Anda di halaman 1dari 2

MENULIS ITU MENYENANGKAN

“Bagaimana bisa? Rasanya menulis itu sulit. Apa yang ingin disampaikan rasanya tak terkatakan
(tertuliskan).”
“Mana mungkin? Menulis itu butuh pemikiran yang rumit. Apa yang ingin ditulis pun susah,
harus menggunakan konsep segala.”
“Bagaimana caranya? Butuh banyak waktu, tidak akan sempat dikerjakan.”
“Tidak mungkin. Lagipula saya tidak berbakat. Menulis kan tidak semudah berbicara”

Barangkali narasi di atas yang muncul dalam pemikiran setiap orang yang baru pertama kali
ingin menulis saat menemukan pernyataan bahwa menulis itu menyenangkan. Saya sendiri pada
awalnya sependapat dengan pemikiran-pemikiran itu, namun setelah direnungkan menulis itu
tidak sesulit yang saya bayangkan pada awalnya.
Sebagai seorang penulis pemula, saya masih menghadapi situasi dimana ide dan kreatifitas kerap
stagnan, tidak mengalir seperti yang banyak disampaikan oleh para penulis yang sudah memiliki
jam terbang. Tapi itu bukan merupakan alasan untuk tidak berbuat (menulis). Menulis dapat kita
lakukan dengan cara sederhana, seperti membuat catatan kecil di pinggiran buku, kertas, absensi
siswa, dan sebagainya saat ide muncul secara tiba-tiba. Lalu, kumpulan tulisan itu akan saya
coba tuliskan dengan lebih runut dan dengan sedikit tambahan, akan muncul sebuah tulisan
pendek seperti ini.
Kemudian, janganlah menilai diri terlalu rendah, namun juga jangan terlalu tinggi. Adalah hal
biasa saat kita mulai menulis muncul rasa rendah diri dan ragu akan kualitas tulisan yang akan
kita hasilkan. Namun, jangan jadikan itu sebagai alasan. Saya tertarik dengan sebuah kata
motivasi saat saya ingin menulis. “Tidak ada sebuah tulisan yang jelek, karena tidak orang yang
bisa menilai sebuah karya dan pemikiran orang lain.” Mungkin ini mengarah kepada selera
pembaca, kenapa suatu tulisan sampai bisa menjadi best seller dan disukai, bukan karena kualitas
dari tulisan itu sendiri. Jadi, berhentilah ragu, atau menilai diri sendiri tidak mampu
menghasilkan suatu tulisan yang baik.
Selanjutnya, masalah yang kerap saya temukan dalam menulis adalah rasa malas. Ini merupakan
musuh utama, lebih dari sekedar tidak bisa menulis sebab malas tidak akan menghasilkan apa-
apa. Bahkan sempat ada beberapa draft tulisan, yang dikarenakan rasa malas tadi hanya
teronggok lesu di sehelai kertas. Ujungnya hanya menjadi sekadar menjadi kertas lap atau
pemenuh tong sampah. Padahal mungkin saja tulisan itu sebenarnya adalah berlian yang belum
terasah, yang akan membawa kebaikan bagi banyak orang yang membaca jika dilanjutkan
menjadi sebuah tulisan.
Akhirnya, jika ditanya kiat menulis maka jawaban yang bisa saya berikan bahwa semua diawali
dengan niat. Tujuan dari kita menulis itu apa? Sekadar hobi? Mencari rezeki? Sarana curhat?
Atau sebagai media dakwah? Semua Kembali kepada niat, lalu dilanjutkan dengan usaha
(menulis). Terus berusaha menulis untuk mengasah kemampuan dan menghasilkan kualitas
tulisan yang lebih baik. Perbanyak membaca buku sebagai bahan referensi dan memperkaya
kosakata dan rasa bahasa. Serta, bergabung dengan teman-teman penulis lain untuk
mengembangkan wawasan tentang dunia penulisan. Jangan malu bertanya, sebab ilmu tidak akan
berkurang jika dibagikan dan teruslah menulis. Dan jangan salahkan saya jika pada akhirnya
judul tulisan ini benar. Mari menulis dan buktikan bahwa menulis itu menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai