Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

Dosen pembimbing ;

Disusun oleh:

Nabilatul Khasanah

(0117055)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020
KATA PENGANTAR
Pertama – tama penulis ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena
dengan bimbingan dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Keperawatan
Kritis” merupakan salah satu bahasa yang menarik. Meskipun sudah cukup banyak diskusi
dan pembahasan mengenai teori keperawatan , namun penulis ingin memperdalam
pembahasan sejarah dan model aplikasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang
menjadi pembelajaran dalam pendidikan.

Selain itu penulis berusaha menulis makalah yang dapat diemplementasikan secara
nyata sesuai dengan teori dan untuk memenuhi tugas kuliah .Atas terselesaikannya makalah
“Keperawatan Jiwa” ini, penulis berterima kasih kepada Ibu Yufi Aris Lestari,
S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku dosen pembimbing, beserta pihak-pihak lain yang telah
membantu dan mendukung atas terselesaikannya ini.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah “Keperawatan Jiwa”
ini masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun tulisan. Kekurangan-
kekurangan tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis,
oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga kami
dapat berbenah diri dan dapat memberikan yang terbaik.

Mojokerto, 12 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................................

Lembar Pernyataan.........................................................................................................

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang............................................................................................................

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................

C Tujuan.........................................................................................................................

Bab II Pembahasan

A. Definisi………………….. ........................................................................................

B. Etilogi…….................................................................................................................

C. Pathofisiologi..............................................................................................................

D. Penatalaksanaan ....................................................................................
I.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian................................................................................................................
B. Pemeriksaan fisik....................................................................................................
C. Diagnosa .................................................................................................................
D. Intervensi.................................................................................................................
E. Implementasi...........................................................................................................
F. Evaluasi...................................................................................................................

Bab III Penutup

Daftar Pustaka..............................................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bias kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto, 12 Juli 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif,


dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas
merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan
keadaan khawatir, Gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan
tersebut dapaterjadi atau menyertai kondisi situasikehidupan dan berbagai gangguan
kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap
stimulus yang mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009).

Rasa khawatir, gelisah, waswas, tidak tentram merupakan gejala umum akibat ansietas.
Namun sebatas mana situasi jiwa berupa ansietas itu dapat ditoleransi oleh seorang individu
sebagai kesatuan utuh.Karena sering kali ansietas menimbulkan keluahan fisik berupa
berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan beragam
lainnya.

Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan tersebut
merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan dengan
perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan,
koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang mengalami gangguan secara
psikologis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO), bahwa 10% dari populasi
mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan dari hasil studi bank dunia dan
hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa penyakit yang merupakan akibat
masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang merupakan angka tertinggi dibanding
prosentase penyakit lain.

Data 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012).
Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh wanita individu berusia kurang dari 45 tahun,
bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
(Videbeck, 2008)
Perkiraan prevalensi gangguan ansietas di masyarakat (per 1000 orang) adalah: gangguan
ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15,agoraphobia 20, fobia sosial 30, fobia
sederhana 45, dan gangguan obsesif-kompulsif(yang tidak berkomorbid dengan gangguan
ansietas lain. Di pelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah: gangguan ansietas
menyeluruh 7,9%, dan gangguan panik/agoraphobia 2,6% (Maramis, 2009).

Terlihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan seseorang,baik
dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini dialami oleh klien di
rumah sakit. Berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya semakin cemas. Oleh
karenanya perawat sebagai tenaga kesehatan professional tidak boleh mengabaikan aspek
emosi ini dalam memberikas asuhan keperawatan.
BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah ansietas

2.1.1 Pengertian Ansietas/Cemas

Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman yang akan terjadi atau
ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri atau terhadap
hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar, setengah sadar, atau
tidak sadar (Barbara, 2010).

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonomy (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman (Heather,2014).

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart
& Laraia).

Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan
pada individu yang bersangkutan (Corey). Dapat pula ansietas menjadi suatu beban berat
yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-bayang ansietas
yang terus berkepanjangan. Ansitas berkaitan dengan strees. Oleh karena ansietas timbul
sebagai respon terhadap stress, baik stress fisiologi maupun psikologis. Artinya ansietas
terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis. Stres
merupakan bagian yang tidak dapat terelakkan dalam hidup manusia. Meskkipun demikian,
stress bukanlah merupakan sesuatu yang patologis (Asmadi, 2008).

Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif,


dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas
merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan
keadaan khawatir. Gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan
tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan
kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap
stimulus yang mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009).

2.1.2 Etiology

Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan keseimbangan


neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri seseorang. Faktor
genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi
ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup
(Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda,
seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang
lain. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :

1. Faktor predisposisi

Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah:

a. Teori psikionalitik

Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian yaitu ide, ego dan
Super ego. Ide melambangkan dorongan insting atau impuls primitif. Super ego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang,
sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego. Ansietas berfungsi
untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya yang perlu segera diatasi.

b. Teori interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Berhubungan juga dengan
trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan. Individu dengan harga diri
rendah biasanya sangat mudah mengalami ansietas berat

c. Teori perilaku

Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan

d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor ini di perkirakan turut
berperan dalam mengatur ansietas.

2. Faktor presipitasi

Bersumber dari eksternal dan internal seperti:

a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau


menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari- hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
integritas fungsi sosial.

3. Perilaku

Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara
tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri
dari ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas
(Ermawati dkk, 2009).

2.1.3 Tingkat ansietas

1. Ansietas ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu
terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

Respon fisiologi:

a. Sesekali napas pendek

b. Nadi dan tekanan darah naik

c. Gejala ringan pada lambung

d. Muka berkerut dan bibir bergetar Respon kognitif:

a. Lapang persepsi melebar

b. Mampu menerima rangsangan yang kompleks

c. Konsentrasi pada masalah


Menjelaskan masalah secara efektif Respon Perilaku dan Emosi:

a. Tidak dapat duduk tenang

b. Tremor halus pada tangan

c. Suara kadang-kadang meninggi

2. Ansietas sedang

Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu


lebihmemfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain. Respon
Fisiologi:

a. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik

b. Mulut kering

c. Anorexia

d. Diare/konstipasi

e. Gelisah Respon Kognitif:

a. Lapang persepsi menyempit

b. Rangsang luar tidak mampu diterima

c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatian Respon Perilaku dan Emosi:

a. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)

b. Bicara banyak dan lebih cepat

c. Susah tidur

d. Perasaan tidak aman

3. Ansietas berat

Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi
berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada
area lain.
Respon Fisiologi:

a. Sering napas pendek

b. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik

c. Berkeringat dan sakit kepala

d. Penglihatn kabur

e. Ketegangan

Respon Kognitif:

a. Lapang persepsi sangat sempit

b. Tidak mampu menyelesaikan masalah ResponPerilaku dan Emosi:

a. Perasaan ancaman meningkat

b. Verbalisasi cepat

c. Blocking

4. Panik

Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan sudah terganggu
sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun
telah di berikan pengarahan.

Respon Fisiologi:

a. Napas pendek

b. Rasa tercekik dan palpitasi

c. Sakit dada

d. Pucat

e. Hipotensi

f. Koordinasi motorik rendah Respon Kognitif:

a. Lapang persepsi sangat sempit


b. Tidak dapat berpikir logis Respon Perilaku dan Emosi:

a. Agitasi, mengamuk dan marah

b. Ketakutan, berteriak-teriak, blocking

c. Kehilangan kendali atau kontrol diri

d. Persepsi Kacau

Respon Fisiologi yang mempengaruhi system yang ada dalam tubuh manusia adalah:

a. Sistem Kardiovaskuler

1) Palpitasi

2) Jantung berdebar

3) Tekanan darah meningkat

4) Denyut nadi menurun

5) Rasa mau pingsan

b. Sistem respirasi

1) Napas cepat

2) Pernapasan dangkal

3) Rasa tertekan pada dada

4) Pembengkakan pada tenggorokan

5) Rasa tercekik

6) Terengah-engah

c. Sistem kardiovaskuler

1) Peningkatan reflex

2) Reaksi kejutan

3) Insomnia

4) Ketakutan
5) Gelisah

6) Wajah tegang

7) Kelemahn secara umum

8) Gerakan lambat

9) Gerakan yang janggal

d. Sistem Gastrointestinal

1) Kehilangan nafsu makan

2) Menolak makanan

3) Perasaan dangkal

4) Rasa tidak nyaman pada abdominal

5) Rasa terbakar pada jantung

6) Diare

e. Sistem Perkemihan

1) Inkontensia urine

2) Sering miksi

f. Sistem integument

1) Rasa terbakar

2) Berkeringat banyak di telapak tangan

3) Gatal-gatal

4) Perasaan panas atau dingin pada kulit

5) Muka pucat

6) Berkeringat seluruh tubuh Respon perilaku kognitif:


a. Perilaku

1) Gelisah

2) Ketegangan fisik

3) Tremor
4) Gugup bicara cepat

5) Tidak ada koordinasi

6) Kecenderungan untuk celaka

7) Menarik diri

8) Menghindar

9) Terhambat melakukan aktifitas

b. Kognitif

1) Gangguan perhatian

2) Konsentrasi hilang

3) Pelupa

4) Salah tafsir

5) Adanya bloking pada fikiran

6) Bingung

7) Rasa khawatir yang berlebihan

8) Kehilangan penilaian objektifitas

9) Takut akan kehilangan kembali

10) Takut berlebihanTingkat ansietas (Dalami, 2009).

2.1.1 Rentang Respon Ansietas


2.1.2 Indikator Tingkat Ansietas

Tingkat Ansietas
Kategori
Ringan Sedang Berat Panik
Perubahan Semakin Tremor dan Komunikasi sulit Komunikasi
verbalisasi sering perubahan dipahami mungkin tidak
bertanya nada suara. dapat dipahami
Perubahan Gelisah ringan Tremor, Peningkatan Peningkatan
aktifitas kedutan aktifitas motorik, aktifitas motorik,
motorik wajah, dan ketidakmampuan agitasi.
gemetar. untuk relaks.
Perubahan Mengantuk, Peningkatan Ekspresi wajah Respon tidak
persepsi ketegangan ketakutan. dapat diprediksi,
dan otot.
perhatian
Perubahan Peningkatan Fokus Ketidak Gemetar,koordina
respirasi perasaan perhatian mampuan untuk si motorik buruk
dan gelisah dan menyempit. fokus atau
sirkulasi. waspada. berkonsentras,
mudah distraksi
Perubahan Penggunaan Mampu Kemampuan Persepsi
lain belajar untuk berfokus belajar sangat mengalami
beradaptasi. tetapi tidak terganggu distorsi atau
perhatian melebih-lebihkan
pada hal-hal
tertentu.
Tidak ada Kemampuan Takikardia, Ketidakmampuan
belajar hiperventilasi untuk belajar atau
sedikit berfungsi
mengalami
gangguan.
Tidak ada Kecepatan Sakit kepala, Dispnea,
napas dan lambung, mual. palpitasi, tersedak
jantung nyeri dada atau
sedikit tertekan.
Firasat akan di
meningkat.
timpa musibah
Gejala gaster
parestesia,
ringan
berkeringat.
(mulas)
2.1.3 Patofisiologi

Berdasarkan proses perkembangannya:

1. Bayi/anak-anak

a. Berhubungan dengan perpisahan

b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal

c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya

2. Remaja

a. Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

b. Perkembangan seksual

c. Perubahan hubungan dengan teman sebaya

3. Dewasa

Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

a. Kehamilan

b. Menjadi orang tua

c. Perubahan karir

d. Efek penuaan

4. Lanjut usia

Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

a. Penurunan sensori

b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan

d. Perubahan pada masa pension

2.1.4 Faktor Pencetus Ansietas

Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri
(faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun demikian pencetus
ansieta dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu:

1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau


gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap
kebutuhan dasarnya.

Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap
identitas diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal (Asmadi 2008).

2.1.5 Mekanisme Koping

Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-


macammekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan
ansietas bentuk ringan ansietas dapat di atasi dengan menangis, tertawa, tidur,
olahraga atau merokok. Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energy yang lebih
besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.
Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas adalah:

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction)

Merupakan pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk


menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:
a. Perilaku menyerang (Agresif)

Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi


kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri

Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik


maupun psikologis.
c. Perilaku kompromi

Digunakan untuk merubah tujuan yang akan dilakukan atau


mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction)

Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang


digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk
mempertahankan keseimbangan.
Mekanisme pertahanan ego:

a. Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari


kesadaran atau identitasnya.

b. Identifikasi (identification) adalah proses dimana seseorang untuk menjadi


yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/meniru pikiran- pikiran,
perilaku dan selera orang tersebut

c. Intelektualisasi (intellectualization) adalah penggunaan logika dan alasan


yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu
perasaannya.

d. Introjeksin (introjection) adalah suatu jenis identifikasi yang dimana


seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau
suatu kelompok kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati nurani,
contohnya rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai,
dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.

e. Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan


citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya. Penyangkalan (Denial) adalah menyatakan ketidaksetujuan
terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme
pertahanan ini adalah penting, sederhana, primitif.

f. Pemindahan (displacement) adalah pengalihan emosi yang semula


ditujukan pada seseorang/benda kepada orang lain/benda lain yang
biasanya netral atau kurang mengancam dirinya.

g. Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang


menggangu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
h. Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi
yang tidak dapat ditoleransi.

i. Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan


dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku dan
motif yang tidak dapat diterima.

j. Reaksi formasi adalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia


sadari yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau
ingin dilakukan.

k. Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan


merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.

l. Represi adalah pengenyampingkan secara tidak sadar tentang-tentang


pikiran, ingatan yang menyakitkan atau bertentangan ,dari kesadaran
seseorang merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme lain.

m. Pemisahan (spiliting) adalah sikap mengelompokkan orang dianggap


semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memajukan nilai-
nilai positif dan negatif di dalam diri seseorang.
n. Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan normal.
o. Supresi suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
sebetulnya merupakan analog represi yang di sadari, pengesampingan
yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan /perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme
pertahanan primitive (Dalami, 2009).
2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan


suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008)
selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan yang bergizi dan seimbang.

b. Istirahat yang cukup.

c. Cukup.olahraga.

d. Jangan merokok

2. Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai


obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan.

4. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

5. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan


agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
a. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
b. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
c. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
d. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
e. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung
Proses Keperawatan

2.1 Pengkajian Keperawatan

Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis


dan perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau mekanisme
koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan ansietas perilaku dan
meningkat sejalan dengan meningkatnya ansietas. (Sujono, dkk, 2013).

2.2 Analisa Data


Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan,
serta tindakan

keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai


sejak pasien masuk Rumah Sakit, selama klien dirawat secara terus menerus, serta
pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010).
Tujuan pengumpulan data:

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien

2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien

3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah


berikutnya.
Data yang perlu dikaji ada dua tipe yaitu sebagai berikut:

1. Data Subyektif

Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya,
misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan lemah, (Potter
& Perry).
2. Data Obyektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur,dapat diperoleh menggunakan panca


indera (lihat, dengar, cium, raba)selama pemeriksaan fisik. Misalnya
frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran (Potter & Perry).
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.

Bulechek. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Singapore:


Elsevier.

Dalami. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan masalah Psikososial: Jakarta.


CV. Trans Info Media.

Heather. PhD, RN. (2011). Nanda International Diagnosis Keperawatan Defenisi


dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Judith. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan


Praktik. Edisi 7. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Riyadi. (2013). Asuhan keperawatan jiwa. Edisi 1.Yogyakarta: Grahana Ilmu

Anda mungkin juga menyukai