Fajar Apandi Fah
Fajar Apandi Fah
BAB I
PENDAHULUAN
“ suatu Proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, namun juga yang
paling tidak jelas”.1 Pendapat Ricklefs itu, menurut Didin Saepudin, bisa jadi
dikemukakan para ahli dan telah diperdebatkan oleh para ilmuan, namun agak
pasti tidak mungkin dicapai karena sumber-sumber yang ada tentang islamisasi
sangat langka dan sering sangat tidak informatif. 3 Adapun secara umum menurut
Ricklefs ada dua proses mengenai penyebaran agama Islam di Indonesia. Pertama,
menganutnya. Proses kedua, orang-orang Asing ( Arab, India, Cina dll.) yang
1
MC. Ricklefs, A History of Modern Indonesia, Pernerjemah, Dharmono Hardjowidjono,
( Yogyakarta: Gajah Mada Univ. Press 2005), hal. 3.
2
Didin Saepudin, Proses Islamisasi Penduduk Indonesia dalam Perspektif Sejarah, hal.
225.
3
MC. Ricklefs. A History of Modern Indonesia, hal. 3
2
telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia,
kawin dengan penduduk asli, dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa
sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya. 4
deskriptif. Dilihat dari segi kedatangan Islam, ada tiga teori besar mengenai
Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam langsung dari Arab, atau
tepatnya Hadramaut. Beberapa tokoh yang mengusung teori ini adalah Crawfurd
(1820), keyzer (1859), Niemann (1861), De Hollander (1861) dan Veth (1878).
Keyzer beranggapan bahwa Islam datang dari Mesir yang bermazhab Syafi’i,
sama seperti yang di anut kaum Muslimin Nusantara umumnya. Teori ini juga di
pegang oleh Neiman dan De Holander, tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan
pengikut Mazhab Syafi’i seperti juga kaum Muslimin Nusantara. Sedangkan Veth
dari India. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel pada 1872.
bermazhab Syafi’i dari Gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam ke
Asia Tenggara. Oleh karena itu Nusantara, menurut teori ini menerima Islam dari
India. Sedangkan mengenai waktu pada teori tidak menyebutkan secara pasti,
namun prediksi waktu yakni pada abad XII, sebagai periode yang mungkin
Ketiga: teori yang menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (kini
Benggali atau keturunan mereka, bahkan lebih jauh Fatimi menjelaskan bahwa
Islam pertama kali muncul di Semenanjung Melayu. Yakni dari arah timur pantai,
bukan dari barat Malaka, lalu melalui Kanton, Pharang (Vietnam, Leran, dan
Trengganu. Proses awal Islamisasi ini, menurut Fatimi terjadi pada abad ke 11 M.
masa ini dibuktikan dengan di temukannya batu nisan seorang Muslimah bernama
Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 475 H atau 1082 M di Leren
Gresik6
Azmi menambahkan satu lagi teori bahwa Islam datang dari Cina. Ia mengutip
teori Emanuel Godinho de Eradie seorang ilmuan Spanyol yang menulis pada
6
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur-Ttengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII& XVII, (Bandung: Mizan 1994 ), hal. 31-32.
4
M.7
Dahana, Guru besar studi Cina, Universitas Indonesia (UI) Depok, berpendapat
mengada-ada. Fakta ini bisa di telusuri dari faktor Tionghoa dalam Islamisasi Asia
Tenggara. Selama ini katanya arus Islamisasi yang di kenal hanya berasal dari
dua tempat yaitu Gujarat dan Timur-Tengah. “ munculnya teori tentang peran
7
A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung : Al-
Ma’rif 1993), hal. 180.
8
Didin Saepudin, Proses Islamisasi Penduduk Indonesia dalam Perspektif Sejarah. hal.
227.
9
Prof. Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng-Ho,Misteri Perjalanan Muhibah di
Nusantara, (Jakarta : Pustaka Popular Obor 2005), hal. Xxxii.
5
dan Papua. Keberhasilan penyebaran Islam ini selain oleh Para Ulama sendiri juga
atas dukungan politik dan kekuasaan Raja / Sultan yang turut menyebarkanya.
Faktor lain dari keberhasilan penyebaran Islam adalah Agama Islam yang bersifat
Jawa Barat, karena sebelumnya wilayah Jawa barat berada dalam kerajaan Hindu
Tarumanagara (395-628 M), Sunda dan Galuh (628-1357 M), Pajajaran Pakuan
Syaikh Quro adalah putra Ulama besar Mekah yang menyebarkan Agama
ulama besar di Campa, yang masih ada garis keturunan dengan Syekh Jamaludin
serta Syaikh Jalaludin Ulama besar Mekah, bahkan menurut sumber lainnya garis
keturunannya itu sampai kepada Syayidina Hussen bin Syaidina Ali ra. Dan Siti
10
Fauzan Al- Anshari, Garis-Garis Besar Syariat Islam, (Jakarta : Khairul Bayan 2003),
Cet ke 1, hal. 3.
11
Wawancara pribadi. Habib Saleh, Al- Habsyi, Pengajar Sejarah/Sejarawan Kab,
Karawang, di Karawang, 21 Desember. 2010
12
Yunus Suherman, Sejarah Perntisan Penyebaran Islam di Tatar Sunda, , (Bandung
Pustaka 1995, . Cet, ke-2, hal . 5-15.
13
Syamsurizal, Ikhtisar Sejarah Singkat Syekh Qurotul’ain, Karawang Mahdita , 2009.
hal. 10
6
Armada Angkatan laut Tiongkok itu di ikut sertakan Syaikh Hasanuddin atau
Syaikh Quro dari Campa untuk mengajar agama Islam di kesultanan Malaka.14
Pelabuhan Muara Jati,Cirebon untuk menyebarkan agama Islam. Pada waktu itu
Jawa Barat masih di kuasai Negeri Padjajaran yang masih menganut Agama
agar penyebaran Agama Islam yang di lakukan Syaikh Quro di hentikan. Perintah
itu di patuhi oleh Syaikh Quro lalu beliaupun kembali lagi ke Malaka.15
Quro melewati laut Jawa kemudian memasuki Muara Kali Citarum yang pada
waktu itu Muara Citarum ramai dilayari oleh perahu para pedagang yang keluar
Karawang. Kedatangan Ulama Besar ini diterima baik oleh petugas pelabuhan
14
Atja. Carita Purwaka Caruban Nagari : Karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan
Sejarah, Bandung : Proyek Permuseuman, Jawa Barat, 1986, hal. 31. Laksamana Te-
Ho kemungkinan adalah Laksamana Cheng-Ho yang di sertai Ma-Huan dan Feh- Tsin,
keduanya pandai berbhasa Arab dan telah beragama Islam.
15
Dewan Keluarga Masjid Agung Karawang, Sejarah dan Peranan Masjid Agung
Karawang dalam Pembinaan Umat yang Beriman dan Bertakwa, Karawang, tanpa
pengarang, 1993. Hal. 4.
7
Karawang dan di izinkan untuk mendirikan Musholla yang digunakan juga untuk
Pada masa itu daerah Karawang sebagian besar masih merupakan hutan
belantara serta daerah yang di kelilingi oleh rawa-rawa. Hal ini menjadikan dasar
pemberian nama Karawang, yang berasal dari Bahasa Sunda yaitu Ka-rawa-an
yang memiliki arti tempat atau daerah yang berawa-rawa. Keberadaan daerah
Karawang telah di kenal sejak masa kerajaan Padjajaran yang berpusat di Bogor,
karena pada masa itu, Karawang merupakan satu-satunya jalur lalu lintas yang
sangat penting sebagai jalur Transfortasi hubungan antara kedua Kerajaan besar
yakni Kerajaan Pakuan Padjajaran dengan Kerajaan Galuh Pakuan yang berpusat
di Ciamis.17
pendidikan yaitu Pesantren Quro yang sekarang telah berubah menjadi Masjid
Agung Karawang19 adapun peranan dalam hal Keagamaan yakni Syaikh Quro
16
Ibid., hal 5
17
Pemda Karawang, Sejarah Singkat Hari jadi Kabupaten Karawang berikut Silsilah
dan Urutan para Bupatinya, 2009, ha.l 3-4.
18
Wawancara pribadi. Habib Saleh, Al- Habsyi, Pengajar Sejarah/Sejarawan Kab,
Karawang, Karawang, 21 Desember 2010.
19
Dewan Keluarga Masjid Agung Karawang, Sejarah dan Peranan Masjid Agung
Karawang dalam Pembinaan Umat yang Beriman dan Bertakwa, Karawang , tpn, 199,
hal. 8.
8
keyakinan mereka dari Masyarakat yang berkeyakinan Hindu dan Budha menjadi
merupakan hal yang langka. maka perlu suatu pengungkapan sejarah, atau usaha
kembali ke masa lalu,bertujuan untuk memahami masa yang akan datang, yang
merupakan tiga dimensi waktu yang selalu berkaitan dan akan menemukan
Penyebaran agama Islam yang di tuangkan dalam skripsi yang berjudul “ Peranan
1. Perumusan Masalah
penulis, ialah Peranan Syaikh Quro dalam Penyebaran Islam di Jawa Barat Abad
20 20
Wawancara pribadi. Habib Saleh, Al- Habsyi, Pengajar Sejarah/Sejarawan Kab,
Karawang, Karawang, 21 Desember 2010.
21
Ahamad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia, (Bandung: Mizan 1995), Cet, ke- 2, hal. 27.
9
Islam?
XV?
di Jawa Barat?
2. Pembatasan Masalah
terungkap.
D. Metodologi Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah, maka
upaya merekontruksi masa lampau dari objek yang diteliti itu di tempuh melalui
metode penelitian sejarah. adapun metode penelitian dalam skripsi ini meliputi
teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data yang biasa di istilahkan
22
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999),
hal.44.
11
dalam metode penelitian sejarah, maka penelitian dalam skripsi ini dilakukan
1. Pengumpulan Data.
Pada bagian ini penulis mencari dan mengumpulkan data atau sumber-
Bandung.
secara deskriftif
data tersebut ke dalam sebuah kisah atau tulisan yang utuh. Pada
begitu banyak buku yang mengupas secara khusus dan komprehensif tentang
sosok Syaikh Quro dalam Perananya menyebarkan agama Islam, tetapi setidaknya
mengenai Syaikh Quro, yang pertama buku yang berjudul : Ikhtisar Sejarah
Singkat Syekh Qurotul’ain, buku ini terbitan dari Kepala Desa setempat yang
Kabupaten. Karawang. Propinsi. Jawa Barat. buku ini hanya sedikit pembahsan
tentang Syaikh Quro, karena memang buku ini adalah buku Ikhtisar sejarah
Syaikh Quro, selebihnya Isi dari buku ini adalah pembahsan mengenai Doa-doa
Karawang dalam Pembinaan Uumat yang Beriman dan Bertakwa, buku ini
terbitan dari Dewan Keluarga Masjid Agung Karawang, dalam buku ini terdapat
beliau, yang terdapat di bab II dalam buku ini, akan tetapi sebenarnya isi buku ini
tidak secara Khusus membahas tentang Syaikh Quro, karena subtansi isi buku ini
yakni mengenai sejarah dan peranan masjid Agung karawang itu sendiri.
Selain dari pada itu penulis tidak menemukan skripsi atau tesis yang
membahas tentang Syaikh Quro dan peranannya dalam menyebarkan Islam, yang
mana hal ini menjadi motivas tersendiri buat penulis menjadikan pembahsan
tentang Syaikh Quro dan peranannya dalam menyebarkan Islam sebagai judul
skripsi.
F. Landasan Teori
yang merupakan komponen dan eksponen dari proses sejarah yang di kaji. .23
Dengan demikian pemakaian suatu teori dalam pengkajian suatu peristiwa sejarah
sangat di tentukan dari sudut mana kita memandang peristiwa tersebut. Oleh
karena itu dalam Studi ini digunakan sudut pandang sosial keagamaan, maka
landasan teori yang di pakai dalam penelitian ini yakni teori Sosiologi Agama dari
ajaran agama Islam, bahwa agama dipandang sebagai pengemban tugas agar
Keagamaan Syekh Quro dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat abad XV
suri teladan yang baik bagi generasi sekarang sebagai suatu metode dan saluran
dimana posisi Ulama adalah sebagai pewaris Nabi dalam menyebarkan dakwah
Selanjutnya Peranan Syaikh Quro dalam hal Sosial yakni Ia adalah Seorang
23
Sartono Kartodidjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, ( Jakarta:
Gramedia 1993) , hal. 2.
24
Syamsudin Abdullah, Agama dan Masyarakat Pendekatan Sosiologi Agama ( Jakarta:
Logos Wacana Ilmu 1997), hal. 91.
25
Machnun Husein, Islam dalam Perspektif Sosiologi Agama, ( Yogyakarta: Titian Ilalhi
1996) hal. 29
17
Quro mendirikan Lembaga Pendidikan yaitu Pesantren Quro. Selain itu peranan
Sosial Keagamaan Syaikh Quro dalam menyebarkan agama Islam di Jawa Barat
adalah implementasi ajaran agama Islam yaitu: melalui saluran Pernikahan, yang
mana dalam sejarah perjalanan agama Islam di Jawa Barat , ternyata pernikahan
juga merupkan perkara yang turut mempercepat proses penyebaran Islam karena
disamping sebagai reproduksi keturunan juga menarik jiwa lain untuk menganut
Islam.
G. Sistematika Penyusunan
penulis membagi skripsi ini ke dalam lima bab, dengan sistematika sebagai
berikut:
M. Permasalah penting yang di bahas dalam bab ini meliputi Letak Geografis
Jawa Barat, Sejarah Singkat Jawa Barat pra Islam, , Kondisi Sosial, Keagamaan
Nusantara, para penyebar Islam, selanjutnya tentang sejarah awal masuknya Islam
di Jawa Barat.
menyebarkan Islam di Jawa Barat Abad 15, dimana pembahasanya diawali dari
Asal usul Syaikh Quro, perjalanan penyebaran Islam Syaikh Quro, serta peranan
Sosial Keagamaan Syaikh Quro dalam Penyebaran agama Islam di Jawa Barat
Abad XV M.
pembahasan skripsi ini. Pada pembahsan bab ini diharapkan dapat menarik
benang merah dari uraian pada bab-bab sebelumnya menjadi satu rumusan yang
tambahkan beberapa lampiran untuk melengkapi skripsi ini. Baik berupa hasil
BAB II
Bumi Jawa Barat merupakan bagian dari Sunda Islands, yang luas
wilayahnya hampir sepertiga dari Pulau Jawa, terjadi setelah munculnya Benua
Asia. Sebutan Sunda Islands, maksudnya tentu saja adalah Kepulauan Sunda. Hal
tersebut masih sejalan dengan peta yang di buat Portugis dan Belanda di masa
Jawa Barat secara Geografis terletak di antara 5°50 – 7°50 LS dan 104°48
Laut Jawa bagian Barat dan DKI Jakarta di Utara, sebelah Timur berbatasan
Indonesia dan sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Banten dan Selat Sunda.
Dengan daratan dan pulau-pulau kecil (48 Pulau di Samudera Indonesia, 4 Pulau
di Laut Jawa, 14 Pulau di Teluk Banten dan 20 Pulau di Selat Sunda), luas
Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kawasan Utara
26
Yosep Iskandar, Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa, Bandung : CV Geger
Sunten, 1997, hal .4.
20
Tengah27
Alam dan Pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat
diberdayakan, antara lain menyangkut Sumber Daya Air, Sumber Daya Alam dan
Pemanfaatan Lahan, Sumber Daya Hutan, Sumber Daya Pesisir dan Laut serta
Sumber Daya Perekonomian. Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 0
2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai
Barat. Sedangkan Kerajaan yang berdasarkan agama Hindu yang ada di Jawa
Barat telah bediri sejak Abad ke –IV atau tahun 358 M. Umumnya wilayah
kurang terkenal, satu dan lainnya juga kurang erat hubungannya, serta
27
Pemerintah Daerah Tingkat I Prponsi Jawa Barat, Selayang Pandang Propinsi Jawa
Barat, (Bappeda : 2006), Cet. Ke – 1, hal. 5.
28
Ibid., hal. 6.
29
Edi S Ekadjati, Masyarakat dan Kebudayaan Sunda. Bandung : Pusat Ilmiah dan
Pengetahuan Regional Jawa Barat, 1980, hal 61
21
Mulawarman.
waktu itu di Jawa Barat berdiri dua kerajaan besar yaitu kerajaan Sunda
batas wilayah dari sungai Citarum ke barat. Raja yang terkenal adalah
22
Citarum ke timur.
Ciliwung dekat Prasasti batu tulis kota Madya Bogor. Raja yang terkenal
23
adalah Sri Baduga Maha Raja atau terkenal dengan sebutan Prabu
kerajaaan terbesar yang terakhir yang bercorak Hindu di Jawa Barat dan
wilayah ini.30
Telah menjadi hal yang umum diketahui bahwa sebelum Islam masuk,
Kepercayaan tersebut mencapai bentuk nyata pada jaman Neolithikum dan jaman
perunggu-besi, pada waktu kehidupan masyarakat telah mulai menetap dan telah
megalith (kebudayaan Batu besar) seperti tugu-tugu tegak (menhir), meja batu
30
Hoesein Djajadiningrat, “Beberapa Catatan Mengenai Kerajaan Jawa Cirebon pada
Abad-Abad Pertama Berdirinya” Dalam Masa Awal Kerajaan Cirebon, Jakarta :
Bharata, 1973, hal. 23-40.
31
Wawancara pribdi, Drs. Iwa Kartiwa. Kepala Seksi. Sejarah dan Nilai Tradisional, pada
Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Propinsi Jawa Barat. Di Bandung, Tanggal 4 Oktober 2010.
32
R. Moh Ali, Sedjarah Djawa Barat : Suatu Tanggapan. Bandung : Pemerintah Daerah
Tingkat I Jaw a Barat, 1972, hal. 52.
24
Perihal agama Masyarakat Jawa Barat atau penduduk Kerajaan Sunda, Sri
Yoeliawati dalam masuk dan berkembangnya Agama Islam di Daerah Banten dan
pengaruh India (Hindu-Budha) mulai masuk Indonesia. Tanah Sunda (Jawa Barat)
pun tidak terlepas dari masuknya pengaruh India tersebut. Masuknya pengaruh
Dari beberapa Prasasti dapat diketahui bahwa agama Hindu telah menjadi agama
mazhab Saura.34.
tersebut merupakan bentuk penghormatan bagi Arwah Raja yang telah meninggal.
33
Ibid., hal. 52.
34
Sri Yoeliawati, Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Daerah Banten dan
Sekitarnya, Bandung : Universitas Padjajaran, 1987, hal. 38.
25
merupakan mazhab pertama agama Hindu yang berkembang di Jawa Barat. Hal
yang pada saat itu termasuk dalam wilayah kerajaan Tarumanagara. Begitu juga
Taraju, di indramayu dengan penemuan benda Laksmi (sakti wisnu) dari kerajaan
kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan sejak itu upacara ke- Hinduan dengan
Syiwa), dan patung Syiwa Mahadewa. Selain itu berkembang agama Buddha. Hal
Jawa Barat. 38
Pengaruh agama Hindu di Jawa Barat begitu kuat sehingga naskah Sewaka
Dharma (kropak 408) yang juga disebut Serat Dewa Buddha (tahun 1357 Caka
35
Ali, Sedjarah Djawa Barat : Suatu Tanggapan, hal .58.
36
R. M. Eddy Ashari, Sejarah Seni dan Budaya Jawa Barat I, Jakarta: Proyek Media
Kebudayaan Jawa Barat, DEPDIKBUD, 1977, hal. 43.
37
Saleh Danasasmita, Sejarah Jawa Barat : Rintisan Penelusuran Masa Silam Jilid ke- 3,
Bandung : Sundanologi & Proyek Penerbitan Buku Sejarah Jawa Barat, Propinsi daerah
Tingkat I Jawa Barat, .1983-1984, hal. 39.
38
Ashari, Sejarah Seni dan Budaya Jawa Barat I, 1977, hal, 44 – 45.
26
atau 1453 Masehi), masih menyebut nama-nama dewa Hindu seperti Brahma,
Wisnu, Maheswara, Rudra, Sadasiwa, Yama, Baruna, Kowera, dan Indra. Carita
Parahyangan juga secara jelas menyebut semangat ke- Hinduan, ditambah dengan
adanya Prasasti Sanghyang Tapak ( 1030 Caka) yang dikeluarkan oleh Sri
menjujung tinggi roh leluhur yaitu Hyang.40 Apabila Agama Orang Pajajaran telah
terpenting agama Hindu di bawahnya, maka itu berarti agama Hindu telah
dikaitkan lagi dengan India. Hindu sebagai agama di kukuhkan oleh Dewawarman
keagamaan Jawa Barat – India terputus. Sejak abad ke 14 Masehi, agama tersebut
39
Saleh Danasasmita, Sewaka Darma, Sanghyang Siksakandang Karesian dan Amanat
Galunggung ( transkip dan terjemahan), Bandung : Sundanologi & Proyek Penerbitan
Buku Sejarah Jawa Barat, Propinsi Daerah Tingkat I, Jawa Barat, 1987, hal. 65-66.
40
Ibid., hal. 74.
41
Danasasmita, Sejarah Jawa Barat : Rintisan Penelusuran Masa Silam Jilid ke- 3, hal.
41-42.
27
Keraton dan sementara rakyat banyak tetap setia kepada agama leluhurnya, yaitu
pemujaan terhadap roh nenek moyang atau pitarapuja.42 Masuknya agama Hindu
tidak mengubah tatanan sosial yang telah ada dan pengaruhnya dapat dikatakan
sebagai lapisan yang sangat tipis, kemudian terjadi percampuran antara yang
Hindu-Buddha . hal itu dapat diketahui dari berbagai penemuan di Jawa, Sumatera
dan Bali, atau Patung-patung corak Pajajaran yang menunjukan sifat budaya
mayoritas Masyarakat Jawa Barat pra- Islam mereka hidup dari Pertanian
masing-masing sehingga mereka hidup terpencil dari para peladang lainnya. Hal
di ladang akan membentuk manusia yang berwatak ladang, ciri yang paling
menonjol dari Masyarakat itu ialah selalu berpindah tempat, yang secara langsung
42
Ibid., hal. 39.
43
Ashari, Sejarah Seni dan Budaya Jawa Barat I, 1977, hal.71.
44
Ibid., hal . 35.
45
Wawancara pribdi, Drs. Iwa Kartiwa. Kepala Seksi. Sejarah dan Nilai Tradisional,
pada Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional, Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat. Di Bandung, Tanggal 4 Oktober 2010.
28
yang selalu berpindah tempat, yang diperlukan sebagai tempat tinggal ialah
mengerti, apa sebabnya di daerah Jawa Barat sedikit sekali di temukan prasasti
atau Naskah Sastra46, karena kebiasaan menulis bukanlah ciri utama Masyarakat
ladang apalagi usaha-usaha untuk mendirikan bangunan yang tahan zaman seperti
Hal tersebut terungkap dari keberadaan Masyarakat Sunda yang mengenal dasa
Pontang yang kurang ramai dari Banten, ketiga pelabuhan Cigede ( merupakan
serupa seperti Pelabuhan yang sebelumnya, kelima adalah Pelabuhan Kalapa yang
bagus sekali dan pelabuhan terpenting dan terbaik dari semuanya, disinilah
46
Wawancara pribdi, Drs. Iwa Kartiwa. Kepala Seksi. Sejarah dan Nilai Tradisional,
pada Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional, Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat. Di Bandung, Tanggal 4 Oktober 2010.
47
Ayatrohaedi, Masyarakat Sunda sebelum Islam, Data Naskah, Lembaga Penelitian
Universitas Indonesia, Jakarta, 1987, hal. 32.
48
Danasasmita, Sejarah Jawa Barat IV , hal. 5.
29
Tanjungpura, Malaka, Makasar, Jawa dan Madura serta banyak tempat lain.
memiliki perdagangan yang baik dan para orang Jawa pun berdagang disana,
disamping itu pelabuhan ini merupakan sebuah kota yang besar dan bagus.49
pada umumnya mereka menunjukan ciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih
luar.50 Dari pelayaran dan perdagangan dapat diketahui struktur sosial, hubungan
satu dengan lain dan wibawa yang berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan. 51
pada saat itu tidak mudah karena kurangnya Sumber Sejarah yang mengenai hal
b. Golongan Elit
d. Golongan Budak
Penggolongan semacam ini berlaku juga di Jawa Barat, menurut Drs. Iwa
Kartiwa bahwa penggolongan Masyarakat Sunda pada waktu itu terbagi atas :
49
Ayatrohaedi, Masyarakat Sunda sebelum Islam, Data Naskah Lembaga Penelitian
Universitas Indonesia, Jakarta, 1987, hal. 34-35.
50
Uka Tjandrasasmita, (ed), Sejarah Nasional Indonesia, ( jakarta : Balai Pustaka,
1984), Cet. Ke 4, jilid, 3, hal. 173.
51
Ibid., hal. 175.
30
a. Golongan Raja
52
Wawancara, Drs. Iwa Kartiwa. Kepala Seksi. Sejarah dan Nilai Tradisional, pada Balai
Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Propinsi Jawa Barat. di Bandung, Tanggal 4 Oktober 2010.
31
BAB III
Brunei Darussalam. Pada waktu itu wilayah tersebut menyatu, karena belum
Islam masuk Nusantara berarti Islam masuk ke wilayah yang sekarang dalam
“ suatu Proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, namun juga yang
paling tidak jelas”.54 Pendapat Ricklefs itu menurut Didin Saepudin, bisa jadi
dikemukakan para ahli dan telah diperdebatkan oleh para ilmuan, namun agak
dicapai karena sumber-sumber yang ada tentang islamisasi sangat langka dan
56
sering sangat tidak informatif. Adapun secara umum menurut Ricklefs ada dua
53
Didin Saepudin, Proses Islamisasi Penduduk Indonesia dalam Perspektif Sejarah,
Mimbar Agama dan Budaya , Vol.23, No 3, 2006, hal. 225.
54
MC. Ricklefs, A History of Modern Indonesia, Pernerjemah, Dharmono
Hardjowidjono, (Yogyakarta: Gajah Mada Univ. Press 2005), hal. 3.
55
Didin Saepudin, Proses Islamisasi Penduduk Indonesia dalam Perspektif Sejarah, hal.
225.
56
MC. Ricklefs. A History of Modern Indonesia, hal. 3
32
Proses kedua, orang-orang Asing ( Arab, India, Cina dll.) yang telah memeluk
agama Islam tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia, kawin dengan
penduduk asli, dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa sehingga mereka
Dalam uraian di bawah ini penulis akan mengungkapkan tiga teori tentang
Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam langsung dari Arab, atau
tepatnya Hadramaut. Beberapa tokoh yang mengusung teori ini adalah Crawfurd
(1820), keyzer (1859), Niemann (1861), De Hollander (1861) dan Veth (1878).
Keyzer beranggapan bahwa Islam datang dari Mesir yang bermazhab Syafi’i,
sama seperti yang di anut kaum Muslimin Nusantara umumnya. Teori ini juga di
pegang oleh Neiman dan De Holander, tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan
pengikut Mazhab Syafi’i seperti juga kaum muslimin Nusantara. Sedangkan Veth
mendukung teori ini diantranya adalah Hamka, A. Hasymi, dan Syed Muhammad
penting dan sentral dalam melihat kedatangan Islam di Nusantara, bukan unsur -
unsur luar atau aspek eksternal. Karakteristik ini dapat menjelaskan secara
kitab yang di nyatakan berasal dari India oleh sarjana barat khususnya, sebenarnya
adalah orang Arab dan berasal dari Arab atau Timur- Tengah atau setidaknya
Persia. 59
Sejarah Masuk masuknya Islam di Indonesia” pada tahun 1962. bahwa kehadiran
Islam di Indonesia telah terjadi sejak Abad Ke -7 dan berasal dari Arabia.
Pendapat ini di dasarkan pada berita Cina yang menyebutkan bahwa pada Abad
ke- 7 terdapat sekelompok orang yang di sebut Ta-shih yang bermukim di kanton
(Cina) dan Fo-lo-an (termasuk daerah Sriwijaya) serta adanya utusan Raja Ta-shih
Kedua, teori yang mengatakan bahwa Islam di Nusantara dari India. Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel pada 1872. Berdasarkan terjemahan
yang bermazhab Syafi’i dari Gujarat dan Malabar di India. Oleh karena itu
Nusantara, menurut teori ini menerima Islam dari India. Kenyataan bahwa Islam
59
Naquib Al-Attas, Islam dalam Sejarah dan kebudayaan Melayu, Bandung ; Mizan,
1997, hal. 54.
60
Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, Jakarta: Depdikbud,1975, hal.
110-112.
34
di Nusantara berasal dari India menurut teori ini tidak menunjukan secara
bahwa Islam di Nusantara bersal dari orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’i
bahwa ketika Islam telah mengalami perkembangan dan cukup kuat di beberapa
kota pelabuhan di anak benua India, sebagian kaum Muslim Deccan tinggal
pasti wilayah mana di India yang yang di pandang sebagi tempat asal datangnya
Nusantara.63
61
Alwi bin Thahrir Al- Haddad, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, (Jakarta:
Lentera, 2001, hal.83.
62
Azra, Jaringan Ulama Timur- Tengah dan Nusantara, hal.40.
63
Ibid., hal .40.
35
nisan makam di Wilayah Gujarat. Relief nisan Sultan pertama dari kerajaan
Moquette menjelaskan bahwa bentuk batu nisan, khususnya di Pasai mirip dengan
batu nisan pada makam Maulana Malik Ibrahim (wafat 822 H/ 1419 M) di Gresik
Jawa Timur. Sedangkan bentuk batu nisan di kedua wilayah itu sama dengan batu
tersebut menyakinkan Moquette bahwa batu nisan itu diimpor dari India . dengan
demikian Islam di Indonesia, menurutnya, bersal dari India, yaitu Gujarat. Teori
Ketiga, teori yang menyatakan bahawa Islam datang dari Benggali (Kini
Bangladesh). Teori ini dikembangkan oleh S.Q Fatimi dan dikemukakan pula oleh
Tome Pires. Ada beberapa alasan mengapa kedua tokoh ini berkeyakinan
64
Azra, Jaringan Ulama Timur- Tengah dan Nusantara, hal. 25.
65
Ibid., hal. 25
36
Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka. Pendapat ini dikembangkan
oleh Fatimi. bahwa Islam muncul pertama kali di Semenanjung Melayu yakni
dari arah timur pantai bukan dari barat Malaka, melalui Kanton, Pharang
(Vietnam), Leran, dan Trengganu. Proses awal Islamisasi ini, menurutnya terjadi
pada abad ke- 11 M. Masa ini di buktikan dengan ditemukannya batu nisan
seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 475 H.
Berkenaan dengan teori batu nisan dari Stutterheim dan Moquette yang
Pasai dengan batu nisan dari Gujarat adalah suatu tindakan yang keliru.
niasan Al-Malik Al- Saleh berbeda dengan batu nisan yang ada di Gujrat. Ia
berpendapat bentuk dan gaya batu nisan itu mirip dengan batu nisan yang ada di
Benggal. Oleh karena itu, batu nisan tersebut pasti di datangkan dari Benggal
bukan dari Gujarat. Analisis ini di pergunakan Fatimi untuk membangun teorinya
yang menyatakan bahwa Islam di nusantara berasal dari Benggal. Tetapi terdapat
yang di anut Muslim Nusantara yaitu Mazhab Syafi’i yang berbeda dengan
menjadikan teori Fatimi lemah dan tidak cukup kuat diyakini kebenarannya.66
66
Ibid., hal. 32..
37
Azmi menambahkan satu teori lagi bahwa Islam datang dari Cina. Ia mengutip
teori Emanuel Godinho de Eradie seorang ilmuan Spanyol yang menulis pada
M.67
Dahana, Guru besar studi Cina, Universitas Indonesia (UI) Depok, berpendapat
mengada-ada. Fakta ini bisa di telusuri dari faktor Tionghoa dalam Islamisasi Asia
Tenggara. Selama ini katanya arus Islamisasi yang di kenal hanya berasal dari
dua tempat yaitu Gujarat dan Timur Tengah. “ munculnya teori tentang peran
67
A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung: Al-
Ma’arif, 1993, hal. 180.
68
Didin Saepudin, Proses Islamisasi Penduduk Indonesia dalam Perspektif Sejarah,
hal. 227.
38
Slamet Mulyana, ahli sejarah, seperti yang di kutip Azyumardi Azra, juga
antara Nusantara dan Cina lanjut Azra sudah terjalin sejak masa pra- Islam,
Sribuzza (Sriwijaya) pada 671 telah mencatat kehadiran orang-orang Arab dan
adanya koloni Arab di Pesisir Barat Sumatera, yang paling mungkin di Barus.
ini tidak dapat di lepaskan dari peran penting para pembawa Islam itu sendiri..
69
Prof. Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng-Ho,Misteri perjalanan Muhibah di
Nusantara, (Jakarta : Pustaka Popular Obor 2005), hal. xxxii.
70
Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer, Jakarta: Gramedia. 2002, hal.
167 .
71
Ibid., hal. 167 .
39
Nusantara juga dapat di jelaskan setidaknya melalui tiga teori. Teori-teori tersebut
sebenarnya menyangkut para pembawa (Da’i) Islam Asia Tenggara, akan tetapi di
agama adalah suatu kewajiban. Oleh karena itu, setiap Muslim adalah dai,
penyebar keyakinannya. Hal ini dilandasi setidaknya oleh sabda Nabi SAW yang
menyebutkan “sampaikanlah sesuatu dariku walau satu ayat” inilah salah satu
konsep dasar dakwah dalam Islam yang menyebabkan setiap Muslim, sampai
pada batas tertentu dapat menjadi Da’i. sementara itu, teori-teori yang hendak di
pembawa Islam tersebut. Dari teori-teori ini pula dapat dilihat latar belakang para
Da’i tersebut, apakah pedagang, kaum Sufi, atau memang sebagai Da’i.
menikah dengan beberapa penguasa lokal, dan yang telah menyumbangkan peran
Nusantara. Mereka tidak hanya berdagang dan bersosialisasi tetapi juga terlibat
dalam penyebaran Islam. Teori ini sangat berkaitan dengan teori pertama
kedatangan Islam yang menyatakan bahwa Islam telah hadir di wilayah Nusantara
sejak abad ke-7 . kenyataan bahwa kontak dagang wilayah Nusantara dengan
72
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, jilid I, (Jakarta: Raja Grapindo Persada,
2000), hal. 721.
40
Timur tengah telah terjadi sejak sebelum abad ke-7, sehingga memungkinkan
wilayah ini disinggahi pula oleh para pedagang Arab yang telah memeluk Islam
pedagang tersebut juga mengajarkan Islam, para pedagang Muslim Asing yang
secara maksimal. Dengan melakukan hal semacam ini mereka bukan saja
Kedua, adalah teori yang menjelaskan peran para Da’i atau kaum Sufi,
atau yang disebut oleh sebagian Orientalis sebagai kaum Misionari, dari Gujarat,
Benggal, dan Arabia. Kedatangan para Sufi bukan hanya sebagai Guru, tetapi
sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang memasuki lingkungan Istana
wilayah pedalaman. Teori ini sangat tepat apabila di letakan pada konteks
Islam melalui tasawuf lebih mudah di terima oleh bangsa Indonesia terutama
Dari sudut pandang teori ini dapat di jelaskan bahwa Islam yang datang ke
bentuk ini di pandang sebagai faktor lain yang menyebabkan Islam di wilayah ini
cepat diterima dan menjadi dominan , peran kaum Sufi lebih besar di banding
peran pedagang muslim dalam proses ini.77 Azyumardi Azra mengutip pendapat
A.H. Johns, menyatakan bahwa para Sufi pengembara adalah kelompok yang
perpindahan agama penduduk kepada Islam adalah kemampuan kaum Sufi ketika
Ketiga, adalah teori yang lebih menekankan pada makna Islam bagi
tersebut berlaku bagi kebijakan individual, bagi solidaritas kaum tani dan
75
Azra, (Ed). Perspektif Islam di Asia Tenggara, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1989), hal. XXV.
76
Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, hal. 115.
77
Saefullah, Islamisasi di Indonesia. Telaah Seputar Masuknya Islam, hal .85.
78
Azra, Jaringan Ulama Timur-Tengah dan Nusantara , hal. 32-33.
42
komunitas pedagang, dan bagi integrasi kelompok parokial yang lebih kecil
menjadi masyarakat yang lebih besar. Teori ini tentu tidak berlaku bagi proses
Portugis atas Malaka pada 1511 M, yang di pandang sebagai awal munculnya
Berdasrkan teori ini dapat di jelaskan pula bahwa kehadiran para penjajah
hanya terpisah-pisah secara geografi oleh gugusan berbagai pulau, tetapi juga
memiliki perbedaan sosial dan kultural, mendapati Islam sebagai satu wadah yang
dapat menyatukan mereka dan memberika identitas diri kepada mereka. Bagi
berbagai kalangan, baik kaum tani, maupun pedagang. Islam bagi mereka yakni
bahwa tidak ada sebuah proses tunggal bagi penyebaran Islam di Nusantara, dan
ekonomi dan kebudayaan masa pra- sejarah yang selanjutnya mengalami proses
kerajaan-kerajaan bercorak Hindu atau Budha di Tatar Sunda sejak awal Abad ke-
5 sampai akhir Abad ke- 16 M. kondisi sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan
Sunda.82
Islam yang pertama kali di Tatar Sunda adalah Bratalegawa. Bratalegawa adalah
putra kedua Prabu Guru Panggandiparamarta JayadewaBrata atau Sang Buni Sora
penguasa kerajan Galuh. Dia memilih hidupnya sebagai Saudagar besar sehingga
Melayu, Campa, Cina, Sri Langka, India, Persia, bahkan Arab pernah
Pejabat setempat.
82
Nina H. Lubis dkk, Sejarah Tatar Sunda jilid, Bandung: Lembaga Penelitian
Universitas Padjajaran, 2003, hal. 155.
44
mereka kedua menunaikan ibadah Haji ke Mekah, dan Bratalegawa berganti nama
mereka mengunjingi Ratu Banawati, Adik bungsunya yang sudah menjadi Istri
salah satu seorang Raja bawahan Galuh. Mereka membujuk Banawati agar mau
memeluk agama Islam, tetapi tidak berhasil. Kemudian mereka pindah ke Cirebon
agama Islam juga gagal. Kegagalan itu tidak sampai menyebabkan putusnya
hubungan darah mereka. Dan Haji Baharuddin tetap memberikan bantuan kepada
kedua saudaranya jika diperlukan. Di Galuh mereka tercata sebagai orang Islam
dan haji pertama oleh karena itu Ia kemudian dikenal dengan gelarnya Haji Purwa
Bila kisah Haji Purwa ini di jadikan titik tolak masuknya Islam di Jawa
Barat, hal ini mengandung arti bahwa pertama, agama Islam yang pertama kali
masuk ke Jawa Barat berasal dari Makah (teori Arab) yang dibawa oleh pedagang
(Bratalegawa). Kedua , pada tahap awal kedatangannya, agama Islam tidak hanya
daerah perdalaman. Akan tetapi agama itu tidak segera menyebar secara luas
dimasyarakat. Hal ini disebabkan tokoh penyebarnya belum banyak dan pengaruh
Hindu dari kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda Pajajaran terhadap Masyarakat
83
Ayatrohaedi, Sundakala Cuplikan Sejarah Sunda berdasarkan Naskah-Naskah
“Panitia Wangsakerta Cirebon, Jakarta: Pustaka jaya, 2001, hal.131.
84
Ibid., hal. 132.
85
Ibid., hal. 135.
45
Peran bangsa Arab dalam perniagaan di perairan Asia telah di kenal sejak
Abad ke-4 Masehi. Pada abad ke-10 Masehi, Perniagaan Dunia Timur telah
tempat tinggal mereka, seperti di Pantai Utara Sumatera, Pelabuhan Kanton dan
lain-lain. Oleh karena itu, sangat terbuka kemungkinan apabila Haji Purwa,
Saudagar dari Galuh yang hidup pada pertengahan Abad ke -15, telah di Islamkan
Indonesia, India, Timur- Tengah, dan sebaliknya telah terjadi sejak awal abad
Masehi.86
tahun (1416 Masehi), Angkatan laut Cina melakukan perjalanan keliling atas
perintah Kaisar Cheng-tu atau Yeng-lo, Raja ketiga dari Dinasti Ming. Armada
tersebut dipimpin oleh Laksamana Cheng-Ho atau Sam-po Tay-Kam yang telah
memeluk Agama Islam. Perjalanan tersebut juga disertai seorang juru tulis yang
bernama Ma-huan. Armada tersebut terdiri dari 63 kapal dengan 27.800 prajurit.
seberang lautan. Dalam armada ini terdapat Syaikh Hasanuddin. Mereka singgah
waktu itu Sebagai penguasa pelabuhan Muara jati, Ia bersahabat dengan para
Ulama Islam yang berasal dari Mekah dan Campa, antara lain Syaikh Hasanudin
86
Edi S. Ekadjati, Penyebaran Agama Islam di Jawa Barat” dalam Sejarah Jawa Barat
dari Masa Pra Sejarah hingga Masa Penyebaran Agama Islam, Bandung: Proyek
Penunjangan Peningkatan Kebudayaan Nasional Propinsi Jawa Barat, 1975, hal . 87.
46
pada Masyarakat Jawa Barat, yang mungkin pula selanjutnya diikuti dengan
proses Islamisasi di daerah Jawa Barat, baik dari sumber-sumber Portugis maupun
sumber-sumber tradisi. 88
masyarakat di daerah itu khususnya dan daerah-daerah Jawa Barat lain umumnya
untuk dapat mengenal agama Islam, serta terjadinya proses Islamisasi di daerah
kehidupan beragama, dan sifat masyarakat pantai yang lebih terbuka terhadap hal-
hal baru pula memungkinkan terjadinya proses Islamisasi di daerah Jawa Barat.89
tentang Islamisasi di daerah Jawa Barat dengan aktivitas Guru Agama Islam, yaitu
Syaikh Quro di Karawang. Menurut Carita Purwaka Caruban Nagari, nama asli
Syaikh Quro Karawang adalah Syaikh Hasanudin. Ia adalah putera Syaikh Yusuf
Sumber lain yang menunjukan datangnya Islam pertama kali di Jawa Barat
adalah naskah Carita Ratu Carbon Girang Japura dan Singapura. Naskah ini antara
lain mengkisahkan pada tahun 1418 M telah datang di Negeri Singapura (Wilayah
87
Atja, Carita Purwaka Caruban Nagari : Karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan
Sejarah, Bandung: Proyek Permuseuman Jawa Barat, 1986. hal 31. Laksamana Te-Ho
kemungkinan adalah Laksamana Cheng-Ho yang di sertai Ma-Huan dan Feh- Tsin,
keduanya pandai berbhasa Arab dan telah beragama Islam.
88
Edi S. Ekadjati, Penyebaran Agama Islam di Jawa Barat” dalam Sejarah Jawa Barat
dari Masa Pra sejarah hingga Masa Penyebaran Agama Islam, hal. 88
89
Ibid., hal .88.
90
Atja, Carita Purwaka Caruban Nagari : Karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan
Sejarah, Bandung: Proyek Permuseuman Jawa Barat, 1986, hal. 10.
47
Hasanuddin bin Yusuf Sidik seorang Ulama penyiar agama Islam. Kemudian
setelah beberapa saat tinggal di Singapura, lalu Syaikh Hasanudin pergi lagi dan
Hasanudin di kenal dengan nama Syaikh Quro91 Syaikh Quro adalah Ulama
pertama yang mendirikan Pesantren di Jawa Barat pada tahun 1338 Caka (1416
91
Sri Mulyati, Carita Ratu Carbon Girang, Japura dan Singapura, transliterasi dan
Terjemahan disertai kajian teks, Bandung : Museum Negeri Propinsi Jawa Barat “SRI
BADUGA”, 1999), hal. 102.
92
Ibid., hal. 10.
48
BAB IV
Syaikh Quro adalah gelar yang di berikan oleh masyarakat pada waktu itu
kepada seorang ulama besar yang bernama Syaikh Mursyahadatillah atau Syaikh
Hasanuddin. Beliau adalah ulama yang arif dan bijaksana, keilmuannya yang
dalam, serta beliau pun adalah seorang Hafidz Al-Quran, ahli mengaji atau Qiroat
dengan suara yang sangat merdu, maka dari itulah beliaupun di gelari dengan
Syaikh Quro adalah putra ulama besar Mekah yang menyebarkan Agama
ulama besar di Campa, yang masih ada garis keturunan dengan Syaikh Jamaludin
serta Syaikh Jalaludin ulama besar Mekah, bahkan menurut sumber lainnya garis
keturunannya itu sampai kepada Syayidina Hussen bin Syaidina Ali ra. Dan Siti
Fatimah Rasulullah SAW. Ibunya sampai sekarang belum diketahui. Syaikh Quro
Karawang. Cucu Syaikh Ahmad dari puterinya yang bernama Nyi Mas Kedaton,
yakni Musanudin yang kelak menjadi Lebe Cirebon dan memimpin Tajug Sang
93
Wawancara pribadi. Habib Saleh, Al- Habsyi, Pengajar Sejarah/Sejarawan Kab.
Karawang, di Karawang , 21 Desember 2010.
49
Ciptarasa pada masa Sunan Gunung Jati. Lebe Musanuddin inilah yang di Catat
Islam di Damaskus dan Bagdad ke Nusantara dalam garis besarnya ada dua. Yaitu
melalui daratan Tiongkok ke timur tengah yang disebut “Jalur Sutera” dan
melalui Perlak di Aceh terus berlayar melalui lautan India ke Gujarat dan teluk
Persia. 95
Sejak tahun 671 Masehi, Kerajaan Melayu Tua dan Sriwijaya telah
yang bertolak dari Pelabuhan Muara Sabak dekat Sungai Batanghari. Kapal
pengangkut rempah-rempah ini melewati laut Cina selatan dan berhenti dulu di
Campa. Dari sini kapal berlabuh di Kanton Tiongkok, kemudian barang dagangan
ini diangkut oleh rombongan para pedagang dengan mengunakan Unta lewat jalan
Pada tahun 715 M, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dari Umayah,
menemukan jalur perdagangan yang baru yang lebih menguntungkan yaitu lewat
Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 718 M, khalifah Umar bin Abdul Aziz mengirim
94
Syamsurizal dkk, Ikhtisar Sejarah Singkat Syekh Qurotul’ain, Karawang, Mahdita ,
2009, hal. 10.
95
Uka Tjandrasasmita, proses kedatangan Islam dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam
di Aceh, “ dalam buku Sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia”
(kumpulan prasarana pada seminar di aceh), Bandung : Al- Ma’arif, 1993, hal. 362.
96
William Marsden. Sejarah Sumatra (Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), hal. 329.
50
merugikan Tiongkok, sehingga kaisar dari dinasti Tang yang memerintah abad
sehingga bukan saja melancarkan hubungan dagang akan tetapi juga dalam
penyebaran Agama Islam. Hal ini di tandai dengan bertambahnya kerajaan Islam
di Sumatera dan Malaka, seperti kesultanan Daya Pasai, Bandar Kapilah, Muara
Islam di Sumatera dan Malaka dan penyebaran Agama Islam antara Abad XII-XV
Armada Angkatan laut Tiongkok itu diikut sertakan Syaikh Hasanuddin atau
Syaikh Quro dari Campa untuk mengajar Agama Islam di kesultanan Malaka.99.
97
Hamka, Sejarah Umat Islam Jilid 2, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, hal. 113.
98
Ibid., hal 225
99
Atja. Carita Purwaka Caruban Nagari : karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan
Sejarah, Bandung: Proyek Permuseuman Jawa Barat, 1986, hal. 31. Laksamana Te-
51
pelabuhan Muara jati. Kedatanagn ulama besar ini disambut baik oleh Ki Gedang
Tapa atau Ki Gedeng Jumajan Jati yakni Syahbandar pelabuhan Muara Jati, Ia
adalah putera bungsu Prabu Westu kencana atau Sang Prabu Dewaniskala selain
sebagai juru labuhan Ki Gedeng Tapa juga sebagai seorang Mangku bumi di
singapura. Demikian juga masyarakat di daerah ini sangat tertarik terhadap ajaran
lakukan Syaikh Quro di hentikan. Oleh Syaikh Quro perintah itu di patuhi. Namun
kepada utusan Raja Pajajaran yang datang, Syaikh Quro mengingatkan bahwa
meskipun penyebaran Agama Islam di larang tetapi kelak dari keturunan Raja
Prabu Anggalarang akan ada yang menjadi seorang Waliyullah. Beberapa saat
kemudian Syaikh Quro mohon pamit dan Ki Gedeng Tapa sendiri merasa prihatin
atas peristiwa yang menimpa Ulama besar itu. Sebab Ki Gedeng Tapa sendiri
ingin menambah pengetahuannya tentang agama Islam. Oleh karena itu sewaktu
Ho kemungkinan adalah Laksamana Cheng-Ho yang di sertai Ma-Huan dan Feh- Tsin,
keduanya pandai berbhasa Arab dan telah beragama Islam.
100
Sri Mulyati, Carita Ratu Carbon Girang, Japura dan Singapura, transliterasi dan
Terjemahan disertai kajian teks, Bandung : Museum Negeri Propinsi Jawa Barat “SRI
BADUGA” 1999), hal. 102.
52
yang bernama Nyi Subang Larang untuk ikut bersama Syaikh Quro untuk belajar
Agama Islam.101
termasuk Nyi Subang Larang. Perjalanan Rombongan Syaikh Quro melewati laut
Jawa kemudian memasuki Muara Kali Citarum yang pada waktu itu Muara
Citarum ramai dilayari oleh perahu para pedagang yang keluar masuk wilayah
Pajajaran. Selesai menelusuri kali Citarum ini akhirnya rombongan Perahu Syaikh
Quro singgah di Pura Dalem atau pelabuhan Karawang. Kedatangan ulama Besar
ini diterima baik oleh petugas pelabuhan Karawang dan di izinkan untuk
mendirikan Musholla yang digunakan juga untuk tempat belajar mengaji dan
dan member izin untuk mendirikan Musholla yang digunakan sebagai tempat
untuk mengaji atau pesantren dan sekaligus sebagai tempat tinggal, lokasi
Mushalla atau pesantren dipilih untuk tidak begitu berjauhan dengan kegiatan
keramahan. Urainnya tentang ajaran Islam sangat mudah dipahami dan mudah
101
Dewan Keluarga Masjid Agung Karawang, Sejarah dan Peranan Masjid Agung
Karawang dalam Pembinaan Umat yang Beriman dan Bertakwa, Karawang, tpn, 1993,
hal . 4.
102
Ibid., hal. 5.
53
pula untuk diamalkan, karena beliau bersama santrinya langsung memberi contoh.
Pengajian Al-Qur’an memberikan daya tarik tersendiri, karena ulama besar ini
memang seorang Qori yang merdu suaranya. Oleh karena itu setiap harinya
rupanya telah terdengar oleh Prabu Anggalarang yang pernah melarang Syaikh
Quro melakukan kegiatan yang sama tatkala mengunjungi pelabuhan Muara Jati
mengirim utusan yang dipimpin oleh putera Mahkota yang bernama Raden
Pamanah Rasa atau yang lebih dikenal dengan Prabu Siliwangi untuk menutup
Pesantren Syaikh Quro. Namun ketika putera Mahkota itu tiba di tempat tujuan,
rupanya hatinya tertambat oleh alunan suara merdu pembacaan ayat-ayat suci Al-
Qur’an yang di kumandangkan oleh Nnyi Subang Larang. Dan akhirnya Prabu
Islam di Jawa Barat, dan memberikan sumbangan suatu suri teladan yang baik
bagi generasi sekarang, sebagi suatu metode dan saluran dalam menyebarkan
agama Islam Beliau mempunyai dua peran yang sangat penting dalam
menyebarkan agama Islam yaitu : peran dalam bidang Keagamaan dan peran
103
Ibid., hal. 6.
104
Ibid., hal. 6.
54
umat Islam sangat tergantung dengan kegiatan dakwah yang dilakukan para
keberadaannya di Jawa Barat dan sekitarnya, beliau adalah sebagai tokoh agama
yang banyak merubah kondisi dan karakter Masyarakat di sekitar Jawa Barat, dari
105
Hamzah, Peranan KH Ahmad Jayadi dalam mengembangkan dakwah di klender
Jakarta Timur, (Jakarta : Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah, 2007 ), hal. 44.
106
Habib Saleh, Al- Habsyi, Wawancara pribadi, di Karawang , 21 Desember 2010.
55
dengan sangat Bijaksana, pengaruh Mistik agama Hindu dan Budha serta Adat
ajaran Islam, sengaja di biarkan oleh Syaikh Quro ketika itu . beliau sendiri
kepercayaan baru yakni Islam sehingga menyebabkan agama Islam dapat tersiar
dengan damai.
pelosok perkampungan oleh pedagang Islam, yang kemudian diteruskan oleh para
wali. Para wali dalam menyebarkan agama Islam pada permulaannya melalui
Hal serupa berlaku pula pada Masayarakat Jawa Barat ketika itu,
Masyarakat penganut agama Islam di Jawa Barat pada abad XV itu sehari-hari
dengan adat istiadat Hindu dan Budha, maka dalam masyarakat Jawa Barat ketika
107
Habib Saleh, Al- Habsyi, Wawancara pribadi, di Karawang, 21 Desember 2010.
108
Cholihin Salam, Sejarah Islam di Jawa ( Jakarta: Djayja Murni, 1964), hal. 15.
109
Habib Saleh Al- Habsy, Wawancara pribadi, di Karawang, 21 Desember 2010.
56
itu terdapat percampuran nilai-nilai ajaran Hindu dan ajaran Budha kedalam
Akan tetapi Syaikh Quro merasa perlu mengajarkan agama Islam yang
rakyat yang telah ada tidaklah sekaligus di berantas atau di tukar. Akan tetapi
sedikit demi sedikit ajaran-ajaran Islam dimurnikan dan tiada paksaan untuk
di Jawa Barat terutama dalam hal Sosial, ini dapat dilihat dari peran Syaikh Quro
lebih maju dan taat terhadap ajaran agama Islam, kemudian beliau mendirikan
pesantren dan mushala yang fungsinya dimanfaatkan sebagai tempat belajar dalam
bidang pendidikan Islam. terutama ilmu tentang Qiroa’t Al- Quran , pesantren nya
dahulu di kenal dengan sebutan pesantren Quro, yang konon disebutkan pesantren
mempelajari ajaran Islam dalam bentuknya yang sederhana yaitu belajar membaca
ayat pendek yang mudah di hafal. Sebagai kelanjutannya mereka mengaji seluruh
110
Ibid.,
111
Ibid.,
57
dan Akhlaq, selanjutnya temapat belajar ini bertambah luas dan berkembang
menjadi tempat belajar ilmu-ilmu agama Islam, seperti ilmu tauhid,ilmu kejiwaan
pemahaman ajaran Islam, baca tulis huruf Arab khususnya ayat-ayat Al-Quran,
Quro lainnya yakni implementasi ajaran agama Islama yaitu melalui saluran
Pernikahan, sebagaimana yang telah di bahas di atas ketika Prabu Siliwangi yang
suara merdu pembacaan ayat-ayat suci Al- Quran yang dikumandangkan oleh
Nyimas Subang Larang murid Syaikh Quro, yakni putri dari Ki Jumanjati atau Ki
pesantren Syaikh Quro, Atas kehendak yang Maha Kuasa, Prabu Siliwangi
menaruh perhatian khusus kepada Nyi Mas Subang Larang atas kemerduan
112
Habib Saleh Al- Habsy, Wawancara pribadi, di Karawang, 21 Desember 2010.
113
Habib Saleh Al- Habsy, Wawancara pribadi, di Karawang, 21 Desember 2010.
58
suaranya dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran juga parasnya yang cantik,
hingga Prabu Siliwangi tanpa ragu untuk meminang dan memperistri sekaligus
juga ingin menjadikan Nyi Mas Subang Larang sebagai Permaisurinya. Dan
antaranya harus menikah secara Islami, dimana sebagai penghulunya Syaikh Quro
sendiri dan setelah menikah Nyi Mas Subang Larang harus dijadikan permaisuri
serta diberikan kebebasan untuk tetap bisa melakukan Sembahyang (shalat) lima
waktu.114
dakwah Islam dari Syaikh Quro, setidaknya dengan syarat nikah secara Islami,
Prabu Siliwangi yang sebagai putra mahkota harus mengakui Islam karena Ia juga
harus mengikuti ritual syariat Islam. dan dengan permintaan menjadi Permeisuri
pusat Pemerintahan.115
juga merupkan perkara yang turut mempercepat proses penyebaran Islam karena
disamping sebagai reproduksi keturunan juga menarik jiwa lain untuk menganut
Islam . seperti seorang Muslim yang akan menikah dengan non Muslim, dia akan
nikah dan setidaknya akad nikah mereka dilaksanakan secara Islam dan setelah
114
Habib Saleh Al- Habsy, Wawancara pribadi, di Karawang, 21 Desember 2010.
115
Ibid.,
59
Perkawinan Prabu Siliwangi dengan Nyi Mas Subang Larang di karuniai dua
orang putra yakni Pangeran Walasungsang dan Pangeran Raja Sengsara atau Kian
Santang, juga di karunia satu putri yakni Ratu Mas Rara Santang, adapun Nyi Mas
Rara Santang di peristri oleh sultan Mesir yang bernama Syarif Abdullah, setelah
menikah Nyi Mas Subang Larang namanya diganti menjadi Syarifah Mudaim,
dari hasil pernikahannya mereka di karuniai dua orang putra, yang bernama Syarif
Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Jadi apa yang dikatakan Syaikh Quro, bahwa
kelak dari keturunan Raja Pajajaran akan ada yang menjadi Waliyullah menjadi
sebelumnya yang pada waktu itu mayoritas Hindu- Budha serta kepercayaan
penguasa Bangsawan, mungkin ini suatu kemudahan bagi Islam karena dengan
banyaknya para penguasa dan bangsawan memeluk Islam maka banyak pula
dalam proses penyebaran Islam di Jawa Barat, sebab kedudukan bangsawan pada
msyarakat masa itu merupakan suatu kunci yang bisa mewarnai perubahan-
116
Dewan Keluarga Masjid Agung Karawang, Sejarah dan Peranan Masjid Agung
Karawang dalam PembinaanUumat yang Beriman dan Bertakwa, Karawang, tpn,
1993, hal. 8.
60
agama Islam maka tidak heran kalau masyarakatnya pun ikut muslim.
menghantarkan Islam sampai ke tanah Jawa Barat, dan tidaklah berlebihan jika
Syaikh Quro dapat dikatakan kunci awal penyebaran agama Islam di Jawa Barat.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
menantu dari Prabu lingga dewata raja sunda ke-28. Kerjaan Pajajaran,
62
bagian hulu sungai ciliwung dekat prasasti batu tulis kota Madya Bogor.
Raja yang terkenal adalah Sri Baduga Maha Raja atau terkenal dengan
9. Kondisi Masyarakat Jawa Barat sebelum masuknya Islam, dari segi bentuk
(Anisme) dan kepercayaan terhadap kekuatan Alam yang ada pada benda-
10. Lapisan atau penggolongan Masyarakat Sunda pada Abad XV terdiri dari
: 1). Golongan Raja. 2). Golongan Pejabat atau alat Negara. 3). Golongan
11. Menurut Historiografi lokal, Sejarah Awal masuk agama Islam di Jawa
Barat diawali dari kisah Bratalegawa atau Haji purwa, sedangkan Sejarah
Qurotul’ain.
12. Syaikh Qurotul’ain adalah putra Ulama besar Mekah yang menyebarkan
Siddik, seorang ulama besar di Campa, yang masih ada garis keturunan
Syayidina Hussen bin Syaidina Ali ra. Dan Siti Fatimah Rasulullah SAW.
13. Peranan Syaikh Quro sangat besar menyebarkan agama Islam di Jawa
Jawa Barat, dari Masyarakat yang berkeyakinan Hindu dan Budha menjadi
14. Peranan Sosial Keagamaan Syaikh Quro dalam Penyebaran agama Islam
di Jawa Barat terutama dalam hal Sosial, ini dapat dilihat dari peran
Jawa Barat.
saluran Pernikahan, ini bisa dilihat dari kisah Prabu Siliwangi yang di
Islamkan oleh Syaikh Quro ketika meminang Murid Syaikh Quro yakni
Nyi Mas Subang Larang, lebih dari itu agama Islam dapat di perkenalkan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
Lapidus, M, Ira. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam Jilid I. Jakarta: Raja Grapindo
Persada.
Lubis, H Nina, dkk. 2003. Sejarah Tatar Sunda Jilid 1. Bandung: Lembaga
Penelitian Universitas Padjajaran.
Mulyati, Sri. 1999. Carita Ratu Carbon Girang, Japura dan Singapura,
Transliterasi dan Terjemahan Disertai Kajian Teks. Bandung: Museum
Negeri Propinsi Jawa Barat “SRI BADUGA”.
Marsden, William. 2008. Sejarah Sumatra. Jakarta: Komunitas Bambu.
Nasuhi, Hamid, dkk. 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi). Ciputat: CeQDA.
Pemda Karawang. 2009. Sejarah Singkat Hari Jadi Kabupaten Karawang Berikut
Silsilah dan Urutan Para Bupatinya. Karawang: Bapeda.
Pemerintah Daerah Tingkat I Prponsi Jawa Barat. 2006. Selayang Pandang
Propinsi Jawa Barat (Bandung : Bappeda.
Ricklefs, MC. 2005. A History of Modern Indonesia. Pernj. Dharmono
Hardjowidjono. Yogyakarta: Gajahmada Univ. Press.
Saefullah, Asep. 2004. Islamisasi di Indonesia, Telaah Seputar Masuknya Islam.
Jurnal: Lektur Keagamaan. Depag RI Vol 2 No.1.
Saepudin, Didin. 2006. Proses Islamisasi Penduduk Indonesia dalam Perspektif
Sejarah. Jurnal Mimbar Agama dan Budaya: UIN Jakarta Vol.23 No. 3.
Salam, Solihin. 1964. Sejarah Islam di Jawa. Jakarta: Djaya Murni.
Syamsurizal dkk. 2009. Ikhtisar Sejarah Singkat Syekh Qurotul’ain. Karawang:
Mahdita.
Suherman, Yunus. 1995. Sejarah Perntisan Penyebaran Islam di Tatar Sunda.
Bandung: Bandung Pustaka. Cet ke-2.
Sunardjo, Unang R.H S.H. 1983. Meninjau Sepintas Panggung Sejarah
Pemerintahan Kerajaan Cirebon 1479-1809. Bandung: Tarsito.
Suryanegara Mansur, Ahmad. 1995. Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan
Islam di Indonesia.Bandung: Mizan.
Tjandrasasmita, Uka (ed). 1984. Sejarah Nasional Indonesia Jilid 3. Jakarta:
Balai Pustaka. Cet. Ke 4.
69
Wawancara pribadi, Drs. Iwa Kartiwa. Kepala Seksi. Sejarah dan Nilai
Tradisional, pada Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai
Tradisional, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat. Di
Bandung, Tanggal 4 Oktober 2010.
Wawancara pribadi. Habib Saleh, Al- Habsyi, Pengajar Sejarah/Sejarawan Kab,
Karawang, Karawang 21 Desember 2010.