OLEH :
NABILATUL KHASANAH
NIM . 01.17.055
MOJOKERTO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan makanan bila seseorang mengalami
gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi kuman atau racun yang
dihasilkan oleh kuman penyakit. Kuman yang paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri.
Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah
makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung / inhalasi,
suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil
akan merusak kehidupan / menggangu dengan serius fungsi satu / lebih organ atau jaringan.
Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah menetapkan peraturan no 435 /
MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983 tentang bahan – bahan berbahaya. Karena tingkat
bahayanya yang meliputi besar dan luas jangkauan, kecepatan penjalaran dan sulitnya dalam penanganan
dan pengamanannya, bahan – bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan manusia secara
langsung atau tidak langsung.
Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan
efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan keracunan antara
lain makanan.Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia karena. Tetapi makanan juga dapat
menyebabkan keracunan di karenakan makanan tersebut mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan
hewan yang mengandung racun , makanan yang tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga infeksi
karena makanan yang mengandung mikroorganisme pathogen
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep penyakit keracunan itu?
2. Dan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien keracunan menurut teoritis?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah di lakukan pembelajaran dan seminar di harapkan mahasiswa faham tentang Asuhan
Keperawatan Keracunan
2. Tujuan Husus
Mengetahui dan memahami macam – macam zat racun yang biasa terdapat di masyarakat
Terampil dalam menangani kasus – kasus keracunan akut maupun kronik
Mampu memutuskan apa yang harus di lakukan pada penderita keracunan akut
Dapat membicarakan dan membuat saran – saran tentang cara – cara untuk mencegah keracunan
umum beserta sarana yang di perlukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi keracunan
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi), serta
suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil
akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan
( Sartono 2001 : 1 )
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.Keracuanan Makanan adalah penyakit yang
tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
(KMB Brunner & Suddarth Vol.3)
B. Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang berat. Secara
umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
c. Logam berat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
C. Patofisiologi
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia, mikroba,
toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi
organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut
kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan
obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam
lambung meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat
( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi
racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh
di tempat – Faktor Penyebab (bahan kimia/kuman) tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala
rangsangan yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek
muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulkan stimulasi
Racun masuk kedalam darah, paru, hati & ginjal
kemudian depresi SSP )
kekurangan O2 (Hipoksia)
Iritasi pada Lambung Obstruksi trakheobronkeal
HCL meningkat Distress pernapasan
Depresi SSP (sistem saraf pusat)
pola napas tidak efektif
penurunan kesadaran & depresi cardiovaskuler
mual muntah
devisit volume cairan enzim asrtikolinesterase tubuh
G. Penatalaksanaan
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan tidak
adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus dextrose
5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat – obatan
depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan
buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.
Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve
– mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab
keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan penderita yang harus segera di
lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan merangsang muntah,
menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis multipel
karbon aktif, dialisis dan hemoperfus
H. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
2. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit serum (termasuk
kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
3. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
4. Pemeriksaan EKG Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi
supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik.
Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat
kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan
penyakit dasar jantung iskemik.
I. Pencegahan
1. Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak aktif dengan pemanasan
makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5 menit, selain itu spora
juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
2. Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari jangakauan anak –
anak
3. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
4. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
5. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan
6. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan pengkajian
sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei
primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya
dilakukan survei sekunder. Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang
mengancam nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi
dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik)
difokuskan pada Airway Breathing Circulation (ABC).
a. Primary Survey
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan manajemen segera terhadap
komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary survey adalah untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang
dilakukan pada primary survey antara lain (Fulde, 2009) :
Airway maintenance dengan cervical spine protection
Breathing dan oxygenation
Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
Disability-pemeriksaan neurologis singkat
Exposure dengan kontrol lingkungan
Sangat penting untuk ditekankan pada waktu melakukan primary survey bahwa setiap langkah harus
dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya dilakukan jika langkah sebelumnya telah
sepenuhnya dinilai dan berhasil.
Primary survey dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain (Gilbert., D’Souza., & Pletz, 2009) :
a) General Impressions
Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.
Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)
b) Pengkajian Airway
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas
dengan bebas?
Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
Adanya snoring atau gurgling
Stridor atau suara napas tidak normal
Agitasi (hipoksia)
Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
Sianosis
Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial
penyebab obstruksi
Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko
untuk mengalami cedera tulang belakang.
Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi
c) Pengkajian Breathing (Pernafasan
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan keadekuatan pernafasan
pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus
dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension pneumothorax/haemothorax, closure of open
chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.
Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai
berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan
penggunaan otot bantu pernafasan.
Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai
karakter dan kualitas pernafasan pasien.
Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi
Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi
sesuai kebutuhan.
d) Pengkajian Circulation
Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary
refill).
A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang
diberikan
V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti
P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas awal
yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri maupun
stimulus verbal.
Pengkajian Sekunder
a. Identitas klien dan keluarga
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor registrasi dan adekuat.
2. Identitas penanggung jawab.
Meliputi nama, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat
Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran menurun
b) Pernafasan
Nafas tidak teratur
c) Kardiovaskuler
Hipertensi, nadi aritmia.
d) Persarafan
Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise
e) Gastrointestinal
Muntah, diare
f) Integumen
Berkeringat
g) Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
h) Integritas Ego
Gelisah, pucat
i) Eliminasi
Diare
Selaput lendir
Hipersaliva
j) Sensori
Mata mengecil/membesar, pupil miosis
B. DIAGNOSA
1. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
3. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2
C. INTERVENSI
1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang
normal dan paru bersih
Kriteria hasil : suara nafas normal
Intervensi Rasional
§ Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
§ untuk mengetahui pola nafas, dan
dan ekspansi dada keadaan dada saat bernafas
Intervensi Rasional
§ Awasi intake dan output, karakter serta
§ untuk mengetahui pemasukan dan
jumlah feses pengeluaran kebutuhan cairan klien
Intervensi Rasional
§ Observasi warna & suhu kulit atau
§ untuk mengetahui apakah klien
membran mukosa mempunyai alergi kulit
Tahapan asuhan keperawatan lanjutan dari perencaan yang sudah ditetapkan, yang mana dalam setiap
tindakan sesuai denga SOP dan standar prkatik keperawatan.
E. Evaluasi
Tahapan evalusi sesuai dengan kriteria hasil dari perencanaan yang telah disusun. Yang mana dalam tahap
ini dilakukan dokumentasi yang melihat dari perkembangan pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN,D DENGAN KASUS KERACUNAN
I. KASUS
Tn. D umur 31 tahun datang ke UGD diantar keluarga dalam keadaan badan lemah, muntah-muntah bibir
syanosis.Pem.fisik TD 130/90, Nadi: 90x/menitt, RR: 30x/menit, pasien sesak, suara nafas: rronchi. Setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium ternyata Tn. D mengalami keracunan timbal.
ASUHAN KEPEWARATAN
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn D
Umur : 31 tahun
TB : 167 cm
BB : 53 (awalnya 55 kg)
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Alamat: Kauman
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. U
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
KELUHAN UTAMA
3. PENGKAJIAN PRIMER
a. AIRWAY
Ada sumbatan jalan nafas oleh lender/ sputum. RR : 30 x/ menit, cepat dan dangkal.
b. BREATHING
c. CIRCULATION
TD: 130/90 mmHg, Nadi : 90x/menit, CRT : <3 detik, akral teraba dingin, EKG
d. DISABILITY
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2. Tingkat
e. EXPOSURE/ENVIRONMENT/EVENT: -
4. PENGKAJIAN SEKUNDER
Istri klien mengatakan, klien belum pernah mengalami penyakit seperti sekarang.
Istri klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit seperti
klien, tidak ada penyakit menurun seperti DM, TBC, dan lainnya.
d. Riwayat Alergi
Istri klien mengatakan, klien tidak mempunyai alergi makanan dan lainnya.
- Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya kunjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik.
- Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir basah.mengalami
syanosis
- Dada : simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 30 x/menit, cepat dan dangkal,
- Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka memar,
- Ekstremitas : tidak terdapat luka, capilari revil <3 detik, akral dingin
- Genetalia : bersih tidak ada kelainan, Tidak terdapat luka/ulkus, tidak terpasang kateter.
- PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 56 x/ menit
mual.
DO :
kering
- TD 130/90 mmHg
dangkal
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan b.d kehilangan volume cairan secara aktif (muntah, diare)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
HASIL
Minggu, Setelah dilakukan tindakan Pertahankan cairan intake dan
12 April keperawatan selama 1 x 24 jam, output yang akurat
volume cairan
2015 (10. Kolaborasi pemberian cairan IV
adekuat/terpenuhi dengan kriteria
10 WIB) Periksa TTV
hasil :
Timbang BB pasien 3x/ hari
- TTV normal
jam
batuk efektif
AGD