Anda di halaman 1dari 6

Penyimpanan Vaksin

Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya, vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang telah ditetapkan dapat Anda
lihat pada tabel berikut ini.

1. keterpaparan Vaksin terhadap Panas


Vaksin yang telah mendapatkan paparan panas lebih banyak (yang dinyatakan dengan
perubahan kondisi Vaksin Vial Monitor [VVM] VVM A ke kondisi B) harus digunakan terlebih
dahulu meskipun masa kedaluwarsanya masih lebih panjang. Vaksin dengan kondisi VVM C
dan D tidak boleh digunakan.
VVM adalah alat pemantau paparan suhu panas. Fungsi VVM untuk memantau suhu
vaksin selama dalam perjalanan maupun dalam penyimpanan. VVM ditempelkan pada setiap
vial vaksin berupa bentuk lingkungan dengan bentuk segi empat pada bagian dalamnya.
Diameter VVM sekitar 0,7 cm (7 mm). VVM mempunyai karakteristik yang berbeda, spesifik
untuk tiap jenis vaksin. VVM untuk vaksin polio tidak dapat digunakan untuk vaksin HB, begitu
juga sebaliknya. Setiap jenis vaksin mempunyai VVM tersendiri. Semua vaksin dilengkapi
VVM, kecuali BCG.

2. masa kadaluwarsa Vaksin


Apabila kondisi VVM vaksin sama, maka digunakan vaksin yang lebih pendek masa
kadaluwarsanya (Early Expire First Out/EEFO).
3. Waktu Penerimaan Vaksin (First In First Out/FiFO)
Vaksin yang terlebih dahulu diterima sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan dengan asumsi bahwa vaksin yang diterima lebih awal mempunyai jangka waktu
pemakaian yang lebih pendek.
4. Pemakaian Vaksin Sisa
Vaksin sisa pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit, atau Praktik Swasta) bisa
digunakan pada pelayanan hari berikutnya. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah
sebagai berikut.
o o
. Disimpan pada suhu 2 s.d. 8 C;

. VVM dalam kondisi A atau B;


. Belum kadaluwarsa;
. Tidak terendam air selama penyimpanan;
. Belum melampaui masa pemakaian.
Vaksin sisa pelayanan dinamis (posyandu, sekolah) tidak boleh digunakan kembali pada
pelayanan berikutnya, dan harus dibuang.

Perencanaan kebutuhan Peralatan


Cold ChainSesuai dengan tingkat administrasi, maka sarana coldchain yang dibutuhkan
adalah sebagai berikut.
. 1)  Provinsi: Coldroom, freeze room, lemari es, dan freezer;
. 2)  Kabupaten/kota: Coldroom, lemari es, dan freezer;
. 3)  Puskesmas: Lemari es.

a. Lemari Es Bentuk Buka ke Atas (Top Opening) merupakan lemari es tingkat yang
sudah terdaftar di WHO/ UNICEF. Bentuk top opening pada umumnyaadalah freezer
yang biasanya digunakanuntuk menyimpan bahan makanan,ice cream, daging, atau
lemari es untukpenyimpanan vaksin. Salah satu bentuklemari es top opening adalah ILR
(IceLined Refrigerator) yaitu Freezer yangdimodifikasi menjadi lemari es dengansuhu
o o
bagian dalam 2 s.d. 8 C. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan volume
penyimpanan vaksin pada lemari es. Modifikasi dilakukan dengan meletakkan kotak
dingin cair (cool pack) pada sekeliling bagian dalam freezer sebagai penahan dingin dan
diberi pembatas berupa aluminium atau multiplex atau acrylic plastic.

b. alat Pembawa Vaksin


1) Cold box adalah suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa vaksin. Pada
umumnya memiliki volume kotor 40 liter dan 70 liter. Kotak dingin (cold box) ada 2 macam
yaitu terbuat dari plastik atau kardus dengan insulasi poliuretan.
2) Vaccine carrier adalah alat untuk mengirim/membawa vaksin dari Puskesmas ke Posyandu

o o
atau tempat pelayanan imunisasi lainnya yang dapat mempertahankan suhu 2 s.d. 8 C.

c. alat untuk mempertahankan Suhu


1)  Kotak dingin beku (cold pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi
o
dengan air yang dibekukan dalam freezer dengan suhu -15° s.d. -25 C selama minimal
24 jam.
2)  Kotak dingin cair (cool pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi

o
dengan air kemudian didinginkan dalam lemari es dengan suhu +2° s.d. +8 C selama
minimal 24 jam. Cold pack selain mempertahankan suhu untuk pengiriman vaksin juga
berfungsi sebagai stabilisator suhu apabila diletakkan dalam lemari es.

d. Penempatan lemari es (le)


1)  Jarak minimal LE dengan dinding bagian belakang (± 10–15 cm).
2)  Jarak minimal antara LE : ± 15 cm.
3)  LE tidak terkena sinar matahari langsung.
4)  Ada sirkulasi udara yang cukup dalam ruangan.
5)  Setiap unit LE atau Freezer hanya menggunakan 1 stop kontak listrik, sebaiknya
menggunakan stabilisator untuk tiap unit. Coba Anda perhatikan gambar tentang
penataan vaksin berikut ini. RCW 42 EK: suhu dekat evaporator bisa < 0° C. Jauh dari
evaporator suhu 2° s.d. 8° C.

RCW 50 EK: kompartmen kanan dan kiri suhu 2° s.d. 8° C bagian tengah freezer.

Anda mungkin juga menyukai