Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            Perdarahan Postpartum  atau perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan lebih dari
500 – 600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan Postpartum adalah perdarahan
dalam kala IV lebih dari 500 – 600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.
Haemoragic Post Partum ( HPP ) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam
pertama setelah lahirnya bayi. Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama
dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman serat-serat otot serta agregasi trombosit dan
trombus fibrin di dalam pembuluh darah desidua. Perdarahan Postpartum dibagi atas dua
bagian yaitu perdarahan Postpartum dini dan lanjut. Perdarahan Postpartum dini adalah
perdarahan yang berlebihan selama 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai,
sedangkan perdarahan Postpartum lanjut adalah perdarahan yang berlebihan selama masa
nifas, termasuk periode 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai.
B. Perumusan Masalah
1. Masalah Umum
Bagaimana cara menyusun asuhan keperawatan Pasien Postpartum (postnatal)
2. Sub Masalah
Berdasarkan masalah umum diatas, maka dengan ini penulis dapat membuat Sub Masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana gejala Postpartum
b. Bagaimana tindakan perawatan pada pasien Postpartum?
c. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Postpartum?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
Untuk mengetahui defenisi dari masa postnatal
Untuk mengetahui tanda gejala postnatal
Untuk mengetahui fisiologis postnatal
Untuk mengetahui perubahan sistem reproduksi
Untuk mengetahui adaptasi psikologi
Untuk mengetahui Perubahan yang dapat terjadi selama periode Postpartum(postnatal)
Untuk mengetahui komplikasi postnatal
Untuk mengetahui askep ibu pada masa postnatal
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ini bermanfaat bagi mahasiswa, lembaga
penelitian atau dosen.
1. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui Askep yang baik dilakukan pada pasien Postpartum
serta membantu mahasiswa berperan aktif dalam menanggulangi pasien
Postpartum
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Untuk mempermudah lembaga pendidikan mengetahui lebih dalam tentang Askep
pada pasien dengan Postpartum

1
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode literature dan sumber
internet yang di ambil dari beberapa media yaitu Text Book dan Studi Kepustakaan :
membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan Postpartum

2
BAB II
KONSEP DASAR POST NATAL
ASKEP POST NATAL CARE (PNC)

A KONSEP DASAR MEDIS

   Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh alat genetal baruh
pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan,
2007).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat-alat
reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller,2005).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
(Saifuddin,2002).
Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai alat-alat kandung
kembali seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu 6-8 minggu (Rustam,1991)
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah
kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula
tanpa adanya komplikasi.

B.     Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a.       Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan.
Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b.      Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
c.       Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

C.    Adaptasi Fisiologi


1.      Perubahan fisik
a.       Involusi
1.      Uterus

3
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setengah pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat sym 500
2 minggu Tidak teraba diatas sym 350
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar normal 30

2.      Placenta Bed


-         Mengecil dan menonjol
-         Kearah kavum uteri
3.   Jalan lahir
-         Luka sembuh dalam 6-7 hari bila tanpa infeksi
4.      Abdomen
-         Mulas (after pain) kontraksi selama + 2-4 post partum
5.      Pengeluaran
-          L. Rubra (0-2 hari) warna merah (darah segar yang bercampur sisa selaput ketuban, sel
desidua, sisa vemuk, kaseosa, lanugo mekonium)
-          L. Sangirdenta (3-7 hari) warna merah kuning (terdiri dari darah campur lendir)
-          L. Serosa (7-14 hari) berwarna kuning
-          L. Alba (14 hari – 6 minggu) hanya berupa cairan putih
6.      Servik
-          Agar menganga seperti corong
-          Merah kehitaman seperti corong
-          Konsistensi lunak, kadang terdapat luka kecil
7.      Ligamen
-          Ligament, fasia, diafragma pelvis menciut dan pulih kembali
8.      Vagina
-          Laserasi, vugae baru ada setelah tiga minggu
9.      Muskulus
-          Tonus otot berkurang
-          Diastaks rektus abdominalis
-          Sesasi ekstremitas bawah berkurang
10.  Perkemihan
-          Diuresisi meningkat dalam 24 jam pertama
-          Hematuria
11.  Sisa endokirn
-          Penurunan estrogen, prgesteron setelah placenta lahir
-          Polaktin meningkat laktasi
-          Non laktasi, prolaktin menurun estrogen meningkat, fase folikular 3 minggu PP dan haid 12
minggu kemudian
-          Laktasi, haid minggu ke-36 (anovulatory)

4
12.  Sistem pencernaan
-          Motiltias usus menurun
-          Kekurangan cairan

13.  Sistem cardiovaskuler


-          Bradikardi : 50-70 x.mnt
-          Takikardi
-          Diaporesis dan menggigil
-          Pembekuan darah menigkat
b.      Proses Laktasi
1.      Perubahan pada kelenjar mamae
2.      Poliferasi jaringan
3.      Pengeluaran clolstrum
4.      Hipervaskularisas
5.      Hormon prlaktim ber tambah

D.    Adaptasi Psikologis


Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi. Masa
transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat adalah :
1.      “Honeymoon” adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah,
anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis
masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2.      Bonding Attachment atau ikatan kasih
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. “Bonding” adalah suatu istilah untuk menerangkan
hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan “attachment” adalah suatu keterikatan antara orang
tua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat
terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan ikatan kasih tersebut.
Perubahan fisiologis pada klien post partum akan dikuti oleh perubahan psikologis secara
simultan sehingga klien harus beradaptasi secara menyeluruh. Menurut klasifikasi Rubin
terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan adalah:
      ”TAKING IN”
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien
pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk
kontak dengan bayinya. Dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu, kebutuhannya
yang utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulai menerima pengalamannya dalam
melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut adalah nyata. Periode ini berlangsung 1 - 2
hari.
Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami “proses mengetahui/menemukan “ yang
terdiri dari :
a.       Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bayi, gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan
dengan yang diharapkan atau diimpikan.
b.      Relating (menghubungkan)
5
Ibu menggambarkan anaknya mirip dengan anggota keluarga yang lain.
c.       Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal
dengan istilah “ fingertip touch”

         TAKING HOLD


Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke keadaan mandiri.
Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus pada
bayi yang dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk
merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eliminasi dan
memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia
harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya
tidak hanya mengungkapkan keinginannya saja akan tetapi harus melakukan hal tersebut,
misalnya keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Disini juga klien
sangat antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan
pendidikan perawatan diri dan bayinya. Pada saat ini perawat mutlak memberikan semua
tindakan keperawatan seperti halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunjuk-
petunjuk yang harus diikuti tentang bagaimana cara mengungkapkan dan bagaimana
mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan tidak memaksakan
kehendaknya sendiri.
Apabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat oleh perawat, maka
perawat harus membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan / tugas yang telah
didemonstrasikan dan memberi pujian untuk setiap tindakan yang tepat.
Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman, maka ibu sudah masuk dalam tahap ke- 2 “
maternal touch”, yaitu “total hand contact” dan akhirnya pada tahap ke- 3 yang disebut “
enfolding”. Dan periode ini berlangsung selama 10 hari.
         LETTING GO
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukan oleh tanggung
jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
         POST PARTUM BLUES
Pada periode ini terjadi perubahan hormone estrogen dan progesterone yang menurun, selain
itu ibu tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya.
Gejala: menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, cemas.
Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan ibu tidak mampu menyesuaikan diri,
maka akan menjadi serius yang dikenal sebagai POST PARTUM DEPRESI.

3.      Adaptasi psikologis ayah


Respon ayah pada masa sesudah kelahiran tergantung keterlibatannya selama proses
persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu dekat dengan isteri dan anaknya.
4.      Adaptasi psikologis keluarga
Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan hubungan
dalam keluarga tersebut, misalnya anak yang lebih besar menjadi kakak, orang tua menjadi
kakek / nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota yang

6
membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklah sesulit dengan tidak ada yang membantu,
sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah
tangga.

E.     Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau jelas
terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
1.      Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
ketentraman otot rahim.
2.      Penurunan kadar progesterone
Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot rahim.
3.      Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
4.      Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena itu
pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.
5.      Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.

F.     Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara
nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua
basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.

G.    Manifestasi Klinis


Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
“bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

7
1.      Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2.      Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3.      Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawa janin.
4.      Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut
“false labor pains”.
5.      Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur darah
(bloody shoe).

H.    Komplikasi Post Partum


a.       Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24
jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).Perdarahan Post
partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1)      Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2)      Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan
post partum :
1)      Menghentikan perdarahan.
2)      Mencegah timbulnya syok.
3)      Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1)      Atonia Uteri
2)      Retensi Plasenta
3)      Sisa Plasenta dan selaput ketuban
-          Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
-          Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4)      Trauma jalan lahir
-          Episiotomi yang lebar
-          Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
-          Rupture uteri
5)      Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
b.      Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme dalam tubuh
manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis
pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat
persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat

8
rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang
tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1)      Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen
(ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi
tenggorokan orang lain).
2)      Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3)      Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum,
vulva, dan endometriurn.Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4)      Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih
sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah
sakit.
c.       Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu
pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari
ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca
persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan
dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara
lain:
1)      Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin
dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2)      Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3)      Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4)      Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan
yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta
keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
5)      Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

I.       Pemeriksaan Penunjang

9
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
-          Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
-          Keadaan umum: TTV, selera makan dll
-          Payudara: air susu, putting
-          Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
-          Sekres yang keluar atau lochea
-          Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
-          Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
-          Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

J.      Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Medis
a.       Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b.      6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c.       Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang
senam nifas.
d.      Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e.       Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

10
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
a.       Identitas Pasien
b.      Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
c.       Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
d.      Riwayat Persalinan
-          Tempat persalinan
-          Normal atau terdapat komplikasi
-          Keadaan bayi
-          Keadaan ibu
e.       Riwayat Nifas Yang Lalu
-          Pengeluaran ASI lancar / tidak
-          BB bayi
-          Riwayat ber KB / tidak
f.       Pemeriksaan Fisik
-          Keadaan umum pasien
-          Abdomen : Catat Tinggi fundus uteri,adanya nyeri
-          Saluran cerna :catat Motilitas usus
-          Alat kemih : Catat ada tidaknya nyeri Bak.Frekuensi dan jumlah urine
-          Lochea : Perhatikan warna,Bau,dan jumlah yang di keluarkan.
-          Vagina : ada atau tidaknya lacerasi
-          Perinium dan rectum : kaji luka perineum dan tanda infeksi
-          Ekstremitas : Kaji ada tidaknya oedema
-          Kemampuan perawatan diri : Kaji kemampuan perawatan diri pasien
g.      Pemeriksaan psikososial
-          Respon dan persepsi keluarga
-          Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
B. Diagnos Keperawatan,Tujuan dan Intervensi

N DIAGNOSA NOC NIC


O
1 Nyeri kronis kontrol nyeri dibuktikan Menejemen nyeri :
b/d Agen dengan: 1. lakukan pengkajian nyeri
injuri a. mengenali kapan meliputi lokasi,karakteristik,
fisik,Kontrak nyeri terjadi, durasi, frekuensi, kualitas,
si Uterus dipertahankan pada dan intensitas nyeri.
skala 3 (kadang2 2. Gunakan strategi komuikasi
menunjukkan) terapeutik untuk mengetahui
b. menggunakan pengalaman nyeri dan

11
sampaikan penerimaan pasien
tindakan pengurangan terhadap nyeri.
nyeri tanpa 3. Gali bersama pasien faktor2
analgentik, di yang dapat menurukan atau
pertahankan pada memperberat nyeri.
skala 2 (jarang 4. Kendalikan faktor lingkungan
menunjukkan) yang dapat mempengaruhi
c. melaporkan respon pasien terhadap
perubahan terhadap ketidak nyamanan (suhu
gejala nyeri pada rungan, pencahayaan, suara
professional kesehatan bising)
d. melaporkan nyeri 5. Ajarkan prinsip2 menejemen
yang terkontrol di nyeri
pertahankan pada skor 6. Ajarakan penggunakan teksik
2 nonfarmakologi (hipnotis,
relaksasi , terapi musik)
7. Berikan individu penurunan
nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesic.

12
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak
lahir. Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu, Early Postpartum yang
terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir, dan Late Postpartum yang terjadi lebih dari 24 jam
pertama setelah bayi lahir.
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum adalah menghentikan perdarahan, mencegah timbulnya syok, dan
mengganti darah yang hilang.
Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan
penyebabnya :
  Atoni uteri (50-60%).
  Retensio plasenta (16-17%).
  Sisa plasenta (23-24%).
  Laserasi jalan lahir (4-5%).
  Kelainan darah (0,5-0,8%).

13

Anda mungkin juga menyukai