Stroke Hemoragik
B1 Penurunan suplai
B2 darah pada otak B3 N8 Hemisfer kanan
Pendarahan B6
pada batang
otak
N7 Penuruna n pendeng aran
N1 N2 N3,4,6 N9,10, N5 Hemisfer kiri
11
Gangguan MK : Risiko Perfusi cerebral tidak efektif
saraf
Daya penciuman Penurun
menurun
an dayaPenurun
penglihaantan
lapangFungsi
pandang
lidah menurun Disfagia Afasia Kelaina n visual kiri
yang mengatur
Penurunan kemampuan menelan
pernafasan
MK :
Gangguan Komunikasi Verbal
MK : Pola Napas tidak efektif
Hemipl agi kiri
Kelaina Hemipl agi kanan
MK : Gangguan Menelan
n visual
kanan
MK : Gangguan
Persepsi sensori
Gangguan pada
reflek mengunyah
MK : Gangguan mobilitas fisik
Mudah tersedak
MK : Defisit Nutrisi
Obstruksi Jalan Napas
MK :
bersihan
jalan napas
tidak efektif
II. Tinjauan Askep (teori)
A. Pengkajian (Tembaru, 2018)
1. Identitas klien, meliputi: nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis.
2. Keluhan utama, yaitu pada pengkajian pasien dengan stroke hemoragik
biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak badan sebagian , bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang. Serangan stroke seringkali berlangsung sangat
mendadak. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu, yaitu adanya riwayat hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral
yang lama, obat-obat adiktif dan kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga, yaitu mengkaji apakah ada riwayat penyakit
seperti hipertensi, diabetes dan penyakit jantung pada keluarga.
6. Aktivitas/ Istirahat
1) Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia),
2) Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/ kejang otot).
3) Gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan terjadi kelemahan
umum
4) Gangguan penglihatan
5) Gangguan tingkat kesadaran.
7. Sirkulasi
1) Adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi postural.
2) Hipotensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi
vaskuler,
3) Frekuensi nadi bervariasi, dan disritmia.
8. Integritas Ego
1) Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
2) Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira,
3) Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
9. Eliminasi
1) Perubahan pola berkemih
2) Distensi abdomen dan kandung kemih, bising usus negatif.
10. Makanan/ Cairan
1) Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut,
2) Kehilangan sensasi pada lidah, dan tenggorokan,
3) Disfagia, adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
4) Kesulitan menelan, obesitas.
11. Neurosensori
1) Sinkope/pusing, sakit kepala,
2) Kelemahan/ kesemutan,
3) Hilangnya rangsang sensorik kontralateral pada ekstremitas,
penglihatan menurun,
4) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
5) Status mental/ tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap
awal hemoragis,
6) Gangguan tingkah laku (letargi, apatis, menyerang),
7) Gangguan fungsi kognitif (seperti penurunana memori, pemecahan
masalah).
8) Ekstremitas: kelemahan/paralisis kontrralateral, genggaman tidak
sama, refleks tendon melemah secara kontralateral.
9) Pada wajah terjadi paralisis, afasia, kehilangan kemampuan untuk
mengenali masuknya rangsang visual, pendengaran, taktil (agnosia),
seperti gangguan kesadaran terhadap citra tubuh, kewaspadaan,
kelainan pada bagian tubuh yang terkena, gangguan persepsi.
10) Kehilangan kemampuan menggunakan kemampuan motorik
(apraksia). Ukuran/ reaksi pupil tidak sama.
11) Kekakuan.
12) Kejang.
12. Kenyamanan / Nyeri
1) Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
2) Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot
13. Pernapasan
1) Merokok
2) Ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas,
3) Timbulnya pernafasan sulit, suara nafas terdengar ronchi.
14. Keamanan
1) Masalah dengan penglihatan,
2) Perubahan sensori persepsi terhadap orientasi tempat tubuh,
3) Tidak mampu mengenal objek,
4) Gangguan berespons terhadap panas dan dingin, kesulitan dalam
menelan, 5) Gangguan dalam memutuskan.
15. Interaksi Sosial
1) Masalah bicara,
2) Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
16. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran samnolen,
apatis, sopor, soporos coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada awal
terserang stroke. Sedangkan pada saat pemulihan biasanya memiliki
tingkat kesadaran letargi dan compos metis dengan GCS 13-15
(Novianti, 2018).
2) Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah
Biasanya pasien dengan stroke hemoragik memiliki riwayat
tekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole >
80.
b. Nadi
Biasanya nadi normal.
c. Pernafasan
Biasanya pasien stroke hemoragik mengalami gangguan pada
bersihan jalan napas.
d. Suhu
Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke
hemoragik.
3) Pemeriksaan Head To Toe
a. Pemeriksaan Kepala
b. Kepala : Pada umumnya bentuk kepala pada pasien stroke
normocephalik
c. Rambut : Pada umumnya tidak ada kelainan pada rambut pasien
d. Wajah : Biasanya pada wajah klien stroke terlihat miring kesalah
satu sisi.
4) Pemeriksaan Integumen
a. Kulit : Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek.
b. Kuku : Biasanya pada pasien stroke hemoragik ini capilarry refill
timenya < 3 detik bila ditangani secara cepat dan baik
5) Pemeriksaan Dada
Pada inspeksi biasanya didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan
frekuensi pernafasan. Pada auskultasi biasanya terdengar bunyi nafas
tambahan seperti ronchi pada klien dengan peningkatan produksi
sekret dan kemampuan batuk menurun yang sering didapatkan pada
klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma. Pada klien
dengan tingkat kesdaran compos mentis, pada pengkajian inspeksi
biasanya pernafasan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan
fremitus kiri dan kanan, dan pada ausklutasi tidak didapatkan bunyi
nafas tambahan
6) Pemeriksaan Abdomen
Biasanya pada klien stroke didapatkan distensi pada abdomen,
dapatkan penurunan peristaltik usus, dan kadang-kadang perut klien
terasa kembung.
7) Pemeriksaan Genitalia
Biasanya klien stroke dapat mengalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi dan ketidakmampuan mengungkapkan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang- kadang kontrol
sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini,
dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril, inkontenesia
urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
8) Pemeriksaan Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya
normal yaitu < 2 detik.Pada pemeriksaan nervus XI (aksesorius) :
biasanya pasien stroke hemoragik tidak dapat melawan tahanan
pada bahu yang diberikan perawat. Pada pemeriksaan reflek,
biasanya saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari siku, tidak
fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-)) dan pada pemeriksaan
tricep respon tidak ada fleksi dan supinasi (reflek bicep (-)).
Sedangkan pada pemeriksaan reflek hoffman tromer biasanya jari
tidak mengembang ketika diberi reflek (reflek Hoffman tromer
(+)).
b. Ekstremitas Bawah Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat
pemeriksaan bluedzensky I kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky
(+)). Pada saat telapak kaki digores biasanya jari tidak
mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis digores
biasanya jari kaki juga tidak beresponn (reflek caddok (+)). Pada
saat tulang kering digurut dari atas ke bawah biasanya tidak ada
respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada saat
betis diremas dengan kuat biasanya pasien tidak merasakan apa-apa
(reflek gordon (+)). Pada saat dilakukan reflek patella biasanya
femur tidak bereaksi saat di ketukkan (reflek patella (+)).
9) Pemeriksaan Neurologis
a. Pemeriksaan Nervus Cranialis
- Nervus I (Olfaktorius).
Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman
- Nervus II (Optikus).
Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer
diantara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-
spasial biasanya sering terlihat pada klien hemiplegia kiri. Klien
mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
- Nervus III (Okulomotoris), IV(Troklearis), dan VI (Abdusen).
Pemeriksaan ini diperiksa secara bersamaan, karena saraf ini
bekerjasama dalam mengatur otot-otot ekstraokular. Jika akibat
stroke menyebabkan paralisis, pada satu sisi okularis biasanaya
didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral
disisi yang sakit.
- Nervus V (Trigeminus).
Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigeminus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta
kelumpuhan satu sisi pterigoideus internus dan eksternus.
- Nervus VII (Fasialis). Pada keadaan stroke biasanya persepsi
pengecapan dalam batas normal, namun wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
- Nervus VIII (Vestibulokoklearis/Akustikus).
Biasanya tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
- Nervus IX (Glosofaringeus) dan X (Vagus).
Secara anatomi dan fisisologi berhubungan erat karena
glosofaringeus mempunyai bagian sensori yang mengantarkan
rangsangan pengecapan, mempersyarafi sinus karotikus dan
korpus karotikus, dan mengatur sensasi faring. Bagian dari faring
dipersarafi oleh saraf vagus. Biasanya pada klien stroke
mengalami penurunan kemampuan menelan dan kesulitan
membuka mulut.
- Nervus XI (Aksesoris). Biasanya tidak ada atrofi otot
sternokleisomastoideus dan trapezius
- Nervus XII (hipoglosus). Biasanya lidah simetris, terdapat deviasi
pada satu sisi dan fasikulasi serta indra pengecapan normal.
b. Pemeriksaan Motorik Biasanya didapatkan hemiplegia (paralisis
pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparise atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang
lain. Juga biasanya mengalami gangguan keseimbangan dan
koordinasi karena hemiplegia dan hemiparese. Pada penilaian
dengan menggunakan kekuatan otot, tingkat kekuatan otot pada sisi
yang sakit adalah 0.
c. Pemeriksaan Refleks
Pada pemerikasaan refleks patologis. Biasanya pada fase akut
reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli
dengan reflek patologis.
d. Pemeriksaan Pada Penderita Koma
- Gerakan penduler tungkai
Pasien tetap duduk di tepi tempat tidur dengan tungkai tergantung,
kemudian kaki diangkat ke depan dan dilepas. Pada waktu dilepas
akan ada gerakan penduler yang maikn lama makin kecil dan
biasanya berhenti 6 atau 7 gerakan. Beda pada rigiditas
ekstrapiramidal akan ada pengurangan waktu, tetapi tidak teratur
atau tersendat-sendat.
- Menjatuhkan tangan
Tangan pasien diangkat kemudian dijatuhkan. Pada kenaikan tonus
(hipertoni) terdapat penundaan jatuhnya lengan ke bawah.
Sementara pada hipotomisitas jatuhnya cepat
- Tes menjatuhkan kepala
Pasien berbaring tanpa bantal, pasien dalam keadaan relaksasi,
mata terpejam. Tangan pemeriksa yang satu dilektakkan di bawah
kepala pasien, tangan yang lain mengangkat kepala dan
menjatuhkan kepala lambat. Pada kaku kuduk (nuchal rigidity)
karena iritasi meningeal terdapat hambatan dan nyeri pada fleksi
leher.
B. Diagnosis Keperawatan
Menurut SDKI (2016) diagnosis keperawatan yang timbul pada pasien Stroke
Hemoragik antara lain :
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d benda asing dalam jalan napas d.d
adanya bunyi napas tambahan (mengi, wheezing dan/atau ronkhi)
2. Pola Napas tidak Efektif b.d gangguan neurologis d.d pola napas abnormal
3. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial b.d edema serebral d.d refleks
neurologis terganggu dan TIK meningkat
4. Gangguan persepsi sensori b.d hipoksia serebral d.d menyatakan
kemampuan penciuman, penglihatan, pengecapan atau pendengaran
menurun
5. Gangguan Komunikasi Verbal b.d penurunan sirkulasi serebral d.d afasia
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis SLKI SIKI
1 Pola Napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Efektif b.d tindakan keperawatan - Monitor pola napas (frekuensi,
gangguan selama 3x24 jam, kedalaman, usaha napas)
neurologis d.d diharapkan Pola napas - Monitor bunyi napas
pola napas pasien membaik dengan - Posisikan pasien semi fowler atau
abnormal kriteria hasil : fowler
- Frekuensi napas - Berikan oksigen jika perlu
membaik (5)
- Dispnea berkurang (5)
- Kedalaman napas
membaik (5)
2 Penurunan Setelah dilakukan Pemantauan Tekanan Intrakranial
Kapasitas tindakan keperawatan (I.06198)
Adaptif selama 3x24 jam, - Identifikasi penyebab peningkatan
Intrakranial b.d diharapkan Kapasitas TIK
edema serebral Adaptif Intrakranial - Monitor Tekanan Darah
d.d refleks pasien membaik dengan - Monitor tekanan perfusi serebral
neurologis kriteria hasil : - Monitor stimulus lingkungan
terganggu dan - Tingkat terhadap TIK
TIK meningkat kesadaran - Pertahankan posisi kepala dan leher
membaik (5) netral
- Refleks neurologis - Atur interval pemantauan sesuai
membaik (5) kondisi pasien
- Tekanan Intrakranial - Dokumentasikan hasil pemantauan
membaik (5)
3 Gangguan Setelah dilakukan Promosi Komunikasi : Defisit Bicara
Komunikasi tindakan keperawatan (I.13492)
Verbal b.d selama 3x24 jam, - Monitor proses kognitif, anatomis
penurunan diharapkan komunikasi dan fisiologis yang terkait dengan
sirkulasi verbal pasien membaik bicara
serebral d.d dengan kriteria hasil : - Gunakan metode komunikasi
afasia - Afasia menurun (5) alternatif
- Kemampuan berbicara - Sesuaikan gaya komunikasi dengan
meningkat (5) kebutuhan
- Ulangi apa yang disampaikan pasien
- Anjurkan bicara perlahan
- Ajarkan proses kognitif, anatomis
dan fisiologis yang terkait dengan
kemampuan bicara pasien