Anda di halaman 1dari 8

II TUJUAN

Sebagai acuan pelaksanaan sebagai acuan pelaksanaan program penggendalian resistensi


antimikroba :

a. Pembentikan, susunan, keanggotaan PPRA di RSU MAGUAN Husada.


b. Pembuatan Kebijakan penggunaan antibiotik, PPK dan SPO DI RUMAH SAKIT.
c. Menurunkan prevalensi AMR.
d. Menurunkan insiden HAI.
e. Melakukan monitoring dan evaluasi.
f. Melakukan audit tatalaksana penggunaan antibiotik
g. Melakukan surveilance AMR dan penggunaan antibiotik.

III PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

Sesuai ketentuan Permenkes no.8

IV STERATEGI PPRA

Seterategi Program Pengendalian Antimikroba dilakukan dengan cara :

A. Mengendalikan berkembangnya mikroba resistance akibat tekanan seleksi oleh


antibiotik, melalui pengguunaan antibiotik secara bijak, yaitu penggunaan antibiotik
secara rasional dengan cara mempertimbangkan dampak muncul dan menyebarnya
mikroba / bakteri resistance. Paparan penggunaan antibiotik secara bijak sebagaimana
dimaksud dilakukan melalui tahapan :
1) Meningkatkan kepahaman dan ketaatan staf medis fungsional dan tenaga
kesehatan dalam penggunaan antimikroba secara bijak.
2) Meningkatkan peranan pemangku kepentingan di bidang penanganan anti
infeksi dan pengguanaan antibiotik.\
3) Mengembangkan dan meningkatkan fungsi laboratorium mikrobiologi klinik
dan laboratrium penunjang lainnya yang berkaitan dengan penanganan
penyakit infeksi.
4) Meningkatkan pelayanan farmasi klinik dan meningkatkan pemantauan
antibiotik.
5) Meningkatkan penanganan kasus infeksi secara multidisiplin dan terpadu.
6) Melaksanakan surveilance pola penggunaan antibiotik, serta melaporkan
secara berkala.
7) Melaksanakan surveilance pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaan
terhadap antibiotik, serta melaporkan secara berkala.
B. Mencegah penyebaran mikroba resistance melalui peningkatan ketaatan terhadap
prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi. Pencegaha penyebaran mikroba
resistance melalui peingkatan ketaatan terhadap prinsip pencegahan dan pengendalian
infeksi sebagaiman dmaksudd dilakukan dengan upaya :
1) Peningkatan kewaspadaan standart
2) Pelaksanaan kewadspadaan transmisi
3) Dekolonisasi pengidap mikroba resistance
4) Penanganan KLB mikroba resistance.

V PEMBENTUKAN TIM PPRA RSU Maguan Husada\

Pembentukan tim pelaksana PPRA di RSU Maguan Husada, guna menerapkan program
PPRA melalui perencanaan, pengorganisasian, perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan
evaluasi. Untuk selanjutnya disebut tim PPRA RSU Maguan Husada. Tim PPRA dibentuk
melalui surat keputusan direktur dan pada aktivitasnya bertanggung jawab sepenuhnya
kepada direktur RSU Maguan Husada.

Struktur Organisasi Tim PPRA, terdiri dari Ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota. Masa
bakti ditetapkan dalam surat keputusan direktur RSU Maguan Husada. Kualifikasi ketua
adalah dokter klinisi yang bertugas sehari-hari terlibat penuh dalam perawatan pasien dan
berminat di bidang infeksi. Sedangkan untuk melengkapi struktur organisasi, maka
keanggotaan PPRA paling sedikit terdiri atas unsur :

a. Klinisi perwakilan SMF


b. Keperawatan
c. Instalasi Farmasi
d. Laborat mikrobiologi klinik
e. Komite PPI
f. Komite Farmasi dan Terapi

Anggota PPRA harus merupakan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam
tatalaksana pengendalian AMR, dapat bekerjasama dengan teamwork, dan memiliki
kemampuan untuk melakukan edukasi, sosialisasi, melatih, membimbing tenaga
kesehatan lain dalam memahami AMR, tatalaksana kasus infeksi secara bijak dan benar
serta penggunaan antibiotik secara bijak.

VI URAIAN TUGAS TIM PPRA

Untuk menjamin kelancaran tatakelola organisasi PPRA, maka diperlukan adanya uraian
tugas pokok. Komite pelaksanaa Program Pengendali Resistensi Antimikroba mempunyai
tugas dan fungsi :

a. Membantu direktur RSU Maguan Husada dalam menetapkan kebijakan tetang


pengendalian resistensi antimikroba
b. Membantu direktur RSU Maguan Husada dalam menetapkan kebijakan umum
dan panduan penggunaan antibiotik di rumah sakit
c. Membantu direktur RSU Maguan Husada dalam pelaksanaan program
pengendalian resistensi antimikroba.
d. Membantu direktur RSU Maguan Husada dalam mengawasi dan mengevaluasi
pelaksanaan program pengendalian resistensi antimkroba
e. Melaksanakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi terintegrasi
f. Melakukan surveilancepola peresepan dan penggunaaan antibiotik
g. Melakukan surveilance pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaan terhadap
antibiotik.
h. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang prinsip
pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak, dan
ketaatan terhadap pencegahan pengendalian infeksi, melalui kegiatan pendidikan
dan pelatihan.
i. Melaporkan seluruh kegiatan PPRA kepada direktur RSU Maguan Husada dalam.

VII PERAN PENDUKUNG PPRA

PPRA RSU Maguan Husada merupakan organisasi fungsional di bawah direktur yang
memiliki tugas utama mengendalikan peningkatan AMR di rumah sakit, melalui serangkaian
kegiatan aktif dalam pentuk peningkatan pemahaman dan pengertian masalah AMR dan
permasalahan yang ditimbulkannya, sepertihalnya peningkatan HAI, morbiditas dan
mortalitas, peningkatan biaya perawatan dan lain-lain. PPRA memiliki fungsi yang bersifat
percepatan dalam pencapaian indikator kinerja, sehingga dalam fungsinya didukung oleh staf
dan organisasi interna rumah sakit yang memiliki kesamaan dalam aktivitasnya. Dalam
keseharian PPRA lebih ditekankan dalam fungsi koordinasi. Berikut adalah pendukung
kegiatan PPRA yang memiliki peran, fungsi, karakteristik, dan fungsi masing-masing :

a. Peran SMF/Departemen
 Merupakan bagian yang memiliki, mengelola dan mendistribusikan SDM Klinisi
pada unit kerja atau instalasi
 Menyelenggarakan pendidikan profesi
 Menetapkan PPK, CP dan SPO untuk menjamin terlaksananya pelayanan dan
pendidikan standar, efektif, efisien, dan memuaskan pasien keluarga.
 Menerapkan prinsip penggunaan antibiotik secara bijakdan kewaspadaan standar.
 Melakukan koordinasi program pengendalian resisytensi anti mikroba di SMF
 Melakukan koordinasi dalam penyusunan standar panduan penggunaan antibiotik
pada kasus infeksi dan pembedahan (profilaksis) di SMF masing-masing.
 Melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan antibiotik di instalasi sesuai
dengan kewenangan disiplin keilmuan masing masing.
b. Keperawatan
 Mempunyai fungsi dan peran penting dalam pengendalian meningkatnya
AMR, khususnya dalam hal memastikan pasien mendapat antibiotik yang
tepat jenis, dosis, rute, interval dan durasi. Ikut memantau agar supaya pasien
terhindar dari misuse dan over use antibiotik.
 Untuk mencegah transmisi AMR dari satu pasien ke pasien lain dari satu
pasien ke pasien yang lain, perlu menerapkan kewaspadsaan standart sesuai
panduan yang berlaku.
 Besrama klinisi DPJP, terklibat aktif dalam cara pemberian antibiotik yang
benar dan bijak.
 Terlibat aktif dalam pengelolaan specimen mikrobiologi sesuai SPO yang
berlaku, mulai inform consent, pengambilan speciment sesuai indikasi,
penyimpanan dan pelabelan, pengiriman dan pengambilan hasil sesuai SPO
turn arround time (TAT).
c. Instalasi Farmasi
 Memastikan mutu dan ketersediaan dan kelangsungan antibiotik di rumah
sakit.
 Bersama klinisi DPJP, terlibat aktif dalam tatalaksana pasien infeksi,
pengkajian peresepan, pengendalian, dan monitoring pemberian antibiotik.
 Memberi informasi dan edukasi pengguanaan antibiotik kepada keluarga.
 Beersama klinisi DPJP melakukan monitoring penggunaan antibiotik dengan
cara mengikuti perjalanan pelayanan medis dan penggunaan antibiotiknya.
 Bersama klinisi dokter, melakukan audit pnggunaan antibiotik secara kualitatif
dan kuantitatif, melalui riview rekam medis dan semua lembar pencatatan
jejak rekam pasien.
 Mengelola antibiotik berdasarkan restriksi antibiotik.
 Membantu DPJP untuk menetapkan streamline antibiotic.
 Monitoring efektivitas, efeksamping dan keamanan antibiotik.
d. Mikrobiologi Klinis
 Mengelola kegiatan pelayanan , pendidikan dan penelitian yang berkaitan
dengan keberadaan AMR dirumah sakit.\
 Bersama DPJP, terlibat melakukan kegiatan pelayanan perawatan pasien
infeksi, melalui :
 Memastikan specimen sesuai dengan kasus penyakitnya.
 Melakukan p[emeriksaan mikrobiologi.
 Memberi konsultasi, saran sesuai dengan temuan hasil pemeriksaan
mikrobiologi bakteri maupun sensitivitas antibiotiknya.
 Membuat informasi pola mikroba dan pola kepekaan/resistensi secara berkala
setiap tahun yang didistribusikan ke seluruh instalasi perawatan pasien dengan
kasus infeksi.
e. Komite Farmasi dan Terapi
 Ikut menjaga pelayanan medis di rumah sakit sesuai standart dan memuaskan
pasien beserta keluarganya.
 Menyusun kebijakan penggunaan antibiotik (antibiotic policy) di RSU
Maguan Husada
 Menyusun panduan pengguanaan antibiotik
 Memantau kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap keboijakan dan panduan
di rumah sakit.
 Melakukan evaluasi pemnggunaan antibiotik bersama tim.
f. Komite PPI
 Peran utama dalam masalah pengendalian AMR di rumah sakit adalah :
 Pengendalian penyebaran mikroba resistance
 Ikut dalam penerapan kewaspadaan baku
 Surveilance kasus HAIs akibat mikroba resistance
 Cohorting/isolasi pasien infeksi dengan mikroba multi resitance (mdro)
 Menyusun pedoman penanganan KLB MDRO

VIII RENCANA KERJA

Rencana kerja PPRA RSU Maguan Husada disusun berdasarkan arahan direktur RSU
Maguan Husada serta upaya perbaikan kinerja pengendalian pravelensi AMR, perbaikan
tatakelola penggunaan antibiotik dan outcome layanan pada kasus infeksi. Rencana jangka
pendek untuk jangka waktu 1 tahun, serta rencana jangka panjang dalam waktu 5 tahun
sesuai masa kerja berdasarkan surat keputusan direktur RSU Maguan Husada. Seluruh
anggaran yang timbul akibat kegiatan perencanaan kegiatan PPRA, diusulkan untuk disetujui
oleh RSU Maguan Husada.

Rencana kerja disusun oleh Tim PPRA RSU Maguan Husada berdasarkan prioritas
permasalahan yang berkembang, dan diajukan untuk disetujui kepala direktur RSU Maguan
Husada.Rencana kerja yang disetujui menjadi acuan pelaksanaan kegiatan PPRA pada tahun
berjalan.

Rencana kerja meliputi :

a. Edukasi
 Pelatihan untuk staf farmasi, perawat dan staf medis.
b. Peluasan jangkauan implementasi PPRA RSU Maguan Husada.
c. Monitoring dan evaluasi
d. Surveilance AMR dan AMU
e. Pembuiatan pola bakteri yang sensitif antibiotik
f. Kajian forum kajian kasus infeksi terintegrasi
g. Lokakarya dan pelaporan
h. Antibiotik Awearness Week

IX INDIKATOR KINERJA

Dalam melaksanakan PPRA di RSU Maguan Husada, ditetapkan indikator mutu kinerja
untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja yang telah direncanakan, meliputi : (permenkes
no8/2015 pasal 11)

a. Perbaikan kuantitas antibiotik


b. Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik
c. Perbaikan pola kepekaan antibiotik dan penurunan pola resistensi antimikroba
d. Perbaikan PPK tatalaksana kasus dan penggunaan antibiotik secara klinikal pathway
(CP).
e. Ketaatan klinis terhadap PPK masing masing.
f. Penurunan angka kejadian infeksi di rumah sakit yang disebabklan oleh mikroba
multiresistance
g. Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui forum kajian
kasus infeksi terintegrasi.

X PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Penggunaan antibiotik terbukti sebagai pemicu timbul dan meningkatnya AMR dan HAI di
rumah sakit, berdasarkan permenkes no 8/2015 pasal 6, RSU Maguan Husada secara serentak
dan terintegrasi :

a. Melaksanakan penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik. Guna


menjamin terlaksananya implementasi PPRA secara optimal dan terukur, dan secara
khusus sebagai dasar penetapan PPK, SPO di masing masing SMF.
b. Melaksanakan penggunaan antibiotik secara bijak pada penggunaan antibiotik terapi
dan profilaksis.

XI MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi penggunaan antibiotik yang dilakukan DPJP, merupakan bagian
tugas PPRA dalam rangka menekan munculnya dan meningkatnya pravelensi AMR
melalui upaya penggunaan antibiotiksesuai dengan PPK masing masing SMF.
Menghindari pemilihan dosis, interval yang kurang tepat.

Aktivitas monitoring dan evaluasi dilakukan bersama DPJP. Mengikuti perjalanan dan
proses perawatan pasien. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka perlu dlakukan
beberapa ketentuan:

a. Monitoring dan evaluasi akan dilakukan dengan pandua khusus antibiotic


stepwaerdship program (ASP)
b. Rumah sakit melaluai PPRA dan KFT, menetapkan indikator atau antibiotik yang
sedang mendapat perhatian khusus, karena tingginya pravelensi AMR, terjadi
lonjakan eksponensial prevalensi AMR.
c. Hasil monitioring, segera diumpaabalikkan ke DPJP melalui saluran telefon atau
kontak langsung.

XII AUDIT PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Audit penggunaan antibiotik, dimaksud untuk memperoleh data penggunaan antibiotik


baik kuantitatif menggunakan metode DDD/100 patiens-day, untuk mengetahui rasio
penggunaan antibiotik di rumah sakit pada waktu tertentu. Audit kualitatif menggunakan
metode Gyssens dimaksud untuk mengetahui tingkat kesesuaian penggunaan antibiotik
terhadap PPK masing-masing SMF, atau untuk mengetahui tingkat appropriatness
penggunaan antibiotik.
a. Audit penggunaan antibiotik diselenggarakan secara rutin meliputi audit
kuantitatif dan kualitatif
b. Audit antibiotik diselenggarakan secara bertahap, meliputi penggunaan terapi dan
profilaksis. Dengan menetapkan SMF pada periode waktu tertentu.
c. Hasil audit disampaikan kepada SMF yang bersangkutan dan kepada direktur.

XIII SURVEILANCE AMR dan AMU

Surveilance AMR dan penggunaan antibiotik (AMU) suatu kegiatan pengumpulan data yang
dilakukan secara terencana, terus menerus dan menghasilkan analisis informasi untuk
mengetahui intepretasi atau tingkat permasalahan dan dapat digunakan untuk evaluasi
pencapaian atau perencanaan program perbaikan selanjutnya.

RSU Maguan Husada melaksanakan kegiatan surveilance sesuai dengan program WHO
GLASSS akan tetapi lebih pada kriteria mampu laksana, prioritas, mmiliki nilai evaluasi dan
dapat digunakan untuk program perbaikan selanjutnya. Pada kegiatan surveillance AMR
dilakukan secara bertahap dan ditetapkan bakteri indikator :

a. Bakteri penghasilan enzyme Extended spectrum betalactamase (ESBL), meliputi E


coli dan klebsiella pnemonia. Dua bakteri ini paling sering menimbulkan masalah
HAI dan sebagai kematian.
b. Methicillin resistance staphyllococus aureus (MRSA).
c. Carbapenem resistance enterobacteriaceae (CRE).
d. Acinetobacter bauwmanii.
e. Streptococcus pnemoniae.
f. Haemophyllus influenza.

Surveilance AMU, ditunjukan dalam bentuk DDD/100 patien days dan kualitatif berdasarkan
metode gyssens.

XIV PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan dan pelaporan kegiatan PPRA serta hasil capaiannya dilaporkan setiap tahun
kepada direktur RSU Maguan Husada, dinas kesehatan, dan kementrian kesehatan RI.

Isi laporan meliputi :

a. Kegiatan yang direncanakan dan telah dianggarkan oleh RSU Maguan Husada,
meliputi kegiatan pelatihan, penelitian, rutin, surveilance, pembuatan atau revisi
panduan penggunaan antibiotikdan PPK.
b. Sesuai KPI yang ditetapkan.
c. Hasil surveillance AMR dan AMU.

XV PENUTUP

Buku panduan pelaksanaan program pengendalian antimikroba RSU Maguan Husada disusun
dan akan dievaluasi 3-5 tahun. Maksud dan tujuan pembuatan buku ini guna memenuhi
persyaratan akreditasi rumah sakit serta untuk percepatan program pelaksanaan pengendalian
antimikroba dalam rangka mengendaliakan peningkatan pravelensi AMR. PPRA bukan
hanya masalah nasional, tetapi juga masalah global yang harus diselesaikan secara serantak
dan menyeluruh. Sehingga diharapkan

Anda mungkin juga menyukai