IV STERATEGI PPRA
Pembentukan tim pelaksana PPRA di RSU Maguan Husada, guna menerapkan program
PPRA melalui perencanaan, pengorganisasian, perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan
evaluasi. Untuk selanjutnya disebut tim PPRA RSU Maguan Husada. Tim PPRA dibentuk
melalui surat keputusan direktur dan pada aktivitasnya bertanggung jawab sepenuhnya
kepada direktur RSU Maguan Husada.
Struktur Organisasi Tim PPRA, terdiri dari Ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota. Masa
bakti ditetapkan dalam surat keputusan direktur RSU Maguan Husada. Kualifikasi ketua
adalah dokter klinisi yang bertugas sehari-hari terlibat penuh dalam perawatan pasien dan
berminat di bidang infeksi. Sedangkan untuk melengkapi struktur organisasi, maka
keanggotaan PPRA paling sedikit terdiri atas unsur :
Anggota PPRA harus merupakan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam
tatalaksana pengendalian AMR, dapat bekerjasama dengan teamwork, dan memiliki
kemampuan untuk melakukan edukasi, sosialisasi, melatih, membimbing tenaga
kesehatan lain dalam memahami AMR, tatalaksana kasus infeksi secara bijak dan benar
serta penggunaan antibiotik secara bijak.
Untuk menjamin kelancaran tatakelola organisasi PPRA, maka diperlukan adanya uraian
tugas pokok. Komite pelaksanaa Program Pengendali Resistensi Antimikroba mempunyai
tugas dan fungsi :
PPRA RSU Maguan Husada merupakan organisasi fungsional di bawah direktur yang
memiliki tugas utama mengendalikan peningkatan AMR di rumah sakit, melalui serangkaian
kegiatan aktif dalam pentuk peningkatan pemahaman dan pengertian masalah AMR dan
permasalahan yang ditimbulkannya, sepertihalnya peningkatan HAI, morbiditas dan
mortalitas, peningkatan biaya perawatan dan lain-lain. PPRA memiliki fungsi yang bersifat
percepatan dalam pencapaian indikator kinerja, sehingga dalam fungsinya didukung oleh staf
dan organisasi interna rumah sakit yang memiliki kesamaan dalam aktivitasnya. Dalam
keseharian PPRA lebih ditekankan dalam fungsi koordinasi. Berikut adalah pendukung
kegiatan PPRA yang memiliki peran, fungsi, karakteristik, dan fungsi masing-masing :
a. Peran SMF/Departemen
Merupakan bagian yang memiliki, mengelola dan mendistribusikan SDM Klinisi
pada unit kerja atau instalasi
Menyelenggarakan pendidikan profesi
Menetapkan PPK, CP dan SPO untuk menjamin terlaksananya pelayanan dan
pendidikan standar, efektif, efisien, dan memuaskan pasien keluarga.
Menerapkan prinsip penggunaan antibiotik secara bijakdan kewaspadaan standar.
Melakukan koordinasi program pengendalian resisytensi anti mikroba di SMF
Melakukan koordinasi dalam penyusunan standar panduan penggunaan antibiotik
pada kasus infeksi dan pembedahan (profilaksis) di SMF masing-masing.
Melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan antibiotik di instalasi sesuai
dengan kewenangan disiplin keilmuan masing masing.
b. Keperawatan
Mempunyai fungsi dan peran penting dalam pengendalian meningkatnya
AMR, khususnya dalam hal memastikan pasien mendapat antibiotik yang
tepat jenis, dosis, rute, interval dan durasi. Ikut memantau agar supaya pasien
terhindar dari misuse dan over use antibiotik.
Untuk mencegah transmisi AMR dari satu pasien ke pasien lain dari satu
pasien ke pasien yang lain, perlu menerapkan kewaspadsaan standart sesuai
panduan yang berlaku.
Besrama klinisi DPJP, terklibat aktif dalam cara pemberian antibiotik yang
benar dan bijak.
Terlibat aktif dalam pengelolaan specimen mikrobiologi sesuai SPO yang
berlaku, mulai inform consent, pengambilan speciment sesuai indikasi,
penyimpanan dan pelabelan, pengiriman dan pengambilan hasil sesuai SPO
turn arround time (TAT).
c. Instalasi Farmasi
Memastikan mutu dan ketersediaan dan kelangsungan antibiotik di rumah
sakit.
Bersama klinisi DPJP, terlibat aktif dalam tatalaksana pasien infeksi,
pengkajian peresepan, pengendalian, dan monitoring pemberian antibiotik.
Memberi informasi dan edukasi pengguanaan antibiotik kepada keluarga.
Beersama klinisi DPJP melakukan monitoring penggunaan antibiotik dengan
cara mengikuti perjalanan pelayanan medis dan penggunaan antibiotiknya.
Bersama klinisi dokter, melakukan audit pnggunaan antibiotik secara kualitatif
dan kuantitatif, melalui riview rekam medis dan semua lembar pencatatan
jejak rekam pasien.
Mengelola antibiotik berdasarkan restriksi antibiotik.
Membantu DPJP untuk menetapkan streamline antibiotic.
Monitoring efektivitas, efeksamping dan keamanan antibiotik.
d. Mikrobiologi Klinis
Mengelola kegiatan pelayanan , pendidikan dan penelitian yang berkaitan
dengan keberadaan AMR dirumah sakit.\
Bersama DPJP, terlibat melakukan kegiatan pelayanan perawatan pasien
infeksi, melalui :
Memastikan specimen sesuai dengan kasus penyakitnya.
Melakukan p[emeriksaan mikrobiologi.
Memberi konsultasi, saran sesuai dengan temuan hasil pemeriksaan
mikrobiologi bakteri maupun sensitivitas antibiotiknya.
Membuat informasi pola mikroba dan pola kepekaan/resistensi secara berkala
setiap tahun yang didistribusikan ke seluruh instalasi perawatan pasien dengan
kasus infeksi.
e. Komite Farmasi dan Terapi
Ikut menjaga pelayanan medis di rumah sakit sesuai standart dan memuaskan
pasien beserta keluarganya.
Menyusun kebijakan penggunaan antibiotik (antibiotic policy) di RSU
Maguan Husada
Menyusun panduan pengguanaan antibiotik
Memantau kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap keboijakan dan panduan
di rumah sakit.
Melakukan evaluasi pemnggunaan antibiotik bersama tim.
f. Komite PPI
Peran utama dalam masalah pengendalian AMR di rumah sakit adalah :
Pengendalian penyebaran mikroba resistance
Ikut dalam penerapan kewaspadaan baku
Surveilance kasus HAIs akibat mikroba resistance
Cohorting/isolasi pasien infeksi dengan mikroba multi resitance (mdro)
Menyusun pedoman penanganan KLB MDRO
Rencana kerja PPRA RSU Maguan Husada disusun berdasarkan arahan direktur RSU
Maguan Husada serta upaya perbaikan kinerja pengendalian pravelensi AMR, perbaikan
tatakelola penggunaan antibiotik dan outcome layanan pada kasus infeksi. Rencana jangka
pendek untuk jangka waktu 1 tahun, serta rencana jangka panjang dalam waktu 5 tahun
sesuai masa kerja berdasarkan surat keputusan direktur RSU Maguan Husada. Seluruh
anggaran yang timbul akibat kegiatan perencanaan kegiatan PPRA, diusulkan untuk disetujui
oleh RSU Maguan Husada.
Rencana kerja disusun oleh Tim PPRA RSU Maguan Husada berdasarkan prioritas
permasalahan yang berkembang, dan diajukan untuk disetujui kepala direktur RSU Maguan
Husada.Rencana kerja yang disetujui menjadi acuan pelaksanaan kegiatan PPRA pada tahun
berjalan.
a. Edukasi
Pelatihan untuk staf farmasi, perawat dan staf medis.
b. Peluasan jangkauan implementasi PPRA RSU Maguan Husada.
c. Monitoring dan evaluasi
d. Surveilance AMR dan AMU
e. Pembuiatan pola bakteri yang sensitif antibiotik
f. Kajian forum kajian kasus infeksi terintegrasi
g. Lokakarya dan pelaporan
h. Antibiotik Awearness Week
IX INDIKATOR KINERJA
Dalam melaksanakan PPRA di RSU Maguan Husada, ditetapkan indikator mutu kinerja
untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja yang telah direncanakan, meliputi : (permenkes
no8/2015 pasal 11)
X PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Penggunaan antibiotik terbukti sebagai pemicu timbul dan meningkatnya AMR dan HAI di
rumah sakit, berdasarkan permenkes no 8/2015 pasal 6, RSU Maguan Husada secara serentak
dan terintegrasi :
Monitoring dan evaluasi penggunaan antibiotik yang dilakukan DPJP, merupakan bagian
tugas PPRA dalam rangka menekan munculnya dan meningkatnya pravelensi AMR
melalui upaya penggunaan antibiotiksesuai dengan PPK masing masing SMF.
Menghindari pemilihan dosis, interval yang kurang tepat.
Aktivitas monitoring dan evaluasi dilakukan bersama DPJP. Mengikuti perjalanan dan
proses perawatan pasien. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka perlu dlakukan
beberapa ketentuan:
Surveilance AMR dan penggunaan antibiotik (AMU) suatu kegiatan pengumpulan data yang
dilakukan secara terencana, terus menerus dan menghasilkan analisis informasi untuk
mengetahui intepretasi atau tingkat permasalahan dan dapat digunakan untuk evaluasi
pencapaian atau perencanaan program perbaikan selanjutnya.
RSU Maguan Husada melaksanakan kegiatan surveilance sesuai dengan program WHO
GLASSS akan tetapi lebih pada kriteria mampu laksana, prioritas, mmiliki nilai evaluasi dan
dapat digunakan untuk program perbaikan selanjutnya. Pada kegiatan surveillance AMR
dilakukan secara bertahap dan ditetapkan bakteri indikator :
Surveilance AMU, ditunjukan dalam bentuk DDD/100 patien days dan kualitatif berdasarkan
metode gyssens.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan PPRA serta hasil capaiannya dilaporkan setiap tahun
kepada direktur RSU Maguan Husada, dinas kesehatan, dan kementrian kesehatan RI.
a. Kegiatan yang direncanakan dan telah dianggarkan oleh RSU Maguan Husada,
meliputi kegiatan pelatihan, penelitian, rutin, surveilance, pembuatan atau revisi
panduan penggunaan antibiotikdan PPK.
b. Sesuai KPI yang ditetapkan.
c. Hasil surveillance AMR dan AMU.
XV PENUTUP
Buku panduan pelaksanaan program pengendalian antimikroba RSU Maguan Husada disusun
dan akan dievaluasi 3-5 tahun. Maksud dan tujuan pembuatan buku ini guna memenuhi
persyaratan akreditasi rumah sakit serta untuk percepatan program pelaksanaan pengendalian
antimikroba dalam rangka mengendaliakan peningkatan pravelensi AMR. PPRA bukan
hanya masalah nasional, tetapi juga masalah global yang harus diselesaikan secara serantak
dan menyeluruh. Sehingga diharapkan