 60/70)
2) Hasil Pengujian Material Hot Bin dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 121
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Material Hot Bin

Hasil Pemeriksaan
N
Jenis Pemeriksaan Satuan Hot Bin I Hot Bin II Hot Bin III
o
0/5 mm 3/5 mm 13/20 mm
1 Abrasi % - 20,15 20,15
2 Berat Jenis
- Bulk 2,593 2,683 2,532
- SSD 2,665 2,754 2,638
- App 2,795 2,889 2,832
3 Penyerapan % 2,796 2,659 4,185

4 Berat Isi Lepas T/m3 1,615 1,748 1,663

5 Indeks Kepipihan % - 18,44 18,44

6 Kelekatan Aspal % - > 95 > 95

7 Sand Equivalen % 72,36 - -


8 Gradasi
- Lolos Saringan 1” % 100 100 100
- Lolos Saringan 3/4” % 100 100 87,96
- Lolos Saringan 1/2” % 100 100 61,72
- Lolos Saringan 3/8” % 100 100 21,46
- Lolos Saringan No.4 % 99,93 59,90 10,48
- Lolos Saringan No.8 % 87,97 22,02 10,48
- Lolos Saringan No.16 % 74,28 7,55 10,47
- Lolos Saringan No.30 % 49,97 6,56 10,47
- Lolos Saringan No.50 % 25,97 6,16 10,45
- Lolos Saringan No.100 % 14,22 5,70 10,33
- Lolos Saringan No.200 % 3,07 4,57 8,66
3) Prosentase Campuran Agregat yang dikombinasikan, didapatkan komposisi
Berdasarkan gradasi dari masing- campuran agregat seperti pada tabel 4.2
masing agregat yaitu Hot Bin I, Hot Bin II, dibawah ini:
Hot Bin III lokasi AMP Desa Tangkobu

Tabel 4.2 Komposisi Campuran Agregat masing-masing Hot Bin


Jenis Material
NO Jenis Pekerjaan
Hot Bin I Hot Bin II Hot Bin III
1 AC-BC 15 % 55 % 30 %
4) Komposisi gradasi gabungan agregat seperti pada tabel 4.3 dibawah ini:

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 122
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

Tabel 4.3 Komposisi Gradasi Gabungan Agregat


Lolos Saringan (%)
Uk. Saringan Satuan Gradasi Gabungan
Spesifikasi (%)
(%)
1” % 100 100
3/4” % 97,89 90 – 100
1/2” % 88,52 Max. 90
3/8” % 76,44 ---
No. 4 % 51,08 ---
No. 8 % 28,45 23 – 39
No. 16 % 18,44 ---
No. 30 % 14,24 ---
No. 50 % 10,42 ---
No. 100 % 8,37 ---
No. 200 % 5,58 4–8
5) Percobaan Campuran
 Komposisi campuran yang digunakan seperti pada tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4 Komposisi Campuran AC-BC


No Uraian Sat. Komposisi Campuran
1 Kadar Aspal % 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
2 - Hot Bin III % 28,65 28,50 28,35 28,20 28,05 27,90
- Hot Bin II % 52,53 52,25 51,98 51,70 51,43 51,15
- Hot Bin I % 14,44 14,25 14,18 14,10 14,03 13,95

 Hasil perhitungan sifat-sifat marshall pada campuran seperti pada tabel 4.5
dibawah ini:

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Sifat-Sifat Marshall Campuran AC-BC

No Uraian Sat Komposisi Campuran


Kadar Aspal % 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0

1 Rongga dlm camp. % 7,526 5,579 4,868 4,340 2,378 2,383

2 Rongga dlm agregat % 17,825 17,158 17,705 18,190 18,448 19,340

3 Rongga terisi aspal % 57,780 67,879 72,507 76,142 81,507 83,503

4 Stabilitas Marshall Kg 1049 1330 1340 1377 1794 1569

5 Kelelehan Plastis Mm 3,500 3,567 3,833 3,650 4,497 4,417

6 Marshall Quotient Kg/mm 300 373 349 377 374 355

7 Density T/m3 2,357 2,385 2,404 2,378 2,383 2,371

8 Jumlah Tumbukan 75 75 75 75 75 75

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 123
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

6) Berdasarkan Hasil Perhitungan Sifat-Sifat Marshall pada Campuran AC-BC


didapat kadar aspal pilihan yaitu : 5,5 % dengan hasilnya seperti pada tabel
4.1.6 dibawah ini:

Tabel 4.6 Hasil Kadar Aspal Pilihan Terhadap Sifat-Sifat Marshall

Hasil
No Uraian Sat. Spesifikasi
Pemeriksaan
1 Density T/m3 2,404 Min. 2,0
2 Rongga dalam agregat % 17,705 Min. 15
3 Rongga terisi aspal % 72,507 Min. 68
4 Rongga dalam campuran % 4,868 3,5 – 5,5
5 Stabilitas Marshall Kg 1340 Min. 800
6 Kelelehan plastis (flow) mm 3,833 Min. 2,0
7 Marshall Quotient Kg/mm 349 Min. 200

4.2 Hasil Pengujian Kadar Aspal Ambil sampel kemudian


Lapangan Dengan Extraksi Test panaskan diatas kompor
dan Analisa Saringan. hingga hancur
4.2.1 Pengujian Extraksi Test  Setelah dingin, kemudian
a) Maksud ambil benda uji sebanyak
Melakukan pengujian yang 1200 gr.
ditujukan untuk menentukan kadar  Filter saringan ditimbang
aspal. terlebih dahulu.
d) Langkah pengujian
b) Peralatan
 Tuang benda uji ke dalam
Pada saat akan melakukan
mould extraksi, kemudian
pengujian terlebih dahulu harus
masukkan bensin secukupnya,
dilakukan tahapan penyiapan
jaga jangan sampai melewati
peralatan sebagai berikut:
batas yang telah ditentukan.
a) Siapkan alat extraksi test  Lalu aduklah perlahan-lahan
(mesin yang dilengkapi dengan spatula untuk
dinamo) yang didalamnya mempercepat proses dan di
terdapat mould tempat benda jaga jangan sampai ada
uji material yang tumpah dan
b) Filter Saringan terbuang.
c) Analisa Saringan (sesuai  Sebelum mould ditutup
kebutuhan) pastikan mould diberi filter
d) Timbangan kapasitas 2 kg saringan agar material terjaga
dengan ketelitian 0,01 gram dan tidak mudah keluar.
e) Kompor atau Oven dengan  Tunggu hingga 5 - 10 menit,
pengatur suhu kemudian tekan tombol On
f) Bensin untuk menjalankan alat
g) Alat bantu seperti spatula, Extraksi sehingga bensin
ember, kwas, dll. keluar.
c) Persiapan pengujian  Ulangi hal ini sampai beberapa
kali sehingga bensin yang
keluar sudah kelihatan bersih

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 124
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

 Setelah semuanya selesai kering, angkat kemudian


keluarkan mould yang berisi didinginkan lalu timbanglah.
benda uji tersebut kemudian e) Hasil Perhitungan Pengujian
keringkan benda uji diatas  Kadar Aspal
kompor. Hasil perhitungan pengujian
 Setelah dipastikan bahwa kadar aspal seperti yang terdapat
benda uji sudah dalam keadaan pada tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7 Hasil perhitungan pengujian kadar aspal

NO Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2

1 Berat Sampel Sebelum Gram 1200 1200

2 Berat Filter Sebelum Gram 28,61 29,84

3 Berat Filter Sesudah Gram 29,30 31,02

4 Berat Mineral dalam Filter (3-2) Gram 0,69 1,18

5 Berat Sampel Sesudah (Gr) Gram 1139,24 1140,09

6 Berat Aspal {1-(4+5)} Gram 60,07 58,73

7 Kadar Aspal (6:1).100 % 5,01 4,89


Rata-Rata 4,95 %

4.2.2 Pengujian Analisa Saringan


 Hasil Analisa Saringan seperti pada tabel 4.8 dibawah ini
Tabel 4.8 Hasil Analisa Saringan

Rata-
Ukuran Saringan Sampel 1 Sampel 2 Spec.
No Rata (%)
(%) (%)
ASTM (mm)
1 1” 25 100 100 100 100
2 3/4 “ 19 99,24 100 99,24 90-100
3 1/2 “ 12,5 78,26 82,02 80,14 Max. 90
4 3/8 “ 9,5 69,41 72,35 70,88 --
5 #4 4,75 52,52 56,58 54,55 --
6 #8 2,36 39,12 38,53 38,83 23-39
7 # 16 1,18 30,46 29,85 30,15 --
8 # 30 0,60 23,10 20,99 22,04 --
9 # 50 0,30 13,03 14,10 13,56 --
10 # 200 0,075 5,15 7,96 6,55 4-8

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 125
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

Gambar 4.1 Grafik Analisa Saringan Material Hasil Extraksi

4.3
4.4 Pembahasan Rongga terisi Aspal campuran AC-
1. Kadar Aspal BC.
Dari hasil pengujian extraksi
Nilai VFA menunjukkan prosentase
didapat kadar aspal lapangan rata-rata
besarnya rongga yang dapat terisi oleh
sebanyak 4,95 % ini berarti bahwa kadar aspal. Besarnya nilai VFA menentukan
aspal pilihan menurut JMF tidak sesuai keawetan suatu campuran beraspal
dengan kadar aspal hasil lapangan, panas, semakin besar nilai VFA akan
sehingga dengan demikian dapat menunjukan semakin kecil nilai Rongga
dinyatakan bahwa kerusakan dibeberapa dalam Agregat yang berarti rongga yang
bagian jalan tersebut di akibatkan oleh terisi aspal semakin banyak, oleh karena
kurangnya pemakaian kadar aspal itu campuran beraspal panas akan semakin
dengan pertimbangan serta awet. Begitu sebaliknya apabila VFA terlalu
kecil, maka rongga yang terisi aspal akan
menggunakan metode perbandingan
semakin sedikit sehingga agregat yang
dengan menganalisa hasil JMF dan
terselimuti aspal akan tipis yang
kadar aspal hasil lapangan dapat menyebabkan campuran beraspal panas
dijelaskan dan digambarkan pengaruh tidak awet.
kadar aspal terhadap kerusakan tersebut
sebagai berikut: Hubungan antara kadar aspal dengan nilai
VFA dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan
a. Pengaruh Kadar Aspal terhadap nilai Gambar 4.2 dibawah ini :
Void Filled with Asphalt (VFA) Atau

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 126
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

Tabel 4.9 Kadar Aspal terhadap Nilai VFA Campuran AC-BC

Karak Spesifik Kadar Aspal ( % )


terist asi (%)
4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
ik

Nilai
Min. 68 57,780 67,879 72,507 76,142 81,507 83,503
VFA

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga terisi Aspal

Dari Tabel 4.9 dan Gambar 4.2 yang menyebabkan campuran AC-BC tidak
diatas dapat dilihat bahwa pada campuran awet dan tidak akan bertahan lama sesuai
AC-BC mempunyai nilai VFA naik seiring dengan umur rencana serta dapat
bertambahnya kadar aspal, hal ini akan menyebabkan kerusakan pelepasan butiran
menyebabkan rongga dalam campuran pada lapisan aspal yang lama kelamaan
mengecil karena bertambahnya kadar akan mengakibatkan terjadinya lubang-
aspal yang meresap dan menyelimuti lubang kecil.
butiran agregat. Nilai VFA menunjukkan
Pengaruh Kadar Aspal terhadap nilai Void In
perbandingan jumlah kandungan aspal dan
the Mix (VIM) atau Rongga dalam
jumlah kandungan rongga didalam
campuran. Nilai VFA yang rendah berarti Campuran campuran AC-BC VIM
jumlah aspal efektif yang mengisi rongga menyatakan banyaknya prosentase rongga
– rongga antar butir agregat sedikit, berarti dalam campuran total. Nilai rongga dalam
rongga udaranya besar. Hal ini akan campuran dipengaruhi oleh kadar aspal
mengurangi keawetan dari campuran. pada campuran beraspal panas, dengan
Sebaliknya nilai VFA yang terlalu tinggi bertambahnya kadar aspal, maka jumlah
akan menyebabkan bleeding karena rongga aspal yang dapat mengisi rongga antar
antar butiran terlalu kecil. Dalam penelitian butiran agregat semakin bertambah,
ini didapat kadar aspal lapangan 4,95 % hal sehingga volume rongga dalam campuran
ini menunjukkan bahwa nilai VFA kurang semakin berkurang.
dari 68% sehingga rongga yang terisi aspal Hubungan antara kadar aspal
akan semakin sedikit ini berarti bahwa dengan nilai VIM dapat dilihat pada
agregat yang terselimuti aspal akan tipis Tabel 4.10 dan Gambar 4.3 dibawah ini :

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 127
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

Tabel 4.10 Kadar Aspal terhadap Nilai VIM campuran AC-BC

Karak Spesifik Kadar Aspal ( % )


teristik asi (%)
4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0

Nilai Min. 3,5- 2,37


7,526 5,579 4,868 4,340 2,383
VIM 5,5 8

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga dalam Campuran

Dari Tabel 4.10 dan Gambar 4.3 diatas Namun untuk kerusakan akibat
dapat dilihat bahwa pada campuran AC-BC pengelupasan lapisan bukan saja
sesuai dalam spesifikasi, Nilai VIM antara dikarenakan oleh kurangnya kadar aspal
3,5% - 5,5%. Nilai VIM yang rendah pada campuran AC-BC melainkan akibat
dibawah 3,5% berarti rongga pada kurangnya pemakaian bahan perekat aspal
campuran relatif kecil, menjadikan tidak cair antar lapisan.
tersedianya ruang yang cukup, 2. Analisa saringan
menyebabkan aspal akan naik ke Berdasarkan hasil analisa saringan
permukaan (bleeding). Sebaliknya untuk diatas dapat dijelaskan bahwa untuk material
nilai VIM yang tinggi diatas 5,5 % akan agregat yang dipakai pada campuran AC-BC
menyebabkan campuran kurang kedap air tersebut sudah memenuhi syarat spesifikasi
dan udara. Sehingga untuk kadar aspal agregat gabungan dimana didapat gradasi
4,95% ini berarti bahwa nilai VIM lebih rapat yang merupakan campuran agregat
besar 5,5 % yang menyebabkan campuran kasar dan halus dalam porsi yang seimbang,
kurang kedap air dan udara, sehingga sehingga dinamakan juga agregat bergradasi
campuran AC-BC tersebut kurang awet baik. Gradasi rapat akan menghasilkan
dan menyebabkan kerusakan retak (crack). diantaranya lapisan perkerasan dengan
stabilitas tinggi.

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 128
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

BAB V jangan sampai bertambah parah dengan


PENUTUP cara antara lain:
5.1 Kesimpulan
a) Kerusakan akibat pelepasan butiran agar
Berdasarkan pengujian, pengolahan segera dilakukan perbaikan dengan cara
data, serta analisa pada bab-bab sebelumnya, mengisi celah dengan campuran aspal
maka penulis mengambil kesimpulan : cair dan di taburi pasir.
b) Kerusakan akibat retak blok agar segera
1. Hasil pengujian Laboratorium, kadar
diperbaiki dengan cara membongkar
aspal rata-rata lapangan didapat 4,95%
bagian yang rusak, mengaruk kembali,
sedangkan menurut Job Mix Formula
dipadatkan dan dilapisi dengan campuran
kadar aspal pilihan yang dibutuhkan
yang baru.
adalah 5,5% ini berarti bahwa telah
c) Kerusakan akibat pengelupasan lapisan
terjadi perbedaan kadar aspal sehingga
dan lubang-lubang kecil diperbaiki
ditengarai mengakibatkan kerusakan
dengan cara:
pada lapisan permukaan jalan.
 Bersihkan lubang dari air dan material-
2. Pengaruh kurangnya kadar aspal tersebut
material yang lepas.
menyebabkan antara lain:
 Bongkar bagian lapis permukaan dan
a) Rongga terisi aspal semakin berkurang
pondasi sedalam-dalamnya sehingga
ini berarti bahwa agregat yang
mencapai lapisan yang kokoh
terselimuti aspal akan tipis yang
 Beri lapis tack coat atau prime coat
menyebabkan campuran AC-BC tidak
sebagai lapis perekat dan pengikat.
akan bertahan lama sesuai dengan umur
 Isikan campuran aspal dengan hati-hati
rencana serta dapat menyebabkan
agar tidak terjadi segregasi
kerusakan pelepasan butiran pada
 Padatkan lapis campuran sesuai bentuk
lapisan aspal, yang lama kelamaan akan
permukaan jalan.
mengakibatkan terjadinya lubang-
lubang kecil.
b) Nilai rongga dalam campuran semakin
DAFTAR PUSTAKA
besar yang menyebabkan campuran
kurang kedap air dan udara, Krebs, R.D dan Walker, R.D, 1971,
sehingga campuran AC-BC kurang Highway Materials, McGraw-Hill Book
baik dan menyebabkan kerusakan retak Company, New York, USA.
(crack).
Oglesby, C.H , Hicks, R.G , 1982, Highway
5.2 Saran
Engineering, 4 th Edition, John Willey &
1. Untuk mencegah jangan sampai kadar Sons, New York,
aspal lapangan tidak sesuai dengan Job
Mix Formula (JMF) yang dikeluarkan The Asphalt Institute The Asphalt
maka perlu dilakukan pengawasan yang Handbook, 1989, Manual Series No.4
lebih intens pada unit produksi aspal (MS-4)
khususnya pada saat penimbangan aspal
Shell Bitumen, 1990, Shell Bitumen
dan harus di kontrol dengan melakukan
Handbook, Shell Bitumen, England.
pengambilan sampel untuk pengujian
kadar aspal harian (extraksi) agar kadar NSPM Kimpraswil, Metode, spesifikasi dan
aspal tetap sesuai Job Mix Formula tata cara bagian 1, 2, 3 dan 4, (2007)
(JMF). Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah, Badan Penelitian dan
2. Dengan memperhatikan kerusakan
Pengembangan
dibeberapa titik jalan tersebut disarankan
agar kerusakan segera di perbaiki agar

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 129
RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 2

Departemen Permukiman dan Prasarana


Wilayah Direktorat Jenderal Bina Marga
(2007). Spesifikasi Umum

Laboratorium UPTD Balai Jasa Konstruksi


Lab/Uji Material Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Gorontalo (2010), Laporan
Hasil JMF AC-BC.

[Tinjauan Kerusakan Lapisan Permukaan Jalan Berdasarkan Analisis Kadar Aspal ; Abdul Haris Dunggio] 130

Anda mungkin juga menyukai