Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM

BIOKIMIA

Disusun Oleh:

NAMA : Alfiola Hidayat


NIM : 1948201092
KELAS : FARMASI A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
2021
OBJEK 1
UJI SENYAWA KARBOHIDRAT

I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa memahami konsep dasar reaksi biokimia dalam tubuh
2. Mahasiswa dapat membedakan polisakarida terhadap monosakarida dan
disakarida
3. Mahasiswa dapat menentukan adanya gula pereduksi dalam larutan uji

II. Dasar teori


Karbohidrat merupakan senyawa aldehid atau keton beserta turunannya
yang megikat banyak gugus hidroksil atau dengan kata lain karbohidrat adalah
senyawa polihidroksil dari aldehid atau keton. Rumus empiris dari karbohidrat
dapat ditulis sebagai CH2O. Penyusun utama karbohidrat adalah C, H, dan O.,
dengan perbandingan jumlah atom H dan O adalah 2 : 1 seperti dalam air. Bentuk
molekul karbohidrat yang paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana. Banyak karbohidrat yang merupakan polimer yang tersusun dari
molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta bercabang-cabang.
Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga yang terdapat
dalam tumbuhan dan hewan. Selain sumber energi, karbohidrat juga berfungsi
untuk menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, berperan penting dalam
proses metabolisme dan pembentuk struktur sel. Oleh karena itu, perlu dilakukan
praktikum pengujian karbohidrat untuk mengetahui sifat-sifat dan jenis-jenis
karbohidrat.Karbohidrat (CH2O)n adalah sumber energi utama. Kebanyakan
karbohidrat yang dikonsumsi adalah tepung/amilum/pati, yng ada dalam gandum,
jagung, beras, kentang, dan padi-padian lainnya. Karbohidrat merupakan bahan
yang penting dan sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan daging
hewan. Selain itu, karbohidrat juga menjdi komponen struktur penting pada
makhluk hidup dalam bentuk sert (fiber), seperti selulosa, pektin, serta lignin.
Glukosa adalah monosakarida dengan rumus kimia C6H12O6 terdapat sebagai
glikosida di dalam tubuh binatang, sebagai disakarida-disakarida dan
polisakarida-polisakarida di dalam tumbuh-tumbuhan. Glukosa dapat dihasilkan
melalui hidrolisis polisakarida atau disakarida, baik dengan asam maupun dengan
enzim. Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, dan proses pembuatannya dapat
dihidrolisa denganasam maupun enzim. Glukosa adalah suatu karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.
Analisa kualitatif glukosa dengan uji molisch, uji barfoed, uji benedict, uji
seliwanoff, dan uji iodin. Sedangkan uji kuantitatif dengan metode luff schoorl.
Karbohidrat sederhan (simple carbohyrate), manosa, atau monosakarida adalah
karbohidrat yang molekulnya lebih kecil dari susunannya lebih sederhana
dibandingkan dengan molekul karbohidrat yang lain. Nmolekul karbohidrat ini
dapat diperkecil lagi dengan cara hidrolisis. Monosakarida adalah suatu
persenyawaan yang netral, mudah larut dalam air, kelarutannya dalam alkohol
kecil.
Karbohidrat sendiri terbagi atas dua macam kelompok berdasarkan
susunan molekulnya yaitu karbohidrat sederhan dan karbohidrat kompleks.
Karbohidrat sederhana adalah karbohidrat yang tersusun dari 1 (monosakarida)
hingga 2 (disakarida) molekul, jenis daro karbohidrat sederhana adalah gula pasir,
sirup, dan madu. Sedangkan karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang
terbentuk oleh hampir 20.000 unit molekulmonosakarida, jenis dari karbohidrat
kompleks adalah sumber bahan pokok seperti padi, umbi-umbian, jagung, dan
gandum Pada sel hewan, karbohidrat terdapat dalam bentuk glukosa dan glikogen,
yang berperan sebagai sumber energy yang penting bagi aktivitas vital.
Sedangkan pada sel tumbuhan, karbohidrat terdapat dalam bentuk selulosa yang
berperan sebagai rangka pada tumbuhan serta pati dari sel-sel tumbuhan.
Karbohidrat yang terdapat dalam bahan makanan pokok seperti beras, jagung,
singkong, dan lain-lain pada umumnya dalam bentuk amilum atau pati. Namun
karbohidrat juga dapat berbentuk gula seperti yang terkandung dalam buah-
buahan dan madu.
Secara umum, karbohidrat dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Monosakarida (karbohidrat sederhana)
Molekulnya terdiri atas beberapa atom karbon dan tidak dapat diuraikan
dengan cara hidrolisis. Misalnya triosa (seperti dihidroksiaseton,
gliseraldehid), pentose (ribose, ribulosa), heksosa (glukosa) dan lain-lain.
2. Oligosakarida
Mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul monosakarida.
Misalnya maltosa, sukrosa, laktosa, dan lain-lain.
3. Polisakarida
Terdiri atas banyak molekul monosakarida. Umunya berupa senyawa
berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak mempunyai rasa manis.
dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Misalnya amilum, glikogen,
selulosa, dan lain-lain.
Pencernaan karbohidrat dimulut mengalami biokimia hidrolisis dengan
bantuan biokatalis enzim amilase menghasilkan maltosa. Pencernaan berlanjut di
usus halus dengan bantuan enzim maltase yang dihasilkan pancreas untuk
menghidrolisis maltose menjadi glukosa lalu diserap oleh mukosa usus. Selain
maltase, pancreas juga menghasilkan lactase dan sukrase.
Setelah makan, kadar glukosa dalam darah akan meningkat sementara, dan
setelah 2 jam akan turun kembali akibat glukosa masuk ke dalam sel. Dalam sel,
glukosa diubah menjadi glikogen sebagai cadangan pertama energi. Dalam
keadaan gizi baik, glukosa dapat disimpan sebagai lemak dan protein yang dalam
keadaan lapar atau kelaparan cadangan ini dapat digunakan kembali
Dalam keadaan tersebut,terjadi reaksi biokimia sebagai berikut:
1. Glikogenesis : proses perubahan glukosa menjadi glikogen
2. Glikogenolisis : proses pemecahan glikogen menjadi glukosa
3. Glikolisis : proses pemecahan glukosa menjadi energy dalam bentuk
ATP
4. Lipogenesis : proses pembentukan asam lemak
5. Lipolisis : proses pemecahan lemak
6. Glukoneogenesis : proses pengadaan glukosa
III.Prosedur Percobaan
3.1 Prinsip Percobaan
• Uji Iodin
Reaksi positif ditandai dengan warna merah bata , merah
kecoklatan, coklat kemerahan atau warna coklat.
• Uji Benedict
Reaksi positif ditandai dengan warna merah bata, biru/ungu pekat ,
biru kehijauan atau hijau kehijauan .
3.2 Alat dan bahan

Alat
1. Tabungreaksi
2. Raktabungreaksi
3. Pipettetes
4. Plattetes
5. Pipetukur
6. Lampuspirtus

Bahan
1.Larutan glukosa (5 Variasi :
1,2,3,4,5)
2. Larutan sukrosa1%
3. Larutan amilum 1%
4. Larutan iodine 0,01N
5. Larutan HCl1N
6. Benedict
3.3 Skema kerja
a.uji iodin
1.Bersihkan lubang pipet
tetes

2.Masukkan
lar.karbohidrat 3 tts

3.Tambahkan 1 tts HCl

a.Uji iodin

4.campurkan 2 lar
ad homogen

5.Tiap lubang tetesi


b. Uji benedict Lar iodin 0,01 N
1.Masukkan zat pereaksi
6.Goyangkan plat tetes,lih-
benedict dalam tabung
atreaksi
perubahan
dan warna
1 jenis larutan
karbohidrat 1ml.

2.Homogenkan larutan de-


ngan cara menggoyangkan
Tabung reaksi
b.Uji benedict

3.Panaskan tabung reaksi


diatas spiritus.

4.Amati perubahan warna


OBJEK II
UJI SENYAWA PROTEIN

I. Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar reaksi biokimia dalam tubuh

2. menunjukan adanya asam amino Tiresin

3. Menentukan adanya protein dalam suatu larutan uji

II. Dasar Teori

Protein adalah komponen dasar dan utama makanan yang diperlukan oleh semua mahluk
hidup sebagai bagian dari daging, Jaringan kulit, otot. otak, sel darah merah, ram but, dan organ
tubuh lainnya yang di bangun dari protein.
Protein merupakan makromolekul yang memegang peranan penting pada hampir semua
proses biologi. Fungsi protein dalam tubuh antara lain membantu perkembangan sel dan
menjaga pertahanan tubuh. Protein tersusun atas polimer asam amino, dimana asam amino
merupakan senyawa yang terdiri dari gugus amina(-NH2), gugus karboksil (-COOH) dan rantai
samping (R). Rantai samping ini yang membedakan antara asam amino satu dengan asam
amino yang lainnya.
Protein mempunyai fungsi penting yaitu untuk pertumbu har, memperbaiki sel tubuh
yang rusak, bahan pembentule plasma kelenjar, Hormone, dan enzime, cadangan energi Jika
terjadi kekurangan menjaga keseimbangan asam- basa darah.
Protein merupakan rangkaian asam-asam amino yang ditentukan oleh tcode genetik.
beberapa asam amino yang mengu Sun tidak dapat disintesis dalam tubuh (asam amino
esensial) Sehingga harus didapatkan dari makanan yang dikonsumsi. Pengadaan dan
penyediaan asam amino menjadi sangat Penting oleh karena senyawa tersebut digunakan
sebagai sa tuan penyusun protein.
Molekul protein, melalui ikatan hidrogen, berinteraksi dengan molekul air membentuk
mantel air. Karena molekulnya besar, protein di dalam air membentuk larutan koloid. Adanya
sejumlah elektrolit dengan konsentrasi encer akan meningkatkan kelarutan suatu protein
(Salting in). Sifat ini adalah kelarutan protein dalam bentuk koloid yang dipermudah oleh
mantel air dan elektrolit encer, dimanfaatkan untuk pemisahan protein. Disamping itu, sifat
protein dengan ukuran yang berbeda sebagai akibat dari jumlah asam amino yang menyusun
protein dan muatan yang tidak sama antarprotein karena perbedaan jenis asam amino tersebut
menjadi dasar pemisahan protein pada praktikum berikut ini.
Protein Secara kimia lebih kompleks lagi, tetapi seperti karbohidrat dan lipid, protein
Juga tersusun dari senyawa ga bungan yang sederhana. Semua protein mengandung atom kar
bor, oksigen, hidrogen, dan nitrogen serta protein- protein yang mengandung sulfur dan posfor.
Adapun Struktur protein yaitu terdiri dari rantai polipep vida memilin, meupar, dan
membungkus diri ke dalam model yang membentuk prosein dengan kesesuaian bentuk (confor
mation) yang berbeda-beda protein strukturat atau Fibrosa disusun dari mauro molekul Linear
yang panjang. contohnya meliputi katogen, minione protein otos). pibrin dan keratin Pada
rambut, kuku dan kuni. Sain itu juga dikenal protein globular yang sangat terpilin dan teripat
dalam bentuk yang hampir sferikol, atau mirip gulungan bonang kusut. Contohnya: meliputi
enzim, hormone, dan protein darah. Protein adalah molekul yang konpormasinya dinamis dan
dapat mengalami peipatan penguraian dalam kisaran waktu mildetik, serta dapat mengalami
pelipatan- pelipatan pengural an ratusan atau ribuan qui selama hidupnya. pelipatan membentuk
keadaan asi tidak memerlukan pencarian yang melelehkan terhadap struktur yang mungkin
memben tuk. Ada empat tingkat organisari struktur protein diantara nya:
1. Struktur primer adalah rantai polipeptida

2. 2 Sirvinur Sekunder adalah lintan rantal peptide 3g menyeru Pa spiral Hely

3. Struktur tersier berada di atas struktur sekunder.

4. Struktur kvarier adalah susunan komplex 3g+crairi dua rental paipeptida atau lebih.
III. Prosedur Percobaan

3.1. Prinsip Percobaan

3.1.1. Uji Biuret

TUJUAN :
Untuk mengidentifikasi senyawa protein dalam suatu sampel
PRINSIP :
Protein mempunyai ikatan peptida yang bereaksi positif dengan reagen biuret.
Ikatanikatan peptida yang menyusun protein dan polipeptida dalam larutan
bersuasana alkali akan berwarna lembayung bila direaksikan dengan Cu2+
dalam reagen biuret. Reaksi ini tidak terjadi pada makromolekul yang lain.
3.1.2. Uji Millon

TUJUAN :
Untuk mendeteksi adanya asam amino tirosin dalam senyawa protein.
PRINSIP UJI :
Merkuro atau merkuri nitrat yang terdapat dalam pereaksi Millon apabila
ditambahkan pada larutan protein yang mengandung tirosin akan
menghasilkan endapan putih. Jika dipanaskan, akan terbentuk warna merah.
Hal ini terjadi karena merkuri yang bereaksi dengan gugus fenol pada tirosin
akan membentuk senyawa yang berwarna. Oleh karena itu, pada dasarnya
reaksi ini digunakan untuk mendeteksi senyawa fenol.
3.2. Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Pipet Tetes
1. Pepton 1%
2. Pipet ukur
2. Larutan putih telur 1%
3. Tabung reaksi
3. Reagen million
4. Rak tabung
4. Tarvian NaOHIN
5. lampu spritus
3.3. Prosedur kerja

1. Uji Milion
2. Uji Biuret
OBJEK 3

UJI KELARUTAN LIPID/ LEMAK

I. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami konsep dasar reaksi biokimia dalam tubuh
2. Mahasiswa dapat membuktikan bahwa lemak dapat larut dalam larutan non polar
(pelarut organik)

II. DASAR TEORI


Lipid adalah golongan senyawa organik kompleks yang menyusun jaringan tumbuhan
dan hewan. Lemak merupakan kelompok lipid yang memegang peranan penting
dalam struktur dan fungsi sel. Memiliki sifat tidak larut dalam air, tapi dapat larut
dalam pelarut organik (seperti eter, aseton, kloroform, benzena). Dalam tubuh, lemak
berfungsi sebagai sumber energy yang efisien, baik secara langsung maupun potensial
ketika tersimpan dalam jaringan adiposa. Selain itu lemak juga berperan sebagai alat
transport vitamin A, D, E, dan K, sebagai bahan baku hormone steroid dan asam
empedu, serta sebagai bahan sintesis kolesterol.
• Lipid mempunyai sifat umum sebagai berikut:
1. tidak larut dalam air
2. larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbon
tetraklorida
3. mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang juga
mengandung nitrogen dan fosfor
4. bila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak
5. berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan
• Selain itu, lipid berfungsi sebagai :
1. Penyimpan energi
2. Transportasi metabolik sumber energi
3. Sumber zat untuk sintesis hormon, kelenjar empedu serta menunjang proses
pemberian sinyal transducing
4. Struktur dasar atau komponen utama membran semua jenis sel
5. Pelindung organ tubuh dan alat angkut vitamin larut lemak
6. Pembentukan sel dan sumber asam lemak esensial

Komponen lipid juga dapat diklasifikasikan bedasarkan sifat polaritasnya. Berdasarkan


polaritasnya, lipid dibagi atas non-polar dan polar.

Kelompok lipid yang bersifat non polar yaitu :

1. Alkana dan alkena : hidrokarbon yang tersusun atas lebih dari 36 atom karbon, berbentuk
jenuh atau tak jenuh. Hidrokarbon ditemukan pada serum manusia. Pada tumbuhan ditemukan
dalam bentuk karotenoid.

2. Lemak alkohol : merupakan alkohol aliphatik dengan hidrokarbon jenuh atau tak jenuh, denga
panjang 6-26 atom karbon.

3. Lilin : merupakan ester dari asam lemak dan alkohol rantai panjang

4. Sterol : ditemukan pada tanaman (fitosterol) dan hewan (kolesterol)

5. Tokoferol : merupakan vitamin E, yang ditemukan pada sumber minyak.

6. Trigliserida : tersusun atas gliserol dan asam-asam lemak.

Kelompok lipid yang bersifat polar yaitu :

1. Fosfolipid : lipidyang berikatan dengan fosfat

2. Glikolipid : lipid yang berikatan dengan komponen karbohdirat

3.Proteolipid : lipid yang tersusun atas satu residu asam amino yang dihubungkan dengan asam
atau alkohol rantai panjang.

Lipida yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusun
adalah triasilgliserol, juga seringkali dinamakan lemak, lemak netral, atau trigliserida.
Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel
tumbuhan dan hewan tapi umumnya tidak dijumpai pada membrane. Triasilgliserol yang terdapat
di alam bersifat tidak larut dalam air. Senyawa ini memiliki gravitas spesifik yang lebih rendah
dari air, yang menyebabkan minyak membentuk lapisan atas pada bumbu salad campuran
minyak dan cuka. Triasilgliserol mudah larut didalam pelarut non polar, seperti chloroform,
benzene, atau eter, yang seringkali dipergunakan untuk ekstraksi lemak dari jaringan.

Untuk menguji sifat dan komposisi lipid, ada beberapa uji yang dapat dilakukan. Beberapa uji
kualitatif pada lipid dibedakan menjadi uji kandungan lipid, uji kelarutan lipid, uji
ketidakjenuhan lipid.

A. Uji deteksi kandungan lemak


Untuk menguji bahwa makanan tersebut mengandung lemak atau tidak membutuhkan
bantuan kertas minyak atau kertas cakram serta bantuan larutan Sudan. Pada saat bahan
makanan ditempelkan pada kertas minyak, jika ia mengandung lemak, maka ia akan
berwarna transparan atau tembus pandang. Larutan sudan yang digunakan berfungsi
sebagai indikator dimana ia dapat menunjukkan bahwa suatu makanan mengandung
lemak atau tidak (secara kualitatif). Lapisan berwarna merah pada permukaan larutan
minyak akan menunjukkan adanya kandungan lemak dalam bahan makanan.

B. Uji kelarutan lipid


Uji ini dilakukan untuk melihat sifat lipid, yaitu molekul non-polar yang hanya dapat
larut dalam pelarut non-polar (khloroform, eter, metilen, alkohol) sehingga bila
dilarutkan dalam pelarut polar lipid tidak akan homogen dengan larutan tersebut. Derajat
kelarutan merupakan kemampuan suatu zat terlarut untuk dapat larut dalam sejumlah
pelarut pada suhu tertentu. Tingkat polaritas berkaitan dengan polaritas dari pelarut
tersebut. Senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik /
terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Hal ini sesuai dengan
prinsip uji kelarutan yaitu berdasarkan pada kaidah “like dissolves like” yang mana
senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan sebaliknya.

C. Uji ketidakjenuhan lipid

Asam-asam lemak yang ada di dalam lemak hewan selalu jenuh, sedangkan asamasam
lemak di dalam minyak tumbuhan mengandung satu atau beberapa ikatan rangkap. Uji ini
dapat dilakukan untuk identifikasi larutan yang tergolong ke dalam asam lemak jenuh
atau tidak jenuh. Bila larutan kloroform yang ditambah asam lemak dicampur dengan
unsur halogen, ia akan mengubah warna larutan unsur halogen (bromin atau iodin)
dimana kondisi tersebut sangat ideal jika dijadikan indikator adanya ikatan rangkap
dalam suatu larutan asam lemak. Ikatan rangkap menunjukkan bahwa senyawa itu
memiliki lemak yang tidak jenuh, sebaliknya jika suatu larutan tak mengalami perubahan
warna, maka ia tidak memiliki ikatan rangkap yang menunjukkan bahwa lemak yang
dikandungnya merupakan lemak jenuh. Pada uji sifat ini, reaksi yang terjadi adalah reaksi
adisi oleh unsur halogen (bromin atau iodin). Spesi halogen akan memutus ikatan
rangkap yang terdapat pada molekul zat, kemudian spesi tersebut akan menggantikan
posisi dari ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan rangkap
dalam molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali (jika semuanya
teradisi oleh unsur halogen).

Proses pencernaan utama lemak terjadi pada usus, melalui emulsifikasi oleh garam empedu dan
melalui hidrolisis (lipolisis) oleh enzim lipase yang diproduksi pancreas. Hasil hidrolisis berupa
gliserol dan asam lemak dapat diserap melalui vili usus. Kemudian masuk ke sirkulasi portal atau
system limfe dan sebagian lagi mengalami proses resterifikasi dalam sel usus dengan gliserol
membentuk trigliserida. Karena lipid tidak dapat larut dalam air, maka tubuh menciptakan
mekanisme khusus untuk dapat mentransportasikan lipid dengan membentuk misel. Misel lipid
adalah gumpalan lipid yang bergabung dengan protein khusus (lipoprotein), tersebar dalam
plasma dan dapat diangkut keseluruh tubuh. Namun karena misel tidak dapat melalui membrane
ekapiler maka dilakukan hidrolisis terlebih dahulu dengan bantuan enzim lipase. Dalam tubuh,
meskipun kolesterol memiliki efek buruk, namun secara fisiologis berfungsi sebagai bahan
sintesis hormone esteroid, asam empedu juga bahan pembentukan membrane sel.

Efek buruk kolesterol adalah mempercepat proses atherosclerosis di pembuluh darah sehingga
darah akan menebal, kaku, mudah tersumbat, dan mudah pecah. Suatu keadaan yang dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah antara lain pada perokok, seorang yang mengalami stress,
peminum kopi, konsumsi minyak jenuh berlebih, kurang olahraga atau pada penyakit tertentu
seperti diabetes.
III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 PRINSIP PERCOBAAN

Minyak tidak dapat larut dalam air, tapi dapat larut dalam alkohol,kloroform,

eter.

3.2 ALAT DAN BAHAN

Alat : Bahan :

1. Pipet tetes 1. Minyak Kelapa

2. Pipet ukur 5ml 2. Alkohol 70%

3. Pipet ukur 10ml 3. Alkohol95%

4. Tabung reaksi 4. Natrium bikarbonat

5. Rak tabung 5. Akuades

6. Penjepit tabung 6. Kloroform

7. Lampu spirtus
3.3 Skema Kerja

Ke dalam tiap tabung reaksi

Masing-masing dimasukkan

2 ml jenis pelarut lalu

Tambahkan 5 tetes minyak

Kemudian di aduk

Dan amati perubahan yang


terjadi
OBJEK 4

ANALISIS ENZIM

I Tujuan Praktikum
3. Mahasiswa memahami konsep dasar reaksi biokimia dalam tubuh.
4. Mahasiswa memahami cara kerja enzim.
5. Mahasiswa mengetahui pengaruh konsentrasi enzim, konsentrasi substrat serta pH
terhadap aktivitas enzim amilase.
6. Mahasiswa mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilase.
7. Mahasiswa mengetahui dan dapat menentukan besar suhu optimum yang
mempengaruhi kerja enzim amilase.

II Dasar Teori
Enzim atau biokatalis adalah katalis organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim sangat
penting dalam kehidupan karena semua reaksi metabolism dikatalisis oleh enzim. Jika tidak ada
enzim, atau aktivitas enzim terganggu, maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga
pertumbuhan sel juga hancur. Reaksi enzimatik diperlukan untuk memungkinkan bakteri
memperoleh makanan/nutrisi terlarut, yang dapat diserap oleh sel untuk memperoleh energi
kimia untuk biosintesis, reproduksi, olahraga, dll. Ada tiga jenis amilase, yaitu α amilase, β
amilase dan γ amilase. Yang terdapat pada air liur (saliva) dan pancreas adalah amilase. Enzim
ini memutus ikatan 1-4 yang terdapat pada pati dan disebut endo amilase karena enzim ini
merupakan bagian dalam atau tengah dari molekul pati.

Katalis adalah zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu dan tidak
berubah atau habis karena reaksi tersebut. Katalis berperan dalam reaksi, tetapi bukan sebagai
reaktan atau produk. Katalisme mungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan
reaksi berlangsung pada suhu yang lebih rendah karena perubahan yang ditimbulkannya pada
reaktan. Katalis memberikan pendekatan yang disukai dengan energi aktivasi yang lebih rendah.
Katalis mengurangi energi yang diperlukan untuk terjadinya reaksi.
Ciri-ciri enzim adalah sebagai berikut.

1. Biokatalis : Enzim hanya diproduksi oleh sel hidup untuk mempercepat proses reaksi.

2. Protein : Sifat enzim sama dengan protein, akan hancur pada suhu tinggi dan dipengaruhi oleh
nilai pH.

3. Efek spesifik : Enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu, tetapi tidak untuk
reaksi lainnya. Zat yang dipengaruhi oleh enzimadalahsubstrat, dansubstratadalahzat yang
bereaksi. Karena ada terlalu banyak jenis zat yang bereaksi dalam sel, begitu juga banyak jenis
enzim.

4. Dapat digunakan kembali : Dapat digunakan kembali, karena enzim tidak berubah selama
reaksi. Selama enzim tidak rusak, molekul enzim dapat bekerja berkali-kali.

5. Rusak oleh panas : Enzim dihancurkan oleh panas karena merupakan protein. Jika enzim rusak
dan tidak berfungsi lagi, maka enzim mengalami kerusakan termal yang disebut denaturasi.

6. Tidak Ikut Bereaksi : Enzim hanya diperlukan untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut
bereaksi.

7. Bekerja Dapat Balik : Suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi
senyawa-senyawa lain dan sebaliknya.

Cara kerja enzim ada dua yaitu :

6. Teori Gembok-Anak Kunci


Sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat
saja. Bentuk substrat sesuai dengan sisi aktif, seperti gembok cocok dengan anak kuncinya. Hal
itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Substrat yang mempunyai bentuk ruang yang
sesuai dengan sisi aktif enzim akan berikatan dan membentuk kompleks transisi enzim-substrat.
Senyawa transisi ini tidak stabil sehingga pembentukan produk berlangsung dengan sendirinya.
Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga
substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai pengaruh yang sama.
7. Teori Induced Fit
Reaksi antara substrat dan enzim berlangsung karena adanya induksi molekul substrat
terhadap molekul enzim. Menurut teori ini, sisi aktif enzim bersifat fleksibel dalam
menyesuaikan struktur sesuai dengan struktur substrat. Ketika substrat akan terinduksi dan
kemudian mengubah bentuknya sedikit sehingga mengakibatkan perubahan sisi aktif yang
semula tidak cocok menjadi cocok (fit). Kemudian terjadi pengikatan substrat oleh enzim, yang
selanjutnya substrat diubah menjadi produk. Produk kemudian dilepaskan dan enzim kembali
pada keadaan semula, siap untuk mengikat substrat baru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim,antara lain :

• Pengaruh suhu:
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat bekerja.
Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum
pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzimyang aktif akan berkurang karena
mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum.
Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum sekitar 37° C. Sebagian besar enzim
menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai ± 60°C, karena terjadi denaturasi.

• pH
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada
beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim didalam tubuh akan menunjukkan
aktivitas maksimum antara pH 5,0sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya
pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah, seperti pepsin,
yang mempunyai pH optimum 2. Pada pH yang jauh diluar pH optimum, enzim akan
terdenaturasi.

Ada 2 alasan pengaruh tingkat keasaman atau pH terhadap aktivitas enzim, yaitu :

1.Sebagai produk makhluk hidup secara teori selalu ada kemungkinan dari pengaruh ph ini
terhadap aktivitas biologis dari enzim ini.

2.Sebagai suatu protein enzim tidak berbeda dengan protein lainnya.


• Konsentrasi Enzim
Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi enzim ternyata berbanding lurus. Jadi,
makin besar konsentrasi enzim, maka makin cepat laju reaksi.
• Konsentrasi Substrat
Pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan kondisi lainnya
tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas kecepatan maksimum (V).
Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan substrat.

• Inhibitor (Hambatan)
Mekanisme kerja inhibitor ada yang bersifat kompetitif dan nonkompetitif, artinya inhibitor
tersebut bersifat berkompetisi dalam menempati sisi aktif enzim. Adanya inhibitor ini dapat
mempengaruhi aktivitas katalitik enzim menjadi berkurang atau bahkan rusak. Umumnya semua
enzim dapat dihambat aktivitasnya oleh senyawa kimia (termasuk obat-obatan yang digunakan
dalam kedokteran).
III Prosedur Percobaan
a. Prinsip Percobaan
1) Pengaruh konsentrasi enzim, substrat, dan pH terhadap aktivitas enzim amilase.
Terbentuknya kompleks biru tua antara amilum dan iodium. Amilum setelah dihidrolisa oleh
amilase secara berturut-turut akan membentuk dekstrin dan oligosakarida dengan masing-
masing tingkat kemampuan mengikat iodium yang berbeda.

Amilum-->Amilodekstrin-->Eritrodekstrin-->Akrodekstrin-->Maltosa

(Amil + I2) (Biru tua) (Merah) (tak berwarna) (tak berwarna)

2) Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilase.


Kenaikan suhu sebelum terjadinya denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi, namun jika
kenaikan suhu terjadi saat mulai terjadinya proses denaturasi akan mengurangi kecepatan
reaksi. Karena ada 2 pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu titik optimum yaitu
suhu paling tepat bagi suatu reaksi. Pada umumnya enzim yang terdapat pada hewan memiliki
suhu optimum antara 40°C - 50°C, sedangkan pada tumbuhan antara 50°C - 60°C sebagian
besar enzim terdenaturasi pada suhu diatas 60°C.

3.2. Alat dan Bahan.

Alat Bahan
•Tabung reaksi. •Larutan amilum 1%
•Pipet ukur 1mL,5mL. •NaCl 1%
•Thermometer Air. •HCl 1N
•Stopwatch. •NaOH 1N
•Kulkas. •Larutan iodium encer
•Rak tabung. •Air liur
•Baskom. •Air es
•Beaker glass. •Aquadest
•Corong
3.3. Skema Kerja

Siapkan 5 buah tabung reaksi,masing-masing isi dengan 3 mL larutan amilum


1%

(Tabung 1) + 1mL NaCl 1% + 1 mL air liur

( Tabung 2 dan 3 ) + 1 mL NaOH 1N + 1 mL air liur

( Tabung 4 ) + 1 mL HCl 1N + 1 mL air liur

(Tabung 5) + 1 mL aquadest + 1 mL air liur

Tabung 1,2,4,5 di inkubasi pada suhu 37°C selama 10 menit

Tabung 3 di inkubasi dalam kulkas selama 10 menit

Setelah semua tabung diinkubasi, + 3 tetes iodium dan amati perubahan


warna
OBJEK 5

PEMERIKSAAN KADAR GULA DALAM DARAH

l. Tujuan

Mahasiswa mampu menetapkan kadar glukosa dalam darah dengan metode toluidin

ll. Dasar Teori

Glukosa darah di dalam tubuh berfungsi untuk bahan bakar bagi proses metabolisme dan
juga sumber energi utama bagi otak. Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka
(Subiyono,et al.2016). Jumlah kadar glukosa dari pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang
menunjukkan jumlah nilai ≥140 mg/dl atau glukosa darah puasa menunjukan nilai >120 mg/dl
ditetapkan sebagai diagnosis diabetes melitus. (Subiyono,et al.2016)

Glukosa darah adalah parameter untuk mengetahui penyakit diabetes melitus yang
dahulunya dilakukan terhadap darah lengkap. Karena eritrosit memiliki kadar protein yaitu
hemoglobin yang lebih tinggi sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap serum lebih
banyak glukosa. Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan darah lengkap seperti
serum atau plasma. Serum lebih banyak mengandung air dari pada darah lengkap, sehingga
serum berisi lebih banyak glukosa dari pada darah lengkap. Kadar glukosa darah dapat
ditentukan dengan berbagai metode berdasarkan sifat glukosa yag dapat mereduksi ion-ion
logam tertentu, atau dengan pengaruh enzim khusus untuk menghasilkan glukosa, yaitu enzim
glukosa oksidase. Enzim glukosa oksidase merupakan senyawa yang mengubah glukosa menjadi
asam glukonat. (Subiyono,et al.2016)

Serum adalah bagian darah yang tersisa setalah darah membeku. Pembekuan mengubah
semua fibrinogen menjadi fibrin dengan menghabiskan faktor V, VIII dan protombin.
(Subiyono,et al.2016)
Faktor pembekuan lain dan protein yang tidak ada hubungan dengan hemostasis tetap ada
dalam serum dengan kadar sama seperti dalam plasma. Di dalam serum normal tidak terdapat
fibrinogen, protombin, faktor V, VIII dan XIII. Yang ada ialah faktor VII, IX, X, XI dan XII.
Bila proses pembekuan tidak normal serum mungkin masih mengandung sisa fibrinogen, produk
perombakan fibrinogen atau protombin yang tidak diubah. (Subiyono,et al.2016)

Pemeriksaan glukosa darah metode GOD-PAP lebih banyak dilakukan di laboratorium


karena dianggap ketelitiannya lebih tinggi, sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat. Alat yang
digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah metode ini adalah spektrofotomoter. (Subiyono,et
al.2016)

Glukosa merupakan salah satu karbohidrat penting yang digunakan sebagai sumber
tenaga. Glukosa dapat diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat. Glukosa berperan
sebagai molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh, sebagai sumber energy utama
bagi kerja otak dan sel darah merah. (Subiyono,et al.2016)

Glukosa darah berasal dari absorbsi pencernaan makanan dan pembebasan glukosa dari
persediaan glikogen sel. Tingkat glukosa darah akan turun apabila laju penyerapan oleh jaringan
untuk metabolisme atau disimpan lebih tinggi daripada laju penambahan. Penyerapan glukosa
oleh sel-sel distimulus oleh insulin, yang disekresikan oleh sel-ß dari pulau-pulau langerhans.

Glukosa dihasilkan dari makanan yang mengandung karbohidrat yang terdiri dari
monosakarida, disakarida dan juga polisakarida. Karbohidrat akan konversikan menjadi glukosa
di dalam hati dan seterusnya berguna untuk pembentukan energy dalam tubuh. Glukosa tersebut
akan diserap oleh usus halus kemudian akan dibawa oleh aliran darah dan didistribusikan ke
seluruh sel tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa glikogen yang disimpan
pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Fungsi glukosa dalam tubuh
adalah sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme dan juga merupakan sumber energi utama
bagi otak. (Subiyono,et al.2016)

Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa. Pembentukan
energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme asam lemak. Tetapi jalur ini kurang efisien
dibandingkan dengan pembakaran langsung glukosa. Proses ini juga di hasilkan metabolit-
metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan oleh beberapa mekanisme homeolitik yang
dalam keadan sehat dapat mempertahakan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam
keadaan puasa. (Subiyono,et al.2016)

Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan asetil-coenzim A. Jika
glukosa dioksidasi total maka akan menghasilkan karbondioksida, air, dan energi yang akan
disimpan didalam hati atau otot dalam bentuk glikogen. Hati dapat mengubah glukosa yang tidak
terpakai melalui jalur-jalur metabolic lain menjadi asam lemak yang disimpan sebagai
trigliserida atau menjadi asam amino untuk membentuk protein. Hati berperan dalam
menentukan apalah glukosa langsung dipakai untuk menghasilkan energy, disimpan atau
digunakan untuk tujuan structural. (Subiyono,et al.2016)

Glukosa darah dikatakan abnormal apabila kurang atau melebihi nilai rujukan. Nilai
rujukan glukosa adalah pada rentang 60-110 mg/dl. Kadar gula darah yang terlalu tinggi
dinamakan hiperglikemia. Kadar glukosa kurang dari normal dinamakan hipoglikomia. Dalam
tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam
semua sel tubuh melalui aliran darah. (Subiyono,et al.2016)

Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu
mekanisme homeostasis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di
hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon. Hormon yang mengatur kadar glukosa
darah adalah insulin dan glukagon. Insulin adalah suatu hormon anabolik, merangsang sintesis
komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon adalah
suatu katabolik, membatasi sintesis makromolekuler dan menyebabkan pengeluaran glukosa
yang disimpan. Peningkatan glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan kosentrasi
glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon,
demikian sebaliknya. (Wicaksono,2014)

Diabetes melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam
darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam
mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga
bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.
Definisi Diabetes Melitus (DM) menurut The American Diabetes Association (ADA) adalah

• Kadar GDP (Glukosa Darah Puasa) plasma ≥ 126 mg/Dl


• Kadar GDS (Glukosa Darah Sewaktu) plasma ≥ 200 mg/dL
• Kadar glukosa pada 2 jam pasca TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) ≥

200 mg/dL.

Definisi menurut The American Diabetes Association (ADA)

• Hiperglikemia atau kadar glukosa darah diatas normal adalah jika kadar GDP > 110
mg/dL.
• Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) adalah jika kadar GDP antara 110 – 126 mg/dL
dan hasil TTGO antara 110 – 200 mg/dL.

Bila terdapat salah satu faktor resiko DM sebagai berikut:

• Usia > 45 tahun


• Berat Badan (BB) lebih: BB >110 % BB idaman atau IMT > 23 kg/m2.
• Hipertensi (≥140/90 mmHg).
• Riwayat DM dalam garis keturunan.
• Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi > 4000 g.
• Kolesterol HDL < 35 mg/dL, dan atau Trigliserida > 250 mg/dL).

Keterangan : IMT= BB/TB2 (Berat Badan/Tinggi Badan kuadrat).

Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cair, bersifat kental dan berwarna
merah. Beredar dalam system pembuluh darah. Jumlah darah di dalam
tubuh kira-kira 5-7 % dari berat badan, atau pada orang dewasa berkisar antara
4,5-5 L. Kekentalan darah disebabkan adanya senyawa yang terlarut dalam darah,
mulai dari yang terkecil hingga yang besar seperti protein. Adanya senyawa yang
terlarut dengan berbagai ukuran tersebut menjadikan darah memiliki massa jenis
dan kekentalan (viskositas) yang lebih tinggi disbanding air, yaitu sebesar 1,057
untuk massa jenis dan untuk viskositas 1,024 pada suhu 37° C atau 1,60 pada suhu 25° C. selain
itu zat-zat terlarut ini memberikan tekanan osmotic yang cukup besar pula bagi darah yaitu
sekitar 7-8 atm pada suhu tubuh (sebanding dengan 0,9 gr/dl). Begitu pula dengan derajat
keasaman (pH) darah sedikit lebih tinggi dari pada air yaitu sebesar 7,4.

Massa jenis darah dapat meningkat bila terjadi pemekatan darah yang dijumpai dalam
berbagai keadaan yang disertai dengan hilangnya cairan dari pembuluh darah. Misalnya pada
diare berat, luka bakar yang luas, demam berdarah, diabetes, dan sengatan panas. Dalam keadaan
tertentu, kekentalan darah juga dapat meningkat seiring dengan meningkatnya kadar protein
dalam darah. Warna darah dapat berubah menjadi sedikit lebih gelap atau lebih terang dari
biasanya pada seseorang yang mengalami keracunan gas CO. Namun keadaan perubahan warna
darah ini jarang ditemukan,dan biasanya yang bersangkutan sudah dalam keadaan darurat.
Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut :
1. Alat transport makanan (siserap dari saluran cerna untuk diedarkan
ke seluruh tubuh)
2. Transport Oksigen ( diambil dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh tubuh)
3. Alat transport bahan buangan dari jaringan ke ke alat ekskresi
seperti Paru-paru (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air),
dan hati untuk diteruskan ke empedu dan saluran cerna sebagai tinja
(untuk bahan yang sukar larut ke dalam air)
4. Alat transport antar jaringan (misalnya protein, glukosa, lipid)
5. Mempertahankan keseimbangan tubuh, seperti suhu, air, serta
asam – basa
6. Mempertahankan tubuh dari serangan benda atau senyawa asing
yang umumnya dianggap memiliki potensi menimbulkan ancaman.
III. Prosedur percobaan

3.1 Prinsip percobaan

Percobaan ini menggunakan metode elektrokimia dengan menggunakan alat gukometer.


Kadar glukosa darah normal yang diperiksa dengan menggunakan alat ini dalam keadaan puasa
berkisar 80-120gr/100 ml darah, gula sewaktu tidak puasa berkisar 120-160gr/100 ml darah.

3.2 Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

1. Lancingdevice 1. Needle lancet


2. Alkoholswab 2. Glukometer
3.3 Skema Kerja

Siapkan semua peralatan yang akan digunakan

Nyalakan glucometer dengan menekan tombol


POWER, cocokkan kode
yang tertera pada tube dan pada standar chip

Desinfeksi ujung jari yang akan diambil darahnya


dengan menggunakan
alcohol swab, lalu tusuk ujung jari tersebut dan
biarkan darahnya menetes
keluar.
Masukkan chip glukosa ke dalam glucometer

Tempelkan darah pada chip glukosa tepat


dibagian yang bertanda panah
atau tanda garis, biarkan darah terserap oleh chip.

Tunggu beberapa detik sampai keluar angka hasil.


OBJEK VI

ANALISA ENZIM

I. Tujuan
1. Mengetahui sifat fisikurin
2. Mengetahui ada tidaknya glukosa dalam urin
3. Mengetahui adatidaknya albumindalamurin
4. Mengenal bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam urin
II. Dasar Teori

Urin merupakan hasil filtrasi darah oleh glomerulus ginjal. Tujuannya adalah membersihkan
darah dari sisa-sisa metabolisme serta mengatur jumlah air dan elektrolit dalam tubuh. Fungsi ini
disebut dengan fungsi homeostatic tubuh oleh ginjal yang dijalankan oleh glomerulus dan tubuli.
Tubuli merupakan bagian ginjal yang menyeleksi dan mengatur bahan-bahan dengan mekanisme
ekskresi dan absorbs bahan-bahan tersebut termasuk air. Hampir seluruh zat lolos melewati
membrane kapiler glomerulus kecuali protein dan sel darah. Oleh karena itu jika terjadi proses
radang, permeabilitas membrane akan meningkat. Sehingga pada kasus glomerulonephritis urin
akan mengandung protein dan sel-sel darah, misalnya pada kasus proteinuria dan hematuria.
Tubuli sangat berperan dalam menyerap kembali glukosa dan air hasil filtrasiglomerulus. Semua
glukosa darah masuk kedalam filtrate glomerulus dan diserap kembali oleh tubuli. Nilai ambang
ginjal terhadap glukosa adalah 350mg/menit yang setara dengan kadar glukosa darah 170 mg%.
kadar glukosa darah yang melebihi ambang ini akan menyebabkan glukosa masuk ke urin
(disebut glukosuria). Namun kemampuan tubuli ginjal dalam menyerap glukosa dapat pula
menurun lebih rendah dari 350 mg.

1. Pemeriksaan Fisik Urin

a. Jumlah/volume Merupakan banyak urin yang diekskresikan seseorang dalam 24 jam. Volume
urin biasanya bertambah akibat intake air banyak, lingkungan 31 yang dingin, hypothermia, obat
diuretic, atau pada penyakit tertentu seperti diabetes. Volume tersebut akan berkurang akibat
intake air sedikit, lingkungan yang panas/kering, hiperthermia atau penyakit glomerulonefritis
akut. Volume urin normal berkisar antara 600-2500 ml/24jam.
b. Bau Adanya asam organik yang mudah menguap menyebabkan urin berbau aromatis. Bila
didiamkan lambat laun akan berbau amoniak karena fermentasi amoniak. Pada diabetes mellitus
berat, urin biasanya berbau aseton.

c. Warna Urin normal berwarna kuning muda jernih karena adanya urokrom, urobilin, uroeritrin
(pigmen yang mungkin berasal dari melanin). Warna urin menjadi lebih tua bila suhu badan
meningkat. Urin dapat berubah warna menjadi : Kuning kehijauan karena adanya bilirubin•
Merah karena adanya darah/hemoglobin• Putih susu karena adanya pus (nanah) atau banyak
butir-butir lemak• Hitam karena adanya asam homogenytisat pada alkaptonuria atau• adanya
derivate fenol pada keracunan karbol.

d. Buih Bila dikocok urin akan berbuih. Dalam kondisi normal, buih tersebut lambat laun akan
menghilang. Bila terdapat bilirubin,buih tampak berwarna kuning dan akan lama menetap, hal ini
disebabkan karena turunnya tegangan permukaan air

e. Kekeruhan Jika didiamkan, lambat laun urin akan mengeruh. Hal ini disebabkan karena
mengendapnya mucus atau urin menjadi alkalis sehingga fosfat/karbonat mengendap. Pada urin
yang berubah menjadi alkalis disebabkan karena terjadi fermentasi dan ureum diubah menjadi
amoniak. 32

f. Rasa Pada penderita diabetes mellitus, urin berasa manis (perhatikan adanya semut)

g. pH Urin normal memiliki pH berkisar 4,8-7,5 meskipun umumnya bersifat asam(±6). Setelah
makan, urin bersifat alkalis karena banyak HCl yang dikeluarkan dilambung. Jika banyak makan
makanan yang mengandung protein, maka urin akan bersifat asam karena banyak mengandung
fosfat dan sulfat. Jika banyak makanj enis sayuran/buah-buahan, urin menjadi alkalis karena
banyak mengandung natrium dan kalium. Dalam kondisi demam, keasaman urin akan meninggi.
Katabolisme lemakyang meningkatakan meningkatkan ekskresi benda keton yang bersifat asam.

h. Berat jenis Berat jenis urin bergantung pada intake air, kelembaban udara dan suhu
lingkungan, suhu tubuh dan jenis penyakit. Berat jenis urin normal berkisar 1,003-1,030 gr/L 2.
Pemeriksaan Kimia Urin

a. Urea Urea meruupakan hasil akhir katabolisme protein, sehingga hasil akhirnya sebanding
dengan intake protein. Urea dibentuk di hepar dan diekskresikan di ginjal.
Meskipun kadarnya dalam darah cukup besar, namun tidak bersifat toksik. Tingginya kadar urea
dalam urin menggambarkan fungsi ginjal.

b. Amoniak Dalam urin baru, amoniak berjumlah sedikit. Sekitar 0,7 gr/hari dalam bentuk garam
ammonia

c. Keratin dan kreatinin Kreatinin adalah material yang secara konstan normal terdapat dalam
urin, sedangkan keratin tidak. Kreatinin berasal dari hasil akhir metabolism keratin atau keratin
fosfat yang terdapat dalam otot. Ekskresi kreatinin dipengaruhi oleh efektivitas kerja dan jumlah
massa otot serta fungsi ekskresi dari ginjal 33

d. Sulfat Sulfat dalam urin terutama berasal dari hasil katabolisme asam amino yang
mengandung S

e. Fosfat Dalam urin, fosfat terdapat dalam bentuk fosfat alkalin (garam Na dan Kfosfat) serta
fosfat bumi (garam Ca dan Mg-fosfat) yang mengendap pada urin alkalis

f. Mineral (Na, K, Ca, Mg) Ekskresi Na bergantung pada intake dan kebutuhan tubuh. Ekskresi
K bergantung pada intake dan kerusakan jaringan. Hormon korteks adrenal juga mempengaruhi
ekskresi Na dan K. Ca dan Mg hanya sedikit ditemukan dalam urin. Gangguan metabolisme
tulang akan mempengaruhi ekskresi Ca di urin g. Urobilinogen dan urobilin Urobilinogen dan
urobilin merupakan hasil akhir degradasi bilirubin. Ekskresinya dapat meninggi atau menurun
pada penyakit tertentu.

h. Asam urat Asam urat merupakan hasil oksidasi akhir purin dalam tubuh. Asam urat kurang
larut dalam air, tetapi dengan alkali membentuk garam yang mudah larut i. Asam amino Ginjal
memiliki ambang batas yang tinggi, sehingga ekskresi asam amino hanya sedikit. Ekskresi asam
amino dalam urin meningkat pada kelainan absorpsi tubuler (kelainan congenital) dan orang
yang keracunan CCl4 dan CHCl3 j. Klorida Bentuk ekskresinya sebagai NaCl. Jumlah yang
diekskresikan sebanding dengan intakenya.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 PrinsipPercobaan
1. Sifatfisikurin
Padaurinnormalakanditemuicirifisiksebagaiberikut:War
na :kuningjernih
Volume :200-400ml
Bau :aromatis
Buih : tidak
adaKekeruhan :
negativeBeratjenis :
>1gr/100mlpH :netral
2. Glukosadalamurin
Dalampercobaanini,apabbilaterjadiperubahanwarnahijaumenunjukkankada
r glukosa 1 %, merah kadar glukosa 1,5 %, orange kadar glukosa 2
%,kuningkadar glukosa5%.
3. Albumindalam urin
Percobaan ini menggunakan prinsip Hellers NitricAcid Test.
Apabilaterbentuk cincin berwarna putih antara daerah kontak urin dengan
asamnitritmenunjukkanreaksipositif.
4. Ammoniadalamurin
Jika dipanaskan urea dalam urin akan teroksidasi dan menimbulkan bau
aromatis yang merupakan bau ammonia
3.2 Alat dan bahan
Alat

1. Beaker glass
2. BJurin
3. Tabung reaksi
4. Penjepit tabung
5. lampu spirtus
6. pipet ukur
7. bulb

Bahan

1. Ph indicator
2. urin
3. korek api
4. spritus
5. benedict
6. asam nitrit
SKEMA KERJA

A. Sifat Fisik Urin

Tuangkan urin yang telah ditampung kedalam gelas ukur untuk


mengetahui volumenya.

Masukkan BJ urin ke dalam gelas ukur.

Amati sifat fisik seperti bau, warna, PH, kelarutan, dan buih.
B. Glukosa Dalam Urin

Didihkan 5ml larutan benedict dalam tabung reaksi.

Tambahkan 8 tetes urin ke dalam larutan tadi.

Panaskan selama 1 - 2 menit


(Amati).

C. Albumin Dalam Urin

Masukan 5ml asam nitrit pekat kedalam tabung reaksi.

Miringkan tabung reaksi tersebut kemudian tetesi urin dengan


menggunakan pipe secara perlahan sehingga urin turun melalui
sepanjang tabung.

Amati perubahan warna yang terjadi.


D. Ammonia Dalam Urin

Masukkan 2ml urin ke dalam tabung reaksi.

Panaskan menggunakan lampu spritus.

Cium bau yang dihasilkan.


DAFTAR PUSTAKA

http://tikagpravitri.blogspot.com/2015/09/pengujian karbohidrat.htm?m=1
fauziahkn/laporan-praktikum-biokimia-uji-molish-uji-benedict-uji-seliwanoff-uji-iodine-dan-uji-
karbohidrat-buah
Poedjiadi, Supriyanti, Dasar-Dasar Biokimia, 2005, UI Press,Jakarta
Murray, Granner, Mayes, Rodwell, Biokimia Harper,1997, EGC, Jakarta
Linder, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan pemakaian secara klinis, 2006, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Poedjiadi, Supriyanti, Dasar-Dasar Biokimia, 2005, UI Press, Jakarta
Murray, Granner, Mayes, Rodwell. Biokimia Harper,1997, EGC, Jakarta
Linder. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan pemakaian secara klinis. 2006.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Panil, Zulbadar. 2007.Memahami Teori dan Praktik Biokimia Dasar Medis.Jakarta:EGC.
Fiesher, L.P. 1978. Experiments in Organic Chemistry, third edition. USA: D.C. Health and
Company, Boston.
Poedjiadi, Supriyanti, Dasar-Dasar Biokimia, 2005, UI Press, Jakarta Murray, Granner,
Mayes, Rodwell. Biokimia Harper,1997, EGC, Jakarta
Christine F. Mamuaja, lipida, 2017, Universitas Sam Ratulangi Manado
Lehninger. (1982). Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Erlangga, Jakarta
Murray, Granner, Mayes, Rodwell., (1997). Biokimia, Harper, EGC, Jakarta
Lehninger AL. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawijaya, penerjemah.
Jakarta:Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Ruddin, Choi.2010. LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II PERCOBAAN II ENZIM.
Jayapura :Universitas Cendrawasih
Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya Medika. Tim .
2013. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: Unesa Press.
Poedjiadi, Supriyanti, Dasar-Dasar Biokimia, 2005, UI Press, Jakarta
Murray, Granner, Mayes, Rodwell. Biokimia Harper,1997, EGC, Jakarta
Linder. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan pemakaian secara klinis.
2006. Universitas Indonesia, Jakarta.
Adnan M, Mulyati T, dan Isworo J.T.2013.Hubungan Indeks Massa Tubuh
Dengan Kadar Glukosa Dalam Darah Penderita Diabetes
Militus Tipe 2 Rawat jalan di Rumah Sakit Tugurejo Semarang.Jurnal
Gizi.Semarang:Universitas Muhammadiyah
Firgiansyah Andi.2016.Perbandingan Kadar Glukosa Darah
Menggunakan Spektofotometer dan Glukometer.Semarang: Fakultas
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Subiyono.,M.A.Martsiningsih.,D.Gabriela.2016.Gambaran
Kadar Glukosa Darah Metode GOD-PAP (Glucose Oxsidase – Peroxidase
Aminoantypirin) Sampel Serum dan Plasma EDTA (Ethylen
Diamin Terta Acetat)Jurnal Teknologi Laboratorium Vol.5, No.1.Yogyakarta:Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta
WicaksonoB.A.2014.Blok Endokrin Metabolisme NutrisiPemeriksaan
Glukosa Darah Dan Urin. Purwokerto:Fakultas Kedokteran
UniversitasMuhammadiyah
Wijiastuti T.,Yuwono E.,Iriyanti N.2013.Pengaruh Pemberian Minyak Lemuru
Terhadap Total Protein Plasma Dan Kadar Hemoglobin Pada Ayam
Kampong.Jurnal Ilmiah Peternakan
Ganong, W. F.2003.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong Edisi 22.Jakarta:EGC.
YramaWidya.Pearce, C.Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta :
PTGramedia Pustaka Utama.
Gandasoebrata. 2006. Penuntun Laboratorium Klinik . Jakarta: Dian Rakyat.
Roger watson.2002.Anatomi Fisiologi untuk Perawat . Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai