Dosen pembimbing ;
Disusun oleh:
Nabilatul Khasanah
(0117055)
Selain itu penulis berusaha menulis makalah yang dapat diemplementasikan secara
nyata sesuai dengan teori dan untuk memenuhi tugas kuliah .Atas terselesaikannya makalah
“Keperawatan Jiwa” ini, penulis berterima kasih kepada Ibu Yufi Aris Lestari,
S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku dosen pembimbing, beserta pihak-pihak lain yang telah
membantu dan mendukung atas terselesaikannya ini.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah “Keperawatan Jiwa”
ini masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun tulisan. Kekurangan-
kekurangan tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis,
oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga kami
dapat berbenah diri dan dapat memberikan yang terbaik.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................................
Lembar Pernyataan.........................................................................................................
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang............................................................................................................
C Tujuan.........................................................................................................................
Bab II Pembahasan
A. Definisi………………….. ........................................................................................
B. Etilogi…….................................................................................................................
C. Pathofisiologi..............................................................................................................
D. Penatalaksanaan ....................................................................................
I.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian................................................................................................................
B. Pemeriksaan fisik....................................................................................................
C. Diagnosa .................................................................................................................
D. Intervensi.................................................................................................................
E. Implementasi...........................................................................................................
F. Evaluasi...................................................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
PENDAHULUAN
Rasa khawatir, gelisah, waswas, tidak tentram merupakan gejala umum akibat ansietas.
Namun sebatas mana situasi jiwa berupa ansietas itu dapat ditoleransi oleh seorang individu
sebagai kesatuan utuh.Karena sering kali ansietas menimbulkan keluahan fisik berupa
berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan beragam
lainnya.
Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan tersebut
merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan dengan
perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan,
koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang mengalami gangguan secara
psikologis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO), bahwa 10% dari populasi
mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan dari hasil studi bank dunia dan
hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa penyakit yang merupakan akibat
masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang merupakan angka tertinggi dibanding
prosentase penyakit lain.
Data 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012).
Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh wanita individu berusia kurang dari 45 tahun,
bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
(Videbeck, 2008)
Perkiraan prevalensi gangguan ansietas di masyarakat (per 1000 orang) adalah: gangguan
ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15,agoraphobia 20, fobia sosial 30, fobia
sederhana 45, dan gangguan obsesif-kompulsif(yang tidak berkomorbid dengan gangguan
ansietas lain. Di pelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah: gangguan ansietas
menyeluruh 7,9%, dan gangguan panik/agoraphobia 2,6% (Maramis, 2009).
Terlihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan seseorang,baik
dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini dialami oleh klien di
rumah sakit. Berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya semakin cemas. Oleh
karenanya perawat sebagai tenaga kesehatan professional tidak boleh mengabaikan aspek
emosi ini dalam memberikas asuhan keperawatan.
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman yang akan terjadi atau
ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri atau terhadap
hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar, setengah sadar, atau
tidak sadar (Barbara, 2010).
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonomy (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman (Heather,2014).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart
& Laraia).
Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan
pada individu yang bersangkutan (Corey). Dapat pula ansietas menjadi suatu beban berat
yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-bayang ansietas
yang terus berkepanjangan. Ansitas berkaitan dengan strees. Oleh karena ansietas timbul
sebagai respon terhadap stress, baik stress fisiologi maupun psikologis. Artinya ansietas
terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis. Stres
merupakan bagian yang tidak dapat terelakkan dalam hidup manusia. Meskkipun demikian,
stress bukanlah merupakan sesuatu yang patologis (Asmadi, 2008).
2.1.2 Etiology
1. Faktor predisposisi
a. Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian yaitu ide, ego dan
Super ego. Ide melambangkan dorongan insting atau impuls primitif. Super ego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang,
sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego. Ansietas berfungsi
untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya yang perlu segera diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Berhubungan juga dengan
trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan. Individu dengan harga diri
rendah biasanya sangat mudah mengalami ansietas berat
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan
d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor ini di perkirakan turut
berperan dalam mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
integritas fungsi sosial.
3. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara
tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri
dari ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas
(Ermawati dkk, 2009).
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu
terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
Respon fisiologi:
2. Ansietas sedang
b. Mulut kering
c. Anorexia
d. Diare/konstipasi
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatian Respon Perilaku dan Emosi:
c. Susah tidur
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi
berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada
area lain.
Respon Fisiologi:
d. Penglihatn kabur
e. Ketegangan
Respon Kognitif:
b. Verbalisasi cepat
c. Blocking
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan sudah terganggu
sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun
telah di berikan pengarahan.
Respon Fisiologi:
a. Napas pendek
c. Sakit dada
d. Pucat
e. Hipotensi
d. Persepsi Kacau
Respon Fisiologi yang mempengaruhi system yang ada dalam tubuh manusia adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler
1) Palpitasi
2) Jantung berdebar
b. Sistem respirasi
1) Napas cepat
2) Pernapasan dangkal
5) Rasa tercekik
6) Terengah-engah
c. Sistem kardiovaskuler
1) Peningkatan reflex
2) Reaksi kejutan
3) Insomnia
4) Ketakutan
5) Gelisah
6) Wajah tegang
8) Gerakan lambat
d. Sistem Gastrointestinal
2) Menolak makanan
3) Perasaan dangkal
6) Diare
e. Sistem Perkemihan
1) Inkontensia urine
2) Sering miksi
f. Sistem integument
1) Rasa terbakar
3) Gatal-gatal
5) Muka pucat
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup bicara cepat
7) Menarik diri
8) Menghindar
b. Kognitif
1) Gangguan perhatian
2) Konsentrasi hilang
3) Pelupa
4) Salah tafsir
6) Bingung
Tingkat Ansietas
Kategori
Ringan Sedang Berat Panik
Perubahan Semakin Tremor dan Komunikasi sulit Komunikasi
verbalisasi sering perubahan dipahami mungkin tidak
bertanya nada suara. dapat dipahami
Perubahan Gelisah ringan Tremor, Peningkatan Peningkatan
aktifitas kedutan aktifitas motorik, aktifitas motorik,
motorik wajah, dan ketidakmampuan agitasi.
gemetar. untuk relaks.
Perubahan Mengantuk, Peningkatan Ekspresi wajah Respon tidak
persepsi ketegangan ketakutan. dapat diprediksi,
dan otot.
perhatian
Perubahan Peningkatan Fokus Ketidak Gemetar,koordina
respirasi perasaan perhatian mampuan untuk si motorik buruk
dan gelisah dan menyempit. fokus atau
sirkulasi. waspada. berkonsentras,
mudah distraksi
Perubahan Penggunaan Mampu Kemampuan Persepsi
lain belajar untuk berfokus belajar sangat mengalami
beradaptasi. tetapi tidak terganggu distorsi atau
perhatian melebih-lebihkan
pada hal-hal
tertentu.
Tidak ada Kemampuan Takikardia, Ketidakmampuan
belajar hiperventilasi untuk belajar atau
sedikit berfungsi
mengalami
gangguan.
Tidak ada Kecepatan Sakit kepala, Dispnea,
napas dan lambung, mual. palpitasi, tersedak
jantung nyeri dada atau
sedikit tertekan.
Firasat akan di
meningkat.
timpa musibah
Gejala gaster
parestesia,
ringan
berkeringat.
(mulas)
2.1.3 Patofisiologi
1. Bayi/anak-anak
2. Remaja
b. Perkembangan seksual
3. Dewasa
a. Kehamilan
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
4. Lanjut usia
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri
(faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun demikian pencetus
ansieta dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu:
Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap
identitas diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal (Asmadi 2008).
c. Cukup.olahraga.
d. Jangan merokok
2. Terapi psikofarmaka
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
1. Data Subyektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya,
misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan lemah, (Potter
& Perry).
2. Data Obyektif
Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.