NIM : G70119012
Kelas :A
1. Obat antiamuba
a. Metronidazol
Mekanisme kerja : Cara kerja obat metronidazole adalah dengan berdifusi ke dalam
organisme, menghambat sintesis protein dan berinteraksi dengan DNA yang
menyebabkan hilangnya struktur DNA heliks dan kerusakan untai DNA pada bakteri.
Oleh karena itu, menyebabkan kematian sel pada bakteri penyebab penyakit.
Efek samping :Efek samping sering : sakit kepala, mual, mulut kering, rasa
kecap logam. Efek samping jarang : muntah, diare, spasme usus, lidah berselaput,
glossitis dan stomatitis, pusing, vertigo, ataksia, parestesia pada ektremitas, urtikaria,
flushing, pruritus, dysuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik, rasa kering pada mulut,
vagina, dan vulva.
b. Iodoquinol
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja dari iodoquinol terhadap trofozoit tidak
diketahui.Hal ini efektif terhadap organisme dalam lumen usus tetapi tidak terhadap
trophozoites di dinding usus atau jaringan ekstraintestinal.
Farmakokinetik : Secara oral, 90% obat ini sulit diabsorpsi (buruk dan tidak
menentu). Secara topical, obat ini diabsorpsi secara sistemik melalui kulit. Waktu
paruh iodoquinol yaitu 12-14 jam dalam sirkulasi sistemik. Sebagian besar
dieksresikan melalui urin terutama feses dalam bentuk metabolitnya
Efek samping : Urticaria, Mual, Muntah, Kram perut, Diare, Demam, Menggigil,
Sakit kepala, Vertigo, Pembesaran tiroid, Neuritis optic, Atrofi optic, Neuropati
perifer
c. Klorokuin
Mekanisme kerja : Dengan menghambat aktivitas lisosom dan autofag. Chloroquine
meningkatkan pH kompartemen endosomal sehingga mengganggu maturasi lisosom.
Gangguan terhadap fungsi lisosom ini dapat mengganggu fungsi limfosit dan
memiliki efek imunomodulator bahkan efek anti-inflamasi. Chloroquine juga
mengganggu presentasi antigen melalui jalur lisosomal. Chloroquine dapat
mengurangi produksi berbagai tipe sitokin antiinflamasi, seperti IL-1, IFNα, dan
TNF.
d. Emetin
Mekanisme kerja : amubisida jaringan bekerja terutama di dinding usus dan di hati.
Ini digunakan dalam pengobatan amoebiasis invasif yang parah.
Efek samping : Nyeri, Nyeri tekan, Abses steril di tempat penyuntikan, Diare,
Mual, Muntah kelemahan, Rasa tidak nyaman di otot, Perubahan minor gambaran
elektro- kardiografik.
2. Obat antimalaria
a. Primakuin
Mekanisme kerja : dengan merusak fungsi mitokondria gametosit.8 Tidak seperti
obat anti malaria lain yang membunuh gametosit muda, serta dapat menghasilkan
oksigen reaktif.
Farmakokinetik : Obat diabsorpsi dengan baik secara oral, mencapai kadar plasma
puncak dalam 1-2 jam. Waktu paruh plasma adalah 3-8 jam. Primakuin secara luas
didistribusikan ke jaringan, tetapi hanya sejumlah kecil terikat di sana. Hal ini dengan
cepat dimetabolisme dan diekskresikan dalam urin.Tiga metabolit utama tampaknya
memiliki sedikit aktivitas antimalaria tetapi lebih potensial untuk mendorong
hemolisis daripada senyawa induknya.
Efek samping : Anoreksia, mual, muntah, sakit perut, dan kram, sakit pada
lambung/perut dapat dihindari jika minum obat Bersama makanan. Kejang-
kejang/gangguan kesadaran. Gangguan system hemopoetik. Pada penderita defisiensi
G6PD terjadi hemolisis.
b. Meflokuin
Mekanisme kerja : Bekerja dengan cara mengganggu pertumbuhan parasit dalam sel
darah merah tubuh. Malaria sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium dari gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.
Efek samping : Sakit perut, Mual, Muntah, Diare, Sakit kepala, Pusing ringan,
Mengantuk, Perasaan gelisah, Nyeri otot, Demam, Badan lemas, Gatal dan
kemerahan di kulit
c. Artemisinin
Mekanisme kerja : Dapat berinteraksi dengan ferriprotoporphyrin IX (heme) di
dalam vakuola makanan parasit yang bersifat asam dan menghasilkan spesies radikal
yang bersifat toksik.
Efek samping : Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah mual,
muntah, dan diare.
d. Pirimetamin
Mekanisme kerja : selektif menghambat dihidrofolat reduktase plasmodial, enzim
kunci dalam jalur untuk sintesis folat.
Farmakokinetik : cukup diserap dari saluran pencernaan. Pirimetamin mencapai
kadar plasma puncak 2-6 jam setelah dosis oral, terikat pada protein plasma, dan
memiliki paruh eliminasi sekitar 3,5 hari. Proguanil mencapai kadar plasma puncak
sekitar 5 jam setelah dosis oral dan memiliki eliminasi paruh sekitar 16 jam.
Efek samping : Gejala gastrointestinal, ruam kulit, dan gatal-gatal jarang terjadi.
3. Obat Antilepra
a. Dapson
Mekanisme kerja : Berkaitan dengan penghambatan sintesis asam folat sehingga
menyebabkan penghambatan replikasi DNA bakteri. Dapson menghambat sintesis
asam dihidrofolat melalui kompetisi dengan para-aminobenzoat (PABA) untuk
mendapat sisi aktif dihidropteroat sintetase. Dapson bersifat bakteriostatik
terhadap M. leprae dan memiliki aktivitas bakterisidal yang lemah, sehingga
diindikasikan untuk terapi lepra.
Efek samping : Efek yang tidak diinginkan dari penggunaan dapson bisa terjadi
pada berbagai organ, yaitu sistem limfatik dan hematologi, hepatobilier, sistem saraf,
dan gastrointestinal.
b. Rifampicin
Mekanisme kerja : Menginhibisi enzim RNA polimerase DNA-dependent, dengan
cara mengikatkan diri kepada subunit beta, yang kemudian akan menghalangi
transkripsi RNA, dan mencegah sintesis protein bakteri sehingga mengakibatkan
kematian sel bakteri.
Efek samping : Perubahan warna cairan tubuh, seperti urine, air mata, keringat,
menjadi berwarna orange kemerahan.
c. Klofazimin
Mekanisme kerja : Bekerja terutama dengan menghancurkan membran sel bakteri.
Efek samping : Mual, muntah (rawat inap bila persisten); sakit perut; sakit
kepala, kelelahan; warna coklat kehitaman pada lesi dan kulit yang terpapar sinar
matahari; perubahan warna rambut yang reversibel; kulit kering; kemerahan pada
muka, warna kemerahan pada urin, feses dan cairan tubuh lainnya; ruam, pruritus,
fotosensitivitas, erupsi akne, anoreksia, enteropati eusinofilik, obstruksi usus,
kekeringan pada mata, penglihatan kabur, pigmentasi kornea subepitel dan makula,
hiperglikemi, berat badan turun, limfadenopati infark limpa.