PRESENTASI KASUS
Pembimbing
dr. Marta Isyana Dewi, Sp.OG
Disusun oleh :
Mahayu Dian Suryandaru G4A020020
Fiqham Muhamad Putra G4A020045
2021
2
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Dokter Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah komplikasi ibu hamil yang paling umum di seluruh dunia,
beberapa penelitian memperkirakan bahwa hipertensi mempengaruhi 7-10% dari
semua kehamilan (Ahmad & Samuelsen, 2012 ; Lindheimer et al., 2010).
Faktanya, hipertensi adalah penyebab terbesar kedua kematian ibu di seluruh
dunia (14%), diperkirakan 192 orang meninggal setiap hari karena gangguan
hipertensi dalam kehamilan (Folic et al., 2008 ; Say et al., 2014). Pre-eklamsia
adalah salah satu gangguan hipertensi pada kehamilan, yang dianggap sebagai
penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin (Lindheimer et al.,
2010). Penyakit ini mempengaruhi antara 3% dan 5% dari semua kehamilan dan
menyebabkan lebih dari 60.000 kematian ibu dan 500.000 kematian janin per
tahun di seluruh dunia (Kuklina et al., 2009). Diketahui bahwa preeklamsia
merupakan salah satu gangguan hipertensi yang memiliki risiko kesehatan paling
signifikan bagi ibu hamil dan janinnya (Peres et al., 2018).
Selain preeklamsia, kondisi yang dapat meningkatkan morbiditas pada ibu
dan bayi adalah malpresentasi dan obesitas (Mark et al., 20xx ; Jaworski et al.,
2014). Presentasi bokong terjadi pada 3%-4% dari semua kehamilan cukup bulan.
Persentase presentasi bokong yang lebih tinggi terjadi pada usia kehamilan yang
lebih muda. Pada usia kehamilan 32 minggu, 7% janin sungsang, dan 28 minggu
atau kurang, 25% sungsang. Secara khusus, setelah satu persalinan sungsang,
tingkat kemungkinan sungsang untuk kehamilan kedua hampir 10%, dan untuk
kehamilan ketiga, adalah 27% (Gray & Shanahan, 2020). Sedangkan obesitas
merupakan merupakan faktor resiko yang telah banyak diteliti terkait kejadian
preeklamsia (Wafiyatunisa & Rodiani, 2016).
Overweight dan obesitas merupakan risiko terbesar kelima yang dapat
menyebabkan kematian global. Suatu .penelitian oleh Anjel di Amerika Serikat
pada wanita usia subur menunjukkan bahwa 24,5% wanita usia 20-44 tahun
4
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. P
Usia : 22 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Beji RT 03/RW 08, Kedung Banteng, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah
Nomor CM : 0215 8879
Tanggal/Jam Masuk : 15 Januari 2021 / Pukul 11.02 WIB
Ruang Rawat : VK IGD dan Ruang Flamboyan
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Tekanan Darah Tinggi
2. Keluhan tambahan
-
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke VK IGD RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
rujukan dari Puskesmas Kedung Banteng dengan G1P0A0 usia 22 tahun hamil
34 minggu dengan presentasi bokong, preeklampsia dan obesitas derajat 2
pada tanggal 15 Januari 2021. Pasien mengaku ke puskesmas pada hari yang
sama pukul 08.30 karena ingin kontrol kandungan yang telah berusia 34
minggu, namun saat dilakukan pengukuran tekanan darah di Puskesmas
didadapatkan tekanan darah pasien sebesar : 170/102 mmHg. Pasien tidak
merasakan pusing, tidak ada mual, tidak ada muntah, tidak ada pandangan
kabur, tidak ada nyeri ulu hati. Pada saat datang, pasien tidak merasakan
7
kenceng- kenceng, tidak merasakan keluar lendir atau darah, dan tidak
merasakan pengeluaran air ketuban dari jalan lahir. Setelah 1 hari diobservasi
di VK IGD pasien dipindahkan ke bangsal Flamboyan kamar IMC untuk
menunggu jadwal operasi SCTP hari Senin, 18 Januari 2021.
b. Nadi : 98x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 35.8C
e. Tinggi Badan : 162 cm
f. Berat badan : 105 Kg
4. Mata : Konjungtiva palpebra mata kanan dan kiri tidak anemis, tidak
ada skela ikterik pada mata kanan dan kiri.
5. Telinga : tidak ada ottorhea.
6. Hidung : tidak keluar sekret
7. Mulut : mukosa bibir tidak sianosis
8. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
9. Thorax :
a. Paru – Paru :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris (tidak ada
gerakan nafas yang tertinggal), retraksi (-/-).
Palpasi : Gerakan dada simetris, vocal fremitus dextra=sinistra
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi: Suara dasar nafas vesikuler (+/+),ronkhi basahkasar (-/-) di
parahiler, dan ronkhi basah halus (-/-) di basal pada kedua
lapang paru, wheezing (-/-).
b. Jantung
Inspeksi :Tidak tampak pulsasi ictus cordis pada dinding dada sebelah
kiri atas.
Palpasi :Teraba ictus cordis, tidak kuat angkat di SIC V, 2 jari medial
LMC sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan atas SIC II LPSD
Batas jantung kanan bawah SIC IV LPSD
Batas jantung kiri atas SIC II LPSS
Batas jantung kiri bawah SIC V, 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, murmur (-/-), gallop (-/-).
10
10. Ekstrimitas :
Superior : Edema (-/-), akral hangat (+/+)
Inferior : Edema (-/-), akral hangat (+/+)
Pemeriksaan Lokalis:
11. Regio Abdomen
Inspeksi : Cembung gravid
Auskultasi : DJJ (+) 135 x/menit , Bising Usus (+) Normal
Perkusi : Pekak janin
Palpasi : TFU : 30 Cm , HIS (-)
Leopold I : Bulat, Keras
Leopold II : Teraba tahanan memanjang di sebelah kanan
Leopold III : Bulat, Lunak, Belum masuk PAP
Leopold IV : -
12. Regio Genitalia
Inspeksi : Rambut pubis tersebar merata
Edema vulva tidak ada
Benjolan tidak ada
Varises tidak ada
Fluor tidak ada
Fluxus tidak ada
D. DIAGNOSIS DI VK IGD
Gravida 1 Para 0 Abortus 0 Usia 22 tahun Usia Kehamilan 34 Minggu dengan
Preeklamsia Berat, Presentasi Bokong, dan Riwayat Operasi Kista Ovarium
5. PO Nifedipin 3 x 10 mg
6. PO Dopamet 3 x 500 mg
7. Injeksi MgSO4 4 gram iv bolus
MgSO4 6 gram drip
8. Cek Swab, EKG, CTG, Darah lengkap, Urin lengkap, PT, APTT, Elektrolit,
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 15 Agustus 2021
Darah Lengkap
Hb : 11,8 gr/dl (L) Normal: 13.2-17.3 gr/dl
Leukosit : 11.790l (H) Normal: 3.800-10.600/l
Hematokrit : 36 % (L) Normal: 40%-52%
Eritrosit : 4,51 juta/l Normal: 4,4-5,9 juta/l
Trombosit : 318.000/l Normal: 150.000-440.000/l
MCV : 80,7 fL Normal: 80-100 fL
MCH : 26,2 pg Normal: 26-34 pg
MCHC : 32,4 gr/dl Normal: 32-36 gr/dl
RDW : 16,4 % (H) Normal: 11,5-14,5 %
MPV : 9,8 fL Normal: 9,4-12,4 fL
Hitung Jenis
Basofil : 0,2 % Normal: 0-1 %
Eosinofil : 2.2 % Normal: 2-4 %
Batang : 0,7 % (H) Normal: 3-5 %
Segmen : 79,6 % (H) Normal: 50-70%
Limfosit : 13,5 % (L) Normal: 25-40%
Monosit : 3,8 % Normal: 2-8 %
Neutrofil : 80,3 % (H) Normal: 50-70 %
Kimia Klinik
Albumin : 3,66 g/dL Normal : 3,50-5,20 g/dL
SGOT : 67 U/L (H) Normal : <45 U/L
SGPT : 22 U/L Normal : <41 U/L
Ureum Darah : 6,24 mg/dL(L) Normal : 19,00-44,00 mg/dL
Kreatinin Darah : 0,39 mg/dL (L) Normal : 0,70-1,20 mg/dL
Gula Darah Sewaktu : 71 mg/dL Normal : <140 mg/dL
Elektrolit
Natrium : 133 mmol/L (L) Normal : 134-146 mmol/L
Kalium : 3,7 mmol/L Normal : 3,4-4,5 mmol/L
Klorida : 106 mmol/L Normal : 99-108 mmol/L
Kalsium : 8,7 mg/dL Normal : 8,6-10,3 mg/Dl
Urin Lengkap
Warna kuning , jernih, bau khas
Protein : - mg/dL Normal : Negatif
13
Pemeriksaan EKG
L2: Puka
L3: Bulat, lunak
L4: -
St. gen Eksterna:PPV-, FA-
Status Vegetatif:
BAB -, BAK +, Flatus +
RUANG FLAMBOYAN Tanggal 18-01-2021 14.30 WIB
S: Nyeri bekas operasi Para 1 Abortus 0 Klindamycin 2 x 300 mg
KU: sedang/CM Usia 22 tahun Post Asam Mefenamat 2 x
TD: 159/105 mmHg SCTP + IUD a.i. 500 mg
N: 85 x/menit Preeklamsia Adfer 2 x 1
RR: 24 x/menit Presentasi Bokong, Ketorolak 3 x 10 mg
S: 36,4o C dan Riwayat 13.00 :
Status Generalis: Operasi Kista injeksi ketorolac 30 mg
Mata : CA -/-, SI -/- Ovarium drip RL + Oksitosin 20
Hidung: Discharge -/- IU 20 tpm
Mulut : sianosis –
Cor: S1>S2, M(-), G(-)
Pulmo : Sd ves +/+, Wh +/
+, Rh -/-
Status Lokalis Abdomen:
I: cembung, kassa rembes -
A: BU + Normal, Per:
timpani
Pal: kontraksi uterus kuat,
TFU 2 jari dibawah pusat.
H. PROGNOSIS
Ibu:
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Janin:
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
18
BAB III
PEMBAHASAN
19
BAB IV
Tinjauan Pustaka
A. Preeklamsia
1. Definisi
Merupakan sindrom khusus kehamilan yang dapat mengenai setiap sistem
organ (Cunningham et al., 2014 ).
2. Etiologi
Preeklamsia dimungkinkan bermula dari plasenta. Preeklamsia dipikirkan
sebagai akibat dari invasi sitotrofoblas plasenta yang inadekuat diikuti
dengan disfungsi endotel maternal yang meluas (Christanto et al., 2014).
Adaptasi yang buruk dari faktor maternal terhadap konseptus,
menyebabkan tidak adanya perubahan pada arteri spiralis uterus,
menentukan serangkaian reaksi sistemik yang mempersulit berbagai
bentuk presentasi preeklamsia.
3. Komplikasi
4. Prognosis
B. Presentasi Bokong
1. Definisi
Bagian terpresentasi adalah bagian tubuh janin yang terendah di dalam
maupun di bagian terdekat jalan lahir. Maka pada letak memanjang bagian
yang terpresentasi adalah bagian kepala atau bokong. Tiga konfigurasi
dari presentasi bokong (breech presentation) yang umum adalah
konfigurasi frank, total, dan footling (Cunningham et al., 2014 ).
20
2. Etiologi
Presentasi bokong dapat terjadi akibat keadaan yang dapat menghambat
versi normal, misalnya septum yang menonjol ke dalam rongga uterus,
kekhasan sikap janin berupa ekstensi kolumna vertebralis, dan plasenta
yang terletak di uterus bagian bawah (Cunningham et al., 2014 ).
3. Komplikasi
4. Prognosis
C. Obesitas
1. Definisi
Obesitas merupakan suatu keadaan yang menunjukan
ketidakseimbangan antara tinggi badan dan berat badan akibat jaringan
lemak yang berlebihan dari dalam tubuh sehingga terjadi berat badan yang
berlebih atau obesitas (Pellonperä et al., 2018).
21
2. Etiologi
Obesitas dapat disebabkan oleh peningkatan masukan energi,
penurunan dalam mengeluarkan energi atau kombinasi keduanya. Obesitas
pada ibu hamil disebabkan oleh banyak faktor antara lain usia ibu saat
hamil, paritas, riwayat keluarga, pendidikan, status sosial ekonimi dan
faktor pola makan. (Gunatilake & Perlow, 2011).
3. Komplikasi
Ibu hamil dengan obesitas akan memerlukan perawatan yang lebih
dibandingkan ibu hamil dengan berat badan normal, obesitas beresiko
tinggi kehilangan darah yang lebih banyak, komplikasi dari tindakan
anastesi, kesulitan dari teknik operasi dan komplikasi berkaitan dengan
penyembuhan luka (Gunatilake & Perlow, 2011). Obesitas meningkatkan
resiko terjadinya pendarahan dan infeksi postpartum, termasuk kegagalan
dalam proses laktasi (menyusui), hal tersebut memungkinkan disebabkan
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Gravida 3 Para 2 Abortus 0, Usia 37 Tahun, Hamil 26 Minggu 1 Hari, Janin
Tunggal Hidup Intra Uterin, Presentasi kepala, Punggung kiri, Belum Inpartu
dengan Hipertensi Gestasional dan Riwayat Asma Bronkhial.
2. Penatalaksaan pada pasien ini masih terdapat beberapa hal yang perlu
diperbaiki.
B. Saran
1. Diperlukan pengawasan yang ketat pada pasien hipertensi dalam kehamilan
dan asma bronkhial agar tidak terjadi mortalitas pada ibu dan janin.
Pengambilan keputusan untuk terminasi kehamilan demi menyelamatkan ibu
dan janin juga perlu diperhatikan. Pemberian terapi yang tepat juga mencegah
kejang dan komplikasi lain.
2. Penanganan yang komprehensif pada kasus ini dapat memperbaiki kondisi ibu
dan janin.
24
DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana cara menentukan usia kehamilan pasien apabila pasien sendiri tidak
yakin dengan HPHTnya?
2. Apakah pada pasien tersebut dilakukan pemeriksaan dalam?
3. Bagaimana prosedur tetap untuk pemberian nifedipin sebagai antihipertensi?
4. Mengapa penyakit penyerta kehamilan pada pasien didiagnosis dengan riwayat
asma bronkhial sedangkan pasien mengalami serangan asma selama 2 hari di
ruang perawatan Flamboyan?
5. Apakah setelah pasien pulang juga diberikan obat antihipertensi? Berapa hari
pemberian obat antihipertensi dan apa batasan obat antihipertensi dihentikan?
6. Apa saja edukasi yang diberikan kepada pasien pada saat pasien pulang dan
berapa lama kehamilan pasien dapat dipertahankan?
7. Bagaimana pemantauan kesejahteraan janin selama pasien dirawat?
8. Sampai kapan pemberian obat antihipertensi dianggap berhasil (gol)?
9. Pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan dan asma bronkhial akan
dilakukan tindakan seksio sesarea apabila gagal terapi medisinalis. Apa
pengertian gagal terapi medisinalis? Apa indikator gagal terapi medisinalis pada
pasien ini?
Jawaban:
1. Penentuan usia kehamilan pada pasien dapat dilakukan secara obyektif maupun
subyektif. Secara obsyektif, usia kehamilan dapat ditentukan dengan menilai
tinggi fundus uteri. Selain itu, dapat pula menggunakan USG untuk
memperkirakan hari perkiraan lahir. Secara subyektif, usia kehamilan dapat
dinilai dengan pasien mengingat- ingat kapan pertama kali pasien merasakan
gerakan janin, kapan terakhir kali pasien menstruasi dengan mengerucutkan
sampai tanggal pasti hari pertama haid terakhir. Akan tetapi, bagi masyarakat
awam mencatat waktu hari pertama haid terakhir mungkin merupakan hal yang
tidak biasa. Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan yang mengerti makna hari
25
pertama haid terakhir pada kehamilan wajib mengarahkan dan membantu pasien
untuk mengingat- ingat tanggal hari pertama haid terakhir. Pada kasus presentasi
kasus kami, berdasarkan ingatan pasien, HPHT pasien sekitar awal Februari.
Kami memilih tanggal 1 Februari 2014 sehingga usia kehamilan pasien pada saat
datang ke VK IGD adalah 26 minggu 5 hari. Sedangkan pada diagnosis pasien di
VK IGD usia kehamilan pasien tertulis 26 minggu 1 hari. Karena penentuan usia
kehamilan pada pasien tersebut secara subyektif, maka perbedaan 5 hari masih
dianggap wajar.
2. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil tidak ada pembukaan
sama sekali. Pasien Ny K tidak merasakan adanya kenceng- kenceng, tidak
merasakan keluar lendir darah, dan tidak merasakan adanya pengeluaran air. Oleh
karena itu, pasien tersebut belum terdapat tanda- tanda inpartu.
3. Prosedur tetap untuk pemberian nifedipin sebagai anti hipertensi :
Masih banyak pendapat dari beberapa Negara tentang penentuan batas (cut off)
tekanan darah, untuk pemberian anti hipertensi. Misalnya Beford mengusulkan
cut off yang dipakai adalah ≥ 160/ 110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg. Di RSU
Dr. Soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian antihipertensi ialah apabila
tekanan sistolik ≥ 180 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan
darah diturunkan secara bertahap, yaitu penurunan awal 25% dari tekanan sistolik
dan tekanan darah diturunkan mencapai < 160/ 105 atau MAP < 125. Jenis
antihipertensi yang diberikan sangat bervariasi. Jenis obat antihipertensi yang
diberikan di Indonesia adalah: Nifedipin. Dosis awal 10- 20 mg, diulangi 30
menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin tidak boleh
diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh
diberikan per oral. Prosedur tetap di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo
Purwokerto menyebutkan bahwa anti hipertensi diberikan bila tekanan sistolik ≥
160 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg. Obat yang diberikan adalah
Calcium Channel Blockers (Nifedipine). Tiga tablet pada awal pemberian lalu
dapat diulang setiap 30 menit. Biasanya dapat diulang sampai 4 kali.
26
4. Diagnosis penyakit penyerta pada pasien adalah riwayat asma bronkhial walaupun
pasien sempat mengalami serangan di ruang rawat Flamboyan karena diagnosis
ditegakkan sesuai dengan keadaan pasien pada saat akan didiagnosis. Pada saat
penentuan diagnosis, pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala asma bronkhial.
Pasien sempat dikonsulkan ke bagian paru dan diberikan obat Seretide Diskus dan
Ventolin MDI yang dianjurkan untuk dipakai apabila pasien merasa sesak. Pada
saat pasien pulang pun, pasien dalam keadaan baik, tidak terdapat serangan asma
bronkhial dan tekanan darahnya pun menurun setelah pemberian obat
antihipertensi.
5. Pada saat pasien pulang, pasien diberikan obat antihipertensi untuk dikonsumsi
beberapa hari. Pengontrolan tekanan darah pasien akan dilakukan pada saat pasien
kontrol kehamilan di rumah sakit maupun di bidan.
6. Edukasi yang diberikan kepada pasien adalah sebaiknya pasien mengontrol
tekanan darahnya sekitar 2-3 hari sekali di bidan atau di puskesmas atau di rumah
sakit. Sehingga apabila tekanan darah pasien meningkat ≥ 160/ 110 pasien segera
mendapatkan terapi antihipertensi. Usia kehamilan pasien masih termasuk dalam
kategori trimester kedua, sehingga kehamilan masih diupayakan untuk
dipertahankan sampai usia kehamilan minimal 34 minggu. Pemantauan secara
rutin dilaksanakan pada saat pasien melakukan ANC secara rutin.
7. Pemantauan kesejahteraan janin selama dirawat di ruang Flamboyan dilakukan
sebagaimana pemantauan kesejahteraan janin pada kehamilan yang lain, yakni
menggunakan pemantauan denyut jantung janin Leanneck/ Doppler. Pemantauan
DJJ menunjukkan bahwa kesejahteraan janin dalam kondisi yang baik. Tidak
terdapat fetal takikardi, tidak terdapat fetal bradikardi sebagai pengaruh dari
keadaan hipertensi dan asma bronkhial pada pasien. Dan rentang DJJ masih
dalam batas normal yaitu antara 110- 160 kali per menit.
8. Pemberian obat antihipertensi dianggap berhasil apabila dapat menurunkan
tekanan darah pasien sebesar 20% dari tekanan darah semula.
9. Pasien dengan hipertensi dalam kehamilan dan asma bronkhial akan dilakukan
terminasi dengan seksio sesarea apabila terdapat kegagalan terapi medisinalis.
27
Terapi medisinalis pada hipertensi dan asma bronkhial pada kehamilan dianggap
gagal apabila tekanan darah pasien tidak menurun sebesar minimal 20% dari
tekanan darah awal setelah pemberian antihipertensi, hipertensi pasien berlanjut
menjadi preeklampsia yang ditandai dengan proteinuria positif, atau eklampsia
yang ditandai dengan kejang. Selain itu terdapat komplikasi- komplikasi lain
seperti edema pulmo, payah jantung kongestif, gangguan perfusi uteroplasenta
yang mengakibatkan fetal compromise, dll. Asma yang tidak diterapi dengan
adekuat dapat mengakibatkan gangguan pada kehamilan disebabkan karena
hipoksia pada janin dapat memberikan sinyal kepada tubuh ibu untuk menaikkan
tekanan darah. Oleh karena itu, penanganan asma bronkhial yang baik sangat
diperlukan untuk dapat memperbaiki kondisi hipertensi pada ibu.
28
DAFTAR PUSTAKA