Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : P17220193029
Tingkat : 3-A
Kelompok : 8A
1
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KMB I
I. Konsep Dasar
a. Pengertian
b. Etiologi
c. Klasifikasi
Pada dasarnya orchitis dapat dibagi menjadi tiga jenis (Halodoc t.t.):
- Orchitis idiopatik, merupakan jenis orchitis yang tidak diketahui dengan pasti
penyebabnya.
- Orchitis bakteri, yang paling sering menjadi penyebab orchitis adalah Escherichia
coli, Staphylococcus, dan Streptococcus. Bakteri penyebab epididimitis juga dapat
menjadi penyebab munculnya orchitis. Pada pria yang aktif secara seksual, bakteri
penyebab penyakit menular seksual bisa menyebabkan orchitis.
- Orchitis virus. Virus merupakan penyebab utama orchitis. Jenis orchitis ini paling sering
dialami oleh anak laki-laki yang berusia kurang dari 10 tahun
d. Patofisiologi
Kebanyakan penyebab orchitis pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan
(mumps), dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3 sampai 4 hari
setelah pembengkakan kelenjar parotis. Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orchitis
sekitar 15 %-20% pria menderita orchitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki
pra pubertas dengan orchitis parotitika dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai
disfungsi testis. Pada pria dewasa atau pubertas, biasanya terjadi kerusakan tubulus
seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig, sehingga terjadi
hipogonadisme akibat defisiensi testosteron. Ada resiko infertilitas yang bermakna
pada pria dewasa dengan orchitis parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar
melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk
nodula- nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat menyebar
melalui fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada epididimis
dan testis kontralateral, kandung kemih, dan ginjal (Price 2005).
e. Pathway Orchitis
g. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ulfiyah, 2012 pemeriksaan diagnostic pada pasien orchitis:
1. Pemeriksaan urin kultur
2. Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)
3. Pemeriksaan darah CBC (complete blood count )
4. Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan
mendeteksi adanya abses pada skrotum
5. Testicular scan
6. Analisa air kemih
7. Pemeriksaan kimia darah
h. Penatalaksanaan
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting adalah
membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip. Tidak ada
obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus.
Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara seksual, dapat
diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan klamidia) dengan
ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan Fluoroquinolon tidak lagi
direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk
pengobatan gonorrhea karena sudah resisten.
a. Pengkajian
1) Identitas: pada identitas terdapat biodata pasien yaitu terkait nama, jenis kelamin, umur,
status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan terakhir, alamat, no regester, tanggal
MRS, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis. Tujuannya untuk mengetahui identitas
pasien.
2) Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit: biasanya pada pasien orchitis akan mengalami
nyeri pada buah zakar, lemas, pusing. Terkadang juga pasien akan mengeluh testis
mengalami pembengkakan disertai nyeri dan warna kemerahan pada daerah testis yang
terkena, selain itu testis terasa beat dan penuh.
3) Riwayat penyakit sekarang: biasanya pasien orchitis akan mengalami demam, rasa lemah,
nyeri otot, tubuh terasa tidak nyaman, mual, dan sakit kepala
4) Riwayat penyakit dahulu: merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita pasien. Yang
perlu dikaji antara lain imunisasi gondongan yang tidak adekuat, infeksi saluran berkemih
berulang, kelainan saluran kemih, riwayat penyakit menular seksual pada pasangan,
riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya. Biasanya pasien mempunya riwayat
penyakit gondongan.
5) Riwayat penyakit keluarga: perlu dikaji apakah keluarga ada yang mengalami penyakit
yang sama dengan pasien ataupun penyakit keturunan lainnya.
6) Pola aktivitas sehari-hari yaitu terkait pola tidur, pola eliminiasi, pola makan dan minum,
pola kebersihan diri dan pola kegiatan. Biasanya pada pasien orchitis akan mengalami
gangguan pola tidur akibat ketidaknyamanan atau rasa nyeri ang dialaminya. Pada pola
eliminasi pada pasien orchitis yang biasanya terganggu yaitu pada pola elimiasi urin.
Pasien akan merasa nyeri ketika BAK, kemudian menjadi lebih sering berkemih. Pada pola
makan juga terkadang terganggu terutama pada pasien yang mengalami gejala mual.
Untuk pola kebersihan dan kegiatan, pasien terkadang akan mengalami kesulitan karena
rasa nyeri yang dialaminya sehingg menghambat mobilitas fisik pasien.
7) Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda Vital :
- Pemeriksaan kepala dan leher: biasanya pada pasien orchitis tidak mengalami
permasalahan pada kepala dan leher, kecuali jika ada komplikasi dan penyakit
tertentu yang menyertai.
- Pemeriksaan payudara dan ketiak: biasanya pada pasien orchitis tidak mengalami
permasalahan pada payudara dan ketiak
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien orchitis adalah sebagai berikut
(2016):
1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (peradangan pada
testis) dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri pada buah zakar dan pasien tampak
meringis
2. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan pasien
merasa nyeri saat bergerak dan pergerakan pasien terlihat terbatas
c. Rencana Keperawatan
Intervensi keperawatan yang mungkin dapat dilakukan pada pasien dengan orchitis adalah
sebagai berikut (2018):
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Tindakan Keperawatan (2018)
Hasil (SLKI) (2019)
(SDKI) (2016)
D.0077 L.08066 I. 08238
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
(D.0077) tindakan keperawatan 1) Observasi
berhubungan selama 2x24 jam a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan agen diharapkan tingkat frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
pencedera nyeri menurun dengan b. Identifikasi skala nyeri
fisiologis kriteria hasil: c. Identifikasi respon nyeri non verbal
(peradangan 1. Keluhan nyeri d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
pada testis) menurun (5) memperingan nyeri
dibuktikan 2. Meringis e. Monitor efek samping penggunaan
dengan pasien menurun (5) analgetik
mengeluh nyeri 3. Sikap protektif 2) Terapeutik
pada buah zakar menurun (5) a. Berikan teknik non farmakolohis untuk
dan pasien mengurangi rasa nyeri (Kompres hangat
tampak meringis dan nafas dalam)
b. Control lingkungan yang mempererat
nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
3) Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik
D.0054 L.05042 I.06171
Setelah dilakukan Dukungan ambulasi
Gangguan
tindakan keperawatan 1) Observasi
mobilitas fisik
selama 2x24 jam a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
berhubungan
diharapkan mobilitas fisik lainnya
dengan nyeri
fisik meningkat b. Identifikasi toleransi fisik melakukan
dibuktikan
dengan kriteria hasil: ambulasi
dengan pasien
1. Nyeri c. Monitor kondisi umum selama
merasa nyeri saat
menurun (5) melakukan ambulasi
bergerak dan
2. Gerakan 2) Terapeutik
pergerakan
terbatas a. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien terlihat
menurun (5) pasien dalam meningkatkan ambulasi
terbatas
3. Kelemahan 3) Edukasi
fisik menurun a. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
(5) b. Anjurkan melakukan ambulasi dini
c. Anjurkan melakukan ambulasi sederhana
yang seharusnya dilakukan
D.0142 Setelah dilakukan I.14539
Risiko infeksi tindakan keperawatan Pencegahan infeksi
dibuktikan selama 2x24 jam 1)Observasi
dengan diharapkan tingkat a. Monitor tanda dan gejala infeksi local
ketidakadekuatan infeksi menurun dan sistemik
pertahanan tubuh dengan kriteria hasil: 2) Terapeutik
primer: 1. Nyeri a. Batasi jumlah pengujung
kerusakan menurun (5) b. Berikan perawatan kulit pada area edema
integritas kulit 2. Bengkak c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
menurun (5) dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Kadar sel 3) Edukasi
darah putih a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
membaik (5) b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
4. Kebersihan benar
tangan c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
meningkat (5) d. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
5. Kebersihan
badan
meningkat (5)
d. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan
berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang
lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. Implementasi
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara melibatkan pasien dan sesame tenaga kesehatan. Setelah dilakukan
implementasi sesuai waktu yang ditentukan diharapkan nyeri akut, gangguan mobilitas fisik
dan risiko infeksi dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2006. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas.
Jakarta: EGC.
Halodoc, Redaksi. t.t. “Pengobatan Penyakit Orchitis Berdasar Jenisnya yang Perlu Diketahui.”
halodoc. Diambil 9 September 2021 (https://www.halodoc.com/artikel/pengobatan-penyakit-
orchitis-berdasar-jenisnya-yang-perlu-diketahui).
Hartanto, Huriawati. 2008. Kamus Saku Mosby: Kedokteran, Keperawatan & Kesehatan. 4 ed.
Jakarta: EGC.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Vol. 2. 6 ed. EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.