Bahan Stemi
Bahan Stemi
PENDAHULUAN
dan angka kematian yang tinggi. SKA, merupakan Penyakit Jantung Koroner
perubahan secara tiba-tiba dari keadaan stabil menjadi keadaan tidak stabil
atau akut.1
sering dikeluhkan oleh pasien antara lain dada terasa nyeri terutama yang
leher, bahu, rahang, perut bagian bawah, atau pun lengan sebelahnya, sesak
disebabkan oleh proses pengurangan pasokan oksigen akut atau subakut dari
Sindrom koroner akut terdiri atas angina pektoris tak stabil, Infark miokard
akut tanpa elevasi ST, dan infark miokard akut dengan elevasi ST.4 STEMI
adalah sindrom klinis yang didefinisikan sebagai gejala iskemia infark khas
1
yang dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi segmen ST yang
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Umur : 64 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Aceh
Agama : Islam
Nomor RM : 09.44.**
Masuk RS : 11/01/2018
2.2 Anamnesis
Keluhan tambahan : -
dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri, keluhan ini dirasakan ± 3 jam
3
sebelum masuk rumah sakit, nyeri dada terjadi tiba-tiba pada saat pasien
belakang. Durasi nyeri lebih dari 30 menit. Nyeri tidak hilang dengan
terbangun tengah malam karena sesak (-). Batuk (-), mual (-), muntah
(-)
Riwayat Pekerjaan
4
2.3 Pemeriksaan Fisik
Temperatur : 36,0 C
Pemeriksaan fisik
Pulmo
Cor
sinistra
5
Kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Abdomen
Ekstremitas
Motorik
5555 I 5555
Kekuatan otot :
5555 I 5555
Refleks patologis : - /-
Laboratorium
HEMATOLOGI
Hematokrit 49,1 45 – 55 %
6
Leukosit 9,2 4,5 – 10,5
106/mm3
MCV 90,1 27 – 31 Pg
MCHC 35,0 32 – 36 %
Eosinofil 3 0–6%
Basofil 0 0 – 2%
Neutrofil 69 50 – 70 %
segmen
Limfosit 36,3 20 – 40 %
GINJAL – HIPERTENSI
Ureum 32 13 – 43
7
Pemeriksan Elektrokardiogram
8
Interpretasi EKG :
- P wave : 0.04 s
- PR interval : 0.12 s
- Axis : 40o
anteroseptal
9
Kesan :
10
2.5 Diagnosis
2.6 Tatalaksana
- O2 3-4 l/i
- IVFD RL 20 gtt/i
- CPG 1 x300 mg 1x 75 mg
11
- Atorvastatin 1x40 mg
- Laxadyn syr 1 x C1
- Alprazolam 1x 0,5 mg
- Ramipril 1x2,5mg
P/ rawat ICCU
12
Follow Up 12 januari 2018
Vital sign :
TD : 118/71 mmHg
HR/Pols: 87x/i
RR: 23x/i
Temp : 36,10c
PF/
Pulmo
Abdomen
13
Inspeksi : distensi (-)
Ekstremitas
Pemerriksaan EKG
14
A : Akut Ekstensif Anterior STEMI onset 3 jam Killip I
dd DM type 2
Th :
- O2 3L/i
15
- IVFD NACL 0,9% 10 gtt/i
- Inj.lovenox 0,6cc/12jam
- Aspilet 1x160 mg
- Ramipril 1x2,5 mg
- Atorvastatin 1x40 mg
- Clopidogrel 1x75 mg
- Laxadyn syr 1 x C1
- Alprazolam 1x 0,5
Furosemide 1x40 mg
13 januari 2018
Vital sign :
TD : 100/60 mmHg
HR/Pols: 84x/i
16
RR: 20x/i
Temp : 36,10c
PF/
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Pemeriksaan EKG
17
A : Akut Ekstensif Anterior STEMI onset 3 jam Killip I
+ DM type 2
Th :
- O2 3L/i
18
- Inj. Lovenoc 0,6 cc/12 jam (H3)
- Aspilet 1x 160 mg
- CPG 1x 75 mg
- Atorvastatin 1x40 mg
- Laxadyn syr 1 x C1
- NTG 0,9cc/jam
- Alprazolam 1x 0,5
- Ramipril 1x2,5mg
- Levemis/lantus 1x iu
- Furosemide 1x40 mg
14 januari 2018
Vital sign :
TD : 106/59 mmHg
HR/Pols: 88x/i
RR: 22x/i
19
Temp : 36,50c
PF/
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
20
Pemerriksaan EKG
+ DM type 2
21
Th :
- O2 3l/i
- Aspilet 1x 160 mg
- CPG 1x 75 mg
- Atorvastatin 1x80 mg
- Laxadyn syr 1 x C1
- Alprazolam 1x 0,5
- Ramipril 1x2,5mg
- Furosemide 1x40 mg
15 januari 2018
Vital sign :
TD : 110/70 mmHg
22
HR/Pols: 78x/i
RR : 23x/i
Temp : 36,50c
PF/
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
23
Pemerriksaan EKG
24
A : Akut Ekstensif Anterior STEMI onset 3 jam Killip I
+ DM type 2
Th :
- O2 3l/i
- Aspilet 1x 160 mg
- CPG 1x 75 mg
- Atorvastatin 1x80 mg
- Laxadyn syr 1 x C1
- Alprazolam 1x 0,5
- Ramipril 1x2,5mg
- ISDN 3X1
TERAPI INTERNA :
- Furosemide 1x40 mg
25
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
infark khas yang dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi segmen ST
Sekitar 1,5 juta kasus infark miokard terjadi setiap tahun di Amerika
Serikat. Tingkat insiden tahunan adalah sekitar 600 kasus per 100.000 orang.
Kebanyakan pasien yang menderita infark miokard akut lebih tua dari 60
tahun. Orang tua juga cenderung memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas
yang lebih tinggi akibat infark tersebut . Usia (≥75 tahun) adalah prediktor
26
terkuat dari 90-hari kematian pada pasien dengan STEMI yang menjalani
6%-7% bila menggunakan terapi fibrinolisis, dan sekitar 3%-5% pada pasien
dengan IKP dalam 2 jam onset nyeri. Literatur lain menyebutkan mortalitas 30
aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada
proses kronis yang progresif dan tiba-tiba muncul dengan karakteristik berupa
penumpukan lemak, elemen fibrosa, dan molekul inflamasi pada dinding arteri
dimana faktor tersebut akhirnya akan berubah menjadi faktor risiko dari PJK 9.
Walaupun kejadian PJK muncul di dekade ke-5 pada laki-laki dan dekade ke-
27
Berdasarkan studi Framingham, faktor risiko STEMI dapat dibagi
menjadi dua, yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat
dimodifikasi.
1. Usia
Perubahan utama yang terjadi oleh penuaan adalah penebalan tunika intima
disertai tunika media yang mengalami fibrosis. Ketebalan dari tunika intima
yang diamati secara bertahap meningkat ketika dekade keempat dan kemudian
karena dapat mempengaruhi faktor risiko lain, seperti tekanan darah tinggi,
obesitas, dan kadar lemak. Berat badan merupakan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi meningkat pada umur dewasa tua. Gangguan dalam profil lemak,
seperti nilai total kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL) meningkat
disertai nilai High Density Lipoprotein (HDL) yang rendah, juga berhubungan
2. Jenis kelamin
Pria mempunyai risiko lebih besar dari perempuan dan mendapat serangan
kebanyakan faktor risikonya tidak mau diubah oleh pria, seperti merokok,
28
alkohol, dan kadar HDL yang lebih rendah dari wanita 12 dan sebelum
jantung koroner 2.
1. Merokok
formaldehida, tar, dan lain-lain. Bahan aktif utamanya adalah nikotin (efek
akut) dan tars (efek kronis). Efek nikotin pada system kardiovaskuler adalah
lebih mudah memasuki dinding arteri yang berperan dalam patogenesis PJK 2 .
faktor risiko lain, yaitu dislipidemia, hipertensi, dan diabetes melitus 13.
2. Dislipidemia.
Salah satu komponen lemak tubuh adalah kolesterol. Kolesterol sangat penting
bagi sel yang sehat, tetapi bila tubuh mengakumulasikannya dalam jumlah
menyebabkan kerusakan dan bisa menghambat aliran darah. Jika ini terjadi,
29
utama, yaitu HDL yang berperan dalam membawa kadar lemak yang tinggi
dalam jaringan ke hati untuk dimetabolisme dan dikeluarkan dari tubuh dan
Nilai LDL yang tinggi dan HDL yang rendah berperan dalam peningkatan
3. Hipertensi
menjadi tebal dan kaku yang menyebabkan jantung tidak berkerja dengan
baik. Ini meningkatkan risiko kejadian stroke, serangan jantung, gagal ginjal,
dan penyakit jantung kongestif. Ketika tekanan darah tinggi ini bergabung
dengan faktor risiko yang lain, akan meningkatkan risiko penyakit jantung 2.
30
4. Diabetes melitus
mendadak setelah oklusi trombus pada plak arterosklerosik yang sudah ada
sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara
cepat pada lokasi injury vaskular, dimana injury ini dicetuskan oleh faktor-
kadar LDL, serta tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes melitus
31
yang rusak menjadi terganggu dan jaringan ikat pada pembuluh darah
Proses ini bermula hanya dalam beberapa saat setelah pembuluh rusak
dan dicegah oleh adanya sirkulasi platelet. Platelet akan menempel pada
“Platelet plug” 15. Kerusakan lapisan endotel pembuluh darah ini juga akan
yang dipicu oleh inflamasi. Respon tersebut mengaktifkan factor Va dan VIIIa
yang akan membentuk klot pada pembuluh darah. Teraktivasinya kedua faktor
tersebut dapat dipicu karena tidak terbentuknya protein C oleh liver sehingga
plak dan hilangnya respon protektif seperti antitrombin dan vasodilator pada
pembuluh darah. Penyebab gangguan plak ini disebabkan faktor kimiawi yang
tidak stabil pada lesi aterosklerosis dan faktor stres fisik penderita. Disebakan
32
adanya perkembangan klot pada pembuluh darah dan tidak terstimulusnya
sehingga terjadi disfungsi endotel. Dengan adanya ruptur plak dan disfungsi
setelah oklusi trombus pada plak. Kematian sel-sel miokard yang disebakan
peningkatan Na+ dan Cl- intraselular, menyebakan sel menjadi bengkak dan
mati.16
33
berupa rasa tertekan atau berat daerah retrosternal, menjalar kelrngan kiri,
leher, rahang, area intraskapular, bahu atau epigastrium. Keluhan ini dapat
rasa nyeri.
epigastrium, leher rasa tercekik atau rasa ngilu pada rahang bawah
5. Lama nyeri; nyeri pada SKA berlangsung lama lebih dari 20 menit.
sesudah makan.
34
7. Gejala sistemik; disertai keluhan seperti mual, muntah atau keringat
dingin.
dijalarkan ke leher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri, atau hanya
rasa tidak enak di dada. IMA sering didahului oleh serangan angina pektoris
pada sekitar 50% pasien. Namun, nyeri pada IMA biasanya berlangsung
beberapa jam sampai hari, jarang ada hubungannya dengan aktivitas fisik dan
biasanya cepat dan lemah, pasien juga sering mengalami diaforesis. Pada
sebagian kecil pasien (20% sampai 30%) IMA tidak menimbulkan nyeri dada.
Silent AMI ini terutama terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus dan
atau batuk)
3. Nyeri dada yang dapat ditunjuk dengan satu jari, terutama di daerah
35
6. Nyeri dada yang menjalar ke ekstremitas bawah
a. Elektrokardiogram
pada semua pasien yang memiliki keluhan nyeri dada atau keluhan lain
Sementara itu, sadapan V7-V9 juga harus direkam pada semua pasien
untuk diagnosis STEMI untuk pria dan perempuan pada sebagian besar
karena itu pasien dengan EKG yang diagnostik untuk STEMI dapat
jantung tersedia.
36
Gambar 2.1 Evolusi Gelombang EKG pada STEMI
b. Marka jantung
T.1
37
Dalam keadaan nekrosis miokard, pemeriksaan CK-MB atau
troponin I/T menunjukkan kadar yang normal dalam 4-6 jam setelah
angina. Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan dengan jelas, maka
waktu paruh yang singkat (48 jam). Mengingat waktu paruh yang
troponin bisa saja belum meningkat dalam 6 jam setelah onset gejala,
gejala.18
38
(CK-MB) yang akan meningkat dalam waktu 4 hingga 6 jam, mencapai
c. Pemeriksaan Noninvasif
memberikan gambaran fungsi ventrikel kiri secara umum dan berguna untuk
dilakukan untuk tujuan diagnostik pada pasien dengan risiko tinggi dan
39
diagnosis banding yang tidak jelas. Penemuan oklusi trombotik akut, misalnya
pada arteri sirkumfleksa, sangat penting pada pasien yang sedang mengalami
diagnostik.1
stenosis arteri utama kiri yang memiliki risiko tinggi untuk kejadian
e. Pemeriksaan Laboratorium
gawat darurat adalah tes darah rutin, gula darah sewaktu, status elektrolit,
40
berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan gambaran EKG adanya
elevasi ST baru pada titik J ≥ 2 mm pada pria atau ≥ 1.5 mm pada wanita,
minimal pada dua sadapan V2-V3 dan atau ≥ 1 mm pada sandapan dada yang
Kinase MB (CKMB) dalam darah. cTn memiliki sensitifitas yang tinggi serta
cukup spesifik. Terdapat dua jenis troponin, yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini
meningkat setelah dua jam bila terjadi infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-24 jam. cTn T masih dapat dideteksi dalam kurun waktu 5-14 hari
pasca infark, sedangkan cTn I setelah 5-10 hari. Apabila pemeriksaan cTn
meningkat setelah tiga jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam waktu 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari.17
ataupun konsensus dari para ahli sesuai pedoman pada Gambar 2.1 6
41
dengan elevasi ST yaitu dari ACC/AHA tahun 2013 dan ESC tahun 2012,
42
medikamentosa sedini mungkin. Pasien dengan STEMI harus dilakukan terapi
reperfusi awal yang dilakukan pada 30 menit awal dari kedatangan di Rumah
Sakit 7
1. Pemberian Oksigen
arteri < 94%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan
2. Nitrogliserin
3. Analgesik
Morfin sulfat (2-4 mg intravena dan dapat diulang dengan kenaikan dosis 2 –
4. Aspirin
Aspirin kunyah harus diberikan pada pasien yang belum pernah mendapatkan
aspirin pada kasus STEMI. Dosis awal yang diberikan 162 mg sampai 325
mg. Selanjutnya aspirin diberikan secara oral dengan dosis 75-162 mg.
43
5. Beta Bloker
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta
IV, selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa digunakan adalah
6. Clopidogrel
dan ACE inhibitor harus segera diberikan kecuali terdapat kontraindikasi dan
memberikan hasil yang baik. Suatu registri di Israel melaporkan pasien yang
Sasaran terapi reperfusi pada pasien STEMI adalah door to needle atau
medical contact to balloon time untuk IKP dapat dicapai dalam 90 menit 7.
44
kurang dari 12 jam sejak onset nyeri dada untuk semua pasien infark miokard
ST elevasi > 0,1mV pada >2 ujung sensor EKG di dada yang
berturutan,
ada tidaknya rumah sakit sekitar yang memiliki fasilitas IKP. Bila tidak ada,
langsung pilih terapi fibrinolitik. Bila ada, pastikan waktu tempuh dari tempat
kejadian (baik rumah sakit atau klinik) ke rumah sakit tersebut apakah kurang
atau lebih dari 2 jam. Jika membutuhkan waktu lebih dari 2 jam, reperfusi
tempat-tempat yang tidak dapat melakukan IKP pada pasien STEMI dalam
12 jam sejak awitan gejala pada pasien-pasien tanpa indikasi kontra apabila
IKP primer tidak bisa dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120
menit sejak kontak medis pertama7. Pada pasien-pasien yang datang segera (<2
45
jam sejak awitan gejala) dengan infark yang besar dan risiko perdarahan
pertama dengan inflasi balon lebih dari 90 menit. Fibrinolisis harus dimulai
Streptokinase
Alteptase
dari 100mg
terapi antikoagulan selama minimum 48 jam dan lebih baik selama rawat
inap, hingga maksimum 8 hari. Pasien STEMI yang tidak mendapat terapi
46
Low Molecular Weight Heparin (LMWH) atau fondaparinuks dengan regimen
Warfarin
mg.20
Heparin
syok. 21
Enoxaparin (Lovenox)
47
o Dosis yang diberikan 1 mg/kg setiap 12 jam subkutan, ditambah
minimal 2 hari. 20
pengobatan. 22
2.10 Prognosis
perubahan EKG. Infark inferior memilki mortalitas 30 hari sebesar 4,5 % dan
infark miokard adalah usia, tekanan darah sistolik, denyut jantung, lokasi
48