Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BAHASA INDONESIA

PENENTUAN TOPIK DAN PENULISAN BAGIAN PENDAHULUAN

Disusun oleh :
Debin Yuniar W. (0911310007)
Mardiana Kusumawati S. (0911310019)
Deshinta Rizky P. (0911310037)
Pascara Fajar L. (0911310054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN


PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN

Karya Ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil
pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, dan pengetahuan orang lain
sebelumnya. Banyak mahasiswa maupun dosen sekalipun, yang sering kebingungan ketika
dihadapkan pada proses penyusunan karya ilmiah.
Bagian terberat sebelum memulai menulis sebuah karangan ilmiah adalah memilih
topik. Semua penulis baik karangan ilmiah, fiksi, atau menulis apapun memang tidak mudah
untuk memperoleh sebuah topik, terlebih bila hasil penulisan tersebut harus
dipertanggungjawabkan dalam sebuah forum institusi maupun forum publik. Sebenarnya
memberikan judul adalah bagian termudah dari sebuah penulisan ilmiah. Pada umumnya
perumusan masalah merupakan judul dari sebuah karya ilmiah. Namun ada kalanya kita perlu
mempertimbangkan apakah bila judul tersebut kita gunakan, pembaca menjadi kurang
mengerti atau bahkan menafsirkan secara lain.
Penulis pemula banyak yang “salah kaprah” ketika menulis bagian pendahuluan.
Dibutuhkan berlembar-lembar kata-kata untuk mengungkapkan pendahuluan yang ingin
dibahas. Selain agar dikatakan lengkap, pada umumnya alasan menulis latar belakang yang
panjang adalah untuk membuat karya tulis menjadi ‘tebal’ dan ‘berbobot’. Hal-hal tersebut
merupakan alasan yang mendorong kita membahas tentang penentuan topik dan penulisan
bagian pendahuluan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknik menentukan topik dan judul


2.2.1 Definisi Topik
Pengertian topik adalah berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat,
dalam tulis menulis bebarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan
penulisan suatu artikel. Topik atau masalah adalah pokok pembicaraan. Menurut
Kridalaksana topik adalah bagian kalimat yang diutamakan dari beberapa hal yang
mengikutinya.
2.1.2 sumber-sumber topik
 Sumber pengalaman yaitu apa-apa yang pernah dialami seseorang
 Sumber pengamatan
 Sumber imajinasi
 Sumber pendapat atau hasil penalaran
2.1.3 Cara menentukan topik
1. Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
2. Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu
masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar
lingkaran topik pertama tadi.
3. Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
4. Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau
tidak.
2.1.4 Pertimbangan Memilih Topik
Untuk menghasilkan sebuah karangan yang baik, pengarang harus memilih topik
yang menarik hatinya. Manurut Arifin, berikut hal-hal yang dipertimbangkan dalam
memilih topik.
a. Topik hendaknya menarik untuk dibahas.
Topik yang menarik bukan bagi penulisnya saja tetapi diperkirakan
juga menarik untuk pembaca.Topik yang menarik perhatian penulis akan
memungkinkan penulis berusaha untuk secara serius mencari data yang
penting dan relevan dengan masalah yang sedang ditulis,serta akan
menimbulkan semangat untuk mengembangkannya dan akan mengundang
minat pembaca.
b. Dikuasai penulis.
Penulis hendak memiliki pengetahuan mengenai pokok-pokok
permasalahan.Topik merupakan sesuatu yang lebih diketahui penulis
daripada pembacanya.
c. Menarik dan aktual.
Minat pembaca merupakan hal penting yang harus diperhatikan penulis
walaupun yang menarik minat itu sangat tergantung pada situasi dan latar
belakang pembaca itu sendiri, namun hal-hal merupakan sesuatu yang
diminati masyarakat secara umum harus diperhatikan seperti : yang aktual,
penting, penuh konflik, rahasia, humor atau hal-hallain yang bermanfaat bagi
pembaca.
d. Topik tidak terlalu luas
Apabila topik itu terlalu luas, pembahasannya akan meluas, sebaliknya
topik yang terlalu sempit dalam sebuah karangan ilmiah, pembahasannya
terlalu khusus tidak banyak berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Topik yang dibuat tidak boleh yang tidak dapat dikembangkan atau terlalu
sempit untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan atau karya tulis.
e. Topik yang dipilih harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya walaupun
sedikit. Artinya, topik yang dipilih janganlah terlalu baru bagi penulis.
f. Topik yang dipilih harus memiliki acuan berupa bahan kepustakaan yang
akan memberikan informasi tentang pokok persoalan yang akan ditulis.
2.1.5 Pembatasan Topik
Topik yang akan diangkat dalam permasalahan haru dibatasi sampai tahap yang
paling sempit dan terbatas agar pembatasannya tidak terlalu luas dan lebih terarah. Cara
mempersempit atau membatasi topik untuk lebih spesifik dari topik sebelumnya dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Menurut tempat
Negara tertentu lebih khusus daripada dunia. Pulau jawa lebih khusus daripada
tanah air Indonesia, dan sebagainya.
Contoh :
Indonesia lebih khusus daripada dunia.
“Bandung Daerah Wisata” dapat dipersempit “Tangkuban Perahu dDaerah
Wisata”.
2. Menurut waktu atau periode zaman
Contoh:
“Perkembangan Islam” bisa dibatasi “ Perkembangan Islam di Masa Nabi
Muhammad SAW”
“Kebudayaan Indonesia” dapat dikhususkan menjadi “Perdagangan Pada Zaman
Majapahit”.
3. Menurut pembagian bidang kehidupan manusia (politik, sosial, ekonomi, agama,
kebudayaan, ilmu pengetahuan, kesenian)
Contoh:
Topik “ Pembangunan di Indonesia” dapat dibatasi menjadi “ Pembangunan Politik
Masa Orde Baru”
4. Menurut aspek umum-khusus
Contoh:
Topik “ Pengaruh Kebijaksanaan 15 November 1978 Terhadap Masyarakat” dapat
dikhususkan menjadi “ Pengaruh Kebijaksanaan 1978 Terhadap Usaha Kerajinan
Rotan di Amuntai”
5. Menurut objek material dan objek formal
Objek material adalah bahan yang dibicarakan dan objek formal adalah dari sudut
mana bahan itu ditinjau.
Contoh:
“Perkembangan Pers di Indonesia di Tinjau dari Segi Kebebasannya.
Perkembangan Pers di Indonesia sebagai objek material, dan di Tinjau dari Segi
Kebebasannya adalah objek material.
2.1.6 Definisi Judul
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, judul di definisikan sebagai nama yang
dipakai untuk nama buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi
atau maksud buku dalam bab itu. Pengertian lain tentang judul, sebagai berikut:
 Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-
lain seperti identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan
diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi).
 Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.
 Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga
miniatur isi bahasan.
 Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan
tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.
Judul terbagi menjadi dua:
 Judul langsung
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubugannya
dengan bagian utama nampak jelas.
 Judul tak langsung
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap
menjiwai seluruh isi karangan atau berita.
2.1.7 Pertimbangan Memilih Judul
Judul adalah kepala karangan. Jadi judul harus sesuai dengan uraian dan untaian
kalimat yang ada dibawahnya. Jangan sampai antara judul dan isi terdapat perbedaan
atau tidak relevan karena judul diibaratkan seperti kepala dan isi sebagai tubuhnya. Pada
umumnya judul dibuat sebelum menuliskan isi. Akan tetapi, ada juga yang lebih suka
menulis kalimat terlebih dahulu, baru kemudian memikirkan apa judul yang sesuai
dengan tulisan itu. Syarat-syarat pembuatan judul :
 Relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan
beberapa bagian penting dari tema tersebut.
 Provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa sehingga menimbulkan
keingin tahuan dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan.
 Singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi
harus berbentuk kata atau rangklaian kata yang singkat. Usahakan judul tidak lebih
dari lima kata.

2.2 Teknik menyusun kerangka karangan


Kerangka karangan adalah rencana kerja yang mengandung ketentuan- ketentuan
tentang pembagian dan penyusunan gagasan yang memuat garis-garis besar suatu karangan.
Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan-gagasan yang
ada.
2.2.1 Manfaat kerangka karangan
 Memudahkan penyusunan kerangka secara teratur sehingga karangan menjadi
lebih sistematis dan mencegah jauh dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam
topik atau judul
 Memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting dan yang
tidak penting.
 Menghindari timbulnya pengulangan pembahasan.
 Memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan secara memberaikan
kemungkinan bagi perluasan bagian-bagian tersebut sehingga membantu
penulis menciptakan suasana yang berbeda-beda dengan fariasi yang
diinginkan.
 Membantu mengumpulkan data dan sumber-sumber yang diperlukan.
2.2.2 Syarat-syarat Kerangka Karangan yang Baik
 Pengungkapan maksudnya harus jelas.
 Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.
 Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis.
 Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.
2.2.3 Langkah menyusun kerangka karangan
Dalam proses penyusunan kerangka karangan ada tahap yang harus dijalani,
yaitu memlih topik,mengumpulkan informasi, mengatur gagasan dan menulis
kerangka itu sendiri. Adapun langkah-langkah penyusunan kerangka karangan adalah
sebagai berikut:
1. Mencatat semua ide
Langkah ini dilakukan setelah penentuan topik atau tema dan tujuan karangan. Dalam
langkah ini semua ide yang muncul nerkenaan dengan topik karangan yang
diinfentarisasikan tanpa kecuali.
2. Menyeleksi ide-ide
Dasar-dasar penyeleksian adalah:
 Relefan-tidaknya ide dengan topik atau tujuan karangan
 Penting-tidaknya ide tersebut untuk dibahas.
 Dikuasai-tidaknya ide tersebut oleh penulis.
 Ada tidaknya data atau penunjang untuk membahasnya.
3. Mengurutkan dan mengelompokkan ide-ide secara tepat.
Langkah penyeleksian untuk menyelesikan ide-ide dengan topik karangan. Namun
demikian langkah langkah itu belum menjamin kelogisan hubungan antara ide-
idenya.Untuk itulah diperlukan langkah pengurutan dan pengelompokan.Ide-ide yang
berdekatan,disatukan dalam satu topik atau pada rumusan ide yang lebih luas.
4. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. Karena jika
terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan.
2.2.4 Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita
terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan
baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti
adanya kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan
untuk mengembangkan karangan.
Pengembangan karangan jangan sampai menumpuk dengan pokok
permasalahan yang lain, untuk itu pengembangannya harus sistematis dan terarah.
Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat, semakin sistematis,
logis dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang
dihasilkan.
Dengan berpedoman pada kerangka karangan, seorang penulis dapat
menyusun karangan secara teratur dan mempersiapkan bahan yang
dipersiapkan,karena pada prinsipnya menyusun kerangka berarti memecahkan topik
ke dalam subtopik dan mungkin selanjutnya kedalam sub-sub topik. Cara penyususan
ide-ide dapat dilakukan dalam berbagai pola pengembangan,dalam berbagai bentuk
karangan :
 Narasi
Pola pengembangannya dapat disusun dari mulai :
o surutan kejadian
o penjelas tentang proses
o sorot balik
o titik pandang
o akibat dramatis
 Deskripsi
Pola pengembangan bisa dimulai dari :
o Spasial
o Objekip
o Subjektip
o Observasi
o Focus
o Seleksi
 Eksposisi
Pola pengembangannya dapt disusun dari mulai :
o Proses
o Kausalitas
o klimaks
2.2.5 Macam-macam Susunan Kerangka Karangan
 Alamiah
Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan nyata di alam. Oleh
karena itu, susunan alamiah dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :
 Berdasar urutan ruang.
Topik yang diuraikan berkaitan erat dengan ruang / tempat : dari kiri ke kanan,
dari timur ke barat, urutan geografis.
 Urutan waktu.
Bahan-bahan ditulis berdasar tahap kejadian. Setipa peristiwa hanya menjadi
penting dalam hubungannya dengan yang lain.
 Urutan topik yang ada.
Bagian-bagian diterangkan tanpa memasalahkan mana yang penting. Misal,
laporan keuangan : pemasukan dan pengeluaran, bagian-bagian dalam sebuah
lembaga, dll.
 Logis
Merupakan unit-unit karangan berurutan sesuai pendekatan logika / pola pikir
manusia. Untuk susunan logis, dibagi berdasarkan :
 Klimaks-Anti klimaks.
Anggapan bahwa posisi tertentu dari sebuah rangkaian merupakan posisi yang
paling penting. Terdiri dari dua :
1. Urutan klimaks = yang penting di akhir.
2. Urutan antiklimaks = yang penting di awal.
Model ini hanya efektif untuk menguraikan sesuatu yang berhubungan dengan
hirarki misalnya urutan pemerintahan.
 Umum-Khusus.
a. Umum – khusus : Hal besar diperinci ke hal- hal yang lebih kecil atau
bagian-bagiannya.
Misalnya uraian tentang Indonesia, lalu suku-suku dan kebudayaannya.
b. Khusus – Umum : Sebaliknya.
 Sebab-Akibat.
a. Sebab ke akibat : masalah utama sebagai sebab, diikuti perincian akan
akibat-akibat yang mungkin terjadi.
Misal ; penulisan sejarah, berbagai persoalan sosial : kerusakan hutan,
perubahan cuaca global.
b. Akibat ke sebab : masalah tertentu sebagai akibat, diikuti perincian sebab-
sebab yang menimbulkannya.
Misal : Krisis multidimensi di Indonesia.
 Proses.
Dimulai dari penyajian masalah sampai penulisan kesimpulan umum atau
solusi. Contoh: Banjir di Jakarta, penyebabnya dan alternatif penyelesaiannya.

2.3 Teknik penulisan latar belakang


Latar Belakang Permasalahan merupakan kunci dari sebuah proposal penelitian.
Karena logika penelitian dilakukan berdasar adanya fenomena problematik yang harus
diatasi. Sehingga latarbelakang harus menunjukkan sistematika yang menjurus ke arah
pemilihan suatu masalah tertentu. Masalah tersebut tentunya yang penting dan menarik untuk
dilakukan penelitian. Latar belakang masalah menguraikan alasan-alasan mengapa masalah
dan atau pertanyaan penelitian serta tujuan penelitian menjadi fokus penelitian.
Teknik penulisan Latar Belakang Permasalahan dalam penelitian dimulai dari
pengungkapan secara sistematis deskripsi masalah secara makro pada tingkat global menuju
permasalahan yang bersifat mikro yang terjadi di lokasi penelitian. Penulisan masalah ini
dilakukan dengan memaparkan variabel terikat (dependent) sebagai pokok pikiran utama dan
variabel bebas (independent) sebagai pokok pikiran penjelas. Unsur pokok yang harus ada
dalam penulisan latar belakang permasalahan adalah perlunya menonjolkan bahwa masalah
itu sangat penting untuk diatasi dan menarik untuk diteliti. Untuk keperluan data, maka
sumber-sumber pustaka seperti jurnal ilmiah, laporan penelitian, publikasi pemerintah
sangatlah penting. 
Masalah yang sering dijumpai pada awal-awal penulisan Latar Belakang
Permasalahan adalah awal yang terlalu lebar dan tidak terstruktur. Meskipun konsep
pembahasan dalam Latar Belakang Permasalahan itu mengikuti pola piramida terbalik,
namun awal yang terlalu lebar menyebabkan kita dapat kehilangan fokus. Dengan
pembahasan secara terstruktur mengikuti pola tersebut, memungkinkan kita memperoleh
akhir yang mengerucut pada suatu masalah utama.
Latar belakang masalah merupakan uraian hal-hal yang menyebabkan perlunya
dilakukan penelitian terhadap sesuatu masalah atau problematika yang muncul dapat ditulis
dalam bentuk uraian paparan atau poin-poinnya saja. Pada bagian ini dikemukakan :
1. Pentingnya masalah masalah yang akan dibahas.
2. Telaah pustaka yang telah ada tentang teknologi yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas.
3. Manfaat praktis hasil bahasan.
4. Perumusan masalah pokok yang dibahas secara eksplisit. Biasakan perumusan
masalah dalam bentuk pertanyaan .

2.4 Teknik Merumuskan Masalah


Perumusan masalah merupakan salah satu tahap yang penting dalam penetuan tahap-
tahap penelitian selanjutnya. Rumusan masalah dikatakan baik bila dapat menjadi petunjuk
dalam pengumpulan data dan sinkron dengan judul penelitian.
2.4.1 Beberapa cara dalam merumuskan masalah
o Rumusan masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
o Rumusan masalah jelas dan padat
o Rumusan masalah berisikan implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
o Rumusan masalah merupakan dasar dalam membuat hipotesa.
o Rumusan masalah dapat berasal dari observasi secara langsung dari lapangan atau
dengan cara menurunkan masalah dari teori yang telah ada.
2.4.2 Rumusan masalah yang baik :
o Masalah harus feasible, dapat dicari jawabannnya melalui sumber yang jelas,
tidak menghabiskan dana, tenaga dan waktu
o Masalah harus jelas, semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap
masalah tersebut
o Masalah harus signifikan, jawaban atas masalah tersebut harus memberikan
konstribusi terhadap pemecahan masalah kehidupan manusia
o Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang berfsifat etika,
moral, nilai-nilai keyakinan dan agama
o Masalah sebaiknya dirmuskan dalam kalimat pertanyaan yang mengaitkan
variabel penelitian.
2.4.3 Macam-macam rumusan masalah
o Rumusan masalah deskriptif
Rumusan masalah deskriptif merupakan rumusan masalah yang berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri. Baik hanya pada satu
variabel atau lebih.
Contoh :
Berapa lama daya tahan lampu pijar merek A? sehingga dapat diperoleh hipotesis
deskriptif, H0 daya tahan lampu pijar merek A sama dengan 700 jam. Dan
diperoleh Ha daya tahan lampu pijar merek A tidak sama dengan 700 jam.
o Rumusan masalah komparatif
Rumusan masalah komparatif merupakan rumusan masalah yang dalam
penelitiannya membandingkan variabel (satu atau lebih) pada sampel atau waktu
yang berbeda.
Contoh :
Bagaimana perbedaan kedisiplinan mahasiswa PKH UB angkatan 2009 pada
kelas A dan B ?
o Rumusan masalah asosiatif
Rumusan masalah asosiatif merupakan rumusan masalah penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh :
Apakah terdapat hubungan antara asam askorbat dengan urolithiasis?

2.4.4 Bentuk Rumusan Permasalahan


o bentuk satu pertanyaan (question);
o bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa pertanyaan yang spesifik;
o bentuk satu penyataan (statement) disusul oleh beberapa pertanyaan (question).
o bentuk hipotesis; dan
o bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis.
Tetapi yang sering dipakai :
o Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan
Contoh :
 Pertanyaan
“Seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik rumah
perumahan KPR?”
“Faktor-faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh masing-masing faktor
pada persepsi penghuni terhadap desain rumah sub–inti?”
 Pernyataan (biasanya diungkapkan sebagai “maksud”)
“Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa pengaruh tingkat
penghasilan pada perubahan fisik rumah perumahan KPR.”
“Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja dan
seberapa besar pengaruh masing-masing faktor pad persepsi terhadap desain
rumah sub–inti.”
o Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan umum disusul oleh beberapa pertanyaan
atau pernyataan yang spesifik.
Contoh:
Permasalahan umum: Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil desain
seseorang
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Syam, Syahrullah . 2011. Cara Menulis Latar Belakang Masalah. http//:blog-


arul.blogspot.com/2011/12/cara-menulis-latar-belakang-masalah.html
Fauji, Akhmad. 2008. Cara Menulis Latar Belakang Masalah dalam Karya Ilmiah.
http//:akhmadfauji.wordpress.com
Karyanto, Umum Budi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press.
Widagdo, Djoko. 1997. Bahasa Indonesia Pengantar Kemahiran Berbahasa Indonesia di
Perguruan Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Teknik Menulis Karya Ilmiah, Bambang Dwiloka, Penerbit Rineka Cipta, 2005
Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi, Drs. M. Hariwijaya, Tugu Publisher, 2008

Anda mungkin juga menyukai