DEMAM TIFOID
MIRNASARI
BT2001076
TINGKAT 1 C
A. DEFINISI
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang
yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat
dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan
sanitasi yang buruk serta standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih
rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
B. ETIOLOGI
Salmonella thypi dengan salmonela yang lain adalah bakteri Gram negative,
mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob.
Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H)
yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polosakarida.
Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar
dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella thypi juga dapat memperoleh
plasmid factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.
(Nanda Nic-Noc,2013)
C. PATOFISIOLOGI
Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC- NOC.
2013) :
1. Gejala pada anak : Inkubasi anatara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selam 2-3 hari
5. Nyeri kepala
6. Nyeri perut
7. Kembung
8. Mual muntah
9. Diare
10. Konstipasi
11. Pusing
13. Batuk
14. Epistaksis
15. Bradikardi
16. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor)
17. Hepatomegali
18. Splenomegali
19. Meteroismus
22. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
E.KOMPLIKASI
uremia hemolitik.
kolesistitis.
perinepritis.
arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis,
F..PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan leukosit
2. Pemeriksaan Sgot Dan Sgpt Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali
meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal
ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah
dapat positif kembali.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
5. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
G.PENATALAKSANAAN
a. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala meteorismus,
dan diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus. Hal ini dilakukan untuk
menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Gizi penderita
juga diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan mempercepat proses
penyembuhan.
b. Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diar.
3. Pemberian Antimikroba
Obat – obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan tatalaksana tifoid
adalah: Pada demam typhoid, obat pilihan yang digunakan adalah chloramphenicol
dengan dosis 4 x 500 mg per hari dapat diberikan secara oral maupun intravena,
diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas.
Tiamfenikol, dosis dan efektifitasnya pada demam tofoid sama dengan kloramfenikol
yaitu 4 x 500 mg, dan demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6.
Komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastik lebih rendah
dibandingkan dengan kloramfenikol. Ampisillin dan Amoksisilin, kemampuan untuk
menurunkan demam lebih rendah dibandingkan kloramfenikol, dengan dosis 50-150
800 mg SMZ dua kali tiap hari pada dewasa. Sefalosforin Generasi Ketiga, yaitu
ceftriaxon dengan dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam
perinfus sekali sehari, diberikan selama 3-5 hari. Golongan Flurokuinolon
(Norfloksasin, siprofloksasin). Secara relatif obat – obatan golongan ini tidak
mahal, dapat ditoleransi dengan baik, dan lebih efektif dibandingkan obat – obatan
lini pertama sebelumnya (klorampenicol, ampicilin, amoksisilin dan
trimethoprimsulfamethoxazole). Fluroquinolon memiliki kemampuan untuk
menembus jaringan yang baik, sehingga mampu membunuh S. Thypi yang berada
dalam stadium statis dalam monosit/makrophag dan dapat mencapai level obat yang
lebih tinggi dalam gallblader dibanding dengan obat yang lain. Obat golongan ini
mampu memberikan respon terapeutik yang cepat, seperti menurunkan keluhan panas
dan gejala lain dalam 3 sampai 5 hari. Penggunaan obat golongan fluriquinolon juga
dapat menurunkan kemungkinan kejadian karier pasca pengobatan.
Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan pada keadaan tertentu seperti toksik
tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik. Pada wanita hamil, kloramfenikol
tidak dianjurkan pada trimester ke-3 karena menyebaban partus prematur, kematian
fetus intrauterin, dan grey syndrome pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan
pada trimester pertama karena memiliki efek teratogenik. Obat yang dianjurkan
adalah ampisilin, amoksisilin, dan ceftriaxon. (Yudhistira.W.2009)
PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak
dalam tubuh.
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan
sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b. Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi
kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
7) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
C, muka kemerahan.
c. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah,
anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus
meningkat.
g. Sistem muskuloskeletal
h. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
auskultasi peristaltik usus meningkat.
b. Diagnosa Keperawatan
3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis ( mis stress keenganan
untuk makan)
1. HIPETERMI
2. Nyeri akut
3. Resiko defisit nutrisi
4. Nausea
DAFTAR PUSTAKA