Anda di halaman 1dari 19

ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No.

2, November 2015: 68-86

NILAI BUDAYA SIRI’NA PACCE DAN PERILAKU KORUPSI


Mughny Ilman Wali Rusdi dan Susanti Prasetyaningrum
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
mughnyilmanwr@gmail.com

Abstract. Corrupt behavior is one of a behavior forms which aims for giving one benefit
and harm the society. Meanwhile, siri’na pacce is a appreciation of South Sulawesi culture
value, especially for Bugis, Makassar, Mandar, and Toraja ethnics. Which is adopted for a life
guidance. This study aimed to investigate the correlation between siri’na pacce culture value
and corrupt behavior. This study employed correlational quantitative research approach and
carried out 240 subjects. The finding showed that there was a significant negative correlation
between siri’na pacce culture value adopted by the society and corrupt behavior (r = -468; p
= 0.000 < 0.01). It implies that, the bigger the siri’na pacce adopted by society, the smaller the
corrupt behavior will exist, and vice versa. Siri’na pacce culture value affects corrupt behavior
for 21,9% (r² = 0,219).

Keywords: Corrupt behavior, culture value, siri’na pace

Abstrak. Perilaku korupsi merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
menguntungkan diri sendiri dan merugikan masyarakat. Sedangkan nilai budaya siri’na pacce
merupakan sebuah bentuk penghayatan dari unsur budaya Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya
etnis Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Dimana budaya siri’na pacce digunakan sebagai
pedoman bagi etnis tersebut dalam menjalankan kehidupannya sehari – hari. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi (hubungan) antara nilai budaya siri’na
pacce dengan perilaku korupsi. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif korelasional dengan subjek sebanyak 240 orang. Hasil penelitian
menunjukkan jika ada hubungan negatif yang signifikan antara nilai budaya siri’na pacce
dengan perilaku korupsi (r = -468; p = 0.000 < 0.01). Jadi, semakin besar nilai budaya siri’na
pacce yang dianut, maka semakin kecil perilaku korupsi yang akan dimunculkan, begitupun
sebaliknya. Nilai budaya siri’na pacce mempengaruhi perilaku korupsi sebesar 21,9% (r² =
0,219).

Kata Kunci: Perilaku korupsi, nilai budaya, siri’na pacce

PENDAHULUAN fenomena sosial yang bersifat kompleks,


Undang-undang Republik Indonesia sehingga sulit untuk didefinisikan secara
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tepat ruang lingkupnya.
Tindak Pidana Korupsi menjelaskan bahwa Berdasarkan hasil survey yang dilakukan
korupsi merupakan suatu tindakan melawan oleh Transparency International yang dirilis
hukum dengan tujuan menguntungkan diri pada bulan Desember 2014 tentang indeks
sendiri maupun kelompok atau korporasi, persepsi korupsi, Indonesia masuk ke dalam
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, peringkat 107. Walaupun naik peringkat dari
atau sarana karena kedudukan atau jabatan 114 ke 107, tetapi peringkat tersebut masih
yang dapat merugikan keuangan negara jauh di bawah negara – negara tetangga
dan perekonomian negara. Sedangkan yang ada di kawasan Asia Pasifik. Misalnya,
menurut Kementrian Pendidikan Nasional Taiwan masuk peringkat 35, Korea Selatan
(Kemdiknas, 2011), korupsi merupakan suatu peringkat 43, dan Filipina dan India sama –

68
NILAI BUDAYA SIRI’NA PACCE...(Mughny Ilman W. R. dan Susanti P.) ISSN: 0854-2880

sama berada pada peringkat 85 (voaindonesia. pada hakikatnya korupsi merupakan hasil
com, 2014). pengembangan dari bentuk bentuk kejahatan
Sedangkan dalam negeri sendiri dari 33 yang perlu mendapatkan penanganan khusus.
provinsi yang ada di Indonesia ditemukan Hukum sebagai aspek kehidupan dalam
kerugian negara sebesar Rp 4,1 triliun dengan bermasyarakat harus dapat digunakan menjadi
temuan 9.703 kasus. Sedangkan 5 provinsi alat untuk menanggulangi dan menyelesaikan
di Indonesia yang dinilai terkorup adalah kasus-kasus korupsi. Selain itu, dibutuhkan
provinsi DKI Jakarta dengan menghasilkan aparat-aparat yang memiliki mental, sikap,
kerugian negara sebesar Rp 721 miliar dan spiritual yang tangguh dalam melakukan
di susul provinsi Aceh Rp 669 miliar dan penegakan hukum.
diperingkat ketiga provinsi Sumatera Utara Selain itu faktor – faktor yang menyebabkan
Rp. 515 miliar, provinsi Papua Rp 476 miliar, terjadinya korupsi di Indonesia adalah karena
dan Kalimantan Barat Rp 289 miliar. di adanya akar budaya yang menanamkan istilah
peringkat 5 terakhir ditempati oleh provinsi korupsi, pemikiran bahwa korupsi itu wajar,
Jawa Timur Rp 11 miliar, Jawa Tengah Rp 10 unsur konsumerisme, karena pengaruh orang
miliar, Bali Rp 6 miliar, DI Yogyakarta Rp lain, dan lemahnya mental dan pemikiran
4 miliar dan Bangka Belitung Rp 1,9 miliar rakyat Indonesia (Nida, 2011). Faktor yang
(detik.com, 2012). menyebabkan korupsi tersebut tergantung
Sektor-sektor yang terkorup di Indonesia motif dari pelaku korupsi itu sendiri. Motif
menurut Indonesian Corruption Watch atau melingkupi semua penggerak, alasan atau
yang biasa disingkat ICW menyampaikan dorongan-dorongan dalam diri manusia
bahwa empat sektor yang dinilai terkorup yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
adalah sektor politik, parlemen, pengadilan, Baik itu dikarenakan motif biogenesis
dan kepolisian. Berdasarkan survei Global maupun sosiogenesis. Motif biogenesis
Corruption Barometer yang telah dilakukan sendiri merupakan motif-motif yang berasal
oleh Transparency International, keempat dari kebutuhan-kebutuhan manusia demi
sektor yang disebutkan oleh ICW merupakan kelanjutan kehidupannya secara biologis.
sektor terkorup dalam kurun waktu 7 tahun, Sedang motif sosiogenesis merupakan
mulai pada tahun 2003 – 2010. Walaupun motif-motif yang dipelajari manusia dan
pada tahun 2005 institusi bea dan cukai berasal dari lingkungan kebudayaan tempat
sempat masuk dalam sektor terkorup tersebut orang tersebut tumbuh dan berkembang
(kompas.com, 2011). (Ahmadi, 1999). Indonesia dengan budaya
Menurut Santosa (2011) korupsi ketimurannya sangat memegang teguh rasa
di Indonesia sendiri disebabkan karena kekeluargaan. Akan tetapi banyak orang
oligarkhi kekuasaan yang di mana negara yang memiliki persepsi yang salah tentang
dikuasai oleh sekelompok penguasa dan rasa kekeluargaan tersebut. Menurut Teobald
pedagang. Penguasa dan pedagang bekerja (Shen & Wiliamson, 2005) masyarakat yang
sama dalam menjalankan roda pemerintahan. memiliki loyalitas kekeluargaan dan memiliki
Dari kerjasama tersebut yang akhirnya kuasa cenderung akan melakukan korupsi.
merugikan masyarakat. Hal itu menunjukkan Karena penggunaan kuasa untuk mengangkat
jika perilaku korupsi merupakan tindakan orang terdekat menjadi pejabat publik tanpa
yang tidak prososial karena merugikan memandang dampak dari pengangkatan
masyarakat. Dalam Sumaryanto (2007) tersebut merupakan nepotisme, yang dimana

69
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 68-86

nepotisme merupakan bagian dari korupsi (Yamamoto, 2000). Di Jepang pun apabila
(Alatas, 1983). ada pejabat yang mengalami kegagalan atau
Korupsi tanpa disadari telah menjadi kesalahan mereka akan mengundurkan diri.
kebiasaan bagi sebagian orang. Dimulai dari Dari nilai-nilai budaya yang ditunjukkan
orang tua yang sering memberikan imbalan oleh masyarakat Jepang dapat menjadi salah
kepada anaknya agar melakukan sesuatu yang satu acuan bagi diri sendiri untuk melakukan
diharapkan oleh kedua orang tuanya. Dengan pencegahan korupsi.
membiasakan memberikan imbalan dapat Indonesia sendiri merupakan negara yang
membuat anak hanya akan bekerja apabila ada kaya akan budaya, salah satunya Provinsi
imbalan dan bukan untuk mengembangkan Sulawesi Selatan dengan empat etnis di
potensinya. Selain itu perilaku menyontek, dalamnya memiliki budaya yang menjadi
berbohong dalam hal apapun, terlambat panduan dalam menjalankan hidup, yaitu
atau korupsi waktu, serta hal – hal yang siri’na pacce. Siri’na pacce sendiri memiliki
bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri empat unsur di dalamnya, yaitu aktualisasi
juga merupakan bentuk korupsi yang sangat diri, rasa malu dan bersalah, kesetiaan,
sering dilakukan oleh setiap orang. Walaupun serta kejujuran. Aktualisasi diri merupakan
kecil itu sudah cukup untuk menumbuhkan keinginan individu untuk mengembangkan
kecenderungan untuk melakukan korupsi besar potensinya sendiri. Rasa malu dan bersalah
seperti, menyuap, memeras, dan melakukan merupakan bentuk sikap yang sangat
nepotisme (Alatas, 1983). Berdasarkan hal dirasakan individu saat tidak dapat mentaati
tersebut, korupsi dapat terjadi karena adanya peraturan yang ada di masyarakat. Kesetiaan
kebiasaan – kebiasaan yang telah dilakukan merupakan kemampuan dalam menjalankan
sejak lama dan dari kebiasaan tersebut amanah yang diberikan. Kejujuran yaitu
akhirnya membentuk budaya. Berdasarkan individu berperilaku sesuai dengan hati nurani
hasil penelitan yang dilakukan Fisman dan (Hamid, et al., 2007). Dengan meresapi setiap
Miguel (2007) menunjukkan jika budaya dan unsur siri’na pacce, yaitu individu bekerja
norma sosial yang berkaitan dengan korupsi karena untuk mengembangkan potensinya,
akan cukup sulit untuk diubah. mentaati peraturan yang ada di masyarakat,
Ada beberapa negara yang sangat kuat dapat menjalankan amanah, dan melakukan
memegang budaya norma sosial, salah sesuatu sesuai dengan hati nuraninya, maka
satunya negara Jepang. Jepang merupakan individu tidak akan melakukan korupsi. Maka
negara yang terkenal karena budayanya. dari itu, kita tidak boleh melupakan budaya
Dengan budayanya yang terkenal adalah kedaerahan karena setiap budaya dibuat
hara-kiri atau bunuh diri menggunakan dengan tujuan dan maksud masing – masing.
sebilah pedang. Hal ini biasanya dilakukan Siri’na pacce sendiri merupakan sebuah
oleh jenderal perang pada saat mereka gagal nilai budaya yang dijadikan pedoman oleh
atau kalah dalam perang. Karena mereka masyarakat etnis Bugis, Makassar, Mandar,
menganggap dengan mengalami kegagalan dan Toraja dalam menjalani kehidupan sehari
dan kekalahan mereka akan menanggung – hari. Siri’ berarti malu yang jika diartikan
malu dan dari pada malu mereka akan memilih secara harfiah artinya harga diri. Sedangkan,
melakukan hara-kiri. Dengan melakukan pacce berarti pedih dan secara harfiah
hara-kiri mereka menganggap mereka mati diartikan sebagai rasa solidaritas dan tolong
layaknya pahlawan dan lebih terhormat menolong (Hamid, et al., 2007).

70
NILAI BUDAYA SIRI’NA PACCE...(Mughny Ilman W. R. dan Susanti P.) ISSN: 0854-2880

Menurut Gouldner (Dayakisni & pacce yang ada di masyarakat, sehingga


Hudaniah, 2012) mengemukakan bahwa memunculkan pola perilaku negatif.
ada norma timbal balik antara orang yang Budaya siri’na pacce merupakan bentuk
akan memberikan bantuan dan yang akan dari perasaan halus dan suci (Hamid, et al.,
di tolong. Selain itu, dalam masyarakat juga 2007). Dengan memegang teguh budaya
berlaku norma bahwa kita harus menolong siri’na pacce dan diaplikasikan dalam
orang yang membutuhkan. Dalam Hamid, kehidupan sehari – hari akan menumbuhkan
et al (2007) siri’na pacce memiliki pola sikap positif sesuai dengan nilai yang
budaya salah satunya yaitu budaya rasa terdapat pada budaya ini. Menurut Ahmadi
malu (shame culture). Yang dimana siri’ (1999) sikap positif merupakan sikap
membentuk suasana hati seseorang, terlebih yang menunjukkan atau memperlihatkan,
apabila seseorang melanggar norma dan nilai menerima, mengakui, menyetujui, serta
sosial. Suasana hati yang terbentuk karena melaksanakan norma- norma yang berlaku
adanya siri’na pacce tidak memperdulikan dimana individu tersebut tinggal. Adapun
jiwa dan harta yang dimiliki orang lain, sikap positif dari pengaplikasian nilai budaya
sehingga berakibat pada sebuah pengorbanan. siri’na pacce adalah individu akan bekerja
Sebuah pengorbanan tersebut tidak akan untuk meningkatkan potensi yang ada pada
memunculkan sebuah perasaan bersalah dirinya. Individu juga akan berusaha mentaati
(guilt culture) tapi akan dirasakan sebagai peraturan yang berlaku di masyarakat.
kebanggan karena menyangkut harga diri. Menjaga amanah yang telah dipercayakan
Kalau hal ini direfleksikan dalam perilaku, kepada individu tersebut. Serta, individu
apapun profesi yang dimiliki seseorang akan menjunjung tinggi nilai – nilai kejujuran
maka akan dijalankan sebaik-baiknya dan dalam bekerja. Dengan berpegang teguh pada
akan menjalankan kewajiban daripada terlalu budaya siri’na pacce seperti apapun resiko,
banyak menuntut hak-hak. Karena budaya akan diterimanya baik dalam menjalankan
siri’na pacce lebih menuntut agar orang- hidup maupun sikap atau perilakunya (Hamid,
orang menjalankan kewajibannya dengan et al., 2007). Berdasarkan hal tersebut, siri’na
sebaik-baiknya karena memiliki tanggung pacce dapat dijadikan pedoman hidup untuk
jawab sosial. Selain itu, dengan menjunjung menumbukan sikap positif serta membuat
tinggi harga diri dalam bekerja maka akan hidup lebih berguna dan bermakna. Sehingga
membuat individu lebih giat, amanah, serta individu bekerja bukan karena hadiah
mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran. atau imbalan yang diterima, tapi untuk
Ada beberapa etnis di Sulawesi Selatan mendapatkan kepuasan diri.
yang masih memegang teguh budaya siri’na Dari berbagai penjelasan nilai budaya
pacce. Tetapi saat ini dari beberapa etnis, siri’na pacce yang ada di Provinsi Sulawesi
budaya siri’na pacce mulai luntur. Hal Selatan juga memiliki persamaan dengan
tersebut ditandai dengan maraknya tawuran, budaya lain yang ada di Indonesia. Karena
ataupun pencurian dan perampokan yang pada dasarnya sebuah kebudayaan memiliki
dilakukan sekelompok orang, serta tindakan- konsep yang sama yaitu, untuk mengontrol
tindakan lain yang meresahkan masyarakat. perilaku individu sehingga membentuk suatu
Tindakan-tindakan tersebut menjadi contoh tatanan masyarakat yang baik. Sebagai contoh
dari pudarnya nilai-nilai budaya siri’na nilai budaya jawa yang memiliki konsep

71
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 68-86

tentang tata karma/sopan santun, kerukunan, dengan alasan hukum dan kekuatan senjata
ketaatan anak terhadap orang tua, disiplin dan untuk memperkaya diri. Sedangkan KPK
tanggung jawab, serta kemandirian (Rachim, (2006) mendefinisikan korupsi sebagai
2007). penyalahgunaan penggunaan kewenangan
Berbagai penjelasan tentang perilaku yang menyebabkan kerugian negara dan
korupsi dan budaya siri’na pacce dianggap sebagai tindak pidana.
menggambarkan jika kedua variabel Berdasarkan uraian definisi tersebut
tersebut dapat dikaitkan satu sama lain. perilaku korupsi dapat disimpulkan sebagai
Hal itu dikarenakan, perilaku korupsi yang perbuatan untuk memperkaya diri dengan
merupakan fenomena nyata dari perilaku menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan
negatif dan sangat merugikan masyarakat. terhadap kekayaan negara, serta merupakan
Sedangkan, budaya siri’na pacce merupakan suatu tindak pidana.
bentuk dari nilai kebudayaan masyarakat
Sulawesi Selatan yang bertujuan membuat 2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan
hidup lebih berguna, bermakna, dan positif. Terjadinya Perilaku Korupsi
Sehingga diharapkan dengan menumbuhkan Dalam teori yang sering dikemukakan
nilai – nilai budaya siri’na pacce dalam oleh Jack Bologne (dalam Putra, 2013)
diridapat menekan perilaku korupsi dan yang disebut dengan GONE Theory, bahwa
membuat diri kita lebih bermanfaat bagi faktor – faktor yang menyebabkan korupsi
masyarakat. meliputi greeds (keserakahan), opportunities
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di (kesempatan), needs (kebutuhan), dan
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian exposures (pengungkapan). Greeds
ini adalah adakah korelasi (hubungan) antara (keserakahan) berkaitan dengan sifat serakah
nilai budaya siri’na pacce dengan perilaku yang berpotensi untuk dimiliki oleh semua
korupsi? Tujuan dari penelitian ini adalah orang. Selain itu, keserakahan disini bisa
untuk mengetahui korelasi (hubungan) antara diartikan bahwa seseorang melakukan
nilai budaya siri’na pacce dengan perilaku korupsi karena adanya rasa kurang puas
korupsi. Sedangkan manfaat dari penelitian atas apa yang dimiliki. Opportunities
ini diharapkan dapat memberikan informasi (kesempatan) berkaitan dengan keadaan
tentang bentuk korelasi (hubungan) antara lembaga atau instansi tempat seseorang
nilai budaya siri’na pacce dengan perilaku tempat bekerja, dimana keadaan tempat
korupsi. Selain itu diharapkan juga agar dapat tersebut membuka peluang seseorang untuk
menambah wawasan tentang kajian psikologi melakukan kecurangan. Misalnya sistem
sosial, khususnya lintas budaya. pengendalian ataupun sistem keamanan
yang ada pada suatu lembaga atau instansi
1. Perilaku Korupsi tidak ketat. Needs (kebutuhan) berkaitan
Perilaku korupsi menurut Alatas (1983) dengan dengan pemenuhan kebutuhan –
merupakan gejala salah pakai dan salah urus kebutuhan hidup seseorang. Yang dimana
dari kekuasaan demi keuntungan pribadi, orang yang melakukan korupsi cenderung
salah urus dan kesewenangan terhadap memiliki mental yang merasa tidak
sumber – sumber kekayaan negara dengan pernah cukup dengan apa yang dia punya.
menggunakan wewenang atau kekuasaan Exposure (pengungkapan) Berkaitan dengan
dan kekuatan – kekuatan formal, misalnya tindakan atau konsekuensi yang diterima

72
NILAI BUDAYA SIRI’NA PACCE...(Mughny Ilman W. R. dan Susanti P.) ISSN: 0854-2880

seorang pelaku kecurangan. Yang dimana dan pantang mundur. Selain itu pacce atau
pemberlakuan atau tindakan hukuman yang pesse merupakan suatu perasaan hati yang
diberikan tidak memilki efek jera terhadap menyayat pilu terlebih apabila sesama warga
pelaku korupsi. masyarakat, keluarga, atau sahabat yang
ditimpa kemalangan, yang menimbulkan
3. Indikator Perilaku Korupsi suatu dorongan ke arah solidaritas dalam
Dalam Alatas (1983) perilaku korupsi berbagai bentuk terhadap mereka yang
terdapat 3 fenomena yang tercakup, yaitu ditimpa kemalangan (Hamid, et al., 2007).
penyuapan (bribery), pegawai negeri yang Dari uraian definisi di atas, dapat
menerima pemberian dari pihak lain dengan disimpulkan bahwa siri’na pacce merupakan
maksud agar pegawai tersebut memberikan bentuk harga diri, martabat, dan rasa senasib
perhatian lebih kepada kepentingan si sepenanggungan atau solidaritas dari
pemberi. Pemerasan (Extortion), permintaan masyarakat etnis Bugis, Makassar, Mandar,
pemberian hadiah dalam melaksanakan dan Toraja serta dijadikan sebagai pedoman
tugas publik. Nepotisme, penggunaan kuasa dalam menjalankan kehidupan sehari – hari
untuk mengangkatan orang terdekat menjadi dan berperilaku baik bagi individu itu sendiri
pejabat publik tanpa memandang dampak maupun terhadap lingkungannya.
dari pengangkatan tersebut.
5. Indikator Siri’na Pacce
4. Siri’na Pacce Hamid, et al (2007) memetakan
Menurut Hamid, et al (2007) siri’ indikator-indikator dari nilai budaya siri’na
merupakan suatu sistem nilai sosio-kultural pace. Pertama, aktualisasi diri merupakan
dan kepribadian yang merupakan pertahanan kesungguhan individu dalam bekerja secara
harga diri dan martabat manusia sebagai maksimal dengan menggunakan potensi-
individu dan anggota masyarakat. Siri’ potensi yang ada pada dirinya secara
merupakan kelayakan dalam kehidupan maksimal. Kedua, adanya rasa malu dan rasa
sebagai manusia yang diakui dan bersalah, yaitu adanya rasa malu dan rasa
diperlakukan oleh sesamanya. Orang yang bersalah yang sangat mendalam dialami oleh
tidak memperoleh perlakuan yang sama akan individu karena tidak mampu mentaati aturan
merasa harga dirinya dilanggar. Perlakuan yang berlaku dalam masyarakat, tidak mampu
yang tidak layak tersebut berupa pelanggaran menunjukkan kepeduliannya terhadap
hak-hak penghinaan dan sejenisnya yang sesama, dan tidak mampu menunjukkan sikap
dapat menimbulkan reaksi dari orang yang disiplin dalam segala aktivitasnya. Rasa malu
dipakasiri’ atau yang dibuat malu. Siri’ dan rasa bersalah yang dirasakan individu
tidak bermakna negatif dan tidak hanya juga sangat berpengaruh besar terhadap
bersifat menentang, tetapi siri’ merupakan suasana hatinya. Ketiga, Kesetiaan, bentuk
perasaan halus dan suci. Siri’ selain sebagai dari kesetian ini adalah kemampuan dalam
sebuah harga diri dan kehormatan, siri’ juga menjaga amanah yang telah dipercayakan
menuntut adanya disiplin, kesetiaan, dan dan memegang teguh janji yang telah
kejujuran. Pacce dalam bahasa Makassar dibuat. Keempat, Kejujuran yaitu terjadinya
dan Pesse dalam bahasa bugis merupakan sinkronisasi antara pikiran, hati, perkataan,
rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, dan perbuatan sehingga membuat individu
semangat rela berkorban, bekerja keras berperilaku sesuai hati nurani dan kebenaran.

73
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 68-86

Siri’na Pacce dan Perilaku Korupsi dalam menjalankan kehidupan sehari – hari
Hamid, et al (2007) memetakan nilai (Ahmadi, 1999). Individu akan bekerja secara
budaya siri’na pacce ke dalam empat maksimal dengan menggunakan potensi –
unsur, yaitu aktualisasi diri, rasa malu dan potensi yang ada pada dirinya. Individu akan
rasa bersalah, kesetiaan, serta kejujuran. sangat mentaati peraturan yang ada dalam
Aktualisasi diri merupakan kesungguhan masyarakat, menunjukkan kepeduliannya
individu dalam bekerja secara maksimal terhadap sesama dan akan menunjukkan sikap
dengan menggunakan potensi – potensi yang disiplin dalam melakukan segala aktivitasnya.
ada pada dirinya secara maksimal. Rasa malu Selain itu, individu akan menjaga amanah
dan rasa bersalah yaitu adanya rasa malu dan yang telah dipercayakan kepadanya dan
rasa bersalah yang sangat mendalam dialami memegang teguh janji yang telah dibuat.
oleh individu karena tidak mampu mentaati Serta inidvidu akan berperilaku sesuai hati
aturan yang berlaku dalam masyarakat, tidak nurani dan kebenaran. Sedangkan, individu
mampu menunjukkan kepeduliannya terhadap yang memiliki perilaku korupsi akan bekerja
sesama, dan tidak mampu menunjukkan sikap saat mendapatkan imbalan atau hadiah dari
disiplin dalam segala aktivitasnya. Rasa malu orang lain. Individu yang memiliki perilaku
dan rasa bersalah yang dirasakan individu korupsi juga akan bekerja dengan meminta
juga sangat berpengaruh besar terhadap imbalan atau hadiah dalam melaksanakan
suasana hatinya. Kesetiaan merupakan tugas publik. Individu tersebut juga akan
kemampuan dalam menjaga amanah yang memanfaatkan jabatannya untuk mengangkat
telah dipercayakan dan memegang teguh orang terdekatnya menjadi pejabat publik
janji yang telah dibuat. Dan Kejujuran yaitu tanpa memandang dampak dari pengangkatan
terjadinya sinkronisasi antara pikiran, hati, tersebut.
perkataan, dan perbuatan sehingga membuat Dilihat dari unsur nilai budaya siri’na
individu berperilaku sesuai hati nurani dan pacce dan dikaitkan dengan ciri – ciri perilaku
kebenaran. korupsi maka, individu yang melakukan
Menurut Alatas (1983) perilaku korupsi korupsi akan memanfaatkan potensi –
terdapat 3 fenomena yang tercakup, yaitu potensi yang ada pada dirinya hanya pada
penyuapan (bribery), pemerasan (extortion), saat mendapatkan imbalan atau hadiah dari
dan nepotisme. Penyuapan (bribery) individu lain untuk melakukan tugasnya.
merupakan pegawai negeri yang menerima Individu tersebut juga tidak memiliki rasa
pemberian dari pihak lain dengan maksud agar malu dan bersalah karena tidak mentaati
pegawai tersebut memberikan perhatian lebih peraturan yang ada di dalam masyarakat.
kepada kepentingan si pemberi. Pemerasan Individu yang melakukan korupsi tidak dapat
(extortion) merupakan permintaan pemberian dipercaya karena telah mengingkari amanah
hadiah dalam melaksanakan tugas publik. dan janji yang telah dibuatnya. Serta individu
Nepotisme merupakan penggunaan kuasa tersebut tidak berperilaku sesuai dengan
untuk mengangkatan orang terdekat menjadi hati nurani dan kebenaran karena tindakan
pejabat publik tanpa memandang dampak yang diambil individu sangat merugikan
dari pengangkatan tersebut. masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, individu Dari hubungan kedua variabel tersebut,
yang menghayati nilai budaya siri’na pacce penanaman nilai budaya siri’na pacce
akan memunculkan perilaku yang positif dianggap perlu untuk mencegah perilaku

74
NILAI BUDAYA SIRI’NA PACCE...(Mughny Ilman W. R. dan Susanti P.) ISSN: 0854-2880

korupsi. Karena dengan individu memiliki terdekatnya. Tanah digambarkan sebagai


nilai budaya siri’na pacce dalam dirinya sifat yang bergerak, jujur dan kuat, serta
maka individu akan bekerja semaksimal digambarkan sebagai individu yang memiliki
mungkin dengan memanfaat potensi – siri’ yang sempurna.
potensi yang ada pada dirinya, bukan karena Individu yang memiliki perilaku korupsi
imbalan ataupun hadiah yang diberikan. masuk dalam kategori karakter atau sifat angin
Individu juga akan mentaati peraturan yang dan air. Hal itu dikarenakan individu yang
berlaku dalam masyarakat, memiliki sikap memiliki sifat angin merupakan orang yang
kepedulian yaitu dengan tidak mengangkat curang, mengambil jalan pintas sekali pun
kerabat dekatnya untuk menjadi pejabat tercela, serta dikategorikan “to rangga sela”
publik yang tidak diketahui dampaknya bagi yaitu orang yang tidak memiliki pendirian,
masyarakat, serta akan menunjukkan sikap tidak berprinsip, dan mata duitan seperti
disiplin dalam menjalankan tugas. Individu halnya korupsi. Sifat air sendiri merupakan
akan menjaga amanah atau tugas yang telah individu yang memanfaatkan jabatannya
dipercayakan kepadanya dan memanfaatkan untuk melindungi orang terdekatnya yang
kewenangannya dengan sebaik – baiknya bersalah (Maecmusd, dalam Hamid, et al.,
sehingga tidak merugikan masyarakat. Serta 2007).
individu akan menunjukkan perilaku yang Selain itu, jika dilihat dari nilai yang
sesuai dengan hati nuraninya dan kebenaran menyangkut makna siri’ dengan perilaku
yang ada bukan menyembunyikan atau korupsi, yaitu siri’ sebagai keteguhan hati.
menghilangkan kebenaran tersebut. Menurut Wahid (2010) siri’ sebagai keteguhan
Menurut Maecmusd (dalam Hamid, hati atau yang dalam bahasa Makassar
et al., 2007) dalam budaya siri’na pacce disebut tu tinggi siri’na merupakan individu
terdapat empat karakter dan sifat manusia yang dapat menentukan sikap sesuai dengan
yang disebut dengan sulapak eppa’e. dimana kebenaran dari ketetapan hati nuraninya
sifat manusia dibagai kedalam empat elemen yang benar atau memiliki teguh kepribadian
angin, api, air dan tanah. Angin sendiri yang kuat. Dimana individu yang melakukan
digambarkan dengan melakukan kekerasan korupsi tidak memiliki keteguhan hati
yang tidak berdasarkan kejujuran dan dalam dirinya dan tidak dapat menentukan
hanya menempuh satu jalan tanpa berusaha sikap untuk melakukan hal yang benar dan
mencari jalan yang lebih baik. Sedangkan berani melawan korupsi dengan tanpa rasa
api digambarkan sebagai individu yang suka ragu sedikit pun didalam dirinya. Dengan
marah atau bertindak keras tanpa memikirkan menanamkan nilai – nilai budaya siri’na
hasil dari perbuatannya, yang dalam istilah pacce dalam diri setiap individu diharapkan
Makassar disebut pabbambanganngi natolo. dapat membangun keteguhan hati individu
Air digambarkan sebagai individu yang untuk berbuat korupsi. Sehingga individu
melanggar menggunakan belas kasihan yang dapat mencegah munculnya perilaku korupsi
tidak bermoral untuk menetapkan suatu hal, dimulai dari dalam diri individu masing –
sehingga melindungi individu yang bersalah masing.
karena individu tersebut merupakah orang

75
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 68-86

Gambar. 1
Kerangka berpikir nilai budaya siri’na pacce dan perilaku korupsi

Hipotesis dalam penelitian ini adalah METODE PENELITIAN


Ada korelasi (hubungan) negatif antara Penelitian ini menggunakan pendekatan
nilai budaya siri’na pacce dengan perilaku kuantitatif korelasional untuk menguji ada
korupsi. Semakin tinggi nilai budaya siri’na tidaknya korelasi (hubungan) antara variabel
pacce pada masyarakat etnis Bugis, Makassar, bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2012).
Mandar, dan Toraja, maka semakin rendah Selain itu, dalam penelitian ini juga mengukur
kecenderungan orang untuk melakukan taraf signifikansi antara variabel bebas dan
korupsi. Sebaliknya, jika semakin rendah variabel terikat yang akan diteliti.
nilai budaya siri’na pacce pada masyarakat Subjek yang digunakan pada penelitian
Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja, maka ini adalah (1) berjenis kelamin laki – laki
semakin tinggi kecenderungan orang untuk atau perempuan. (2) Memiliki rentang umur
melakukan korupsi. antara 17 – 50 tahun dengan status pelajar,
mahasiswa, dan pekerja. (3) Keturunan

76
NILAI BUDAYA SIRI’NA PACCE...(Mughny Ilman W. R. dan Susanti P.) ISSN: 0854-2880

etnis Bugis, Makassar, Mandar, atau Toraja. pemberian hadiah, dan pengangkatan kerabat
(4) Tinggal di Sulawesi Selatan mulai dari dekat menjadi pejabat publik. Adapun
masa kanak – kanak awal sampai remaja instrumen yang digunakan untuk mengukur
akhir. Teknik pengambilan sampel yang perilaku korupsi disusun oleh Dayakisni,
akan digunakan pada peneltian ini adalah yang peneliti temukan dalam penelitian
nonprobability sampling, yaitu sampling Rosyidi (2015) dengan jumlah item yang akan
kuota. Sampling kuota merupakan teknik diujikan berjumlah 30. Skala perilaku korupsi
pengambilan sampel dengan menentukan dibuat berdasarkan tiga indikator, yaitu
jumlah sampel berdasarkan ciri – ciri penyuapan (bribery), pemerasan (extortion),
atau karakteristik tertentu sampai jumlah dan nepotisme (Alatas, 1983).
(kuota) yang diinginkan tercapai (Sugiyono, Sedangkan siri’na pacce merupakan
2012). Alasan penggunaan sampling kuota sikap yang bersumber dari budaya Provinsi
dikarenakan peneliti tidak mengetahui berapa Sulawesi Selatan dalam menjaga harga diri,
jumlah populasi dari subjek. Adapun jumlah menjaga amanah, melakukan tugas yang
subjek dalam penelitian ini adalah 240 orang. diberikan secara maksimal, jujur, memiliki
Dengan jumlah etnis Bugis 60 orang, etnis keteguhan hati, serta memiliki kepedulian
Makassar 60 orang, etnis Mandar 60 orang, terhadap sesama. Untuk mengukur variabel
dan Toraja 60 orang. Selain itu, dalam bebas peneliti akan menggunakan skala
penelitian ini menggunakan 80 orang pelajar, siri’na pacce yang diadaptasi dari Mashuri
80 orang mahasiswa, dan 80 orang pekerja. (2015) dengan jumlah item yang akan
Variabel yang digunakan dalam penelitian diujikan berjumlah 24 item. Skala siri’na
ini adalah siri’na pacce dan perilaku korupsi. pacce dibuat berdasarkan indikator-indikator
Dimana variabel terikat dari penelitian ini yaitu aktualisasi diri, rasa malu dan rasa
adalah perilaku korupsi dan variabel bebas bersalah, kesetiaan, serta kejujuran (Hamid,
dalam penelitian ini adalah siri’na pacce. et al., 2007).
Perilaku korupsi merupakan perilaku yang Adapun indeks validitas dan reliabilitas
menggunakan jabatan atau status dalam dari kedua skala ini dapat dilihat pada tabel
berbuat kecurangan dalam bentuk suap- 1 di bawah ini.
menyuap, penggelapan dana, pemerasan,
Tabel 1.
Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
Jumlah Item Jumlah Item Nilai Reliabilitas
Alat Ukur Indeks Validitas
Diujikan Valid (Cronbach’s Alpha)
Skala Perilaku Korupsi 30 19 0.309 – 0.613 0.854
Skala Siri’na Pacce 24 22 0.347 – 0.667 0.894

Berdasarkan tabel 1, skala perilaku item sebelum diujikan dan setelah diujikan
korupsi saat sebelum diujikan berjumlah didapatkan 22 item yang valid. Untuk indeks
30 item, dan setelah diujikan didapatkan validitas skala siri’na pacce berkisar antara
19 item yang valid. Indeks validitas skala 0.347-0.667 dengan nilai reliabilitas 0.894.
perilaku korupsi berkisar antara 0.309-0.613 Skala yang digunakan dalam penelitian
dengan nilai reliabilitas 0.854. Sedangkan ini adalah skala likert. Skala likert merupakan
skala siri’na pacce memiliki jumlah 24 skala untuk mengukur sikap, pendapat,

77
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 68-86

dan persepsi seseorang tentang fenomena - Pada tahap pelaksanaan, peneliti mulai
sosial. Skala ini terdiri dari item favorable menyebarkan skala yang telah valid dan
dan unfavorable, yang dimana setiap item reliabel. Yaitu dengan menyebarkan
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai skala perilaku korupsi dan skala siri’na
sangat negatif (Sugiyono, 2012). Skala pacce secara bersamaan kepada subjek
perilaku korupsi dan siri’na pacce memiliki dengan karakteristik yang sesuai.
pilihan jawaban yaitu, SS (sangat sesuai), S Adapun lokasi pengambilan data berada
(sesuai), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat di Kota Makassar dengan jumlah subjek
tidak sesuai). Metode yang digunakan dalam penelitian sebanyak 240 orang. Dengan
kedua skala ini adalah metode checklist. jumlah sampel suku Bugis 60 orang,
Secara umum penelitian ini menggunakan Makassar 60 orang, Mandar 60 orang,
tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap dan Toraja 60 orang. Selain itu, dari
pelaksanaan, dan tahap analisa data. Adapun jumlah subjek yang berjumlah 240 orang,
penjelasan tentang prosedur penelitian setiap terdapat subjek yang berstatus pelajar
tahap adalah sebagai berikut:
berjumlah 80 orang, mahasiswa 80 orang,
- Pada tahap persiapan, peneliti terlebih
dan pekerja 80 orang.
dahulu mengerjakan proposal penelitian.
- Selanjutnya, tahap ketiga adalah tahap
Peneliti kemudian mulai mencari skala
analisa data. Pada tahap ini, peneliti
perilaku korupsi dan skala siri’na pacce.
mulai melakukan input data hasil
Untuk skala perilaku korupsi, peneliti
penyebaran skala yang telah dilakukan.
menggunakan skala yang dibuat oleh
Setelah melakukan input data, peneliti
Dayakisni yang peneliti temukan dalam
mulai melakukan analisis data dengan
penelitian Rosyidi (2015). Sedangkan,
menggunakan uji korelasi pearson atau
untuk skala siri’na pacce peneliti
mengadaptasi dari skala yang dibuat product moment. Uji korelasi pearson
oleh Mashuri (2015). Setelah proposal atau product moment digunakan untuk
selesai dan peneliti telah menemukan menguji korelasi atau hubungan antara
serta mengadaptasi skala, peneliti variabel bebas dan variabel terikat
melakukan seminar proposal dan peneliti (Sugiyono, 2012). Lalu, dari hasil analisis
mulai melakukan try out skala. Lokasi tersebut peneliti mulai membahas tentang
untuk melakukan try out skala tersebut hasil keseluruhan dari penelitan yang
bertempat di Kota Makassar dengan dilakukan dan membuat kesimpulan.
jumlah subjek yang digunakan sebanyak
57 orang. Selanjutnya dari hasil try out HASIL DAN PEMBAHASAN
yang telah dilakukan, peneliti menguji Berdasarkan hasil penelitian yang telah
validitas dan reliabilitas skala. Adapun dilakukan terhadap 240 subjek diperoleh
pelaksanaan try out dan penelitian beberapa hasil yang akan dijelaskan dengan
dilakukan pada tanggal 8 November tabel-tabel berikut.
2015-24 November 2015.

78
NILAI BUDAYA SIRI’NA PACCE...(Mughny Ilman W. R. dan Susanti P.) ISSN: 0854-2880

Tabel 2.
Klasifikasi Perilaku Korupsi
Kategori Interval Jumlah Subjek Persentase
Sangat Tinggi 67.16 – 76 1 0.41%
Tinggi 56.83 – 67.15 17 7.08%
Sedang 46.52 – 56.82 31 12.92%
Rendah 36.20 – 46.51 130 54.17%
Sangat Rendah 19 – 36.19 61 25.42%
Total 240 100%

Berdasarkan tabel 2 di atas, perilaku masuk dalam kategori tinggi, 31 subjek yang
korupsi dibagi ke dalam lima kategori yaitu, masuk dalam kategori sedang, 130 subjek
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan yang masuk dalam kategori rendah dan 61
sangat rendah. Dengan interval masing- subjek yang masuk dalam kategori sangat
masing kategori yaitu, 67.16-76 kategori rendah. Dari jumlah subjek pada setiap
sangat tinggi, 56.83-67.15 kategori tinggi, kategori, menghasilkan persentase dimana
46.52-56.82 kategori sedang, 36.20-46.51 kategori sangat tinggi memiliki persentase
kategori rendah, dan 19-36.19 kategori 0.41%, kategori tinggi 7.08%, kategori
sangat rendah. Dari jumlah subjek yang sedang 12.92%, kategori rendah 54.17%, dan
berjumlah 240 terdapat 1 subjek yang masuk kategori sangat rendah 25.42%.
dalam kategori sangat tinggi, 17 subjek yang

Tabel 3.
Klasifikasi Nilai Budaya Siri’na Pacce
Kategori Interval Jumlah Subjek Persentase
Sangat Tinggi 77.30 – 88 58 24.17%
Tinggi 64.68 – 77.29 144 60%
Sedang 52.06 – 64.67 19 7.92%
Rendah 39.43 – 52.05 14 5.83%
Sangat Rendah 22 – 39.42 5 2.08%
Total 240 100%

Berdasarkan tabel 3 di atas, nilai budaya masuk dalam kategori tinggi, 19 subjek yang
siri’na pacce dibagi ke dalam lima kategori masuk dalam kategori sedang, 14 subjek yang
yaitu, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, masuk dalam kategori rendah dan 5 subjek
dan sangat rendah. Dengan interval masing- yang masuk dalam kategori sangat rendah.
masing kategori yaitu, 77.30-88 kategori Dari jumlah subjek pada setiap kategori,
sangat tinggi, 64.68-77.29 kategori tinggi, menghasilkan persentase dimana kategori
52.06-64.67 kategori sedang, 39.43-52.05 sangat tinggi memiliki persentase 24.17%,
kategori rendah, dan 22-39.42 kategori sangat kategori tinggi 60%, kategori sedang 7.92%,
rendah. Dari jumlah subjek yang berjumlah kategori rendah 5.83%, dan kategori sangat
240 terdapat 58 subjek yang masuk dalam rendah 2.08%.
kategori sangat tinggi, 144 subjek yang

79
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 68-86

Tabel 4. Tabel 6.
Mean Perilaku Korupsi Berdasarkan Etnis Mean Perilaku Korupsi Berdasarkan Status
Etnis Mean Kategori Pekerjaan
Status Mean Kategori
Bugis 39.87 Rendah
Makassar 41.52 Rendah Pelajar 42.03 Rendah
Mahasiswa 40.20 Rendah
Mandar 41.18 Rendah
Pekerja 41.80 Rendah
Toraja 42.87 Rendah

Berdasarkan tabel 4, mean atau rata-rata Berdasarkan tabel 6, mean atau rata-rata
perilaku korupsi terhadap masing-masing perilaku korupsi terhadap status pekerjaan
etnis adalah sebagai berikut. Etnis Bugis subjek adalah sebagai berikut. Subjek dengan
memiliki mean atau rata-rata nilai sebesar status pelajar memiliki mean atau rata-rata
39.87. Etnis Makassar memiliki mean atau nilai sebesar 42.03. Subjek dengan status
rata-rata nilai sebesar 41.52. Etnis Mandar mahasiswa memiliki mean atau rata-rata
memiliki mean atau rata-rata nilai sebesar nilai sebesar 40.20. Dan subjek dengan status
41.18. Dan Etnis Toraja memiliki mean atau pekerja memiliki mean atau rata-rata nilai
rata-rata nilai sebesar 42.87. Dari mean atau sebesar 41.80. Dari mean atau nilai rata-rata
nilai rata-rata setiap etnis menunjukkan, jika setiap status pekerjaan subjek menunjukkan,
etnis Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja subjek dengan status pelajar, mahasiswa,
memiliki perilaku korupsi yang rendah. dan pekerja memiliki perilaku korupsi yang
rendah.
Tabel 5.
Mean Nilai Budaya Siri’na Pacce Berdasarkan Tabel 7.
Etnis Mean Nilai Budaya Siri’na Pacce Berdasarkan
Status Pekerjaan
Etnis Mean Kategori
Status Mean Kategori
Bugis 72.40 Sangat Tinggi
Pelajar 70.70 Sangat Tinggi
Makassar 70.75 Sangat Tinggi
Mahasiswa 71.94 Sangat Tinggi
Mandar 71.48 Sangat Tinggi
Pekerja 70.41 Sangat Tinggi
Toraja 69.42 Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel 5, mean atau rata-rata Berdasarkan tabel 7, mean atau rata-rata
nilai budaya siri’na pacce terhadap masing- nilai budaya siri’na pacce terhadap status
masing etnis adalah sebagai berikut. Etnis pekerjaan subjek adalah sebagai berikut.
Bugis memiliki mean atau rata-rata nilai Subjek dengan status pelajar memiliki mean
sebesar 72.40. Etnis Makassar memiliki atau rata-rata nilai sebesar 70.70. Subjek
mean atau rata-rata nilai sebesar 70.75. Etnis dengan status mahasiswa memiliki mean
Mandar memiliki mean atau rata-rata nilai atau rata-rata nilai sebesar 71.94. Dan subjek
sebesar 71.48. Dan Etnis Toraja memiliki dengan status pekerja memiliki mean atau
mean atau rata-rata nilai sebesar 69.42. rata-rata nilai sebesar 70.41. Dari mean atau
Dari mean atau nilai rata-rata setiap etnis nilai rata-rata setiap status pekerjaan subjek
menunjukkan, jika etnis Bugis, Makassar, menunjukkan, subjek dengan status pelajar,
Mandar, dan Toraja memiliki perilaku nilai mahasiswa, dan pekerja memiliki nilai
budaya siri’na pacce yang sangat tinggi. budaya siri’na pacce yang sangat tinggi.

80
NILAI BUDAYA SIRI’NA PACCE...(Mughny Ilman W. R. dan Susanti P.) ISSN: 0854-2880

Tabel 8.
Hasil Uji Korelasi Pearson-Product Moment
N R r² p Alpha Kesimpulan
240 -0.468 0.219 0.000 0.01 Signifikan

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson, berlaku dalam masyarakat dan memiliki
diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar kepedulian terhadap sesamanya, memegang
-0.468 yang berarti nilai budaya siri’na pacce teguh janji atau amanah yang telah dibuat,
memiliki hubungan timbal balik dengan serta jujur dalam setiap hal yang dilakukan
perilaku korupsi. Selain itu, nilai signifikan (Hamid, et al., 2007). Sedangkan perilaku
(p) dari hasil analisa data menunjukkan korupsi menuntut seseorang untuk bekerja
0.000 < 0.01 yang artinya kedua variable karena imbalan atau hadiah, ataupun untuk
tersebut menunjukkan hubungan negatif yang memenuhi tujuan pribadi atau kelompok yang
signifikan, dengan taraf kesalahan (alpha) dampaknya tidak menguntungkan masyarakat
0.01 serta berada pada taraf kepercayaan yang ada di sekitarnya (Alatas, 1983).
99%. Adapun nilai budaya siri’na pacce Adapun nilai-nilai yang terkandung
mempengaruhi perilaku korupsi sebesar dalam budaya siri’na pacce tersebut. Nilai
21.9%. Hal tersebut dapat dilihat dari budaya siri’na pacce itu sendiri antara lain
koefisien determinasi (r²) sebesar 0.219, aktualisasi diri, rasa malu dan rasa bersalah,
sementara sisanya 78,1% dipengaruhi oleh kesetiaan, dan kejujuran. Aktualisasi
variabel lain yang tidak diteliti. diri merupakan kesungguhan individu
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam bekerja secara maksimal dengan
membuktikan jika ada hubungan yang negatif menggunakan potensi-potensi yang ada pada
atau timbal balik dari nilai budaya siri’na dirinya secara maksimal. Rasa Malu dan rasa
pacce dengan perilaku korupsi. Dimana bersalah, yaitu adanya rasa malu dan rasa
semakin tinggi nilai budaya siri’na pacce bersalah yang sangat mendalam dialami oleh
yang dianut etnis Bugis, Makassar, Mandar, individu karena tidak mampu mentaati aturan
dan Toraja, maka semakin rendah perilaku yang berlaku dalam masyarakat, tidak mampu
korupsi yang muncul. Sebaliknya, jika menunjukkan kepeduliannya terhadap
semakin rendah nilai budaya siri’na pacce sesama, dan tidak mampu menunjukkan
yang dianut etnis Bugis, Makassar, Mandar, sikap disiplin dalam segala aktivitasnya.
dan Toraja, maka semakin tinggi perilaku Kesetiaan, bentuk dari kesetian ini adalah
korupsi yang muncul. kemampuan dalam menjaga amanah yang
Berdasarkan hasil penelitian tersebut telah dipercayakan dan memegang teguh janji
menunjukkan jika, nilai budaya siri’na yang telah dibuat. Kejujuran yaitu terjadinya
pacce dapat menjadi salah satu faktor untuk sinkronisasi antara pikiran, hati, perkataan,
menekan perilaku korupsi khususnya di dan perbuatan sehingga membuat individu
daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Hal berperilaku sesuai hati nurani dan kebenaran
tersebut dikarenakan nilai-nilai yang ada (Hamid, et al., 2007).
pada budaya siri’na pacce yang menuntut Sedangkan bentuk dari perilaku korupsi
seseorang untuk melakukan sesuatu sebaik- itu sendiri yaitu, penyuapan (bribery),
baiknya dengan mengandalkan potensi yang pemerasan (extortion), dan nepotisme.
ada pada dirinya, mentaati peraturan yang Penyuapan (bribery), pegawai negeri yang

81
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 68-86

menerima pemberian dari pihak lain dengan jika ada hubungan negatif antara perilaku
maksud agar pegawai tersebut memberikan korupsi dengan budaya pada beberapa
perhatian lebih kepada kepentingan si negara. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
pemberi. Pemerasan (extortion), permintaan semakin menguatkan jika budaya sebagai
pemberian hadiah dalam melaksanakan pedoman dalam suatu lingkup masyarakat
tugas publik. Nepotisme, penggunaan kuasa dapat menjadi salah satu faktor yang dapat
untuk mengangkatan orang terdekat menjadi mencegah terjadinya perilaku korupsi. Selain
pejabat publik tanpa memandang dampak itu budaya merupakan sebuah pedoman
dari pengangkatan tersebut (Alatas, 1983). untuk mengajarkan suatu tatanan kehidupan
Berdasarkan penjelasan-penjelasan ter- yang baik. Karena apabila pada suatu
sebut, nilai budaya siri’na pacce dapat masyarakat memiliki tatanan yang kurang
mempengaruhi perilaku korupsi dikarenakan baik, misalnya dengan pemerintah pada
individu akan bekerja secara maksimal suatu negara melakukan perilaku korupsi
menggunakan potensi-potensi yang ada pada maka kemungkinan masyarakat umum untuk
dirinya bukan karena hadiah yang diberikan mengikutinya semakin besar. Hal tersebut
atau diminta dari pihak lain. Individu juga akan ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan
bekerja dengan mentaati peraturan yang ada oleh Barr & Serra (2006) dimana korupsi
di dalam masyarakat dan dapat menunjukkan telah menjadi suatu fenomena yang terjadi
kepedualiannya terhadap sesama, dengan di masyarakat karena perilaku tersebut
tidak meminta atau menerima pemberian ditunjukkan oleh pelayan publik. Sehingga,
pungutan selain yang telah ditetapkan oleh apabila masyarakat telah menganggap
lembaga sendiri, serta tidak menggunakan perilaku korupsi menjadi hal biasa dan
kekuasaan atau jabatan untuk mengangkat masyarakat terbiasa akan hal itu maka
kerabat dekat menjadi pejabat publik yang korupsi akan menjadi bagian dari budaya
dampaknya belum tentu menguntungkan pada masyarakat tersebut.
masyarakat. Selanjutnya, individu akan Budaya siri’na pacce pada karakter
bekerja sesuai dengan yang diamanahkan manusia dibagi kedalam empat yaitu sifat
pada dirinya dan memegang teguh janji yang angin, api, air, dan tanah. Sifat angin
telah dibuat, sehingga individu tidak akan digambarkan sebagai seseorang yang curang,
bekerja diluar prosedur yang telah ditentukan selalu mengambil jalan pintas walaupun
atau yang diamanatkan pada dirinya dengan tercela dan dikategorikan “to rangga
tidak akan menerima dan meminta hadiah sela”, yaitu orang tidak berprinsip dan
dalam mmenjalankan tugasnya, ataupun mata duitan. Sifat api diibaratkan sebagai
menggunakan kuasanya dalam mengangkat seseorang yang suka marah, mengamuk
kerabat dekat menjadi petugas publik. Selain dan tidak memperhitungkan akibat dari
itu, individu akan bekerja sesuai dengan hati kemarahannya tersebut dan disebut sebagai
nurani dan kebenaran, sehingga individu tidak “pabbambangangi natolo”. Sifat air
akan melakukan kecurangan dalam bentuk diibaratkan orang yang pintar dan teliti tetapi
sekecil apapun dan menghindari hal-hal yang mengandalkan belas kasihan yang melanggar
akan merugikan diri sendiri dan masyarakat moral dalam menetapkan suatu hal, sehingga
luas. cenderung melindungi orang yang bersalah
Penelitian serupa, yang dilakukan oleh tersebut karena orang itu kerabat dekatnya
Shen & Wiliamson (2005) menunjukkan dan menggambarkan sifat nepotisme.

82
NILAI BUDAYA SIRI’NA PACCE...(Mughny Ilman W. R. dan Susanti P.) ISSN: 0854-2880

Sifat tanah diibaratkan sebagai orang yang dipersalahkan mencuri kayu. Adapun kutipan
bergerak, jujur dan kuat atau disebut sebagai kata Nenek Malomo adalah sebagai berikut:
orang yang memiliki siri’ yang sempurna
(Maecmusd, dalam Hamid, et al., 2007). Adek e temmakeanak temmakeappo
Pada penggambaran karakter manusia
tersebut, orang yang memiliki perilaku Artinya: Hukum adat tidak mengenal
korupsi termasuk dalam sikap angin dan air. anak dan tidak mengenal cucu.
Dimana sikap angin digambarkan oleh La
Tadamperek Puang ri Manggalatung, sebagai Adegium Nenek Malomo tersebut juga
berikut: memiliki makna yang sama dengan adegium
dari Amerika yaitu, justice look at truth alone
…berbicara silangi riona riatue nadde (Hamid, et al., 2007). Dari gambaran sifat
tekeng bicara, nasabak riwerenna air tersebut jika dihubungkan dengan aspek
warangparang ri toribicarae, ianaritu perilaku korupsi dalam Alatas (1983) adalah
mala pasoosok sipak angin ritu ke dona. nepotisme. Dimana nepotisme merupakan
Angingnge mangkauk mautang tanai penggunaan kuasa untuk mengangkatan
lempuk, engkana mau maka naolanaoli, orang terdekat menjadi pejabat publik tanpa
pura pole araik, pura pole alauk. memandang dampak dari pengangkatan
tersebut.
Artinya: sebuah hasil musyawarah atau Dari penejelasan mengenai karakter atau
sebuah keputusan yang merusak negeri sifat manusia yang dibahas dalam Hamid,
ini adalah ketika seorang pejabat publik et al (2007) dapat diketahui jika perilaku
yang memberikan sebuah keputusan atas korupsi telah ada pada saat hukum adat
suatu perkara karena menerima imbalan dalam penegakan nilai budaya siri’na pacce
dari orang yang diadili (Hamid, et al., masih sangat berlaku. Hal tersebut dibuktikan
2007). dengan adanya penjelasan mengenai bentuk
dari perilaku korupsi walaupun dalam sebuah
Dari penjelasan tersebut karakter angin bentuk sejarah. Selain itu juga membuktikan
dapat dihubungkan dengan aspek dari perilaku jika perilaku korupsi muncul bukan karena
korupsi yaitu, penyuapan (bribery) dan zaman yang semakin maju yang diikuti
pemerasan (extortion). Dimana penyuapan oleh tuntutan kebutuhan yang tinggi. Tetapi,
(bribery) merupakan pegawai negeri yang perilaku korupsi telah hadir pada saat hukum
menerima pemberian dari pihak lain dengan yang berlaku hanya hukum adat dengan unsur
maksud agar pegawai tersebut memberikan kedaerahan.
perhatian lebih kepada kepentingan si Hasil analisa didapatkan koefisien
pemberi. Sedangkan pemerasan (extortion) determinasi (r²) dari kedua variable tersebut
merupakan permintaan pemberian hadiah adalah 0.219. Artinya nilai budaya siri’na
dalam melaksanakan tugas publik (Alatas, pacce memiliki pengaruh sebesar 21,9%
1983). dalam mempengaruhi perilaku korupsi dan
Hamid, et al (2007) menyatakan bahwa 78,1% di pengaruhi oleh faktor lain. Adapun
sikap air sendiri digambarkan pada kata- faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku
kata Nenek Malomo yang telah menghukum korupsi tersebut yaitu, power distance,
mati anak kandungnya sendiri karena individualism, masculinity/feministy, dan

83
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 68-86

uncertainty avoidance. Power distance diberikan tidak memilki efek jera terhadap
berfokus pada persamaan dan perbedaan pelaku korupsi.
setiap individu dalam satu masyarakat.
Individualism berfokus pada pendapatan SIMPULAN
dan hubungan antar individu. Masculinity/ Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
feministy berfokus pada peran pria dan dapat disimpulkan jika nilai budaya siri’na
wanita berdasarkan gender. Uncertainty pacce memiliki korelasi yang negatif atau
avoidance berfokus pada ketidakpastian dan timbal balik dengan perilaku korupsi. Yang
ketidakjelasan antara masyarakat dan bentuk artinya semakin besar nilai budaya siri’na
situasi masyarakat tersebut (Hofstede, dalam pacce yang dianut masyarakat etnis Bugis,
Murdoch, 2009). Makassar, Mandar dan Toraja, maka semakin
Selain dari faktor-faktor tersebut, Jack kecil perilaku korupsi yang akan dimunculkan.
Bologne (dalam Putra, 2013) juga memiliki Sebaliknya, jika semakin kecil nilai budaya
teori tentang faktor yang menyebabkan siri’na pacce yang dianut masyarakat etnis
seseorang melakukan korupsi, yang disebut Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja, maka
dengan GONE Theory. Dimana GONE semakin besar perilaku korupsi yang akan
Theory terdiri dari greeds (keserakahan), dimunculkan. Selain itu, berdasarkan hasil
opportunities (kesempatan), needs penelitian juga membuktikan jika nilai budaya
(kebutuhan), dan exposures (pengungkapan). siri’na pacce dapat menjadi salah satu faktor
Greeds (keserakahan) berkaitan dengan sifat untuk menekan perilaku korupsi. Sehingga,
serakah yang berpotensi untuk dimiliki oleh diharapkan dengan menanamkan nilai – nilai
semua orang. Selain itu, keserakahan disini budaya siri’na pacce, perilaku korupsi dapat
bisa diartikan bahwa seseorang melakukan dicegah.
korupsi karena adanya rasa kurang puas Implikasi dari penelitian ini, diharapkan
atas apa yang dimiliki. Opportunities masyarakat dapat lebih memaknai arti dari
(kesempatan) berkaitan dengan keadaan sebuah kebudayaan, khususnya budaya
lembaga atau instansi tempat seseorang siri’na pacce. Karena dengan memaknai
tempat bekerja, dimana keadaan tempat dan menanamkan nilai – nilai budaya siri’na
tersebut membuka peluang seseorang untuk pacce akan membuat diri menjadi lebih
melakukan kecurangan. Misalnya sistem bermanfaat terutama dalam menjalankan
pengendalian ataupun sistem keamanan kehidupan pribadi maupun sebagai anggota
yang ada pada suatu lembaga atau instansi masyarakat. Selain sebagai pedoman dalam
tidak ketat. Needs (kebutuhan) berkaitan kehidupan sehari – hari, nilai budaya siri’na
dengan dengan pemenuhan kebutuhan- pacce juga merupakan sebuah alat untuk
kebutuhan hidup seseorang. Yang dimana mengontrol sikap dan perilaku setiap individu.
orang yang melakukan korupsi cenderung Serta untuk membentuk tatanan masyarakat
memiliki mental yang merasa tidak yang lebih bermoral dan beretika. Sehingga,
pernah cukup dengan apa yang dia punya. diharapkan nilai – nilai yang ada pada budaya
Exposure (pengungkapan) Berkaitan dengan siri’na pacce harus tetap dipertahankan dan
tindakan atau konsekuensi yang diterima dilestarikan.
seorang pelaku kecurangan. Yang dimana Bagi peneliti selanjutnya yang akan
pemberlakuan atau tindakan hukuman yang menggunakan perilaku korupsi sebagai

84
NILAI BUDAYA SIRI’NA PACCE...(Mughny Ilman W. R. dan Susanti P.) ISSN: 0854-2880

variabel terikat lebih baik membandingkan Sedangkan, jika ingin menggunakan nilai
perilaku korupsi tersebut berdasarkan jenis budaya siri’na pacce sebagai variabel, dapat
kelamin atau gender. Perilaku korupsi tetap dihubungkan dengan perilaku korupsi
dapat juga dihubungkan dengan nilai – nilai tapi dengan target subjek etnis budaya lain
budaya lokal Indonesia yang lain. Perilaku selain yang berada di Provinsi Sulawesi
korupsi dapat juga dihubungkan dengan Selatan. Penelitian tersebut dilakukan untuk
hedonism. Selain itu, untuk subjek penelitian mengetahui apakah nilai budaya siri’na
dalam perilaku korupsi ini sebaiknya pacce dapat berlaku secara universal dalam
dilakukan terhadap subjek yang memiliki menekan perilaku korupsi.
pekerjaan spesifik, misalnya pelayan publik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (1999). Psikologi sosial (Ed. revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Alatas, S.H. (1983). Sosiologi korupsi: Sebuah penjelajahan dengan data kontemporer.
Jakarta: LP3ES.
Barr, A & Serra, D. (2006). Culture and corruption. Laporan Penelitian, University of Oxford.
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2012). Psikologi sosial (Ed. revisi). Malang: UMM Press.
Detiknews. Ini dia peringkat provinsi terkorup di Indonesia versi fitra. Detiknews (Online).
Diakses 30 April 2015, dari http://news.detik.com/read/2012/10/01/053204/2047460/1
0/ini-dia-peringkat-provinsi-terkorup-di-indonesia-versi-fitra?9911012
Fisman, R., & Miguel. E. (2007). Corruption, norms, and legal enforcement: Evidence from
diplomatic parking tickets. Journal of Political Economy, 115, (6), 1020 – 1047.
Hamid, A., Farid, Z. A., Mattulada., Lopa, B., & Salombe, C. (2007). Siri’ & pesse: Harga diri
manusia Bugis, Makassar, Mandar, Toraja. Makassar: Pustaka Refleksi.
Kompas. Empat sektor terkorup. Kompas (Online). Diakses 30 April 2015, dari http://nasional.
kompas.com/read/2011/10/19/02543722/empat.sektor.terkorup.
Mashuri, M. F. (2015). Nilai budaya siri’na pacce dengan komitmen perkawinan pada etnis
Bugis-Makassar. Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Malang.
Murdoch, A. (2009). How much is there in corruption? Some thoughts on transformation-
cum-collective culture shock in post-communist Poland. Journal of Intercultural
Management, 1, (1), 42 – 63.
Nida, R. (2011). Korupsi + budaya = Indonesia (Ed. kedelapan). Sosiologi Fisip, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, Dialektika, 8, 1 – 4.
Putra, A. P. (2013). Hubungan antara tipe kepribadian dengan problem solving appraisal
dan cognitive appraisal pada narapidana korupsi. Skripsi, Universitas Pendidikan
Indonesia.
Rachim, R. L. (2007). Hubungan antara nilai budaya jawa dengan perilaku nakal pada
remaja Jawa. Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta.

85
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 68-86

Rosyidi, A. (2015). Hubungan rasa malu-bersalah dengan sikap remaja mengenai perilaku
korupsi. Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Malang.
Santosa, P. B. (2011). Korupsi bangkrutkan nasionalisme. Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Shen, C., & Wiliamson, J. B. (2005). Corruption, democracy, economic freedom, and state
strength: A cross-national analysis. Journal of Comparative Sosiology, 46, (4), 327 –
345.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Sumaryanto, A. D. (2007). Penegakan hukum tindak pidana korupsi di Indonesia (sebuah
pendekatan dari aspek – aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi).Fakultas Hukum,
Universitas Bhayangkara, Surabaya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. (1999). Jakarta: Sekretariat Negara.
VOA Indonesia. (2014). Indonesia di peringkat 107 indeks persepsi korupsi. Diakses 30 April
2015, dari http://www.voaindonesia.com/content/indonesia-peringkat-ke-107-indeks-
persepsi-korupsi/2543860.html
Wibowo, A. (2013). Pendidikan antikorupsi di sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yamamoto, K. (2000). Study on ethical concepts of the Japanese writer Yukio Mishima, ultra-
nationalist. Original Scientific Paper, Kyushu Institute of Design, Fukuoka, Japan,
24,(2), 597 – 605.

86

Anda mungkin juga menyukai