E-mail: hennylucida@gmail.com
ABSTRACT
A study on formulation of cream in a base containing Virgin Coconut Oil (VCO)
with Piroxicam (1%) as a model has been undertaken. VCO concentration in the cream-
base were made 0 %, 31%, 36% and 41% respectively to determine the influence of VCO
concentration on the penetration profile of the drug. The profil of penetration was
determi nedbyus i
ngFr anzdi f
fusion cel l(ver t
icaltype)wi tht hemi ce’ss kinandpH 8
phosphate buffer as membrane and medium respectively. Concentration of piroxicam
released was determined spectrophotometically at wavelength 353.2 nm. Results
indicated that the penetration profile of piroxicam from formula 1, 2 and 3 followed zero
order kinetic with the slope (k) of 0.0171 (r = 0.9913); 0.0217 (r = 0.9869) and 0.0217 (r =
0.9939) respectively, while that from formula 4 followed Higuchi equation with the slope
1/ 2
(k) of 0,0570 mg/sec (r = 0.9853). The highest rate was observed from Formula 4
(VCO concentration was 41%). Statistical análysis showed that VCO affected the release
of piroxicam from the formulation significantly (p<0,01).
PENDAHULUAN
Rute pemberian obat secara transdermal merupakan suatu alternatif
untuk menghindari variabilitas ketersediaan hayati obat pada penggunaan per
oral, menghindari kontak langsung obat dengan mukosa lambung sehingga
mengurangi efek samping obat tertentu, juga untuk memperoleh konsentrasi obat
t
erl
okal
i
sirpadat
empatker
jany
a.Namun,kul
i
tmer
upakansuat
u’barrier’al
ami
dengan lapisan terluar (stratum corneum) tersusun atas jalinan kompak
’
cry
stal
l
ine l
i
pidl
amel
l
ae’sehingga bersifat impermeabel terhadap sebagian
besar senyawa obat (Williams dan Barry, 2004). Beberapa teknik formulasi
dengan tujuan memodifikasi atau melemahkan susunan lipid interselluler stratum
corneum telah dikembangkan sehingga transport obat melalui kulit dapat
ditingkatkan. Diantaranya adalah menggunakan senyawa peningkat penetrasi
(penetration enhancers) seperti dimetil sulfoksida (DMSO), dimetil asetamida
(DMA), dimetil formamida (DMF), propilen glikol, gliserol dan lain-lain (Williams
dan Barry, 2004). Pemakaian pelarut organik seperti DMSO terbukti efektif dalam
meningkatkan penetrasi senyawa obat seperti golongan barbiturat, steroid, dan
104
griseofulvin, namun memiliki kelemahan diantaranya bersifat iritan, menyisakan
perubahan morfologis yang signifikan pada kulit dan toksik.
Asam-asam lemak dilaporkan berpotensi meningkatkan penetrasi
beberapa senyawa obat (Niazy, 1991; Santoyodan Pygartua, 2000). Asam oleat
dan asam laurat telah digunakan sebagai peningkat penetrasi senyawa obat
seperti estradiol, progesteron, asiklovir, 5 fluorourasil dan asam salisilat (Williams
dan Barry, 2004; Santoyodan Pygartua, 2000). Santoyo dan Pygartua (2000)
melaporkan bahwa asam oleat dan asam laurat dapat meningkatkan absorpsi
per-kutan piroksikam secara in-vitro.
Minyak kelapa murni ( Virgin Coconut Oil atau VCO ) merupakan produk
olahan asli Indonesia yang mulai banyak digunakan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat. VCO mengandung 92 % asam lemak jenuh yang terdiri
dari 48 - 53 % asam laurat (C12); 1,5 –2,5 % asam oleat; asam lemak lainnya
seperti 8 % asam kaprilat (C8) dan 7% asam kaprat (C10) (Syah, 2005).
Kandungan asam lemak (terutama asam laurat dan oleat) dalam VCO, sifatnya
yang melembutkan kulit serta ketersediaan VCO yang melimpah di Indonesia
membuatnya berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pembawa sediaan
obat, diantaranya sebagai peningkat penetrasi. Tulisan ini menampilkan data
eksperimental mengenai pengaruh penambahan VCO dalam basis krim terhadap
profil dan laju penetrasi senyawa obat; sebagai model penetran digunakan
piroksikam.
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu sel difusi Franz tipe vertikal ,
pisau pencukur, Spektrofotometer UV-Visibel (Shidmadzu 1601), pengaduk
magnetik, mikroskop yang dilengkapi mikrometer, pH meter (E-520), timbangan
analitik dan alat-alat gelas lainnya. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
piroksikam (courtesy PT. Kimia Farma), VCO ( Bio Virco Phytomega®), air
suling, kulit mencit putih betina, NaCl 0,9 %, cetaceum, cera alba, boraks, parafin
cair, asam stearat, gliserin, trietanolamin, semua bahan merupakan
pharmaceutical grade.
Dilakukan pemeriksaan piroksikam, cetaceum, cera alba,boraks, parafin
cair, gliserol, trietanolamin, dan asam stearat menurut persyaratan Farmakope
Indonesia III dan IV. Dibuat 4 macam formula krim dengan kadar bahan aktif 1 %
105
dan variasi konsentrasi VCO, komposisi Formula 1 (F1) sampai F4 dapat dilihat
pada Tabel I.
Nama Bahan F1 F2 F3 F4
Piroksikam (%) 1 1 1 1
Parafin liq. (g) 31 - - -
VCO (g) - 31 36 41
Cetaceum (g) 6,5 6,5 6,5 6,5
Asam stearat (g) 6,4 6,4 6,4 6,4
Cera alba (g) 2,5 2,5 2,5 2,5
Trietanolamin (g) 0,8 0,8 0,8 0,8
Boraks (g) 0,8 0,8 0,8 0,8
Gliserol (g) 1 1 1 1
Air suling (ml) 51 51 46 41
106
Validasi metoda analisis dilakukan dengan membuat larutan piroksikam di
dalam dapar fosfat pH 8 dengan berbagai konsentrasi (0,5; 1; 2; 4; 6; 8; 10; 12;
14 µg/ml) diukur serapannya dengan spektrofotometer UV pada panjang
gelombang 353,2 nm. Linieritas dari respon alat terhadap kadar dilihat dari kurva
kalibrasi, nilai batas deteksi (BD dan batas kuantitasi (BK) dari metoda analisis
dihitung.
Pada uji daya penetrasi krim piroksikam, kulit mencit yang telah dipotong
dan dibersihkan dibilas dengan larutan NaCl 0,9 % dan disimpan dalam lemari
es sebelum digunakan sebagai membran penetrasi. Kompartemen cairan
penerima pada sel Difusi Franz vertikal diisi dengan larutan dapar fosfat pH 8
sampai penuh (115 ml). Sediaan krim ditimbang sebanyak 1 g, lalu dioleskan
secara merata pada kulit mencit yang diletakkan pada alat Sel Difusi Franz
tersebut. Sel Difusi kemudian diletakkan pada bejana kaca berisi air yang
dilengkapi dengan termostat dan termometer. Suhu air pada bejana kaca diatur
pada 370C ± 1°C. Magnetik stirrer dihidupkan dan diatur skala untuk perputaran
120 rpm pada skala 4, suhu dijaga ± 370C. Pengambilan sampel larutan cairan
penerima (5 ml) dilakukan pada menit ke –5, 10, 20, 30, 45, 60, 75, 90, 105,
120, 135, 150, 165, 180, 195, 210, 225, 240. Volume sampel yang diambil diganti
dengan larutan dapar fosfat pH 8 dengan volume dan suhu yang sama. Kadar
piroksikam di dalam cuplikan ditentukan secara spektrofotometri.
- Persamaan Higuchi : M t K H
t 0 ,5
Keterangan: Mt = jumlah piroksikam berpenetrasi pada waktu t
KH = konstanta laju penetrasi menurut Higuchi
log K1
- Persamaan kinetika orde satu: log M t log M 0
t
2.303
Keterangan: K1 = konstanta laju penetrasi menurut orde 1
107
pada waktu tertentu diuji secara ANOVA untuk melihat pengaruh basis terhadap
konstanta laju penetrasi piroksikam.
108
basis krim. Senyawa obat memiliki afinitas berbeda terhadap basis krim tipe a/m
dan m/a karena sangat ditentukan oleh sifat fisikokimia senyawa obat tersebut.
Makin kecil afinitasnya terhadap suatu basis maka senyawa obat akan lebih
mudah berpermeasi atau lepas dari basisnya dan akan lebih cepat berpenetrasi
melalui membran sel kulit (Aulton, M.E, 1988).
109
menembusnya. Namun secara kinetika yang akan dilihat adalah perubahan atau
peningkatan jumlah piroksikam di dalam médium bukan jumlahnya. Peningkatan
kadar piroksikam di dalam médium penerima seperti tampak pada profil
penetrasi (Gambar 2) digunakan untuk menghitung parameter konstanta laju
penetrasi pada masing-masing formula.
110
7
waktu (menit)
111
merupakan proses difusi pasif dengan laju berubah-ubah per-satuan waktu
tergantung jumlah piroksikam yang tersisa untuk berpenetrasi. Perbedaan profil
penetrasi secara kinetika bisa terjadi yang menunjukkan mekanisme pelepasan
dan diffusi obat yang berbeda antara F1 –F3 dengan F4, meskipun demikian
semua data menunjukkan bahwa profil penetrasi sesuai dengan Hukum Ficks
untuk diffusi atau Hukum Ficks yang dimodifikasi.
Tabel IV. Data konstanta laju penetrasi piroksikam dari masing-masing
formula diolah menurut kinetika orde nol, orde satu dan persamaan
Higuchi dan koefisien korelasi dari profil penetrasinya
1
0,9 y = 0,057x + 0,0058
Jumlah piroksikam yang
0,8 r = 0,9853
terpenetrasi (mg)
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 5 10 15 20
Akar waktu (menit)
Data profil dan laju penetrasi piroksikam dari F2 (krim tipe m/a) dan F3
(krim tipe a/m) menunjukkan bahwa tipe basis krim tidak mempengaruhi laju
penetrasi piroksikam dengan jumlah VCO pada F3 lebih besar dari F2. Dalam
hal permeasi dan penetrasi zat aktif, perbedaan tipe krim berkaitan dengan
afinitas zat aktif terhadap basis. Zat yang bersifat lipofilik akan memiliki afinitas
112
yang lebih besar terhadap basis tipe a/m sehingga sukar untuk lepas dari basis
dan selanjutnya lambat berpenetrasi, dan sebaliknya untuk zat yang hidrofil.
Piroksikam (Gambar 4) bersifat hidrofilik, secara teoritis akan memiliki afinitas
yang lebih kecil terhadap basis krim tipe a/m sehingga akan lebih mudah lepas
dari basis dan berpenetrasi. Data jumlah zat yang berpenetrasi mendukung teori
ini, piroksikam pada F3 (krim tipe a/m) lebih banyak berpenetrasi dari pada F2
(krim tipe m/a) disebabkan piroksikam lebih mudah lepas dari basis F3.
113
Tabel V. Hasil uji beda nyata terkecil terhadap konsentrasi rata-rata
piroksikam berpenetrasi setelah 240 menit.
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan Virgin Coconut Oil (VCO) di dalam basis krim
dapat meningkatkan laju penetrasi piroksikam melalui mebran kulit mencit secara
in-vitro. Selanjutnya VCO juga meningkatkan konsentrasi piroksikam yang
berpenetrasi secara bermakna ( p<0,01 ).
DAFTAR PUSTAKA
Aulton, M.E., 1988, Pharmaceutics: The Sciences of Dosage Form Design,
Churhill Livingstone, Edinburgh, London, Melbourne & New York
Hadgraft, J. and Richard HG., 1989, Transdermal Drug Delivery, Marcel Dekker
Inc, New York
Niazy, EM., 1991, Influence of oleic acid and other permeation promoters on
transdermal delivery of dihydroergotamine through rabbit skin,
International Journal of Pharmaceutics, 67, pp 97 –100
Santoyo, S. dan Pygartua, 2000, Effect of skin pretreatment with fatty acids on
percutaneous absorption and skin retention of piroxicam after its topical
application, European Journal of Pharmacy and Biopharmaceutics, 50, pp
245 –250
Syah, A.N.A., 2005, Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka Penyakit, Agro
Media Pustaka, Jakarta, pp 1-104
Williams, AC., dan Barry, BW., 2004, Penetration Enhancers, Advanced Drug
Delivery Reviews, 56, pp 603 –618
114