Anda di halaman 1dari 12

CHEST TUBE/WSD

1 ASPEK YANG DINILAI


I Persiapan pre tindakan
1. Melakukan informed concern pada pasien dan atau keluarga tentang indikasi tindakan
2. Mengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan imaging rontgen thorax PA
3. Menyiapkan alat dan bahan
4. Memasang iv line untuk cairan infus dan darah (jika diperlukan)
5. memberikan iv antibiotic profilaksis 30 menit sebelum tindakan
6. Operator mencuci tangan dengan cairan antiseptic dan sabun terlebih dahulu pada air kran
mengalir
7. Operator memakai baju jas dan handscoon steril
II Persiapan local daerah operasi
1. Penderita diatur dalam keadaan posisi 1/2 duduk (± 45o)
2. Lakukan desinfeksi dan tindakan asepsis/antisepsis pada daerah operasi
3. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril
4. Dilakukan infiltrasi anastesi local pada daerah operasi dengan lidocain 2% pada daerah kulit
sampai intercostal space
III Tindakan operasi
1. lokasi insersi chest tube di linea midaxillaris anterior, pada ICS 5 hemithorax dextra/sinistra
2. dilakukan insisi kulit dengan blade no.11 sampai jaringan di bawah kulit
3. Dengan bantuan klem mosquito, dilakukan diseksi tumpul jaringan dibawah kulit sampai
menembus otot dan intercostal space, hingga tembus rongga intrapleura dengan
mendengarsuara hisapan→pleura parietal sudah terbuka
4. jari telunjuk dimasukkan melalui track yang sudah dibuat sebelumnya sampai menembus
kavum intrapleura
5. ujung selang chest tube dijepit dengan bantuan klem bengkok , lalu dimasukkan melalui lubang
insisi ke kavum intrapleura, menuju ke arah cranioposterior
6. selang chest tube kemudian didorong masuk sambal diputar sedikit demi sedikit
7. setelah selang chest tube berada di posisinya, dilanjutkan dengan insersi chest tube di kulit
dengan benang silk 1/0, pengikat berputar ganda yang diakhiri dengan simpul hidup
8. selang chest tube di klem terlebih dahulu sebelum disambungkan ke pipa botol WSD

9. selang chest tube kemudian disambungkan ke botol WSD untuk mendrainage cairan/udara dari
cavum intra pleura
10. evaluasi undulasi, produksi dan bubble di botol WSD
11. luka operasi ditutup dengan kasa steril
12. lakukan pemeriksaan rontgen thorax untuk evaluasi posisi dan penempatan chest tube
IV Perawatan pasca bedah
1. Komplikasi dan penanganannya
2. Pengawasan terhadap ABC
3. Perawatan luka operasi
SIRKUMSISI

No. ASPEK YANG DINILAI


I Komunikasi dan informed consent
- Menyapa pasien dan atau keluarga dengan ramah serta memperkenalkan diri
- Memberikan informasi umum pada pasien dan atau keluarganya tentang tindakan sirkumsisi yang akan
dilakukan ( tujuan, manfaat, dan resiko yang dapat terjadi)
- Meminta kesediaan pasien atau keluarga untuk tindakan sirkumsisi yang akan dilakukan
II Persiapan dan anastesi
- Memasang sarung tangan steril
- Operator berdiri atau duduk di sisi kanan pasien
- Mendesinfeksi genetalia eksterna dan sekitarnya dengan povidon iodine di mulai dari gland panis kemudian
melingkar ke luar
- Menutup dengan doek steril
- Melakukan anastesi local :
 Blok anatesi, pada pangkal penis dengan menyuntikkan ± 1-2 cc lydocain 2% dengan cara
menusukkan spuit tegak lurus di atas pangkal penis
 Infiltrasi anastesi dengan cara menyuntikkan ± 1-2 cc lydocain 2% di sekeliling submukosa pangkal
penis
- Melakukan pemijatan untuk pemerataan zat anastesi di daerah suntikan (untuk anastesi infiltrasi)
- Memeriksa efektifitas anastesi dengan pinset pada kulit penis
III Melakukan tindakan sirkumsisi
- Membersihkan smegma dengan cara kulit preputium diretraksikan kearah proksimal penis

- Smegma dibersihkan dengan kasa povidon iodine


GUILLOTINE TYPE CIRCUMCISION
- Kulit preputium dijepit dengan klem di arah jam 6 dan jam 12
- Menjepit preputium dengan klem lurus dari dorsal ke ventral di ujung gland penis dengan miring ke proksimal
di bagian dorsal
- Memotong preputium diatas klem dengan gunting
- Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena dengan klem arteri, ligasi dengan jahitan
melingkar)
- Menjahit kulit dan mukosa secara simple interrupted atau jelujur dengan plain cat gut 3/0, dimulai dengan jahit
8 di daerah frenulum, lalu di jam 12, 10, 2, 8, 4 dan memastikan kulit dan mukosa terjahit dan tidak ada bagian
yang terbuka
- Mengoleskan salap antibiotic/tule di daerah jahitan
- Memasang perban dengan kasa steril dan plaster
IV Membuka duk lubang steril
V Membersihkan daerah genetalia dan sekitarnya dengan NaCl 0,9%
VI Melepas sarung tangan
VII Mencuci tangan secara aseptic
VIII Memberikan obat dan edukasi pasien dan atau keluarga pasien
Menjahit kulit dan mukosa dengan jahitan 8 di daerah frenulum DIPRAKTEKKAN,
TETAPI di jam 12,10,2,8,4 hanya dioralkan s aja (pertimbangan waktu)
SIRKUMSISI
No. ASPEK YANG DINILAI
I Komunikasi dan informed consent
- Menyapa pasien dan atau keluarga dengan ramah serta memperkenalkan diri
- Memberikan informasi umum pada pasien dan atau keluarganya tentang tindakan sirkumsisi yang akan
dilakukan ( tujuan, manfaat, dan resiko yang dapat terjadi)
- Meminta kesediaan pasien atau keluarga untuk tindakan sirkumsisi yang akan dilakukan
II Persiapan dan anastesi
- Memasang sarung tangan steril
- Operator berdiri atau duduk di sisi kanan pasien
- Mendesinfeksi genetalia eksterna dan sekitarnya dengan povidon iodine di mulai dari gland panis
kemudian melingkar ke luar
- Menutup dengan doek steril
- Melakukan anastesi local :
 Blok anatesi, pada pangkal penis dengan menyuntikkan ± 1-2 cc lydocain 2% dengan cara
menusukkan spuit tegak lurus di atas pangkal penis
 Infiltrasi anastesi dengan cara menyuntikkan ± 1-2 cc lydocain 2% di sekeliling submukosa
pangkal penis
- Melakukan pemijatan untuk pemerataan zat anastesi di daerah suntikan (untuk anastesi infiltrasi)

- Memeriksa efektifitas anastesi dengan pinset pada kulit penis


III Melakukan tindakan sirkumsisi
- Membersihkan smegma dengan cara kulit preputium diretraksikan kearah proksimal penis
- Smegma dibersihkan dengan kasa povidon iodine
DORSAL SLIT CIRCUMCISION
- Mengklem kulit preputium pada arah jam 11 dan jam 1
- Melakukan pemotongna kulit preputium diarah jam 12 samapai 1 cm ke arah proksimal dari sulkus
coronarius
- Menjahit kulit dan mukosa di ujung dorsumsisi
- Memotong kulit dan mukosa secara melingkar ke ventral sampai frenulum penis dan mukosa tersisa ±
1 cm di sulkus coronarius
- Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem arteri/vena dengan kelm arteri, ligasi dengan jahitan
melingkar)
- Menjahit kulit dan mukosa secara simple interupted atau jelujur dengan plain cat gut 3/0 dimulai
dengan jahitan 8 di daerah frenulum, lalu jam 12, 10, 2, 8, 4 dan memastikan kulit dan mukosa terjahit
dan tidak ada bagian yang terbuka
- memperhatikan kesimetrisan penis→jangan terputar
- Memasang tule dengan antibiotic secara melingkar lalu perban dengan kassa steril dan plaster
IV Membuka duk lubang steril
V Membersihkan daerah genetalia dan sekitarnya dengan NaCl 0,9%
VI Melepas sarung tangan
VII Mencuci tangan secara aseptic
VIII Memberikan obat dan edukasi pasien dan atau keluarga pasien
Menjahit kulit dan mukosa dengan jahitan 8 di daerah frenulum DIPRAKTEKKAN, TETAPI di jam 12,10,2,8,4 hanya
dioralkan saja (pertimbangan waktu)
PUNKSI SUPRA PUBIK
NO. ASPEK YANG DINILAI
1. Melakukan inform consent pada pasien dana tau keluarga tentang indikasi tindakan

2. Menyiapkan alat dan bahan (spuit ukuran paling besar, IV catheter ukuran besar, infusset/bloodset dan
urine bag)
3. Operator mencuci tangan dengan aseptic
4. Operator menggunakan handscoen steril

5. Melakukan disinfeksi antara simpisis pubis dengan umbilicus

6. Lalu daerah yang akan dipunksi ditutup dengan doek steril

7. Dilakukan punksi dengan spuit/IV catheter 2 cm diatas simpisis pubis secara tegak lurus

8. Kemudian dilakukan aspirasi dengan jarum

9. Bila urin(+), jarum aspirasi dapat dihubungkan dengan infus set/blood set yang telah disambungkan
dengan plabotte infus atau urin bag. Kemudian jarum dapat difiksasi dengan kassa dan plaster.

10. Mencatat berapa jumlah inisial urin dan warna urin


11. Memberikan informasi bahwa tindakan telah selesai dan alasan merujuk
PEMERIKSAAN TANATOLOGI
NO. ASPEK YANG DINILAI
1. Memberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan, tujuan, cara dan manfaat
pemeriksaan tanatologis

2. Pemeriksaan lebam mayat


 Melakukan identifikasi mayat
 Menemukan posisi lebam mayat
 Menentukan warna lebam mayat
 Menentukan apakah lebam mayat hilang atau tidak setelah dilakukan penekanan
 Memperkirakan lama kematian dari lebam mayat
3. Pemeriksaan penurunan seuhu tubuh
 Mempersiapkan termometer suhu tubuh mayat
 Melakukan pengukuran suhu rektal mayat
 Membaca dan mengintepretasikan penurunan suhu mayat
 Menentukan lama kematian dari penurunan suhu mayat
4. Pemeriksaan kaku mayat
 Melakukan identifikasi kaku mayat
 Menentukan posisi kaku mayat
 Menetukan kekuatan kaku mayat
 Menentukan apakah kaku mayat mudah dilawan atau tidak
 Memperkirakan lama kematian dari kaku mayat
5. Pemeriksaan pembusukan mayat
 Melakukan identifikasi pembusukan mayat
 Menentukan posisi pembusukan mayat
 Menetukan derajat pembusukan mayat
 Memperkirakan lama kematian dari pembusukan mayat
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
NO. ASPEK YANG DINILAI
I. Membina hubungan baik
1. Menyapa dan mengucapkan salam
2. Berdiri dan memperkenalkan diri
3. Mengklarifikasi tujuan pasien datang berobat ( langsung pada pasien atau keluarga )
4. Duduk berhadapan dengan pasien, perhatikan keamanan, kemungkinan adanya ancaman tindak
kekerasan

II. Status psikiatri khusus


1. Penampakan umum
2. Perilaku dan aktifitas psikomotor
3. Sikap terhadap pemeriksa
4. Mood
5. Afek
6. Keserasian afek
7. Persepsi
8. Proses pikir
9. Isi piker
10. Ingatan
11. Orientasi
12. Intelektual
13. Daya tilikan (Insight)
14. Pendapat (judgement)
15. Pikiran abstak
16. Ide kreatif
III. Kesimpulan : gangguan psikotik dan non psikotik
VISUM ET REPERTUM
NO. ASPEK YANG DINILAI
1. Menuliskan kata “pro Justitia” pada sudut kiri formulir visum et repertum
2. Bagian pendahuluan
 Memberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukakn, tujuan, car dan manfaat visum
et repertum
 Menuliskan identitas dokter pemeriksa visum et repertum pada formulir pemeriksaan kedokteran
forensic
 Menanyakan dan menuliskan identitas pasien pada formulir pemeriksaan kedokteran forensic
sesuai dengan yang tertera pada surat permintaan visum et repertum
 Menanyakan dan menuliskan alasan dimintakannya visum et repertum
 Menuliskan kapan dilakukan pemeriksaan
 Menuliskan dimana dilakukan pemeriksaan
3. Bagian pemberitaan (hasil pemeriksaan)
 Menanyakan kepada pasien tentang kronologis terjadinya peristiwa yang dialaminya.
 Melakukan anamnesis atau wawancara mengenai apa yang dikeluhkan dana pa yang diriwayatkan
yang menyangkut tentang ‘penyakit’ yang diderita korban sebagai hasil kekerasan/tindak
pidana/diduga kekerasan
 Melakukan pemeriksaan fisik korban perlukaan mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan
hanya menulis uraian tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan tindakan pidananya (status lokalis)
a. Melakukan pemeriksaan vital sign
b. Mendeskripsikan luka, menguraikan seobjektif mungkin tentang:
 Jumlah luka
 Lokasi luka, berdasarkan region anatomik dan garis koordinat/berdasarkan bagian-bagian tubuh
tertentu
 Bentuk luka (sebelum dan sesudah dirapatkan)
 Ukuran luka (sebelum dan sesudah dirapatkan)
 Sifat-sifat luka :
o Garis batas luka, meliputi : bentuk luka, tepi luka dan sudut luka
o Daerah di dalam garis batas luka, meliputi : tebing luka, antara kedua tebing adakah jembatan
jaringan, dan dasar luka
o Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi : apakah terdapat memar dan bekuan darah

4. Membuat kesimpulan visum et repertum


a. Menuliskan identitas korban
b. Menentukan jenis luka yang ditemukan
c. Menentukan benda penyebabnya
d. Bagaimana cara benda itu menimbulkan luka
e. Apa akibatnya atau derajat lukanya
5. Penutup visum et repertum
Menyatakan data menuliskan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dengan mengingat sumpah atau
janji ketika menerima jabatan atau dibuat dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum
melakukan pemeriksaan serta dibubuhi tanda tangan dokter pembuat VeR
FOTO KEPALA
NO. ASPEK YANG DINILAI
I. Data umum, teliti :
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Tanggal pemeriksaan
II. Data teknis mencakup
1. Perhatikan marker R atau L yang menunjukkan kanan atau kiri pasien
2. Foto kepala tidak terpotong. Batas atas vertex haris terlihat, batas bawah symphysis menti
mandibula harus terlihat, lateral kanan dan kiri serta anterior dan posterior kepala tidak
terpotong
3. Foto lateral harus dibuat true lateral ditandai dengan bentuk sella tursica tidak oblique serta os
sphenoid dan ramus mandibular kanan dan kiri saling tumpang tindih atau over lapping
4. Foto AP harus simetris ditandai dengan orbita tampak simetris
III. Memperhatikan bagian foto
1. Tabula interna dan externa serta medulla tampak normal rata tidak ada lesi osteolytik atau
osteoblastik
2. Tulang calvaria tidak ada fraktur, atau deformitas, tidak tampak tanda peningkatan tekanan
intracranial
3. Orbita tampak simestris, tidakada fraktur atau massa
4. Pada foto AP sinus frontalis, ethmoidalis dan maxillaris kanan dan kiri normal, tampak
radiolusen, bila radiopaque kemungkinan ada cairan atau massa
5. Os mandibular kanan dan kiri tampak simetris tidak fraktur atau deformitas, tidak ada abses
atau osteomyelitis
6. Septum nasalis : perhatikan ada deviasi atau tidak
7. Pada foto lateral perhatikan sella tursica berbentuk cekungan dengan prosessus clinoideus
anterior dan processus clinoideus posterior, dan tidak melebar
8. Vascular markinf di daerah temporal berbentuk seperti kipas
9. Os nasalis perhatikan apakah ada fraktur
10. Kalsifikasi abnormal dikepala
IV. Menyimpulkan hasil : normal/ tidak
FOTO TULANG BELAKANG (LUMBOSAKRAL)
NO. ASPEK YANG DINILAI
I. Data umum, teliti :
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Tanggal pemeriksaan
II. Data teknis mencakup
1. Perhatikan marker R atau L yang menunjukkan sisi kanan atau kiri
2. Foto lumbosacral tidak terpotong. Batas atas foto corpus vertebra thoracalis 12 harus terlihat,
batas bawah os sacrum harus terlihat, batas lateral iliaca wing kanan dan kiri terlihat

3. Foto lateral harus dibuat true lateral true lateral ditandai dengan caput femoris kanan dan kiri
saling tumpeng tindih atau over lapping, corpus vertebra di anterior tidak terpotong, os sacrum
terlihat jelas dan tidak terpotong

4. Processus spinosus berada ditengah pada foto AP dan diposterior pada foto lateral
III. Memperhatikan bagian foto
1. alignment tulang harus normal
2. korpus vertebrae tampak beropasitas normal tidak mengalami osteoporosis, tidak terdapat
osteolitik atau osteoblastic, tidak terdapat fraktur
3. perhatikan pedikel kanan dan kiri harus tampak dan simetris
4. perhatikan prosesus spinosus berada ditengah pada foto AP dan diposterior pada foto lateral

5. perhatikan diskus intervertebralis tampak sejajar, apakah ada penyempitan atau pelebaran

6. perhatikan prosessus transfersus kanan dan kiri sejajar dan normal berbentuk seperti kapak
pendek, pastikan tidak ada fraktur
7. perhatikan os sacrum pada foto AP berbentuk segitiga, pada posisi lateral bentuk seperti
perisai : fraktur ada/tidak
8. perhatikan kurva vertebrae lumbosacral
9. perhatikan soft tissue di paravertebrae : abses paravertebrae ada/tidak
IV. Menyimpulkan hasil : normal/tidak
FOTO EKSTREMITAS

No
ASPEK YANG DINILAI
.
I Data umum, teliti :
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Tanggal pemeriksaan
II Data teknis mencakup
1. Markel L dan R sebagai pertanda kiri atau kanan
2. Ketepatan tehnik pengambilan meliputi proyeksi AP, Lat, Oblique, tampak 2 sendi
proksimal dan distal, tidak ada bagian yang terpotong
3. Kondisi foto : dapat membedakan tulang dengan jaringan lunak
III Memperhatikan bagian foto
1. Alignment (kesegarisan) menilai gambaran perubahan ekstremitas dari kesegarisan sesuai
keadaan normalnya. Perubahan Alignment yang terlihat difoto secara klinis dikenal dengan
deformitas
2. Bone (tulang), memperhatikan kontinuitas dan defek tulang dari mulai kortex proksimal ke
distal dilanjutkan medulla mulai dari proksimal ke distal

 Perhatikan adanya kemungkinan gambaran kalus (pada fraktur lama) atau gambaran
lintasan trabekulasi yang menandakan adanya soft kalus
3. Cartilage (tulang rawan) perhatikan perubahann yang terjadi pada tulang awan yang
terdapat diproksimal dan distal ekstremitas tersebut berupa kontinuitas tulang dan defect
yang mungkin ditemukan

4. Soft tissue atau jaringan lunak diperhatikan dari proksimal ke distal melihat apakah ada
oedema atau tidak, selanjutnya apakah ada gambaran gas (bayangan radiolucent) atau
kalsifikasi (gambaran radioopac) pada soft tissue dan sebagainya

5. Buat kesimpulan akhir berdasarkan temuan pada aligment, bone, cartilage dan soft tissue
(ABCS)
IV Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut
TOTAL
PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MANINGEAL (TRM)

No. ASPEK YANG DINILAI


I. Persiapan
a. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada pasien/keluarga
b. Memberi penjelasan dengan benar, jelas dan lengkap tentang prosedur dan tujuan
pemeriksaan
c. Meminta izin kepada pasien/keluarganya dan mencuci tangan
II. Pemeriksaan meningeal sign
1. Kaku kuduk dan Brudzinksi I
- Memposisikan pasien dalam keadaan berbaring terlentang

- Menempatkan tangan kanan pemeriksa di dada pasien untuk mencegah terangkatnya badan

- Kepala pasien difleksikan sampai dagu mencapai dada, dengan menggunakan tangan kiri

- Kaku kuduk jika ada tahanan pada leher saat fleks

- Brudzinski I jika timbul fleksi involunter pada kedua tungkai

2. Kernig Sign
- Memposisikan pasien dalam keadaan berbaring terlentang
- Memposisikan tungkai bawah pasien dalam keadaan fleksi pada sendi panggul dan lutut
- Mengekstensikan tungkai bawah kanan pada persendian lutut sampai kira-kira sudut 1350
sambil menanyakan ada tidaknya nyeri pada pasien
- Kernig sign jika adanya nyeri dan tahanan saat ekstensi sebelum mencapai sudut 1350
3. Brudzinski II
- Memposisikan pasien dalam keadaan berbaring terlentang
- Memposisikan tungkai bawah pasien dalam keadaan fleksi pada sendi panggul dan lutut
- Brudzinski II jika ada fleksi pada sendi lutut kontralateral
III. Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut
PEMERIKSAAN LOW BACK PAIN (LBP)

No. ASPEK YANG DINILAI


I. Persiapan
a. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada pasien/keluarga
b. Memberi penjelasan dengan benar, jelas dan lengkap tentang prosedur dan tujuan
pemeriksaan
c. Meminta izin kepada pasien/keluarganya dan mencuci tangan
II. Pemeriksaan low back pain
a. Inspeksi tulang belakang : mengamati ada/tidaknya ketidaknormalan kurvatura vertebre
b. Observasi cara berjalan pasien: diamati pada saat berjalan
c. Observasi posisi duduk pasien
d. Palpasi/perkusi vertebra
e. Pemeriksaan range of motion, tanyakan keluhan :
 Saat fleksi/membungkuk ke depan
 Ekstensi tubuh ke belakang
 Rotasi pinggang ke kiri dan ke kanan
f. Meminta penderita berbaring
g. Melakukan tes Laseque
 Angkat tungkai pasien dalam keadaan lurus
 Tangan si pemeriksa yang satu mengangkat tungkai dengan memegang pada tumit
pasien, sedangkan tangan yang lain memegang serta menekan pada lutut pasien
 Tes laseque membangkitkan nyeri yang berpangkal pada radiks yang terkena dan
menjalar sepanjang perjalanan perifer ischiadikus
h. Melakukan tes Patrick
 Penderita posisi terlentang, tumit atau maleolus externus tungkai yang sakit diletakkan
diatas lutut tungkai yang lain (fleksi, abduksi, eksorotasi) kemudian dilakukan
penekanan pada lutut yang difleksikan tersebut.
 Hasil positif apabila nyeri pada sendi panggul yang terkena penyakit
i. Melakukan tes kontrapatrick
 Penderita terlentang, tungkai yang sakit dilipat, endorotasi dan adduksi kemudian
dilakukan penekanan pada lutut tungkai tersebut sejenak
 Hasil positif apabila nyeri pada sendi sacroiliaka
III. Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai