370 694 1 SM
370 694 1 SM
Toule
ABSTRAK
A. Pengantar
sosial dan ekonomi masyarakat secara luas. Diperkirakan Angka Kemiskinan di Indo-
Kondisi ini yang menjadi dasar bagi nesia menurut BPS, Maret 2012 adalah
pemerintah untuk mengupayakan berbagai sebesar 29, 13 juta orang atau 11,96%;
upaya pemberantasan korupsi. jumlah pengangguran adalah sebanyak 7,6
Transparancy International mengung- juta orang; Hutang luar negeri berdasarkan
kapkan bahwa Indeks Persepsi Korupsi data Kementerian Keuangan tahun 2012
(Corruption Perception Index/ CPI) di adalah 1.937 triliun. Pinjaman sebesar 615
tahun 2010 adalah sebesar 2,8 dan triliun, dan surat hutang sebesar 1.322 triliun.
menduduki ranking 110 dari 178 negara, Sedangkan kerusakan hutan adalah seluas
Tahun 2011 mencapai 3,0 dan menduduki 3.8 juta hektar, yakni yang dibabat dan
ranking 100 dari 183 negara. Sedangkan dieksploitasi secara illegal. Kondisi ini
di tahun 2012, CPI Indonesia mencapai 3,2 dengan sendirinya menempatkan tindak
namun turun peringkat menjadi 118 dari 182 pidana korupsi sebagai kejahatan luar biasa
negara.3 Korupsi dilakukan dalam berbagai (extra ordinary crime) yang harus
sektor, yakni dalam penerimaan pajak, ditanggulangi dengan cara-cara yang ekstra.
penerimaan non pajak, belanja barang dan
jasa, bantuan sosial, APBN/APBD, DAU/ C. Eksistensi Ancaman Pidana Mati
DAK/Dekonsentrasi. Beberapa kasus dalam UU Pemberantasan TP
menonjol (celebrity case) yang mendapat Korupsi
perhatian besar masyarakat, dan
Sebagai upaya penanggulangan tindak
membutuhkan upaya dan kerja keras aparat
pidana korupsi sebagai kejahatan yang luar
penegak hukum untuk mengungkapkannya
biasa, pembuat undang-undang mem-
adalah antara lain kasus korupsi pajak,
formulasikan beberapa hal penting, yang
proyek Hambalang, simulator SIM, dan
dianggap dapat dipakai sebagai alat untuk
import daging sapi, yang melibatkan
menjerat dan mendatangkan efek jera
pegawai pajak, anggota DPR, pejabat
kepada pelaku, yakni asas pembuktian
Polri, petinggi partai politik, bahkan menteri.
terbalik dan sanksi yang berat, termasuk
Komisi Pemberantasan Korupsi
pidana mati. Kebijakan formulasi pasal-
mengungkapkan bahwa tindak pidana
pasal yang berkaitan dengan kedua hal ini
korupsi menimbulkan akibat yang luar biasa
tentu didasarkan pada pemikiran dan
dalam berbagai aspek kehidupan
dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
masyarakat, seperti angka kemiskinan yang
memberantas tindak pidana korupsi.
tinggi penggangguran, meningkatnya hutang
Namun, kebijakan formulasi ini tidak diikuti
luar negeri, serta kerusakan alam.
3
Abraham Samad, Grand Design Pemberantasan Korupsi di Indonesia, Makalah, Simposium Nasional
Rekonseptialisasi Politik Kriminal dan Perspektif Kriminologi dalam Penegakan Hukum di Indonesia, MAHUPIKI-
FH UNHAS, Makassar, Maret 2013
oleh kebijakan aplikasi. Sebagaimana asas waktu terjadi bencana alam nasional,
pembuktian terbalik enggan untuk sebagai pengulangan tindak pidana korupsi,
diterapkan dalam persidangan tindak pidana atau pada waktu negara dalam keadaan
korupsi, maka hakim tindak pidana korupsi krisis ekonomi dan moneter.
juga enggan untuk menerapkan ancaman Ketentuan tersebut di atas mendapat
pidana mati terhadap pelaku tindak pidana, tanggapan dari Artidjo Alkostar, yang
meskipun nyata-nyata negara telah dirugikan menyatakan ketentuan korupsi yang
milyaran, bahkan trilyunan rupiah, dan dilakukan pada waktu negara dalam
banyak anggota masyarakat kehilangan keadaan bahaya, terjadi bencana alam
kesempatan untuk menikmati kesejahteraan nasional, pengulangan tindak pidana
akibat dari tindak pidana tersebut. korupsi, atau negara dalam keadaan krisis
Menurut Ketua Komisi Yudisial ekonomi dan moneter, malah kontradiksi
Busyro Muqodas, ada 3 kriteria utama yang dengan pemberantasan korupsi sebab tidak
membuat seorang pelaku tindak pidana jelas parameternya. Pernyataan demikian
korupsi layak dijatuhi hukuman mati; tentunya akan terbantahkan jika
1. Nilai uang negara yang dikorupsi lebih diperhadapkan dengan keharusan seorang
dari Rp 100 miliar dan secara massif hakim untuk bertindak kreatif sesuai dengan
telah merugikan rakyat; makna ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-
2. Pelaku tindak pidana korupsi tersebut undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
adalah pejabat negara; Kekuasaan Kehakiman, di mana hakim
wajib menggali, mengikuti dan memahami
3. Pelaku korupsi sudah berulang-ulang
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang
kali melakukan korupsi.
hidup dalam masyarakat.
Salah satu penyebab tidak
Dengan demikian, ketidakjelasan pa-
diterapkannya ancaman pidana mati kepada
rameter seperti dikemukakan di atas
koruptor karena perumusan ancaman
bukanlah merupakan alasan yang
pidana mati diikuti dengan syarat dalam
menyebabkan hingga kini belum ada
“keadaan tertentu” (Pasal 2 ayat (2). Dalam
hukuman mati bagi koruptor di Indonesia.
penjelasan Pasal ini dirumuskan bahwa,
Hukuman terberat yang pernah dikenakan
yang dimaksud dengan keadaan dengan
terhadap koruptor di Indonesia adalah
“keadaan tertentu” dalam ketentuan ini
hukuman seumur hidup yang pernah dikenai
dimaksudkan sebagai pemberatan bagi
terhadap Dicky Iskandar Dinata yang waktu
pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak
terbukti melakukan tindak pidana korupsi
pidana tersebut dilakukan pada waktu
secara berulang, terhadap Bank Duta dan
negara dalam keadaan bahaya sesuai
Bank BNI.
dengan undang-undang yang berlaku, pada
hidup sebagai non-derogable right dari menentang hukuman mati karena dianggap
sudut hak asasi manusia. Meskipun tidak mahusiawi dan tidak efektif. 6
demikian, perdebatan tentang pidana mati Perdebatan tentang efektivitas pidana mati,
akan tetap dilakukan, karena secara khususnya bagi tindak pidana korupsi masih
konstitusional, UUD RI 1945 secara tegas tetap terjadi. Perdebatan ini didasarkan
memberikan perlindungan terhadap hak pada asumsi apakah penjatuhan pidana mati
asasi manusia, dan karena itu, pengambilan efektif dalam menanggulangi kejahatan
hak hidup seseorang, apapun bentuknya (korupsi)? Terdapat dua kelompok yang
merupakan pelanggaran terhadap hak secara komprehensif mengajukan
tersebut. argumentasi mereka, baik yang menentang
Perdebatan tentang pidana mati juga (abolisionis) maupun yang mendukung
tetap beralasan, karena realitanya, secara (retensionis) hukuman mati.
internasional dan regional, negara-negara di Kelompok abolisionis mendasarkan
dunia sedang digiring untuk berada dalam argumennya pada beberapa alasan.
satu pemikiran dan kesepakatan bersama Pertama, hukuman mati merupakan bentuk
untuk menghapus hukuman mati. hukuman yang merendahkan martabat
Berdasarkan Resolusi 2857 tahun 1971 dan manusia dan bertentangan dengan hak asasi
Resolusi 32/61 tahun 1977, PBB telah manusia. Atas dasar argumen inilah
mengambil langkah mengumumkan kemudian banyak negara menghapuskan
penghapusan pidana mati sebagai tujuan hukuman mati dalam sistem peradilan
universal yang ingin dicapai, meskipun pidananya. Sampai sekarang ini sudah 97
secara terbatas diberlakukan untuk negara menghapuskan hukuman mati.
beberapa kejahatan. Beberapa konvensi Negara-negara anggota Uni Eropa dilarang
regional juga telah disepakati sebagai upaya menerapkan hukuman mati berdasarkan
mendorong penghapusan pidana mati, Pasal 2 Charter of Fundamental Rights
antara lain Konvensi Eropa tentang of the European Union tahun 2000.
Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Majelis Umum PBB pada tahun 2007,
Kebebasan Dasar, dan Konvensi Amerika 2008 dan 2010 mengadopsi resolusi tidak
tentang hak-hak Asasi Manusia. Dengan mengikat (non-binding resolutions) yang
kata lain, sistem hukum di dunia semakin menghimbau moratorium global terhadap
menjauh dari hukuman mati. hukuman mati. Protokol Opsional II Inter-
Perdebatan tentang hukuman mati telah national Covenant on Civil and Politi-
ada sejak jaman Cesare Beccaria di sekitar cal Rights/ICCPR akhirnya mewajibkan
tahun 1780, yang pernah menyatakan setiap negara mengambil langkah-langkah
6
Beccaria, Of Crime and Punishment, translated by Jane Grigson, Marsilio Publisher, New York, 1996, hal. 9.
7
United Nations, World Drug Report. 2012. United Nations Office On Drugs And Crime. Vienna, New York, 2012.
8
Andi Hamzah dan A. Sumangelipu, , Pidana Mati di Indonesia di Masa lain, Kini dan di Masa Depan, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1985, hal. 24
dalam masa darurat korupsi karena telah membutuhkan kemauan dan keseriusan
menyebabkan kemiskinan dan karenanya semua pihak, baik eksekutif, legislatif
merusak hak hidup jutaan manusia Indone- maupun yudikatif. Suatu peraturan
sia, maka berdasarkan pertimbangan rasa perundang-undangan tentang Penang-
keadilan yang hidup dalam masyarakat, gulangan Tindak Pidana Korupsi yang baik
hukuman mati masih perlu untuk tetap hanya akan menjadi kata-kata mati jika
dirumuskan dalam undang-undang aparat penegak hukum tidak memiliki
pemberantasan tindak pidana korupsi di integritas moral yang baik untuk
masa mendatang. Hukuman mati dapat menanggulangi tindak pidana korupsi.
memberikan peringatan keras pada para (RAS - SIL)
pejabat publik untuk tidak melakukan
korupsi. Namun, hukuman mati hendaknya DAFTAR PUSTAKA