Anda di halaman 1dari 45

1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Kalimantan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki sumber

daya alam yang berlimpah.Sumber daya alam adalah segala sesuatu di bumi yang

dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumber

daya alam yang terdapat di Pulau Kalimantan dapat dikelompokkan menjadi sumber

daya alam hayati seperti hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan sumber daya alam

non-hayati seperti air, tanah, dan berbagai bahan tambang lainnya. Pertumbuhan

penduduk membuat kebutuhan manusia terhadap hasil alam semakin meningkat,

eksploitasi besar- besaran dilakukan karena pertumbuhan alami hasil hutan tidak

sebanding dengan bertambahnya jumlah manusia yang memanfaatkan alam.

Pemanfaatan alam besar - besaran mengakibatkan hasil hutan semakin

memprihatinkan, Kejadian ini yang mendorong manusia terus menciptakan

teknologi pembaharuan dibidang peternakan dan pembudidayaan. Salah satu

teknologi yang dikembangkan manusia antara lain pembudidayaan dan pelestarian

burung wallet.

Burung walet membuat sarang di dalam goa dengan menggunakan air

liurnya. Air liur burung Walet inilah yang menjadi daya tarik dari burung walet.

Sudah sejak ratusan tahun manusia memanfaatkan air liur burung Walet sebagai

obat untuk berbagai penyakit. Manusia berburu sarang burung Walet


2

dengan cara memanjat tebing - tebing di dalam goa. Namun pengelolaan

sarangwalet secara alami memiliki banyak resiko, mulai dari resiko kecelakaan

hingga sulitnya mengontrol sarang Walet yang letaknya jauh berada tempat

pengelola sarang walet tinggal. Untuk menghindari resiko dari pengelolaan sarang

walet secara alami, dilakukan dengan membuat bangunan gedung sarang Walet.

Gedung sarang walet dibuat menyerupai habitat alami burung Walet. Mulai dari

suhu, kelembapan, hingga intensitas cahaya didalam gedung sarang Walet dibuat

sesuai dengan habitat aslinya. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar burungwalet

dapat tinggal nyaman di gedung tersebut dan dapat berkembang biak, hingga

akhirnya membuat sarang dari air liurnya. Banyak keuntungan yang didapat dari

pembangunan gedung sarang walet bagi pengusaha sarang Walet, seperti; Mutu

sarang Walet yang dihasilkan lebih bersih dan baik, pengelolaan dan pengawasan

dapat dilakukan lebih mudah, dan resiko kecelakaan saat memanen dan merawat

sarang walet lebih sedikit. Namun, terdapat kerugian dari pengelolaan sarang walet

di dalam gedung sarang burung Walet, yaitu burung Walet tidak dapat dengan

mudah tertarik untuk mendiami gedung baru, harus dengan usaha-usaha yang lebih

lagi untuk menarik minat dari burung walet untuk tinggal dan berkembang biak

didalam gedung sarang Walet.

Pembangunan gedung sarang walet bukan sesuatu hal yang asing bagi

masyarakat Pulau Kalimantan. Pembangunan gedung sarang Walet sudah mulai

banyak berkembang di Pulau Kalimantan. Penyebaran bangunan gedung sarang


3

walet banyak dijumpai di wilayah Provisi Kalimantan Utara, Kalimantan Timur

hingga ke Provinsi Kalimantan Tengah di Sampit atau Pangkalan Bun. Karena

populasi burung wallet di wilayah Indonesia Tengah sangat banyak, dan juga harga

sarang burung wallet yang mahal sehingga membuat usaha ini cukup menjanjikan

sebagai investasi yang besar. Banyak pemilik modal dan pengusaha diindonesia

menggunakanpengelolaan sarang burung Walet sebagai bagian dari usaha

mereka.Hal inilah yang membuat gedung sarang burung Walet sangat pesat

perkembangan jumlahnya di Pulau Kalimantan.

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu tujuan pembangunan

sarang burung walet di Provinsi Kalimantan Timur.Kabupaten yang memiliki luas

27.263,10 km2 dan memiliki iklim hutan tropika humida1 dan iklim tersebut yang

membuat Kabupaten Kutai Kartanegara masih banyak area kebun dan tambak

perikanansehinggamudah untuk populasi burung walet dalam mendapat makanan,

yang membuat banyaknya populasi burung Walet didaerah ini. Sekitar tahun 2000

banyak bermunculan gedung - gedung yang diperuntukkan sebagai budidaya sarang

burung walet.Pembangunan gedung sarang walet banyak terdapat dilokasi

Perkebunan dan Permukiman milik warga.Lokasi gedung sarang walet yang paling

menonjol terdapat di Kecamatan Muara Jawa dan Samboja Kutai

Kartanegara.Gedung sarang walet di Kecamatan Muara Jawa banyak dijumpai di

Kelurahan Muara Jawa Ulu Handil Baru.Bangunan Gedung Sarang walet ini dapat

1
http://kabupaten.kutaikartanegara.com/index.php?menu=Gambaran_Umum
4

berupa bangunan tersendiri yang berada di sekitar permukiman warga disekitar

perkebunan atau sekitaran halaman warga.

Bentuk gedung sarang walet menyerupai menara pendek hingga tinggi.

Pada dasarnya pembangunan gedung sarang walet memiliki dampak positif terhadap

keberlangsungan hidup burung walet. Selain menciptakan peluang bisnis yang

berpenghasilan besar, pembangunan gedung sarang walet ini dapat melestarikan

perkembang biakan burung walet. Karena di alam liar burung walet harus mencari

lokasi yang nyaman untuk berkembang biak. Sedangkan, gedung sarang walet dalam

pembangunannya dibuat sedemikian rupa agar menyerupai habitat asli dari burung

walet. Namun banyak masyarakat atau pengusaha burung walet yang memiliki

gedung sarang walet yang belum memiliki izin usaha pengelolaan dan pengusahaan

sarang burung walet sesuai Peraturan Daerah Kutai Karbupaten Kutai Kartanegara

nomor 6 tahun 2016. Perizinan merupakan instrument kebijakan Pemerintah Daerah

untuk melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif yang mungkin ditimbulkan

oleh aktivitas sosial maupun ekonomi. Izin juga merupakan instrumen untuk

perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan. Sebagai

instrumen pengendalian perizinan memerlukan rasionalitas yang jelas dan tertuang

dalam bentuk Kebijakan Pemerintah sebagai sebuah acuan. tanpa rasionalitas

dandesain kebijakan yang jelas, perizinan akan kehilangan maknanya sebagai

instrument untuk membela kepentingan koperasi atas tindakan yang berdasarkan

kepentingan individu. Perizinan dalam bentuk pendaftaran, rekomendasi,


5

penentuan kuota dan izin unuk melakukan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki

atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang

bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Beberapa konflik yang

terkait dengan ini sering sekali terjadi dan sangat mengganggu stabilisasi keamanan,

kenyamanan, dan keharmonisan masyarakat.Dikarenakan bangunan sarang burung

walet berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat yang mengakibatkan

pencemaran lingkungan dan sumber penyakit.

Tujuan perizinan usaha sarang burung walet yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara adalah untuk melakukan penertiban

terhadap pengusaha burung walet agar tercipta tertib administrasi dan ketataan

pemilik usaha terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten

Kutai Kartanegara dan membayar retribusi atas izin yang diberikan sebagai salah

satu pendapatan asli daerah yang diperoleh. Izin dalam bahasa Belanda sama dengan

Vergunning. Jadi izin adalah salah satu penetapan yang merupakan dispensasi dari

pada suatu lerangan oleh Undang-undang.Kemudian izin atau vergunning itu dapat

diartikan apabila pembuat peraturan, secara umum tidak melarang sesuatu perbutan,

asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.Perbuatan

Administrasi Negara yang memperkenalkan perbuatan tersebut bersifat sesuatu

izin.2Sedangkan pengertian dari perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan

2
SF.Marbun,Pokok-pokok Hukum Adminstarsi Negara, Liberty, Yogyakrta, 1987, h.95
6

fungsi pengaturan dan bersifat pengedalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masayarakat.3

Perizinan dalam penangkaran walet adalah salah satu legalitas yang harus

didapatkan oleh para pengusaha penangkaran sarang burung walet karena masalah

perizinan penangkaran walet sudah diatur dalam Peratuaran Daerah Kabupaten

Kutai karta Negara Nomor 6 tahun 2016. Dalam penguruasan izin pengusahaan

penangkaraan sarang burung walet, Pemerintahan Daerah Kabupaten Kutai

Kartanegara memberikan wewenang kepada Kepala Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(KPTSP) untuk mengurus dan memproses permohonan izin yang diajukan oleh

pengusaha.

Badan Penanam Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T)

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan dinas yang diberikan wewenang dalam

segala urusan perizinan, diantaranya sekitar 34 perizinan termasuk perizinan

penangkaran walet. Sedangkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan berwenang untuk

memeriksa pertimbangan teknis lokasi penangkaran. Pertimbangan teknis tersebut

berupa pertimbangan teknis lokasi penangkaran yang dilakukan oleh pengusaha yaitu

penangkaran yang tidak bertentangan dengan Ketentuan Tata Ruang Daerah, maka Dinas

Kehutanan dan Perkebunan akan memberikan rekomendasi kepada Kantor, Badan Penanam

Modal dan Pelayanan Prizinan Terpadu (BPMP2T) Kabupaten Kutai Kartanegara untuk

3
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan, Sinar Grafik, Jakarta, 2010, h.168
7

menerbitkan suara izin penangkaran walet. Untuk memperoleh izin pengelolaan dan

pengusahaan sarang burung walet terlebih dahulu harus melengkapi persyaratan

sebagaimana disebut pada Pasal 8 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016

Kabupaten Kutai Kartanegara tentang Pengelolaan dan Pengusahaan sarang burung

walet yaitu, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Untuk mendapatkan izin usaha

pengelolaan dan pengusaahan sarang burung walet di habitat buatan harus

mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui SKPD terkait yang

ditetapkan oleh Bupati dengan melampirkan4:

a. identitas pemohon;

b. luas areal pemanfaatan;

c. pernyataan tidak keberatan dari tetangga kiri, kanan, muka dan belakang

di lokasi tempat kegiatan usaha yang dimohonkan, yang diketahui oleh

Lurah/Kepala Desa dan Camat setempat;

d. gambar situasi lokasi tempat usaha yang diperuntukkan untuk

penangkaran sarang burung walet;

e. jarak lokasi tempat usaha untuk penangkaran sarang burung wallet

sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari pemukiman penduduk,

terkecuali bagi lokasi tempat usaha untuk penangkaran sarang burung

walet yang sudah ada sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini;

4
Peraturan Daerah Kab. Kutai Karta Negara Nomor 14 Tahun 2011 Tentang
Pengusahaan Sarang Burung Walet
8

f. uraian singkat atau proposal rencana kegiatan pengusahaan dan

pengelolaan sarang burung walet;

g. kajian lingkungan;

h. Surat Izin Gangguan (HO) Nomor;

i. Khusus untuk pengelolalaan dan pengusahaan sarang sarang burung


walet dihabitat buatan harus dilengkapi dengan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) yang akan diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Bupati ;

j. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

k. Akte pendirian bagi perusahaan yang berbadan hukum;

l. Nomor Pokok Wajib Pajak Restrubusi Daerah (NPWRD) dan


Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD);

m. untuk permohonan perpanjangan usaha pengusahaan dan

pengelolaan sarang burung walet harus melampirkan tanda pelunasan

pembayaran pajak sarang burung walet;

n. surat pernyataan bahwa pemohon akan mempekerjakan masyarakat

setempat yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa; dan

o. surat pernyataan bahwa yang bersangkutan dalam mengelola dan

megusahakan sarang burung walet akan mentaati semua persyaratan

teknis terutama dampak ketentuan yang berlaku;


Dengan adanya Peraturan Daerah tersebut, namun masih adanya pengusaha

walet yang belum mempunyai izin atas usahanya tersebut. Permasalahan mengenai

surat izin penangkaran sarang burung walet masih belum mampu diselesaikan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara. Apabila dalam hal permohonan

tidak memenuhi persyaratan teknis, maka kepala Daerah melalui Dinas Kehutanan

wajib menerbitkan surat penolakan permohonan. Dengan demikian pemerintah harus

mengambil tindakan terhadap penangkaran walet yang menyalahi aturan ini.

Sebagaimana yang telah disebut dalam Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2016 pada

Pasal 26 ayat 1 berbunyi setiap orang atau badan yang melanggar pasal 7, 10, 16, akan

diancam sanksi administratif, kemudian jika melanggar sanksi administratif akan

ditindak pidana sesuai dengan pasal 27 ayat 1 pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan dan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah ), namun

hingga saat ini kita belum melihat kesungguhan dari Pemerintah daerah untuk

melaksanakan perda tersebut. Hal inilah yang membuat Perda Nomor 6 tahun 2016

tentang izin pengusahaan penangkaraan sarang burung walet belum terlaksana

Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2016 tentang izin pengusahaan

penangkaran sarang burung walet ditetapkan untuk mengatur pengelolaan dan

pengusahaan sarang burung walet, sekaligus demi mencapai keselarasan lingkungan,

pelestarian satwa serta guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Kutai Kartanegara.


1

Kenyataan yang terjadi dilapangan tidaklah sesuai dengan apa yang telah

diamanatkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara. Usaha

penangkaran sarang burung walet yang dilakukan oleh para pengusaha tidak mengacu

kepada aturan yang terdapat dalam peraturan Daerah Kabupeten Kutai Kartanegara

nomor 6 tahun 2016 Tentang Pengelolaan dan Pengusahaan Penangkaran Sarang

Burung Walet masih banyak para pengusaha penangkaran sarang burung walet tidak

memiliki izin usaha penangkaran sarang burung walet.

Konsep kepastian hukum mencakup sejumlah aspek yang saling

mengkait.Salah satu aspek dari kepastian hukum ialah perlindungan yang diberikan

pada individu terhadap kesewenang-wenangan individu lainnya, hakim, dan

administrasi (pemerintah). Adalah kepercayaan akan kepastian hukum yang

seharusnya dapat dikaitkan individu berkenaan dengan apa yang dapat diharapkan

individu akan dilakukan penguasa, termasuk juga kepercayaan akan konsistensi

putusan-putusan hakim atau administrasi (pemerintah).5

Herlien Budiono mengatakan bahwa kepastian hukum merupakan ciri yang

tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum

tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat dijadikan sebagai

pedoman perilaku bagi semua orang. Apeldoorn mengatakan bahwa kepastian hukum

memiliki dua segi yaitu dapat ditentukannya hukum dalam hal yang konkret dan

5
I.H. Hijmans, dalam Het recht der werkelijkheid, dalam Herlien Budiono, Asas
Keseimbanganbagi Hukum Perjanjian Indonesia-Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas
Wigati Indonesia, CitraAditya Bakti, Bandung 2006, hal 208.
2

keamanan hukum. Hal ini berarti pihak yang mencari keadilan ingin mengetahui apa

yang menjadi hukum dalam suatu hal tertentu sebelum ia memulai perkara dan

perlindungan bagi para pihak dalam kesewenangan hakim.6

Sementara, dilihat dari kepastian hukumnya, pengusaha sarang walet yang

belum memiliki perizinan sesuai perda, perlu dianalisis lebih lanjut terkait status

usahanya dan pengelolaanya, dikarenakan banyaknya yang telah memproses perijinan

namun belum satupun surat izin yang dikeluarkan untuk pengusaha yang telah

mengajukan permohonan. Kendala tidak dikeluarkannya izin oleh Pemerintah Daerah

salah satunya adalah terletak pada pertimbangan teknis lokasi yang dijadikan tempat

usaha. Lokasi penangkaran yang dibangun oleh penugusaha tidak sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, oleh karena itu Dinas kehutanan sebagai pihak yang

bertanggung jawab pada teknis lokasi tidak memberikan rekomendasi kepada Badan

Penanam Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kabupaten Kutai

Kartanegara untuk menerbitkan surat izin usaha tertentu. Sebagai pihak BPMP2T

tentu tidak berani untuk mengeluarkan izin sebelum ada rekomendasi dari Dinas

Kehutanan terkait perizinan walet ini.

Berangkat dari uraian tersebut, maka perlu dikaji dan dianalisis, bagaiamana

“IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KEBUPATEN KUTAI

KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2016 PENGELOLAAN DAN

6
A. Madjedi Hasan, Kontrak Minyak dan Gas Bumi Berazas Keadilan dan
Kepastian Hukum,Jakarta: Fikahati Aneska 2009.
3

PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN KUTAI

KARTANEGARA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaiamanakah Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara

Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan Pengusahaan sarang burung

walet di Kabupaten Kutai Kartanegara?

2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Badan Penanaman Modal dalam

Pelayanan Terpadu (BPMP2T) Kabupaten Kutai Kartanegara tidak

menerbitkan izin sarang burung walet sesuai Peraturan Daerah Kabupaten

Kutai Kartanegara Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan Pengusahaan

sarang burung walet?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaiamana Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten

Kutai Kartanegara Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan

Pengusahaan sarang burung walet di Kabupaten Kutai Kartanegara

2. Untuk mengetahui dan menganalisa Bagaiamana Implementasi Peraturan

Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 6 Tahun 2016 tentang


4

Pengelolaan dan Pengusahaan sarang burung walet di Kabupaten Kutai

Kartanegara.

D. Kegunaan Penelitian

1.Manfaat Teoritis

a) Penulisan skripsi ini dapat menjadi bahan kajian terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan serta menambah wawasan khususnya mengenai kepastian

hukum dan Perizinan Pengusaha Sarang Walet Sesuai Perda Nomor 6 Tahun

2016 Kabupaten Kutai Kartanegara

b) Memberikan kontribusi kepada kalangan akademisi dan praktisi dalam

penambahan informasi dan pengetahuan hukum umumnya dan perkembangan

hukum perdata dan administratif masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Sebagai masukan atau pedoman bagi para penegak hukum maupun

pengusaha yang akan mengajukan perizinan usaha kepada pemerintah daerah

dalam kebijakan untuk patuh sesuai peraturan daerah yang telah dibuat

E. Tinjauan Pustaka

1. Kepastian Hukum
5

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau

ketetapan.Hukum secara hakiki harus pasti dan adil.Pasti sebagai pedoman

kelakukan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan

yang dinilai wajar.Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti

hukum dapat menjalankan fungsinya.Kepastian hukum merupakan pertanyaan

yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan sosiologi.7

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah

pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan

menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma

adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif.Undang-Undang yang berisi

aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku

dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun

dalam hubungannya dengan masyarakat.Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi

masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu.Adanya

aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.8

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat

dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis.Jelas dalam

artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas dalamartian

ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau

7
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum,
Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010, hlm.59
8
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008,
hlm.158.
6

menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan

hukum yang jelas, tetap, konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak

dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif.Kepastian dan

keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual mencirikan

hukum.Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil bukan sekedar hukum

yang buruk.9

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu

pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui

perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa

keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan

adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang

boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.10

Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang

didasarkan pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung

melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut

pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini,

tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum.

Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat

suatu aturan hukum yang bersifat umum.Sifat umum dari aturan-aturanhukum

9
Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, Palandeng dan Godlieb N Mamahit,
Kamus Istilah Hukum, Jakarta, 2009, Hlm. 385.
10
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya
Bakti,Bandung, 1999, hlm.23.
7

membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau

kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.11

Kepastian hukum merupakan jaminan mengenai hukum yang berisi

keadilan.Norma-norma yang memajukan keadilan harus sungguh-sungguh

berfungsi sebagi peraturan yang ditaati.Menurut Gustav Radbruch keadilan dan

kepastian hukum merupakan bagian-bagian yang tetap dari hukum.Beliau

berpendapat bahwa keadilan dan kepastian hukum harus diperhatikan, kepastian

hukum harus dijaga demi keamanan dan ketertiban suatu negara.Akhirnya hukum

positif harus selalu ditaati.Berdasarkan teori kepastian hukum dan nilai yang ingin

dicapai yaitu nilai keadilan dan kebahagiaan.12

Sebagaimana yang tertuang di dalam Pasal 1 Angka 4 UU

Ketenagakerjaan bahwa Pemberi kerja adalah orang perseorangan,

pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan

tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sementara

itu di dalam Pasal 1 Angka 5 UU Ketenagakerjaan dijelaskan pula bahwa

Pengusaha adalah :

a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara

berdiri sendiri menjalankan perusahaan hukum miliknya;

11
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),
Penerbit Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002, hlm. 82-83
12
Ibid, hlm 95
8

c. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di

indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

Pada prinsipnya Pengusaha adalah yang menjalankan

perusahaannya baik milik sendiri ataupun bukan. Sebagai pemberi kerja, pengusaha

adalah seorang pengusaha dalam hubungan kerja dengan pekerja / buruh. Pekerja /

buruh bekerja di dalam suatu hubungan kerja dengan pengusaha sebagai

pemberi kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Oleh karena

itu, dapat disimpulkan bahwa Pengusaha adalah orang yang

mempekerjakan orang lain untuk dirinya dengan memberikan upah sesuai

dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak.

1. Burung Walet

a. Definisi Burung Walet

Walet merupakan burung kecil yang menyerupai layang-

layang.Tubuhnyaberpentuk kecil dengan sayap menyerupai bulan sabit,

memangjang dan runcing, ekornya bercabang dua.Burung yang memiliki ukuran

antara 10 - 16 cm ini masuk kedalam ordo apodiformes yang tergolong dalam

keluarga apodidae.Ukuran burung walet yang tergolong ramping membuat burung

layang – laying tersebut memiliki kemampuan terbang yang cepat. Burung Walet

mencari makanan berupa serangga dengan cara terbang dan menangkap mangsanya

dengan menggunakan paruhnya yang kecil dan kuat. Dialam bebas Burung Walet

tersebar hampir diseluruh wilayah diindonesia, meliputi; Sumatera, Jawa


9

Kalimantan, dan Sulawesi, namun untuk wilayah Indonesia bagian timur

keberadaan burung ini tidak terlalu banyak.

Burung walet dahulu hidup dan berkembang biak di goa-goa, sejalan

dengan perkembangan zaman, manusia membuat rumah dan mengembang biakan

wallet dengan cara membuat gedung-gedung yang hampir mirip dengan sarang

walet di habitat aslinya.13Dari zaman dahulu, sarang walet sudah dimanfaatkan

untuk dikonsumsi dan menjadi makanan kebanggaan para bangsawan dan raja -

raja.Di zaman sekarang sarang yang dihasilkan dari air liur burung waleh di

percaya memiliki khasiat bagi kesehatan manusia sehingga membuat harga sarang

burung layang-layang ini menjadi mahal.

Menurut John Mackinnon dalam bukunya yang berjudul Birds of Java

and Balimenyebutkan bahwa identifikasi walet bisa berdasarkan bentuk ekor dan

ukurantubuhnya.14 Identifikasi tersebut kemudian dikelompokan menjadi 6 jenis,

yaitu:

1) Walet Sarang Putih (Aerodramus ficiphagus)

Ukuran walet sarang putih sekitar 12 cm, tubuh bagian atas

berwarna coklat kehitam - hitaman berkombinasi warna abu-abu

pucat atau coklatpada bagian bawahnya dan belahan ekornya sedikit

kedalam.Burung walet sarang lebih sering membangun sarangnya

13
Philip Yamin & Ferry B. Paimin.Membangun Rumah Walet Bintang 5.(Depok:
PenebarSwadaya, 2002) hlm. 1
14
Redaksi Trubus, Budi Daya Walet, Pengalawan Langsung Para Pakar & Praktisi,
(Jakarta: PTPenebar Swadaya, 2002) hlm. 9
10

dicelah-celah batu di karangpantai dan goa - goa yang berkapur.

Proses perkembangbiakannyamenghasilkan dua butir telur yang

berbentuk memanjang dan berwarnahitam. Dalam membuat sarang,

walet putih menggunakan air liurnyadengan cara meleletkan air liur

tersebut hingga keras.

2) Walet Sarang Hitam (Aerodramus maximus)

Walet sarang hitam bertubuh panjang dan berwarna

coklat – kehitaman serta keabu - abuan pada bagian tunging dan

punggun, belahan ekornyakurang dalam dan kakinya ditutupi bulu -

bulu secara merata. Proses perkembangbiakannya dalam satu tahun

hanya sekali saja menghasilkantelur yang berbentuk seperti telur

burung pipit. Dalam menghasilkansarang, jenis walet ini

membentuk sarang berwarna kehitam – hitamanyang tersusun dari

bulu yang direkatkan dengan air liur pada goa – goabatu kapur.

3) Walet Sapi (Collocalia esculenta)

Ukuran burung walet jenis ini hanya sekitar 10 cm,

dengan tubuh bagianatas hitam agak kehijauan, bagian bawahnya

abu-abu gelap, dan bagian perutnya berwarna putih, ekornya

berbentuk dangkal. Ciri-ciri demikian yang membuat walet sapi

disebut juga burung seriti.Walet sapi pemakan serangga, terkusus

serangga jenis tawon kiara. Walet sapi senang membuat sarangnya

di wilayah yang tidak terlalu gelap, di mulut-mulut goa, dan sudut


11

bangunan Jenis burung walet ini membuat sarangnya dengan

menggunakan rerumputan yang direkatkan dengan air liurnya,

sehingga membuat sarang walet sapi terlihat tidak teratur dan kotor.

Dalam sekali reproduksi, walet sapi menghasilkan dua telur.

4) Walet Sarang Lumut (Aerodramus vanikorensisi)

Burung Walet Sarang Lumut memiliki ukuran tubuh 12

cm dengan ciri tubuhnya menyerupai jenis walet sarang putih,

perpbedaan yang tidakmencolok terletak pada warna bulu

tungigingnya yang lebih gelap jikadibandingkan dengan walet

sarang putih.Walet sarang lumut membuatsarang digoa yang lebih

dalam dengan intensitas cahaya yang lebih rendah.Sarang walet ini

berbentuk bulat dan halus serta lebih banyak terdapatlumut.

5) Walet Gunung (Aerodramus brevirostris)

Ukuran tubuh burung walet gunung sekitar 14 cm dan

memiliki sayap yang panjang, belahan ekornya lebih kedalam dan

memiliki warnapunggung abu - abu hingga hitam.Habitat walet

gunung berada di puncakpegunungan yang tinggi dan tebing curam.

Sarang yang dibuat untukberkembang biak walet gunung hanyalah

berupa rerumputan tanpa adanya rekatan air liur.

6) Walet Besar (Hydrochous gigas)

Walet besar sesuai namanya memiliki ukuran tubuh

yang besar yaitu sekitar 16 cm. Tubuh walet besar berwarna hitam
12

pada bagian atas dancoklat kehitaman pada bagian bawah, panjang

rentang sayapnya bisa duakali lipat dari panjang ekornya sedangkan

ekor walet gunung berbentukcabang. Habitat walet gunung adalah

di daerah pegunungan tinggi dansekitaran tebing - tebing air

terjun.Dalam sekali melakukan reproduksijenis walet ini hanya

menghasilkan satu butir telur.Walet besar membuatsarang yang

tersusun dari bulu - bulu halus, lumut dan direkatkan denganair

liurnya yang berbentuk cawan.

b. Sarang Burung Walet

Dihabitat aslinya, walet tinggal digoa - goa pantai berkarang yang

terjal atau tebing bukit yang curam mulai dari datarang rendah sampai

ketinggian 600 m dpl.Suhu didalam goa tempat tinggalnya berkisar antara 26 -

29ͦ C dan kelembapannya 80-95%.15 Didalam goa, walet jantan dan betina akan

membuat sarang secara bergantian menggunakan liurnya. Sebuah sarang walet

biasanya berhasil diselesaikan oleh pasangan walet dalam waktu 40 - 80 hari.

Sekitar 5 – 8 hari setelah kawin, betina akan bertelur. Sarang walet dibuat

dilangit - angit goa yang tinggi dan gelap.

Perkembangan waktu, teknologi dan pola pikir manusia sehingga mulai

terciptanya inovasi membuat sarang walet buatan untuk

mempermudahpemanfaatan sarang burung walet dengan cara membuat media

15
Philip Yamin & Ferry B. Paimin, Op.Cit. hlm. 2
13

sarang walet darigedung - gedung yang didalamnya dibuat semirip mungkin

dengan habitat asli burung walet. Namun, upaya pembuatan gedung sarang

walet ini memiliki keuntungan dan kerugian, antara lain:

1) Keuntungan pembangunan gedung sarang wallet

Membangun gedung sarang walet khusus sebagai tempat

tinggal akanlebih menguntungkan dari pada memanfaatkan sarang

walet hanya darimengambil didalam goa dengan beberapa keuntungan

seperti:

a. Mutu sarang walet lebih baik.

Sarang walet yang dihasilkan dari gedung sarang

walet memiliki mutuyang lebih baik dan bentuk yang lebih

sempurna.Dari warnanya,sarang yang dihasilkan dari gedung

sarang walet lebih berwarna putih,sedangkan sarang yang

dihasilkan dari goa berwarna lebih kecoklatandan kusam.

b. Pengelolaan dan pengawasan lebih mudah.

Pengelolaan sarang walet digedung sarang walet

lebih mudah daripada di goa walet.Hal ini lebih terlihat dari

kemudahan letak, dan jarak antar rumah pengelola dengan

sarang walet. Selain itu pengawasanterhadap keamaan dari

pencurian sarang walet akan lebih mudah,karena harga sarang

walet yang begitu tinggi dan juga pengawasanterhadap hama

dan kebersihan sarang walet lebih mudah dikontrol.


14

c. Resiko kecelakaan berkurang.

Memanfaatkan dan mengelola sarang walet di goa

akan lebih beresikosaat melakukan pemanenan sarang walet.

Karena goa sarang wallet terletak ditebing - tebing curam

dipinggir laut yang licin sehingga saatmelakukan pemanenan

akan lebih beresiko terhadap kecelakaan.Sedangkan pemanenan

sarang walet di gedung sarang walet akan lebih kecil.

2) Kerugian pembangunan gedung sarang walet.

Kerugian yang didapat dari pembangunan gedung sarang walet

bagi pengusaha sarang walet adalah investasi yang dibutuhkan sangat

tinggikarena gedung yang telah dibangun tidak langsung dihuni oleh

burungwalet karena masih perlu ditambah fasilitas penunjang.

Pembangunan gedung sarang walet harus memperhatikan

lokasi, lokasi tersebut dilihat dari aktifitas burung walet, seperti:

a. Daerah perburuan makanan dan minuman

Daerah pemburuan untuk memperoleh makanan dan minuman

burung walet dibagi dalam daerah primer dan daerah skunder.Daerah

primerseperti; persawahan, kawasan hutan, dan perkebunan yang banyak

terdapatpepohonan besar.Sedangkan daerah skunder seperti; kawasan

peternakan,perikanan, penggilingan padi, pasar tradisional, dan tempat

pembuangansampah.Tempat walet untuk mencari minuman seperti; rawa,


15

danau,tambak, dan sungai yang tenang. Jika, tempat - tempat tersebut

terletakjauh dari sarangnya maka burung walet akan mencari lokasi baru

yanglebih dekat dari tempat - tempat tersebut.

b. Daerah lintasan terbang

Daerah lintasan terbang merupakan jalur yang digunakan burung

walet dalam mencari makanan dan minumannya saat berangkat dan

pulangkembali kesarangnya. Daerah lintasan walet dibagi menjadi

daerahlintasan besar jika walet yang melintas diatas 30 ekor/menit,

daerahlintasan sedang dilalui antara 20 - 25 ekor/menit, dan daerah lintas

kecil yang dilalui oleh 5 - 10 ekor/menit.16

c. Daerah lingkungan hidup

Daerah lingkungan hidup yang cocok untuk didiamin walet adalah

daerah yang memiliki suhu antara 26 - 29 oC.Berdasarkan suhu tersebut,

makadaerah yang sesuai untuk lokasi tempat tinggal burung walet

beradadidaerah dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl.Selain

suhukelembapan menjadi faktor yang penting, daerah yang cocok

sebagaitempat tinggal walet adalah daerah yang memiliki tingkat

kelembapan80% - 95%.Berdasarkan tingkat kelembapan tersebut, daerah

yang cocokadalah lingkungan rawa, tambak, sawah, kebun, dan hutan.

2. Perizinan

a. Konsep Perizinan

16
Philip Yamin & Ferry B. Paimin, Ibid. hlm. 12
16

Perizinan merupakan salah satu perwujudan tugas mengatur dari

pemerintah.Pengertian izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan

mengabulkan.Sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti

memperkenankan, memperbolehkan, tidak melarang.17Beberapa pendapat

para sarjana tentang pengertian izin, antara lain yaitu:

1) Prajudi Atmosudirdjo dalam buku Philipus M. Hadjon mengartikan

izin ialah beranjak dari ketentuan yang pada dasarnya tidak

melarang suatu perbuatan tetapi untuk dapat melakukannya

disyaratkan prosedur tertentu harus dilalui.18

2) W.F Prins mendefinisikan izin yaitu biasanya yang menjadi

persoalan bukan perbuatan yang berbahaya bagi umum, yang pada

dasarnya harus dilarang, melainkan bermacam-macam usaha yang

pada hakekatnya tidak berbahaya, tapi berhubung dengan satu dan

lain sebab dianggap baik untuk diawasi oleh administrasi Negara.19

3) E Utrecht, mengemukakan izin adalah bilamana pembuat peraturan

tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga

memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan

untukmasing-masing hal konkrit, maka keputusan administrasi

17
http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-perijinan/,
diakses pada hariRabu tanggal 27 Mei 2020 jam 03.45 WITA.
18
Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,
(Yogyakarta: Gadjah Mada Press Uneversity, 2002), hlm. 143
19
W.F Prins dan R. Kosim Adisapoetra, Pengantar Hukum Ilmu Administrasi
Negara, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1983), hlm. 73-74
17

negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat izin

(vergunning).

N.M. Spelt dan J.B.J.M ten Berge membagi pengertian izin

dalamarti luas dan sempit, yaitu izin merupakan salah satu instrumen yang

paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah

menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah

laku para warga.Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan

undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan-keadaan

tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan

perundang-undangan.Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan

orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu

yang sebenarnya dilarang.Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan

yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus

atasnya.Ini adalah paparan luas, dari pengertian izin.20

Sedangkan izin dalam arti sempit yakni pengikatan-pengikatan

pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan

pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk

menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Hal yang pokok pada izin

(dalam arti sempit) ialah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali

20
N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh Philipus
M. Hadjon, (Surabaya : Yuridika, 1993), hlm. 2-3
18

diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang

disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-

batastertentu bagi tiap kasus. Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya

memberi perkenan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar

tindakan-tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu

(dicantumkan dalam ketentuan-ketentuan).21

Pengertian izin juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. Dalam ketentuan tersebut

izin diberikan pengertian sebagai dokumen yang dikeluarkan oleh

pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lain yang

merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya

seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu.

Pemberian pengertian izin tersebut menunjukkan adanya penekanan pada

izin yang tertulis, yakni berbentuk dokumen, sehingga yang disebut

sebagai izin tidak termasuk yang diberikan secara lisan.

Berdasarkan pemaparan pendapat para pakar tersebut, dapat

disebutkan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu

berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada

peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dari

21
ibid.
19

pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan yaitu, instrumen

yuridis, peraturan perundang-undangan, organ pemerintah, peristiwa

konkret, dan prosedur dan persyaratan22

b. Fungsi dan Tujuan Perizinan

Tugas pemerintah dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu

tugas mengatur dan memberikan pelayanan kepada umum.Tugas mengatur

meliputi pembuatan-pembuatan peraturan yang harus dipatuhi masyarakat,

sedangkan tugas memberi pelayanan kepada umum meliputi tugas-tugas

pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sarana finansial dan personal

dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang kesejahteraan sosial,

ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya.

Sistem perizinan muncul karena tugas mengatur dari pemerintah,

karena perizinan akan dibuat dalam bentuk peraturan yang harus dipatuhi

masyarakat yang berisikan larangan dan perintah. Dengan demikian izin

ini akan digunakan oleh penguasa sebagai instrumen untuk mempengaruhi

hubungan dengan para warga agar mau mengikuti cara yang

dianjurkannya, guna mencapai tujuan yang konkrit.23

Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak

instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang

22
Ridwan HR, op. cit, hlm. 201-202
23
N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh Philipus
M. Hadjon, (Surabaya : Yuridika, 1993, hlm. 5
20

masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan.Hal ini berarti, lewat izin

dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu

terwujud.Ini berarti persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam izin

merupakan pengendali dalam memfungsikan izin itu sendiri. Menurut

Prajudi Atmosudirdjo, berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum modern,

izin dapat diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat.

Izin dapat pula digunakan pemerintah untuk mengendalikan dan

mengontrol kegiatan masyarakat.Hal seperti itu misalnya nampak dalam

hal anggota masyarakat sebagai pemegang izin diwajibkan untuk

mendaftar ulang ataupun mengajukan perpanjangan izinnya untuk setiap

periode tertentu. Dalam hal seperti itu setiap kali pendaftaran ulang atau

perpanjangan dilakukan, maka akan dilihat pula dampak dari kegiatan

yang diizinkan. Apabila kegiatan itu memberikan dampak positif bagi

masyarakat di sekitarnya maupun bagi pemerintah sendiri, atau setidak-

tidaknya tidak menimbulkan kerugian dan dampak negatif bagi pihak lain,

maka perpanjangan atau pendaftaran dapat dilayani. Hal tersebut penting

untuk diperhatikan, mengingat dalam Hukum Ekonomi, asas pengawasan

publik dan asas campur tangan terhadap kegiatan ekonomi

merupakanbagian dari asas utama

Tujuan pemerintah mengatur sesuatu hal dalam peraturan perizinan

ada berbagai sebab:


21

1) Keinginan mengarahkan/mengendalikan aktifitas-aktifitas tertentu

(misalnya izin bangunan).

2) Keinginan mencegah bahaya bagi lingkungan (misalnya izin

lingkungan).

3) Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu (misalnya izin tebang,

izin membongkar monumen)

4) Keinginan membagi benda-benda yang sedikit jumlahnya (misalnya

izin menghuni di daerah padat penduduk).

5) Keinginan untuk menyeleksi orang-orang dan aktifitas-aktifitasnya

(misalnya pengurus organisasi harus memenuhi syarat-syarat

tertentu).24

Kegiatan perizinan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada intinya

adalah untuk menciptakan kondisi bahwa kegiatan pembangunan sesuai

peruntukan, di samping itu agar lebih berdaya guna dan berhasil guna

dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pembangunan. Lebih

jauh lagi melalui sistem perizinan diharapkan dapat tercapainya tujuan

tertentu di antaranya:25

1) Adanya suatu kepastian hukum

2) Perlindungan kepentingan hukum

24
N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, op. cit, hlm. 4-5
25
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan
Kebijakan Pelayanan Publik, (Bandung: Nuansa, 2012), hlm. 94-95
22

3) Pencegahan kerusakan atau pencemaran lingkungan

4) Pemerataan distribusi barang tertentu

c. Bentuk dan Isi Izin

Sesuai dengan sifat nya, yang merupakan bagian dari keputusan, izin

selalu dibutat dalam bentuk tertulis.Sebagai keputusan tertulis, secara

umumizin memuat hal-hal sebagai berikut.

1) Organ yang Berwenang

Dalam izin dinyatakan siapa yang memberikannya, biasanya dari

kepala surat dan penandataganan izin akan nyata organ manayang

memberikan izin. Pada umum nya pembuat aturan akanmenunjuk organ

berwenang dalam sistem perizinan, organ yangpaling bakal mengenai

materi dan tugas bersangkutan, dan hamper selalu yang terkait adalah

Organ Pemerintah. Karena itu bila dalamsuatu Undang-Undang tidak

dinyatakan dengan tegas organ manadari lapisan Pemerintah tertentu yang

berwenang, tetapi misalnyahanya dinyatakan secara umum bahwa

“haminte” yang berwenang, maka diduga bahwa yang dimaksud adalah

Organ Pemerintahhaminte, yakni wali hamintegan para anggota pengurus

harian.Namun, untuk menghindari keraguan di dalam kebanyakan

undangundangpada permulaanya dicantukan ketentuan definisi.

2) Yang Di Alamatkan

Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan.Biasanya izin lahir

setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan untukitu, keputusan


23

ynag memuat izin dialamatkan pula kepada pihakyang memohon izin.Ini

biasanya dialami orang atau bdan hukum.Dalam hal-hal tertentu,

keputusan tentnag izin juga penting bagipihak yang

berkepentingan.Artinya pihak pemerintah selakupemberi izin harus pula

mempertimbangkan kepentingan pihakketiga yang mungkin memiliki

keterkaitan dengan pengunaan izintersebut.

3) Diktum

Keputusan yang memuat izin, demi alasan kepasstian hukum,

harus memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan.Bagian

keputusan ini, dimana akibat-akibat hukum yang ditimbulkanoleh

keputusanm dinamakan diktum, yang merupakan inti dari keputusan.

4) Ketentuan-ketentuan, Pembatasan-pembatasan, dan Syarat-syarat

Sebagaimana kebanyakan keputusan, didalamnya mengandunng

ketentuan, pembatasan dan syarat-syarat, demikianpula dengan keputusan

yang berisi izin ini.Ketentuan-ketentuanialah kewajiban yang dapat

dikaitkan pada keputusan yangmenguntungkan.

Dalam hal ketentuan-ketentuan tidak dipatuhi, terdapat pelangran

izin.Tentang sanksi yang diberikanatasnya, pemerintahharus

memutuskannya tersendiri.Dalam pembuatan keputusan,termasuk

keputusan berisi izin, dimasukan pembatasan-pembatasan.Pembatsan-

pembatsan dibentuk dengan menunjukkan batas-batasdalam waktu, tempat

atau dengan cara lain. Disamping itu, dalamkeputusan dimuat, syarat-


24

syarat.Dengan menetapkan syarat-syarat,akibat-akibat hukum tertentu

digantungkan pada timbulnya suatuperistiwa di kemudian hari yang belum

pasti.

5) Pemberian Alasan

Pemberian alasan dapat memuat hal-hal seperti penyebutan

ketentuan Undang-Undang pertimbangan-pertimbangan hukum,

danpenetapan fakta.

6) Pemberitahuan-Pemberitahuan Tambahan

Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yang

dialamatkan ditunjukkan akibat-akibat dari pelanggaran ketentuandalam

izin, seperti sanksi-sanksi yang mungkin diberikan pada ketidakpatuhan.26

d. Ketentuan Izin Pengusahaan Sarang Burung Walet Kabupaten

Kutai Karta Negara

Sarang Burung Walet merupakan salah satu satwa liar yang dapat

dimanfaatkan secara lestari untuk sebesar-besarnya kesejahteraan

rakyatdengan tetap menjamin keberadaan populasinya dialam dan sesuai

denganKeputusan Menteri Kehutanan Nomor 100/KPTS-II/2003 tentang

PedomanPemanfaatan Sarang Burung Walet. Bahwa untuk mencapai

keselarasandalam pengawasan, pelestarian satwa guna meningkatkan

26
Riduan HR, Op.Cit,h. 209-212
25

Pendapatan AsliDaerah dipandang perlu diatur Pengusahaan Penangkaran

Sarang BurungWalet tersebut, dimana Sarang Burung Walet merupakan

potensi alam yangdimanfaatkan oleh manusia sebagai suatu bahan makanan

yang bermanfaat bagi kesehatan yang sejak lama diusahakan oleh

masyarakat.

Adapun mengenai ketentuan untuk izin pengusahaan penangkaran

sarang burung walet di tetapkan didalam Peraturan Daerah Nomor 6

Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan Pengusahaan sarang burung walet di

Kabupaten Kutai Karta Negara. Dengan maksud dan tujuan agar

peraturan daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan

Pengusahaan burung walet dilaksanakan berdasarkan asas manfaat dengan

maksud memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dan terhindar dari

dampak negatif dan untuk menjaga dan melindungi burung walet dari

habitat dan habitat buatan dari bahaya kepunahan serta untuk

meningkatkan produksi sarang burung walet dalam upaya pemanfaatan

sebesar-besarnya untuk kesejahteraaan masayarakat.Dan lokasi

pengusahaan penangkaran sarang burung walet berada di habitat alami,

habitat buatan, dan lokasi untuk habitat buatan meliputi, kawasan hutan

negara, hutan konservasi, kawasan hutan produksi, kawasan hutan lindung,

gua alam, lereng, dan perbukitan yang curam.

Untuk Pembinaan pengusahaan penangkaran sarang burung wallet

dilakuakan untuk menjaga sarang burung walet dari ganguan hewan,


26

hamapenyakit dan ganggua manusia. Pengusahaan penangkaran sarang

burungwalet adalah setiap orang (WNI) atau badan yang akan atau telah

melakukanusaha penangkaran sarang burung walet atau memperluas

usahanya harusmendapatkan izin dari kepala daerah sesuai dengan

prosedur yang telahditetapkan didalam peraturan daerah tersebut.

Kemudian Setiap pengusahaan penengkaran sarang burung walet

berkewajiban memiliki izin pengusahaan penengkaran sarang burung

walet yang diterbitkan oleh kepala daerah yang mana yang telah ditetapkan

didalam peraturan daerah Nomor 6 tahun 2016 tentang izin usaha

penengkaransarang burung walet.

Adapun syarat-syarat untuk izin pengusahaan penengkaran sarang

burung walet telah jelas di tetapkan didalam peraturan daerah Nomor 6

tahun 2016 tersebut yang mana pemohon mengajukan permohonan

mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati SKPD terkait yang

ditetapkan oleh Bupati dengan melampirkan dengan meliputi :

a. identitas pemohon;

b. surat bukti kepemilikan tanah;

c. Tanda Pelunasan Pajak BumiBumi dan Bangunan (PBB.P.2) tahun

berkenaan ;

d. Pernyataan tidak keberatan dari tetangga kiri, kanan, muka dan


27

belakang serta masyarakat sekitar lokasi tempat kegiatan yang

dimohonkan, yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desadan Camat

setempat ;

e. Gambar situasi dan koordinat lokasi tempat usaha dengala skla 1 :

1.000 ;

f. uraian singkat atau proposal rencana kegiatan pengusahaan dan

pengelolaan sarang burung walet;

g. kajian lingkungan;

h. Surat Izin Gangguan (HO) Nomor;

i. Khusus untuk pengelolalaan dan pengusahaan sarang sarang burung

walet dihabitat buatan harus dilengkapi dengan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) yang akan diatur lebih lanjut di dalam Peraturan

Bupati ;

j. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

k. Akte pendirian bagi perusahaan yang berbadan hukum;

l. Nomor Pokok Wajib Pajak Restrubusi Daerah (NPWRD) dan Nomor

Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD);

m. untuk permohonan perpanjangan usaha pengusahaan dan

pengelolaan sarang burung walet harus melampirkan tanda

pelunasan pembayaran pajak sarang burung walet;

n. surat pernyataan bahwa pemohon akan mempekerjakan masyarakat

setempat yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa; dan


28

o. surat pernyataan bahwa yang bersangkutan dalam mengelola dan

megusahakan sarang burung walet akan mentaati semua

persyaratan teknis terutama dampak ketentuan yang berlaku;

Untuk masa berlaku izin ditetapkan untuk habitat alami dan

habitatbuatan berlaku selama 5 (lima) tahun.

Dalam hal pengawasan dan pengendalian Pemerintah Daerah

melakukan pengawasan dan pengendalian serta bimbingan tehknis

terhadap pengusahaan dan penengkaran sarang burung walet yang

dilakuakan oleh Dinas Kehutanan secara berkala minimal 1 (satu) kali

dalam 3 (tiga) bulan.Dengan tujuan untuk menghindari rusaknya

ekosistem dan pencemeran lingkungan.

Kemudian kewajiban dan larangan bagi pengusahaan penengkaran

sarang burung walet yaitu para pengusaha harus mendapatkan izin

dariKepala Daerah, melaksanakan pelestarian, menyampaikan laporan

berkala setiap 6 bulan sekali kepada kepala daerah, menjaga dan

memelihara kelestarian lingkungan, dan metaati segala peraturan

perundang-undang yang berlaku. Menegenai larangan untuk pengusahaan

penengakran sarang burung walet dikabupeten siak yaitu dilarang

memindahtangankan izin pengusahaan penengkaran sarang burung walet

kepada pihak lain tanpa izin dari Kepala Daerah melalui Dinas Kehutanan.
29

Masalah sanksi atau ketentuan pidananya sudah jelas didalam

Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2016 tentang Pengelolaan dan

Pengusahaan sarang burung walet tersebut.

Sebagai salah satu jenis peraturan perundang-undangan di

Indonesia.Peraturan daerah didalam pembentukannya tunduk pada asas

maupun teknik dalam penyusunan perundang-undangan yang telah

ditentukan. Hal yangsangat penting dalam pembentukan Peraturan

Perundang-undangan diantaranya adalah menyangkut tentang asas

pembentuakan Peraturan Perundang-undangan pada umumnya, yang

terdiri dari:

1) Kejelasan tujuan.

2) Kelembagaan atau organ pembentukan yang tepat.

3) Kesesuaian antara jenis dan materi muatan.

4) Dapat dilaksanakan.

5) Kedayagunaan dan kehasilgunaan.

6) Kejelasan rumusan.

7) Keterbukaan.27

Sementara itu, materi muatan suatu perda mengandung asas:

1) Pengayoman

2) Kemanusiaan

27
HAW. Wijaya, Penyelengaraan Otonomi Daerah Di Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta. 2007.h. 244-245
30

3) Kebangsaaan

4) Kenusantaraan

5) Bhineka tunggal ika.

6) Keadilan.

7) Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah

8) Ketertiban dan kepastian hukum

9) Keseimbangan, keserasian dan keselarasan.

Disamping asas tersebut diatas, perda juga dapat memuat asas lain

sesuai dengan substansi perda yang bersangkutan.

Dari beberapa asas tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Perda

yang baik itu adalah yang menyangkut ketentuan, antara lain:

1) Memihak kepada kepentingan rakyat banyak.

2) Menjunjung tinggi hak asasi manusia

3) Berwawasan lingkungan dan budaya.28

Sementara itu, tujuan dari suatu perda adalah untuk mewujudkan

kemandirian daerah dan memberdayakan masyarakat

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu faktor penting dalam penyelesaian

suatu permasalahan yang diteliti, dimana metode penelitian merupakan prosedur

28
Prof. H. Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala
Daerah Secara Langsung, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, h. 180
31

atau langkah-langkah yang di anggap efektif dan efisien dalam mengumpulkan,

mengolah dan menganalisis data untuk menjawab masalah yang diteliti.

Metode penelitian hukum yang digunakan penulis dalam mengerjakan

skripsi ini meliputi:

1). Jenis Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat dibutuhkan suatu metode penelitian,

metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif yang

bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta

norma-norma yang hidup dalam masyarkat. 29

2). Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu :30

a. Data primer atau data dasar yaitu data yang diperoleh langsung dari

sumbernya,baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam

bentuk dokumen tidak resmi. Pengumpulan data ini dilakukan melalui

wawancara atau interview, baik terstruktur maupun tidak terstruktur dengan

peugas pemerintah daerah Kab. Kutai Kartanegara, Badan Perizinan

Terpadu dan Penanaman Modal Kab. Kutai Karta Negara, dan beberapa

pengusaha sarang walet di Kab. Kutai Karta Negara

29
H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hal. 105
30
H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hal. 23-24
32

b. Data sekunder yaitu data yang yang diperoleh melalui bahan pustaka. Data

sekunder dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan 3 bahan hukum

yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier.

1. Bahan hukum primer

a) Perda Nomor 06 tahun 2016 Kab. Kutai Kartanegara

2. Bahan hukum sekunder

yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, meliputi, buku-buku ilmiah di bidang hukum,

makalah dan hasil-hasil ilmiah para sarjana, literatur dan hasil penelitian.

3. Bahan hukum tersier atau penunjang

Yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap

bahan hukumsekunder misalnya bahan dari media internet, kamus,

ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya.

3).Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis di dalam penelitian ini

yaitu: studi kepustakaan (library research) dan studi lapangan (field research).

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Merupakan teknik pengumupulan data dengan mengumpulkan

bahan-bahan yang berupa dokumen-dokumen, buku-buku, atau bahan


33

pustaka lainnya, yang menyangkut dengan obyek yang diteliti,31dalam hal ini

yang menyangkut penegakan hukum perizinan.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan

dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek

penelitian.32Dalam hal ini penulis melakukan pengumpulan data dengan cara

mengadakan wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan

responden, yaitu pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan permasalahan

yang diteliti yaitu Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kab.

Kutai Kartanegara serta observasi di tempat usaha sarang walet yang berada

di Kab. Kutai Kartanegara.

4). Analisa Data

Analisa data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap

data primer dan data sekunder.Deskriftif tersebut meliputi isi dan struktur hukum

positif yaitu suatu kegiatan ynag dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi

atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan

permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.33

31
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1983),hlm 54
32
ibid
33
H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hal. 107
34

G. Tinjauan Pustaka :

A. Literatur

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),

Jakarta: Penerbit Toko Gunung Agung, 2002

A. Madjedi Hasan, Kontrak Minyak dan Gas Bumi Berazas Keadilan dan

Kepastian Hukum, Jakarta: Fikahati Aneska 2009

Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, Palandeng dan Godlieb N

Mamahit, Kamus Istilah Hukum, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2009

Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami

Hukum, Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2010

HAW. Wijaya, Penyelengaraan Otonomi Daerah Di Indonesia, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2007

HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Raja Grafindo, 2010

H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2014

Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara

dan Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung: Nuansa, 2012

I.H. Hijmans, dalam Het recht der werkelijkheid, dalam Herlien Budiono, Asas

Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia-Hukum Perjanjian

Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2006
35

N.M Spelt dan J.B.JM.Ten Berge.Pengantar Hukum Perizinan. Yang disunting

oleh Hadjon, Philipus. Surabaya: Yuridika 1993

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2008

Philip Yamin & Ferry B. Paimin, Membangun Rumah Walet Bintang 5, Depok:

Penebar Swadaya, 2002

Prof. H. Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan

Kepala Daerah Secara Langsung, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007

Redaksi Trubus. Budi Daya Walet, Pengalaman Langsung Para Pakar &

Praktisi.Jakarta : PT Penebar Swadaya. 2002

Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung: Penerbit Citra

Aditya Bakti, 1999

Soekanto. Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1983

SF.Marbun, Pokok-pokok Hukum Adminstarsi Negara, Yogyakrta: Liberty,

1987

Sutedi.Adrian ,Hukum Perizinan, Jakarta: Sinar Grafik, 2010

W.F Prins dan R. Kosim Adisapoetra, Pengantar Hukum Ilmu Administrasi

Negara, Jakarta: Pradnya Paramita, 1983

B. Peraturan Perundang – Undangan :

Peraturan Daerah Kab. Kutai Karta Negara Nomor 14 Tahun 2011 Tentang

Pengusahaan Sarang Burung Walet

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah


36

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

C. Internet :

http://kabupaten.kutaikartanegara.com/index.php?menu=Gambaran_Umum,

diakses diakses pada hari Senin tanggal 25 Mei 2020 jam 13.45 WITA

http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-perijinan, diakses

pada hari Rabu tanggal 27 Mei 2020 jam 15.45 WITA

Anda mungkin juga menyukai