Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

TRANSUDAT DAN EKSUDAT

Oleh:
Pramestri Rasydina C
202010101153

Fakultas Kedokteran
Universitas Jember
2021
1.1 Pengertian Transudat dan Eksudat
Secara klinis penting untuk mengklasifikasikan cairan pleura dan asites menjadi eksudat
dan transudat karena ini merupakan indikasi dari proses patofisiologi yang mendasari
yang terlibat. Perbedaan seperti itu memungkinkan penyelidikan yang tepat untuk
dilakukan, memungkinkan manajemen pasien yang lebih baik.
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkanproses peradangan/inflamasi). Transudat terjadi sebagai akibat proses
bukan radang oleh gangguan keseimbangan cairan badan (tekanan osmotic
koloid, statis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb),
sedangkan eksudat berhubungan dengan salah satu proses peradangan.
Transudat terjadi apabila hubungan antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid
osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura
akan melebihi reabsorbsi oleh pleura lainnya.
Eksudat terbentuk melalui membran kapiler yang permeabilitasnya abnormal.
Perubahan permeabilitas membran disebabkan adanya peradangan pada pleura
seperti infeksi atau keganasan.

1.2 Ciri-Ciri Transudat dan Eksudat


Ciri-ciri transudat, yaitu:
1. Cairan jernih
2. Encer
3. Kuning muda
4. Berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018
5. Tidak menyusun bekuan (tak ada fibrinogen)
6. Kadar protein kurang dari 2,5gr/dl
7. Kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam plasma darah
8. Jumlah sel kecil dan bersifat steril

Ciri-ciri exudat, yaitu:


1. Keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung darah, chyloid, dsb)
2. Lebih kental
3. Warna bermacam-macam
4. Berat jenis lebih dari 1018
5. Sering ada bekuan (oleh fibrinogen)
6. Kadar protein lebih dari 4,0gr/dl
7. Kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma
8. Mengandung banyak sel dan seringa ada bakteri

1.3 Pemeriksaan Transudat dan Eksudat


Pemeriksaan transudat dan eksudat dapat dilakukan dengan cara tes rivalta, pemeriksaan
makroskopis dan mikroskopis.
Pemeriksaan Makroskopis:
a. Jumlah
Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan
dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tenteng luasnya kelainan.
b. Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu,
merah, putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat, darah
yang menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus
putih serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya kekuning-
kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih melalui
kuning sampai merah darah sesuaidengan causa peradangan dan beratnya radang.
c. Kejernihan
Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh.
Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan. Jika
mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih
lanjtu sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosangineus,
hemoragik, fibrineus, dll. Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan
banyaknya sel, leukosit dapat menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai
kekeruhan berat seperti bubur. Eritrosit menyebabkan kekeruhan yang kemerah-
merahan.
d. Bau
Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali
kalau terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli
mungkin menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.
Pemeriksaan Mikroskopis:
Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu
mendatangkan manfaat.Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan
setelah pungsi dicampur dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20%
untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml larutan citrate itu.Sel yang dihitung biasanya
hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain seperti sel mesotel, sel plasma, dbs)
saja, menghitung jumlah eritrosit jarang sekali dilakukan karena tidak bermakna.
1.Menghitung jumlah leukosit
Kalau cairan berupa purulent, tidak ada gunanya untuk menghitung jumlah
leukosit, tindakan ini baiklah hanya dilakukan dengan cairan yang jernih atau agak
keruh saja.Pada cairan jernih pakailah pengenceran seperti dipakai untuk
menghitung jumlah leukosit dalam darah ataupun pengenceran seperti dipakai
untuk menghitung jumlah leukosit dalam cairan yang agak keruh, pilihlah
pengenceran yang sesuai.Bahan pengenceran sebaiknya larutan NaCl 0,9%, jangan
larutan turk karena larutan turk itu mungkin menyebabkan terjadinya bekuan dalam
cairan.Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul.
Semakin tinggi angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat.
2.Menghitung jenis sel
Menghitung jenis sel biasanya membedakan dua golongan jenis sel, yaitu
golongan yang berinti satu yang digolongkan dengan nama “limfosit” dan
golongan sel polinuklear atau “segment”. Dalam golongan limfosit ikut trhitung
limfosit, sel-sel mesotel, sel plasma, dsb.
Perbandingan banyak sel dalam golongan-golongan itu memberi petunjuk kearah
jenis radang yang menyebabkan atau menyertai eksudat itu.
Percobaan Rivalta
Test yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya membedakan transudat
dari exudat dengan cara yang amat sederhana.
Cara:
ke dalam silinder 100 ml dimsukkan 100 ml aquadest
Tambahkan 1 tetes asam acetate glacial dan campurkanlah
Teteskan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira 1 cm
dari atas permukaan
Perhatikanlah tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung asam
acetat. Ada tiga kemungkinan, yaitu: tetesan itu bercampur dengan larutan asam acetate
tanpa menimbulkan kekeruhan sama sekali, hasil test adalah negative. Tetesan itu
mengadakan kekeruhan yang sanagt ringan seripa kabut halus, hasil test positif
lemah.tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal atau dalam
keadaan extreme satu presipitat yang putih,hasil test positif
Daftar Pustaka
Puchalski JT, Argento AC, Murphy TE, et al. Etiologies of bilateral pleural
effusions. Respir Med. 2013;107(2):284-291. doi:10.1016/j.rmed.2012.10.004
Paramothayan NS, Barron J. New criteria for the differentiation between transudates
and exudates. J Clin Pathol. 2002;55(1):69-71. doi:10.1136/jcp.55.1.69
Jany B, Welte T. Pleural Effusion in Adults-Etiology, Diagnosis, and Treatment. Dtsch
Arztebl Int. 2019;116(21):377-386. doi:10.3238/arztebl.2019.0377
Vázquez F, Michelángelo H, Trevisani H, González F, de Quiros B. Criterios
diagnósticos para diferenciar trasudados de exudados en líquido pleural [Differential
diagnosis between exudate and transudate in pleural effusion]. Medicina (B Aires).
1996;56(3):223-230.
Garcia Pachon E, Padilla Navas I. Derrame pleural: criterios para diferenciar trasudados
y exudados [Pleural effusion: criteria for distinguishing between transudates and
exudates]. An Med Interna. 1996;13(2):91-94.

Anda mungkin juga menyukai