NPM : 2006545130
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “kerusakan”! Sebutkan kondisi umum dari kerusakan
material!
Kerusakan (Failure) merupakan ketidakmampuan suatu komponen untuk dapat berfungsi
sebagai mestinya tanpa harus terjadinya perpatahan (fracture).
Kondisi umum dari kerusakan sesuai ASM Handbook 11 terdiri atas 3 tingkatan:
a. Suatu komponen atau sistem yang beroperasi tetapi tidak berfungsi sebagai mana
mestinya (loss of function)
b. Suatu komponen atau sistem yang bekerja dengan fungsinya tetapi tidak handal
atau tidak aman (loss of service life)
c. Suatu komponen atau sistem yang tidak dapat beroperasi (inoperable).
2. Sebutkan beberapa penyebab kerusakan yang umum terjadi pada suatu material teknik!
Origin %
Improper material selection 88
Fabrication defects 15
Faulty heat treatments 15
Mechanical design fault 11
Unforeseen operating conditions 8
Inadequate environment control 6
Improper inspection and quality control 5
Material mixup 2
3. Buatlah analisis kerusakan pada “jam tangan” saudara yang biasa dipakai sehari-hari!
Item Description Indicators
Consequences Jam tangan akan tidak bisa digunakan karena mudah terlepas pada
bagian lubang pengait
5. Di bidang material, ada istilah failure modes and effects analysis (FMEA). Jelaskan konsep
dan ruang lingkup FMEA dan kegunaannya, berilah contoh di lapangan berikut resikonya!
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) merupakan failure analysis yang
mempersyaratkan pendekatan multidisiplin (designer, material scientists, engineers,
fabricators, quality control spesialist) secara terintegrasi dan efektif dalam dalam membuat
metodologi menganalisis masalah kualitas yang muncul sejak ditahap pengembangan,
maka tindakan koreksi bisa langsung diambil, dan desain langsung bisa diperbaiki sehingga
dapat mencegah segala bentuk kegagalan. Ruang lingkup yaitu :
a. Mengidentifikasi semua bentuk kegagalan
NAMA : RACHMAT HERMAWAN
NPM : 2006545130
b. Mempertimbangkan efek dari kegagalan untuk setiap kegagalan secara lokal dan
keseluruhan sistem dilakukan analisa
c. Mengklasifikasikan kegagalan dengan efek pada sisttem operasi
d. Mempertimbangkan kemungkinan kegagalan yang akan terjadi
e. Mengidentifikasi bentuk kegagalan dapat dideteksi
f. Mengidentifikasi segala bentuk ketentuan yang akan timbul atau perubahan disain
untuk memitigasi efek dari kegagalan.
FMEA yang diterapkan dalam sebuah industri manufaktur, antara lain:
a. Process: fokus terhadap analisis proses manufaktur dan assembly.
b. Design: fokus terhadap analisis produk sebelum proses produksi.
c. Concept: fokus terhadap analisis sistem dalam tahap awal desain konsep.
d. Equipment: fokus terhadap analisis desain mesin dan perlengkapan sebelum
melakukan pembelian.
e. Service: fokus pada analisis jasa dari proses industri jasa sebelum diluncurkan ke
pelanggan.
f. System: fokus terhadap analisis fungsi sistem secara global.
g. Software: fokus terhadap analisis fungsi software.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan proses FMEA, antara lain:
a. Melakukan proses identifikasi bermacam jenis kegagalan dan akibat yang
ditimbulkan.
b. Menentukan besarnya nilai severity.
c. Mencari penyebab terjadinya kegagalan yang terjadi.
d. Menentukan besarnya nilai Occurrence.
e. Melakukan proses identifikasi terhadap sistem kontrol yang sudah ditetapkan.
f. Menentukan besarnya nilai Detection.
g. Menentukan besarnya nilai Risk Priority Number (RPN).Apabila nilai RPN tinggi
akan dilakukan tindakan perbaikan.
Di dalam pelaksanaannya FMEA memiliki tiga variabel, yaitu:
a. Severity merupakan tingkat kerugian atau bahaya yang terjadi atau timbul. Nilai
severitytinggi apabila terjadi kerugian besar atau tingkat bahaya tinggi.
NAMA : RACHMAT HERMAWAN
NPM : 2006545130
b. Occurance merupakan seberapa sering atau seberapa banyak suatu kegagalan akan
terjadi,dimana nilai occurance akan tinggi apabila sering terjadi kegagalan.
c. Detection merupakan tingkat deteksi, kemampuan system dalam mendeteksi
terjadinya kegagalan. Nilai detection tinggi jika apabila memiliki kemampuan
mendeteksi yang rendah.
Dari ketiga nilai di atas jika dikalikan akan menghasilkan nilai RPN.
RPN = Severity x Occurrence x Detection
Besarnya kebutuhan untuk melakukan tindakan perbaikan apabila mengalami kegagalan
tergantung dari RPN. Semakin tinggi nilai RPN semakin besar kebutuhan untuk melakukan
tindakan perbaikan atau sebaliknya.
Berdasarkan ISO/TS-16949 (standar sistem manajemen mutu untuk industri automotive),
FMEA disyaratkan dilakukan pada saat perancangan produk maupun pada saat
perancangan proses produksi. Secara ekspilisit ISO-9001 tidak mensyaratkan
dilakukannya FMEA. Walaupun demikian perusahaan akan sangat baik apabila
menerapkan FMEA ini untuk memmenuhi persyaratan tentang tindakan pencegahan.
6. Di bidang korosi, ada istilah yang disebut dengan risk based inspection (RBI). Jelaskan
konsep dan ruang lingkup dari RBI dan keguaannya, berilah contoh di lapangan berikut
resikonya!
Risk Based Inspection (RBI) adalah metode untuk menentukan rencana inspeksi
(equipment mana saja yang perlu diinspeksi, kapan diinspeksi, dan metode inspeksi apa
yang sesuai) berdasarkan resiko kegagalan suatu peralatan. RBI dapat dikatan sebagai
suatu metode yang digunakan untuk menentukan rencana inspeksi seperti waktu inspeksi,
peralatan mana saja yang butuh diinspeksi, dan pemilihan metode berdasarkan pada resiko
kegagalan dari suatu komponen yang dapat dibuat.
NAMA : RACHMAT HERMAWAN
NPM : 2006545130