Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN POST PARTUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktik Keperawatan


Departemen Keperawatan Maternitas
Di Ruang Matahari
RSUD Karsa Husada Batu

Oleh:
Nama : Amelia Danyswara
NIM : P17220193025

PRODI PROFESI KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. KONSEP DASAR
a. Pengertian
Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ary Sulistyawati, 2009).
Post partum atau masa nifas atau bisa disebut dengab puerperium adalah 1 jam
setelah plasenta lahir hingga 6 minggu (42 hari) setelahnya.
Masa pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu dan bayi, yang
merupakan masa transisi bagi ibu, bayi, dan keluarga secara fisiologis, emosional,
dan sosial. Masa ini juga disebut dengan masa involusi dimana sistem reproduksi
perempuan setelah melahirkan akan kembali ke kondisi seperti sebelum hamil.
(Mansjoer dkk. 2010)

b. Klasifikasi Masa Nifas


Menurut Anggraini (2010) di dalam (Putri 2019), tahap masa nifas di bagi
menjadi 3 :
1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih
dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
2. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu
3. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bias berminggu-
minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).

c. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik
(kerumitan)
c. Masa menyusui anak dimulai
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan sebagai
tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

d. Perubahan Fisiologi Nifas


1. Uterus
Ukuran uterus akan mengecil setelah 2 hari persalinan, setinggi sekitar umbilikus.
Setelah 2 minggu, masuk panggul. Setelah 4 minggu kembali ke ukuran semula.
2. Serviks uteri
Setelah melahirkan involusi serviks dan segmen bawah uterus berbeda dan tidak
kembali seperti kondisi sebelum hami. Kanalis servikalis menjadi lebih lebar dan
longgar.
3. Endometrium
Regenerasi terjadi dalam waktu hingga minggu ke 3, kecuali perlekatan plasenta
(6 minggu)
4. Darah lochea
Lochea adalah cairan yang mengandung sisa jaringan uterus/nekrotik yang keluar.
Lokea normal yang keluar selama masa nifas: warna merah (bercampur darah).
Lalu kuning, dan menjadi putih, tidak berbau
5. Vagina
Minggu ke 3 akan mengecil dan timbul rugae kembali
6. Dinding abdomen
Striae akan berkurang
7. Saluran kencing
Kembali normal dalam 2-8 minggu, tergantung dari kondisi sebelum persalinan,
lama kala 2, dan besarnya kepala saat persalinan (Mansjoer dkk. 2010)
8. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen
(prolaktin) terhadap kelenjar payudara, kolostrum diproduksi mulai di akhir masa
kehamilan sampai hari ke 3 – 5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI
akan meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu
rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. (Nine 2017)

e. Perubahan Psikologi Masa Nifas


1. Taking In (istirahat/penghargaan)
Sebagai suatu masa keter-gantungan dengan ciri-ciri ibu membutuhkan tidur yang
cukup, nafsu makan meningkat, menceritakan pengalaman partusnya berulang-
ulang dan bersikap sebagai penerima, menunggu apa yang disarankan dan apa
yang diberikan. Disebut fase taking in, karena selama waktu ini, ibu yang baru
melahirkan memerlukan perlindungan dan perawatan, fokus perhatian ibu
terutama pada dirinya sendiri. Pada fase ini ibu lebih mudah tersinggung dan
cenderung pasif terhadap lingkungannya disebabkan karena faktor kelelahan.
Oleh karena itu, ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. Di
samping itu, kondisi tersebut perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang
baik.
2. Fase Taking On/Taking Hold (dibantu tetapi dilatih)
Terjadi hari ke 3 - 10 post partum. Terlihat sebagai suatu usaha ter-hadap
pelepasan diri dengan ciri-ciri bertindak sebagai pengatur penggerak untuk
bekerja, kecemasan makin menguat, perubah-an mood mulai terjadi dan sudah
mengerjakan tugas keibuan. Pada fase ini timbul kebutuhan ibu untuk
mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa
melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ibu mulai terbuka untuk menerima
pendidikan kesehatan bagi dirinya dan juga bagi bayinya. Pada fase ini ibu
berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan
berlatih tentang cara perawatan bayi dan ibu memi-liki keinginan untuk merawat
bayinya secara langsung.
3. Fase Letting Go (berjalan sendiri dilingkungannya)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung setelah 10 hari postpartum. Periode ini biasanya setelah pulang
kerumah dan sangat dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan oleh
keluarga. Pada saat ini ibu mengambil tugas dan tanggung jawab terhadap
perawatan bayi sehingga ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan bayi yang
menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.

f. Penilaian Fundus (Involusi Uteri)


1. Selama hamil, ukuran dan berat uterus akan bertambah hingga 1000 gram. Setelah
persalinan berinvolusi kembali seperti sebelum hamil yaitu, 50-100 gram
2. Kontraksi miometrium mambantu dalam proses involusi. Kontraksi berlangsung
dalam 2-3 hari pertama masa nifas
3. Selama 12 jam pertama setelah melahirkan, kontraksi uterus reguler dan kua.
Sehari setelah post partum. Kontraksi akan berkurang sejalan dengan perubahan
involusi
4. Penilaian fundus setelah melahirkan, yaitu:
- Di akhir minggu pertama. Uterus teraba di sekitar simfilis pubis, ukuran
fundus seukuran usia gestasi 12 minggu dan beratnya sekitar 500 gram.
- Dalam 2 minggu, uterus telah masuk ke dalam rongga pelvis dan beratnya
sekitar 300 gram.
- Setelah 6 minggu, uterus kembali ke ukuran normal dan beratnya ≤ 100 gram.
(Mansjoer dkk. 2010)

g. Penilaian Lokia
Lokia adalah cairan normal yang keluar setelah melahirkan (uterine discharge)
berisi eritrosit, desidua, sel epitel, dan bakteri. Jenis-jenis lokia yaitu:
1. Lokia rubra (darah, sisa jaringan, dan desidua)
Dalam beberapa jam pertama, darah mengalir keluar. Kemudian dalam 3-4
minggu hari pertama jumlah cairan akan berkurang secara perlahan dan berubah
warna menjadi merah kecoklatan.
2. Lokia serosa
Setelah 3-4 hari, serosa berubah menjadi mukopurulen, warna menjadi lebih
muda, dan tidak berbau
3. Lokia alba (leukosit dan sel desidua yang berdegenerasi)
Setelah 10 hari atau 2-3 minggu setelah melahirkan. Lokia akan berubah menjadi
lebih kental, mukoid, dan warna putih agak kuning
4. Produksi lokia akan bertahan hingga minggu ke-4
5. Selama minggu ke-5 dan 6 postpartum, sekresi lokia sudah jauh berkurang dan
berhenti di minggu ke-8. (Mansjoer dkk. 2010)

h. Tata Laksana dan Konseling


1. Ibu perlu istirahat yang cukup 8-12 jam/hari
2. Banyak minum 1500cc/ hari, makanan tambahan mencapai 2100 kkal/hari untuk
memenuhi kebutuhan selama menyusui
3. Mobilisasi dilakukan pada hari pertama setelah melahirkan. Dapat mengurangi
masalah miksi dan defekasi
4. Pemeriksaan tinggi fundus, kondisi umum, tanda-tanda vital, dan keluhan lain
5. Pemberian tablet besi karena 50% ibu hamil dan menyusui di Indonesia
mengalami anemia.
6. Rujuk bila ada komplikasi saat nifas

i. Pemeriksaan Penunjang
1.  Darah lengkap : Hb, Ht, leukosit, trombosit
2.  Urine lengkap : Makroskopik (glukosa, prtein, bilirubin, urobilinogen, keasaman,
keton)

j. Perawatan Luka Episitomi


1. Jika episitomi midline, tidak melebihi otot perineum transversal, daerah tersebut
dijaga supaya tetap bersih dan kering serta diberikan analgesik OAINS.
2. Pada pasien dengan robekan derajat 3-4 episitomi meluas, atau episitomi
mediolateral biasanya perlu analgesik lebih kuat
3. Jika ada edema, dikompres dengan air dingin/ice pack atau dengan sizt bath
(berendam dengan air hangat/air dingin) pada waktu di rumah untuk mengurangi
pembengkakkan atau nyeri
4. Boleh diberikan obat untuk melembutkan feses
5. Edukasi kepada ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang berat dulu, seperti
mengangkat barang-barang yang berat (Mansjoer dkk. 2010)

k. Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali, kunjungan masa nifas dilakukan
untuk menilai status kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2010)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Pengumpulan data
- Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, pendidikan,
suku bangsa, status perkawinan, tanggal dan jam MRS, diagnosa medis
- Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri / ketidaknyamanan pada daerah kemaluannya
setelah melahirkan.
- Riwayat penyakit sekarang
1. Riwayat kesehatan lalu
Perlu ditanyakan mengenai kondisi penyakit sebelumnya seperti
hipertensi, DM, Jantung atau keluhan yang lainnya.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri pada bagian kemaluannya disaat klien
bergerak dan berkurang apabila beristirahat.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu ditanyakan adalah penyakit yang sifatnya menurun (hipertensi,
DM, Jantung) dan penyakit menular serta mempunyai riwayat persalinan
kembar.
4. Riwayat kesehatan psikososial
Biasanya pasien dengan masa nifas mengalami kecemasan tentang
keadaan bayinya serta nyeri pada daerah perineum.
- Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Karena kecemasannya terhadap jahitan perineum biasanya klien BAK atau
BABnya menjadi sulit dan takut karena jahitannya dapat robek. Oleh
karena itu perlu dilakukan perawatan dan pengetahuan tentang cara vulva
hygiene setiap BAK atau BAB agar dapat terjadi infeksi dan jahitannya
dapat kering.

2.  Pola nutrisi dan metabolisme


Biasanya klien pada masa nifas mengalami peningkatan nafsu makan dan
penurunan nafsu makan.
3. Pola eliminasi
Pada penderita post partum sering terjadi adanya perasaan sering atau
susah untuk BAK yang ditimbulkan oleh terjadinya odem dari trigono,
yang menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi.
Selain itu klien takut BAB atau BAK karena jahitannya robek atau
nyerinya bertambah.
4. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
merasakan nyeri pada perineum.
5.  Pola aktivitas dan latihan
Biasanya klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan terbatas,
misalnya makan, minum, duduk dan biasanya klien dengan nyeri
perineum terjadi keterbatasan aktivitas.
6.  Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami nyeri pada perineum akibat luka
jahitan dan nyeri perut akibat involusi uteri. Pada pola kognitif terjadi
pada ibu primipara yang mengalami kecemasan atas nyeri yang
dialaminya.
7. Pola persepsi dan kensep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehailannya lebih
menjelang persalinan. Dampak psikologisnya adalah terjadinya perubahan
konsep diri yaitu Body Image dan ideal diri.
8.  Pola reproduksi dan sexual
Terjadi perubahan sexsual atau disfungsi sexual yaitu perubahan dalam
hubungan sexual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.

9. Pola hubungan dan peran


Dalam hubungan peran biasanya mengalami sedikit gangguan karena
masa nifas adalah masa dimana ibu harus istirahat dan melakukan aktivitas
terbatas.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien dengan masa nifas tidak dapat melakukan ibadah, tetapi klien hanya
bisa berdoa karena klien masih dalam keadaan bedrest dan belum bersih
- Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Pada klien dengan nyeri perineum biasanya tidak terdapat kelainan pada
kepala
2. Lochea
Lochea rubra warna merah kehitaman
3. Vulva
Vulva bersih dan biasanya tidak ada masalah
4. Vagina
Dari vagina dapat dilihat ada tidaknya perdarahan, jumlah perdarahan dan
ada / tidaknya fluor albus
5. Uterus
Biasanya uterus lama kelamaan akan mengecil dan biasanya apabila ibu
baru post partum tinggi uterus adalah 1 jari bawah pusat
6. Perineum
Terdapat perobekan alami atau akibat episiotomi sehingga ini dapat
menyebabkan nyeri
7. Cervix
Biasanya ibu nifas, keadaan cervixnya menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman, konsistensi lunak dan biasanya ada perobekan
8. Payudara
Biasanya ibu nifas, payudaranya tegang dan membesar, puting susu
menonjol, dan ini sebelumnya harus mendapatkan perawatan payudara
agar tidak terjadi infeksi, lecet dan bendungan ASI (Anon t.t.)
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (2016), yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI,
hambatan pada neonatus, anomali payudara ibu, ketidakadekuatan refleks
oksitosin, ketidakadekuatan refleks menghisap bayi, payudara bengkak, riwayat
operasi payudara, kelahiran kembar, tidak rawat gabung, kurang terpapar
informasi tentang pentingnya menyusui dan/atau metode menyusui, kurang
dukungan keluarga, faktor budaya
3. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
4. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran,
kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu
mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber informasi
5. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif, peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan, malnutrisi, ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder

c. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.........rasa nyeri teratasi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan.
Intervensi keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
2. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat
nyeri
3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
4. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
6. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri

2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI,


hambatan pada neonatus, anomali payudara ibu, ketidakadekuatan refleks
oksitosin, ketidakadekuatan refleks menghisap bayi, payudara bengkak, riwayat
operasi payudara, kelahiran kembar, tidak rawat gabung, kurang terpapar
informasi tentang pentingnya menyusui dan/atau metode menyusui, kurang
dukungan keluarga, faktor budaya
Tujuan: Setelah dilakukan demostrasi tentang teknik menyusui selama ......
diharapkan tingkat pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria hasil: Mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,
menunjukan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan
setelah menyusui, ASI keluar dengan lancar.
Intervensi :
1. Dorong ibu untuk menyusui, dengan tepat
2. Sediakan pendidikan menyusui yang cukup dan dukungan
3. Instruksikan orangtua mengenal tanda bayi merasa lapar
4. Instruksikan orangtua mengenai pentingnya memberikan makan sebagai
aktivitas yang memelihara, yang menyediakan kesempatan untuk terjadinya
kontak mata dan kedekatan secara fisik
5. Dukung kedekatan secara fisik yang sering dan terus menerus antara bayi dan
orangtua
3. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama.......diharap pola eliminasi
fekal ibu membaik
Kriteria hasil: kontrol pengeluaran fesesmeningkat, keluhan defekasi lama dan
sulit meningkat, mengejan saat defekasi menurun, distensi abdomen menurun,
teraba massa pada rektal menurun, konsistensi feses membaik, frekuensi defekasi
membaik, peristaltik usus membaik
Intervensi:
1. Anjurkan diet tinggi serat
2. Anjurkan peningkatan asupan cairan
3. Latih buang air besar secara teratur
4. Ajarkan cara mengatasi konstipasi
5. Kolaborasi penggunaan obat pencahar

4. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi berhubungan dengan


keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran,
kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu
mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......kebutuhan belajar
terpenuhi Kriteria hasil: Ibu menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan. Ibu dapat mendemonstrasikan tehnik efektif
dari menyusui. Ibu dapat melaksanakan prosedur yang dijelaskan dengan benar.
Ibu dapat menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan oleh perawat/tim
kesehatan.
Intervensi :
1. Berikan informasi mengenai manfaat menyusui baik fisiologis maupun
psikologis
2. Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui dan juga persepsi
mengenai menyusui 3)
3. Berikan materi pendidikan sesuai kebutuhan
4. Bantu menjamin adanya kelekatan bayi ke dada dengan cara yang tepat
(misalnya memonitor posisi tubuh bayi dengan cara yang tepat, bayi
memegang dada ibu serta adanya kompresi dan terdengar suara menelan)
5. Informasikan mengenai perbedaan antara hisapan yang memberikan nutrisi
dan yang tidak memberikan nutrisi
6. Instruksikan pada ibu untuk membiarkan bayi menyelesaikan proses menyusui
yang pertama sebelum proses menyusui yang kedua
7. Instruksikan pada ibu mengenai bagaimana memutuskan hisapan pada saat ibu
menyusui bayi, jika diperlukan
8. Instruksikan ibu untuk melakukan perawatan puting susu
9. Diskusikan teknik untuk menghindari atau meminimalkan pembesaran dan
rasa tidak nyaman pada payudara (misalnya sering memberikan air susu, pijat
payudara, kompres hangat dan mengeluarkan air susu)
10. Diskusikan kebutuhan untuk istirahat yang cukup, hidrasi dan diet yang
seimbang
11. Diskusikan strategi yang bertujuan untuk mengoptimalkan suplai air susu

5. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif, peningkatan paparan


organisme patogen lingkungan, malnutrisi, ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....... diharapkan infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil: Mendemonstrasikan tehnik-tehnik untuk menurunkan risiko/
meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase purulen
dan bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhea dan karakter
normal.
Intervensi :
1. Bersihkan lingkkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
2. Ganti perawatan per pasien sesuai protokol institusi
3. Batasi jumlah pengunjung
4. Ajarkan pasien teknik mencuci tangan dengan tepat
5. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien
6. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai
7. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
8. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat universal
9. Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan pencehagan
universal
10. Pakai pakaian ganti atau jubah saat menangani bahan-bahan yang infeksius
11. Pakai sarung tangan steril dengan tepat
12. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
13. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
14. Dorong untuk beristirahat
15. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
16. Anjurkan pasien untuk meminum antibiotik seperti yang diresepkan
17. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Anon. t.t. “Askep Post Partum.” Diambil 31 Agustus 2021


(http://bloggercompecintabahasa.blogspot.com/2012/09/askep-post-partum.html).

Mansjoer, Arief, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika, Wardani, dan Wiwiek
Setyowulan. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. 4 ed. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

Nine. 2017. “Keperawatan dan Kesehatan: ASKEP POST PARTUM NORMAL (lengkap).”
Keperawatan dan Kesehatan. Diambil 31 Agustus 2021
(http://yasminwardani.blogspot.com/2017/03/askep-post-partum-normal-lengkap.html).

Putri, Firyunda Ayu. 2019. “ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DI RSUD. ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA.”

Anda mungkin juga menyukai