Anda di halaman 1dari 12

Makalah malaria

“Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan medical bedah dengan pembimbing
Ns. Arifah Rakhmawati, M. Kep “

Disusun oleh

Afif Mulyanda

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA TAHUN AKADEMIK
2021/2022
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul malaria ini.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Ns. Arifah
Rakhmawati, M. Kep pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang malaria bagi pembaca. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Ns. Arifah Rakhmawati, M. Kep, selaku dosen mata kuliah Medikal Bedah I yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penyusun menerima kritikan dan saran pembaca untuk
perbaikkan makalah ini.

Penulis
Bab 1

Pendahuluan

Latar belakang

Menurut sejarah kata “malaria” berasal dari bahasa Italia yang terdiri dari dua suku kata, “mal dan aria”
yang berarti udara yang jelek. Mungkin orang Italia pada masa dahulu mengira bahwa penyakit ini
penyebabnya ialah musim dan udara yang jelek. Penyakit malaria sudah dikenal sejak 4000 tahun yang
lalu yang mungkin sudah mempengaruhi populasi dan sejarah manusia. Malaria adalah penyakit
reemerging, yakni penyakit yang menular kembali secara massal. Malaria juga adalah suatu penyakit
yang ditularkan oleh nyamuk (mosquito borne diseases). Penyakit infeksi ini banyak dijumpai di daerah
tropis, disertai gejala-gejala seperti demam dengan fluktuasi suhu secara teratur, kurang darah,
pembesaran limpa dan adanya pigmen dalam jaringan. Malaria diinfeksikan oleh parasit bersel satu dari
kelas Sporozoa, suku Haemosporida, keluarga Plasmodium. Penyebabnya oleh satu atau lebih dari
empat Plasmodia yang menginfeksi manusia: P. Falciparum, P. Malariae, P. Vivax, dan P. Ovale. Dua P.
Falciparum ditemukan terutama di daerah tropis dengan resiko kematian yang lebih besar bagi orang
dengan kadar imunitas rendah. Parasit ini disebarkan oleh nyamuk dari keluarga Anopheles. Penyakit
malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya
terdapat di daerah berlokasi antara 60° Lintang Utara dan 40° Lintang Selatan (Yatim, 2007). Malaria
hampir ditemukan di seluruh bagian dunia, terutama di negara negara yang beriklim tropis dan sub tropis
dan penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,5 milyar orang atau 41% dari jumlah
penduduk dunia. Setiap tahun kasusnya berjumlah 300-500 juta kasus dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta
kematian, terutama di negara-negara benua Afrika (Prabowo, 2007). Tinjauan situasi di Indonesia tahun
1997 s/d 2001

B. Rumusan Masalah

1. defenisi malaria?

2. Bagaimana etiologi malaria?

3. Apa saja klasifikasi malaria?

4. Bagaimana patofisiologi malaria?

5. Apa saja tanda dan malria?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian malaria.

2. Mengetahui etiologi malaria.

3. Mengetahui klasifikasi malaria.


4. Mengetahui patofisiologi malaria.

5. Mengetahui tanda dan gejala malaria.


Bab 2

Pembahasan

A.Pengertian malaria

Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium
yang dapat dengan mudah dikenali dari gejala meriang (panas, dingin dan menggigil) serta demam
berkepanjangan. Penyakit ini menyerang manusia dan juga sering ditemukan pada hewan berupa
burung, kera, dan primata lainnya (Achmadi, 2008). Penyakit malaria juga dapat dikatakan sebagai
penyakit yang muncul kembali (reemerging disease).

Hal ini disebabkan oleh pemanasan global yang terjadi karena polusi akibat ulah manusia yang
menghasilkan emisi dan gas rumah kaca, seperti CO2, CFC, CH3, NO, Perfluoro Carbon dan Carbon Tetra
Fluoride yang menyebabkan atmosfer bumi memanas dan merusak lapisan ozon, sehingga radiasi
matahari yang masuk ke bumi semakin banyak dan terjebak di lapisan bumi karena terhalang oleh
rumah kaca, sehingga temperatur bumi kian memanas dan terjadilah pemanasan global (Soemirat,
2004). Penyakit ini menyebar lewat gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit. Jika tidak ditangani dengan
cepat dan tepat, dapat menimbulkan komplikasi berat yang dapat berujung pada kematian.

Infeksi malaria dapat terjadi hanya dengan satu gigitan nyamuk saja. Penyakit ini tidak menular secara
langsung dari satu individu ke individu lainnya. Penularan dapat terjadi apabila ada kontak dengan darah
penderita, misalnya seorang ibu hamil menularkan kepada janin yang dikandungnya.

Menurut WHO, pada 2015 terdapat 214 juta kasus malaria baru di seluruh dunia. Di tahun yang sama,
terjadi 438.000 kasus malaria yang berujung pada kematian. Wilayah dengan angka kematian tertinggi
adalah Afrika sebanyak 90 persen, diikuti oleh Asia Tenggara sebanyak 7 persen. Di Indonesia sendiri,
prevalensi malaria pada tahun 2014 adalah 6 persen. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi
tertinggi adalah Papua, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku.

Malaria adalah penyakit serius yang bisa berakibat fatal apabila tidak segera didiagnosis dan ditangani.
Efek dari malaria biasanya lebih berat jika terjadi pada wanita hamil, orang tua, anak-anak, dan bayi.

B.Etiologi malaria

 Etiologi malaria adalah parasit protozoa Plasmodium. Ada 5 spesies Plasmodium yang dapat


menginfeksi manusia.
Plasmodium Falciparum
Plasmodium falciparum  (malaria tropika) adalah spesies Plasmodium yang paling sering menyebabkan
malaria berat hingga kematian. Masa inkubasi berkisar antara 9–14 hari, menimbulkan demam
intermiten atau kontinu.
Pada malaria berat yang disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum, patogenesis berkaitan dengan
kemampuan parasit mengubah struktur dan biomolekul sel eritrosit untuk mempertahankan hidup
parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme transpor membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi,
dan rosetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi Plasmodium
falciparum pada reseptor di bagian endotel venula dan kapiler. Sitoadherensi dimediasi oleh protein
membran eritrosit Plasmodium falciparum (PfEMP1) yang dihasilkan dari transkripsi gen var dan secara
dominan berikatan dengan reseptor CD36 dan intercellular adhesion molecule-1  (ICAM-1) pada sel
endotel.
Selain itu, eritrosit yang diinfeksi parasit tersebut juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi
sehingga membentuk struktur seperti bunga (rosette).
Sitoadherensi eritrosit pada endotel dan eritrosit normal menyebabkan sekuestrasi di pembuluh darah
kecil pada berbagai organ, sehingga menimbulkan obstruksi sirkulasi mikro, gangguan perfusi jaringan,
asidosis laktat, dan pada kondisi berat menimbulkan kerusakan end-organ.  Sekuestrasi pada plasenta
wanita hamil dapat menimbulkan komplikasi, yakni abortus, berat badan lahir rendah, dan malaria
kongenital.
Plasmodium Vivax
Plasmodium vivax  (malaria tertiana) memiliki masa inkubasi 12–18 hari dan menimbulkan demam
berulang dengan interval bebas demam selama 2 hari. Jenis ini juga dapat menyebabkan malaria berat.
Ciri khas infeksi Plasmodium vivax adalah sel darah merah yang dominan dengan retikulosit dan antigen
Duffy untuk invasi parasit. Akibatnya, parasitemia relatif rendah pada malaria vivax. Ukuran retikulosit
lebih besar daripada sel darah merah matur, sehingga pada apusan darah tepi akan tampak sel yang
terinfeksi lebih besar daripada sel darah merah di sekitarnya. Demam pada plasmodium vivax dapat
muncul kembali saat hipnozoit melepaskan merozoit.
Pada pasien tanpa penyakit komorbid, Plasmodium vivax jarang menyebabkan kematian.
Namun, Plasmodium vivax dapat relaps dan pada pasien dengan penyakit kronis, spesies ini dapat
menimbulkan anemia berat, malnutrisi, dan respons imun yang buruk.
Manifestasi berat yang dapat timbul adalah acute respiratory distress syndrome, gagal hati, gagal ginjal,
dan syok. Koma dapat terjadi walaupun jarang karena spesies ini tidak seperti Plasmodium falciparum
yang dapat menyebabkan sekuestrasi parasit di otak dalam jumlah banyak.
Plasmodium Ovale
Masa inkubasi Plasmodium ovale adalah 12–18 hari sehingga pola demam sama seperti malaria vivax,
dengan manifestasi klinis ringan.
Terdapat 2 spesies Plasmodium ovale, yakni Plasmodium ovale curtisi dan Plasmodium ovale wallikeri.
Kedua spesies ini memiliki manifestasi klinis dan penatalaksanaan yang sama. Plasmodium ovale mirip
dengan Plasmodium vivax, tetapi tidak membutuhkan antigen Duffy untuk menginvasi sel darah merah.
Pada pemeriksaan apusan darah tepi, Plasmodium ovale tampak trofozoit seperti komet dan sel darah
merah akan tampak oval dengan fimbria (seperti jari) pada membran sel. Bentuk cincin, skizon, dan
gametosit Plasmodium ovale sama dengan Plasmodium vivax.
Plasmodium Malariae
Plasmodium malariae (malaria kuartana) merupakan malaria dengan manifestasi klinis paling ringan.
Masa inkubasi sekitar 2–4 minggu dengan demam berulang dan interval bebas demam selama 3 hari.
Jumlah merozoit yang dikeluarkan saat skizon ruptur jauh lebih sedikit, sehingga parasitemia pun lebih
rendah dibandingkan malaria jenis lainnya. Plasmodium malariae juga sering disebut sebagai malaria
kronis karena dapat bertahan hingga puluhan tahun. Plasmodium malariae memiliki ciri khas, yakni
deposit kompleks imun di ginjal yang bisa menyebabkannefritis.
Pada apusan darah tepi, parasit ditemukan dalam bentuk band,  skizon dengan beberapa merozoit, dan
globul dengan pigmen di bagian sentral berwarna keemasan.
Plasmodium Knowlesi
Plasmodium knowlesi memiliki masa inkubasi 9–12 hari. Manifestasi klinis yang utama adalah demam
dan sakit kepala. Proporsi kasus dengan komplikasi berat akibat Plasmodium knowlesi lebih sering
terjadi daripada Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum.
Manifestasi berat pada Plasmodium knowlesi berupa hipotensi, distres pernapasan, gagal ginjal akut,
hiperbilirubinemia, dan syok. Koma tidak selalu terjadi pada infeksi Plasmodium knowlesi.
Manifestasi berat terjadi akibat respons imun tubuh berlebihan yang muncul saat penanganan
terlambat. Plasmodium knowlesi memberikan gambaran patologi mirip Plasmodium falciparum  pada
jaringan otak, tetapi dengan ICAM-1 yang lebih sedikit. Mekanisme Plasmodium knowlesi berinteraksi
dengan endotel untuk menciptakan sekuestrasi masih belum diketahui pasti.
Transmisi Malaria
Mekanisme transmisi malaria ke manusia adalah melalui gigitan nyamuk, yaitu Anopheles sp. betina
yang bertindak sebagai vektor yang berhabitat di daerah tropis dan subtropis. Vektor ini jarang
ditemukan pada ketinggian di atas 2.000 meter. Anopheles sp. terutama menggigit saat senja dan fajar.
Ada lebih dari 60 spesies nyamuk Anopheles yang dapat menularkan malaria ke manusia. Walaupun
jarang terjadi, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah, tusukan jarum bekas penderita
malaria, atau dari ibu hamil ke janin (malaria kongenital).
Plasmodium knowlesi memiliki host spesifik, yakni kera Macaca fascicularis  dan  Macaca
nemestrina  yang di Indonesia dapat ditemukan di Kalimantan.  Plasmodium knowlesi merupakan infeksi
zoonotik dan belum ada bukti kuat bahwa malaria jenis ini dapat bertransmisi antarmanusia.

C.Klasifikasi malaria

Malaria diklasifikasikan menjadi "parah" atau "tidak berkomplikasi" oleh Organisasi Kesehatan


Dunia (World Health Organization, WHO).] Malaria dianggap parah ketika terdapat salah satu kriteria
berikut ini, jika tidak maka dianggap tidak berkomplikasi. [50]

 Kesadaran menurun
 Kelemahan yang signifikan sehingga orang tersebut tidak bisa berjalan
1. Ketidakmampuan untuk makan
2. Dua atau lebih kejang
3. Tekanan darah rendah (kurang dari 70 mmHg pada orang dewasa dan 50 mmHg pada anak-
anak)
4. Masalah pernapasan
5. Kejutan sirkulasi
6. Gagal ginjal atau hemoglobin dalam urin
7. Masalah perdarahan, atau hemoglobin kurang dari 50 g/L (5 g/dL)
8. Edema paru
9. Glukosa darah kurang dari 2,2 mmol/L (40 mg/dL)
10. Asidosis atau tingkat laktat yang lebih besar dari 5 mmol/L
11. Tingkat parasit dalam darah lebih besar dari 100.000 per mikroliter (µL) di daerah transmisi
intensitas rendah, atau 250.000 per µL di daerah transmisi intensitas tinggi
Malaria serebral didefinisikan sebagai malaria P.  falciparum parah dengan gejala neurologis, termasuk
koma (dengan skala koma Glasgow kurang dari 11, atau skala koma Blantyre lebih dari 3), atau dengan
koma yang bertahan lebih dari 30 menit setelah kejang-kejang
Berbagai tipe malaria disebut dengan nama di bawah ini:

Nama Patogen Catatan

malaria parah yang memengaruhi sistem


Malaria Plasmodium falciparum kardiovaskular dan
menyebabkan kedinginan dan kejutan sirkulasi

malaria parah yang memengaruhi hati dan


Malaria bilious Plasmodium falciparum
menyebabkan muntah dan penyakit kuning

Malaria serebral Plasmodium falciparum malaria parah yang memengaruhi otak besar

plasmodium yang menginfeksi dari ibu


Malaria kongenital berbagai plasmodia
melalui sirkulasi fetal

Malaria falciparum,
malaria Plasmodium
Plasmodium falciparum
falciparum, malaria
pernisiosa
Nama Patogen Catatan

Malaria ovale,
Plasmodium ovale
malaria Plasmodium ovale

Malaria kuartana, malaria


hilang timbul setiap hari keempat (quartan),
malariae,
Plasmodium malariae menghitung hari kejadian sebagai hari
malaria Plasmodium
pertama
malariae

Plasmodium
Malaria quotidian falciparum, Plasmodium hilang timbul setiap hari (quotidian)
vivax

Plasmodium hilang timbul setiap hari ketiga (tertian),


Malaria tertiana falciparum, Plasmodium menghitung hari kejadian sebagai hari
ovale, Plasmodium vivax pertama

plasmodium yang menginfeksi


Malaria transfusi berbagai plasmodia melalui transfusi darah, berbagi jarum, atau
perlukaan jarum suntik

Malaria vivax, Plasmodium vivax


malaria Plasmodium vivax

D.Patofisiologi malaria
Infeksi malaria berkembang melalui dua tahap: melalui tahap yang melibatkan hati (fase eksoeritrositik),
dan melalui tahap yang melibatkan sel-sel darah merah, atau eritrosit (fase eritrositik). Ketika nyamuk
yang terinfeksi menembus kulit seseorang untuk mengambil makan darah, sporozoit dalam air liur
nyamuk memasuki aliran darah dan bermigrasi ke hati di mana mereka menginfeksi hepatosit,
bereproduksi secara aseksual dan tanpa gejala untuk jangka waktu 8-30 hari.
Setelah masa dorman potensial dalam hati, organisme ini berdiferensiasi untuk menghasilkan ribuan
merozoit. Setelah pecahnya sel inang mereka, merozoit masuk ke dalam darah dan menginfeksi sel-sel
darah merah untuk memulai tahap eritrositik dari siklus hidup. Parasit yang telah keluar dari hati
menjadi tidak terdeteksi dengan membungkus dirinya dalam membran sel dari sel inang hati yang
terinfeksi.
Dalam sel darah merah, parasit berkembang biak lebih lanjut, secara aseksual lagi, secara berkala keluar
dari sel inang mereka untuk menyerang sel-sel darah merah segar. Beberapa siklus amplifikasi tersebut
terjadi. Dengan demikian, deskripsi klasik gelombang demam timbul dari gelombang simultan merozoit
melarikan diri dan menginfeksi sel-sel darah merah.
Beberapa sporozoit P.  vivax tidak segera berkembang menjadi merozoit fase-eksoeritrositik, melainkan
menghasilkan hipnozoit yang dorman untuk periode tertentu mulai dari beberapa bulan (7-10 bulan
khas) hingga beberapa tahun. Setelah masa dormansi, mereka aktif kembali dan menghasilkan merozoit.
Hipnozoit bertanggung jawab untuk inkubasi yang panjang dan relapse akhir infeksi P.  vivax, meskipun
keberadaannya pada P.  ovale tidak pasti.
Parasit ini relatif terlindungi dari serangan sistem kekebalan tubuh karena pada sebagian besar siklus
hidup manusia parasit itu berada di dalam sel-sel hati dan darah dan relatif tidak terlihat bagi surveilans
kekebalan tubuh. Namun, sel darah yang beredar yang terinfeksi hancur di limpa. Untuk menghindari
hal ini, parasit P.  falciparum menampilkan protein perekat pada permukaan sel-sel darah yang
terinfeksi, menyebabkan sel-sel darah menempel pada dinding pembuluh darah kecil, sehingga parasit
tidak melalui sirkulasi umum dan limpa. Penyumbatan mikrovaskulatur menyebabkan gejala seperti
malaria plasenta. Sel darah merah bisa menembus penghalang darah-otak dan menyebabkan malaria
serebral.

Kekebalam alami terhadap malaria yang disebabkan oleh sifat-sifat genetik dari eritrosit memiliki
mekanisme yang rumit, sementara kekebalan yang didapat (acquired immunity) dapat terjadi secara
pasif maupun aktif. Kekebalan pasif misalnya dapat ditimbulkan dari zat-zat protektif yang diwariskan
ibu kepada bayi sejak dari dalam kandungan atau melalui suntikan dengan zat yang mengandung serum
orang kebal tehadap malaria (hiperimun). Pada kekebalan aktif seseorang mendapatkan peningkatan
mekanisme pertahanan tubuhnya akibat pernah terinfeksi sebelumnya. Di daerah endemik malaria bisa
pula ditemukan kekebalan kongenital atau neonatal pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang dengan
kekebalan tinggi. Kekebalan residual ialah kekebalan terhadap reinfeksi yang timbul akibat infeksi
terdahulu dengan strain homolog spesies parasit malaria dimana kekebalan ini dapat menetap untuk
beberapa waktu.

Anda mungkin juga menyukai