Anda di halaman 1dari 6

KISI-KISI TES WAWASAN KEBANGSAAN

(TWK)
Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) merupakan tes yang bertujuan
untuk menilai penguasaaan pengetahuan dan kemampuan
mengimplementasikan nilai-nilai 4 (empat) Pilar Kebangsaan
Indonesia. Berdasarkan Permenpan nomor 36 Tahun 2018, Materi
Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) meliputi:

a) Nasionalisme;

b) Integritas;

c) Bela Negara;

d) Pilar negara;

e) Bahasa Indonesia;

f) Pancasila;

g) Undang-Undang Dasar 1945;

h) Bhinneka Tunggal Ika; dan

i)Negara Kesatuan Republik Indonesia (sistem Tata Negara


Indonesia, sejarah perjuangan bangsa, peranan Bangsa
Indonesia dalam tatanan regional maupun global, dan
kemampuan berbahasa Indonesia secara baik dan benar).
NASIONALISME
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme adalah paham (ajaran)
untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.
Sikap dan perilaku nasionalisme yang harus dimiliki warga negara. Itu meliputi harus
mematuhi aturan yang berlaku, mematuhi hukum negara, melestarikan budaya
Indonesia.

Berikut tujuan nasionalisme:


Menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
Membangun hubungan yang rukun dan harmonis antar individu dan masyarakat.
Membangun dan mempererat tali persaudaraan antar sesama anggota masyarakat.
Berupaya menghilangkan ekstramisme berlebihan dari warga negara kepada masyarakat.
Menumbuhkan semangat rela berkorban bagi tanah air dan bangsa.
Menjaga tanah air dan bangsa dari serangan musuh baik dari dalam atau luar.

INTEGRITAS
Integritas yaitu konsistensi atau keteguhan yang tidak
bisa tergoyahkan dalam menjunjung nilai-nilai keyakinan dan
prinsip. Pengertian lain dari integritas adalah konsep yang
menunjukkan konsistensi atau keteguhan perbuatan dengan nilai-
nilai dan prinsip. Pada etika integritas bisa diartikan sebagai
kebenaran dan kejujuran perbuatan yang dilakukan seseorang.

Fungsi dari integritas antara lain yaitu:

 Cognitive functions of integrity


Yang mencakup kecerdasan moral dan self insight. Sedangkan self
insight itu sendiri mencakup self knowledge dan self reflection.
Artinya, integritas fungsinya memelihara moral dan akhlak
seseosran yang selanjutnya mendorong dia untuk mempunyai
pengetahuan yang luas.
 Affective functions of integrity
Yang mencakup conscience dan self regard. Dalam konteks ini
integritas fungsinya memelihara nurani seseorang supaya tetap
hanif sebagai seorang hamba agar jelas perbedaan diantara
dirinya dengan hewan. Seba secara biologis manusian dan hewan,
sama- sama memiliki hepar “hati”, tetapi hewan tidak mempunyai
qalb, sesuatu yang ada di diri setiap manusia.
Tujuan dari integritas adalah sebagai berikut:

 Integritas adalah salah satu kunci untuk meraih keberhasilan atau


kesuksesan
 Integritas menjadikan manusia bisa memimpin dan dipimpin
 Integritas membuat lahirnya kepercayaan
 Integritas bisa melahirkan prestasi
Manfaat Integritas

 Manfaat Secara Fisik


Diri kita akan merasa fit, sehat dan bugar. Kita setiap saat merasa
siap melaksanaan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari
 Manfaat Secara Intelektual
Dengan mental dan pengetahuan kita bisa memaksimalkan
kemampuan otak kita
 Manfaat Secara Emosional
Diri menjadi lebih penuh motivasi, sadar diri, empati, simpati, solidaritas
tinggi, dan penuh kehangatan emosional dalam interaksi kerja
 Manfaat Secara Spiritual
Membuat diri seseorang menjadi lebih bijaksana dalam menilai
segala sesuatu termasuk pengalaman-pengalaman hidup, baik yang
menyenangkan atau yang tidak membuat senang seperti
keberhasilan, kegagalan, dan penderitaan.
 Manfaat Secara Sosial
Kita akan mampu membuat berkembang suatu hubungan baik satu
sama lainya dalam lingkungan masyarakat, bisa bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas atau kegiatan yang menuntut kekompakan dan
kerja sama yang baik, mempunyai kepekaan hati dan perasaan
untuk selalu memberi tempat untuk orang lain di dalam hati kita.
Menurut KBBI radikalisme adalah paham atau aliran yang radikal
dalam politik, paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis,
sikap ekstrem dalam aliran politik.

Dari definisi tersebut Radikalisme tidak identic dengan Agama, tapi Radikalisme identik
dengan Politik.

Sesuai dengan bocoran Anti Radikalisme di atas, soal-soal TKP – Anti Radikalisme
memuat soal-soal tentang radikalisme, ekstimisme, sampai tindakan terorisme.

Radikalisme sendiri ciri-cirinya adalah intoleran, fanatic, eksklusif, dan anarkis.


Sementara jika hal tersebut dibiarkan maka akan muncul Ekstrimisme dengan ciri-ciri
cenderung berpikiran tertutup, anti demokrasi, dan bisa menghalalkan segala cara.

Dampak buruk jika kedua hal ini dibiarkan akan menimbulkan Terorisme, ciri-cirinya
adalah menimbulkan situasi teror atau rasa takut, yang mengakibatkan kehancuran
obyek-obyek vital strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, dan fasilitas
internasional.

Radikalisme adalah tanggapan pada kondisi yang sedang terjadi, tanggapan tersebut
kemudian diwujudkan dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan perlawanan yang
keras. Ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Intoleran (tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain)

2. Fanatik (selalu merasa paling benar dan menganggap orang lain salah)

3. Eksklusif (membedakan diri dari umat beragama umumnya)

4. Revolusioner (cenderung menghendaki perubahan secara menyeluruh dan mendasar)


namun menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan.

Tahapan perubahan paham, sikap dan tindakan ini bisa


digambarkan dalam proses intoleran, radikal, dan teroris.
1. Intoleran memiliki suatu pandangan yang benci keragaman
dan perbedaan. Pada tahap ini intoleransi masih berujud pada
paham. Ini awal masuk paham radikal. Tidak menghargai
perbedaan dan cenderung menyalahkan orang lain (terpapar
dari sisi pikiran/pemahaman).
2. Radikal adalah suatu sikap yang mulai aktif menyalahkan
orang lain seperti membid’ahkan dan mengkafirkan dan benci
kepada aliran yang berbeda (terpapar dari sisi sikap).
3. Teroris adalah tindakan yang mulai mewujudkan radikalisme
dalam tindakan dan aksi kekerasan. Menyikapi perbedaan
dengan tindakan pembunuhan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa radikalisme merupakan embrio
bagi terorisme yang diawali dengan memiliki sikap intoleran dan
berlanjut pada sikap radikal. Terorisme tidak terjadi mendadak dan
instan. Seseorang menjadi pelaku teror karena melalui sejumlah
tahapan. Tahapan itulah yang disebut dengan radikalisasi.

Ada beberapa faktor


yang menyebabkan proses radikalisasi berjalan dari intoleransi,
radikalisme ke terorisme. Faktor-faktor tersebut:
1. Pertama, Faktor domestik, yakni kondisi dalam negeri yang
semisal kemiskinan, ketidakadilan atau merasa kecewa dengan
pemerintah.
2. Kedua, faktor internasional, yakni pengaruh lingkungan luar
negeri yang memberikan daya dorong tumbuhnya sentimen
keagamaan seperti ketidakadilan global, politik luar negeri yang
arogan, dan imperialisme modern negara adidaya.
3. Ketiga, faktor kultural yang sangat terkait dengan pemahaman
keagamaan yang dangkal dan penafsiran kitab suci yang sempit
dan leksikal (harfiyah).

Anda mungkin juga menyukai