Anda di halaman 1dari 6

RMK UTS AUDIT

1. Definisi Pengauditan : Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi dan menetapkan derajat
kesesuaian asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Alasan Pentingnya Pengauditan : Audit sangat penting dilakukan karena adanya Risiko Informasi,
yaitu kemungkinan informasi yang digunakan untuk menilai risiko bisnis tidak dibuat secara tepat.
Manfaat Pengauditan : Akses ke pasar modal, Biaya modal menjadi lebih rendah, Pencegah
terjadinya ketidakefisienan dan Kecurangan, Perbaikan dalam pengendalian dan operasional.
3. Hubungan Akuntansi dengan Pengauditan :
Akuntansi Pengauditan
Menganalisis kejadian & transaksi Mendapatkan & mengevaluasi bukti tentang LK
Mengukur dan mencatat data transaksi Memeriksa bahwa LK telah disusun sesuai
dengan PABU
Mengelompokkan dan meringkas data Menyatakan pendapat dalam Laporan Auditor
Menyusun LK sesuai dengan PABU Menyerahkan laporan kepada klien
Mendistribusikan LK dan Lap Auditor kpd
stockholder
4. Pihak-pihak yang Berinteraksi dengan Auditor : Manajemen, Dewan Komisaris dan Dewan
Audit, Auditor Intern (Internal Auditor), Pemegang Saham.
5. Jenis Jasa Pengauditan
a. Assurance Services (Jasa Penjaminan) : meningkatkan kualitas informasi, atau yang terkait,
bagi para pembuat keputusan. Contoh : Penilaian risiko, Reliabilitas sistem informasi , E-
commerce, Health care performance measurement.
b. Nonassurance Services (Jasa Bukan Penjaminan) : jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik
yang di dalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau
bentuk lain keyakinan. Contoh:Akuntansi. Pajak, dan Konsultasi
c. Attestation Services (Jasa Atestasi) : jenis jasa assurance di mana KAP mengeluarkan laporan
tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Jasa atestasi dibagi menjadi lima
kategori, yaitu: Audit atas laporan keuangan historis, Atestasi mengenai pengendalian internal
atas pelaporan keuangan, Telaah (review) laporan keuangan historis, Jasa atestasi mengenai
teknologi informasi, dan Jasa atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalahan.
6. Jenis-jenis Audit
a. Audit Laporan Keuangan
Tujuan Menentukan kewajaran penyajian laporan keuangan.
Kriteria Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
Laporan Pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan.
Contoh Audit atas laporan keuangan PT. Astra Internasional.
b. Audit Kesesuain
Tujuan Menilai kepatuhan kegiatan prsh dengan aturan atau prosedur tertentu.
 Aturan & prosedur prsh (misal SPI).
Kriteria  Peraturan (misal: perpajakan).
 Terms & conditions perjanjian.
 Temuan (summary of findings).
Laporan
 Pernyataan keyakinan (assurance).
Contoh Menilai kepatuhan perusahaan atas perhitungan pajak.
c. Audit Operasional
Tujuan Menilai efisiensi & efektivitas kegiatan operasional perusahaan.
Kriteria Standar perusahaan ttg efisiensi & efektivitas.
 Penilaian ttg efisiensi & efektivitas.
Laporan
 Rekomendasi perbaikan.
Contoh Mengevaluasi efisiensi & efektivitas sistem penggajian yang komputerisasi.
7. Jenis-jenis Auditor
a. Auditor Pemerintah : Bekerja pada berbagai lembaga/ instansi pemerintah (Objek audit: Lemabag
& badan usaha pemerintah serta Perusahaan). Misal: BPK, BPKP, Ditjen Pajak, dsb.
b. Auditor Intern : Bekerja sbg pegawai perusahaan.
c. Auditor Independen (Akuntan Publik) : memberikan jasa audit profesional kpd klien.
8. Tanggungjawab Manajemen
Tanggungjawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang sehat, menyelenggarakan pengendalian
intern yang memadai serta membuat berbagai penyajian laporan keuangan secara wajar.
9. Tanggungjawab Auditor
SAS 1 (AU 110)  Auditor memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
untuk memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah
terbebas dari kesalahan penyajian yang material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh
kecurangan.
a. Kesalahan Penyajian Material vs Non Material
dianggap material bila gabungan berbagai kekeliruan yang belum terkoreksi dan kecurangan
dalam laporan keuangan dapat mengubah atau mempengaruhi berbagai keputusan pengguna
laporan keuangan
b. Tingkat Keyakinan yang memadai (reasonable assurance)
 Keyakinan merupakan ukuran tingkat kepastian yang diperoleh auditor pada akhir proses
audit
 Diasumsikan memiliki tingkatan yang lebih rendah daripada kepastian atau keyakinan
mutlak serta memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada tingkat keyakinan yang
rendah
c. Keyakinan merupakan ukuran tingkat kepastian yang diperoleh auditor pada akhir proses audit
 Mayoritas bukti audit berasal dari pengujian sampel atas populasi
 Berbagai penyajian akuntansi terdiri dari sejumlah taksiran yang kompleks, yang
mengandung sejumlah ketidakpastian serta dapat mempengaruhi berbagai peristiwa yang
akan dating
 Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali sangat sulit,
khususnya saat terdapat suatu kolusi dalam manajemen perusahaan
d. Kekeliruan (error) vs Kecurangan (fraud)
 Kekeliruan : kesalahan penyajian atas laporan keuangan yang tidak disengaja
 Kecurangan : kesalahan penyajian yang disengaja
o Penggelapan aktiva (misappropriation of assets)
o Kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting)
e. Skeptisme Profesional
Merupakan sikap dimana auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen bersikap tidak
jujur, tetapi kemungkinan bahwa mereka telah bersikap tidak jujur harus tetap dipertimbangkan.
10. Definisi Laporan Audit : Media yang dipakai auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat
lingkungannya.
11. Tujuan Laporan Audit : Memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan
perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum di Indonesia.
12. Jenis-Jenis Pendapat Auditor :
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas suatu entitas sesuai dengan
SAK/ETAP/IFRS.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelasan Yang Ditambahkan Laporan
Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion With Explanatory Language)
Jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan menambah paragraf penjelasan meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian.
c. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang
mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa
pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan
SAK/ETAP/IFRS dan Apabila menyatakan pendapat tidak wajar maka harus menjelaskannya
e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)
Harus memberikan alasan kenapa Tidak Memberikan Pendapat, Auditor tidak melaksanakan
audit yang lingkupnya memadai untuk memberikan pendapat atas LK, dan Auditor yakin ada
penyimpangan material terhadap SAK/ETAP/IFRS.
13. Pengertian Etika Profesional : nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang
diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu (Sukamto, 1991 dalam Sari, 2011).

14. Prinsip-prinsip Etika :


a. Tanggungjawab profesi : Dalam melaksanakannya harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukan.
b. Kepentingan public : untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
dan menunjukkan komitmen atas profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
c. Integritas : kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark)
bagi anggota dalam menguji semua yang diambilnya.
d. Objektivitas : obyektifitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak , jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di
bawah pengaruh pihak lain.
e. Kompetensi dan kehati-hatian : Setiap anggora harus melaksanakan jasa profesionalnya
dengan kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan
untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional
yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
f. Kerahasiaan : Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkan.
g. Perilaku professional : Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h. Standar teknis : Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan.
15. Pengertian Standar Auditing : pedoman audit atas laporan keuangan historis.Arens dkk
(2008:42) menyatakan bahwa standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu
auditor memenuhi tanggungjawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis.
16. Bagian-bagian dalam standar auditing :
a. Standar umum : Mutuprofesional/syarat pribadi auditor
 Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor
 Semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor
 Auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
b. Standar pekerjaan lapangan : Pertimbangan pelaksanaan audit
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya
 Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan
 Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit
c. Standar pelaporan : Pertimbangan penyusunan laporan
 Laporan audit harus menyatakan kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia
 Laporan audit harus menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan penerapan
prinsip akuntansi pada periode sebelumnya
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor
 Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenal laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan
17. SPAP dan PSA
SPAP PSA
Pedoman audit atas laporan keuangan historis. Penjabaran lebih lanjut masing-masing
Standar tersebut dirinci ke dalam bentuk standar yang terdapat dalam standar auditing
Pernyataan Standar Auditing (PSA) Kepatuhan terhadap PSA tersebut bersifat
wajib (mandatory)
18. Hubungan antara Standar Auditing dengan Prosedur Aduting
Standar Auditing Prosedur Auditing

Berkaitan dengan kriteria atau ukuran Menyangkut langkah yang harus dilaksanakan
mutu pelaksanaan (mutu profesional) selama audit berlangsung

Tolok ukur tujuan yang hendak dicapai Alat untuk mencapai tujuan audit

Dapat diterapkan pada setiap audit tanpa Penerapannya berbeda-beda tergantung ukuran
melihat besar kecil perusahaan klien perusahaan klien, karakteristik, sifat, serta
(berlaku sama) kompleksitas operasi

19. Definisi bukti audit : merupakan segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi
lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar
yang layak untuk menyatakan pendapat. Bukti audit termasuk di dalamnya adalah: (1). catatan
akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan, dan (2). Informasi lainnya yang
berhubungan/terkait dengan catatan akuntansi dan pendukung alasan logis dari auditor tentang
laporan keuangan yang layak.
20. 5 Golongan asersi-asersi LK:
a. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurance) : berkaitan dengan apakah aktiva atau
utang satuan usaha pada saat tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi
selama periode tertentu
b. Kelengkapan (completeness) : berhubungan dengan apakah semua transaksi atau semua rekening
yang seharusnya disajikan dalam LK telah dicantumkan didalamnya
c. Hak & kewajiban (right & obligation) : berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak
perusahaan atau utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu
d. Penilaian (valuation) atau pengalokasian (allocation) : berhubungan dengan apakah komponen-
komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan biaya sudah dicantumkan dlm LK pada jumlah yg
semestinya
e. Penyajian & pengungkapan (presentation & disclosure) : berhubungan dengan apakah
komponen-komponen tertentu LK diklasifikasikan, dijelaskan , dan diungkapkan semestinya.
21. Bukti Audit yang Kompeten dan Memadai
a. Materialitas & Risiko
 Rekening yg material lebih banyak
 Rekening yg diduga ada salah saji banyakperlu bukti lebih banyak
b. Faktor-faktor Ekonomis
 Batasan biaya
c. Ukuran & Karakteristik Populasi
 Semakin besar populasisemakin banyak (sampling)
d. Kompetensi Bukti
 Keandalan data akuntansi berhubungan langsung dengan keefektifan pengendalian intern.
 Faktor yg mempengaruhi kompetensi
 Relevansi: Bukti harus berkaitan dengan tujuan audit
 Sumber: Semakin independen narasumber, semakin baik, Semakin baik sistem pengendalian
intern, semakin baik, Hasil dari inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan dll yg dilakukan oleh
auditor sendirisemakin kompeten .
 Ketepatan waktu : Semakin dekat atau pada tanggal neraca, semakin tepat
 Objektivitas : Narasumber dari luar perusahaansemakin obyektif
e. Dasar yang Memadai
22. Jenis-jenis Informasi Penguat
a. Bukti Analitis: meliputi perbandingan antara dua periode berjalan pada perusahaan klien;
perbandingan ini digunakan untuk inferensi mengenai kewajaran asersi-asersi LK
b. Bukti Dokumen: meliputi berbagai dokumen sumber baik yang dibuat oleh pihak luar maupun
intern perusahaan
c. Konfirmasi: merupakan jawaban langsung tertulis dari pihak ketiga yang dinilai mengetahui atas
permintaan untuk memberikan informasi yang sesungguhnya
d. Pernyataan Tertulis : pernyataan yang ditandatangani oleh orang yg bertanggungjawab
mengenai satu atau beberapa asersi manajemen
Perbedaan dengan konfirmasi:
 Pernyataan tertulis dapat dibuat oleh pihak intern maupun ekstern perusahaan
 Pernyataan tertulis berisi informasi subyektif yang kadangkala tidak berisi informasi faktual
e. Bukti Perhitungan : berasal dari perhitungan kembali yang dilakukan oleh auditor untuk
dibandingkan dengan hasil perhitungan klien. Contoh: verifikasi jurnal, buku besar, daftar
pendukung, dll.
f. Bukti Lisan : berbagai jawaban lisan atas semua pertanyaan yang diajukan kepada
pejabat/karyawan perusahaan/pihak lainnya.
g. Bukti Fisik : :diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik atau inspeksi atas aktiva berwujud.
h. Bukti Elektronik : menyangkut semua informasi yang dihasilkan atau diperoleh dengan
peralatan elektronik yang digunakan auditor utk merumuskan satu pendapat mengenai suatu
asersi.
23. Prosedur Audit
a. Prosedur analitis (Analytical procedures) : terdiri dari kegiatan mempelajari dan
membandingkan data yg memiliki hubungan. Prosedur ini mencakup: perhitungan dan
penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal, atau lap. Perbandingan.
b. Menginspeksi (Inspecting) : meliputi kegiatan pemeriksaan secara teliti atau pemeriksaan secara
mendalam atas dokumen, catatan, dan pemeriksaan fisik atas sumber-sumber berwujud.
c. Mengkonfirmasi (Confirming) : suatu bentuk pengajuan pertanyaan yg memungkinkan auditor
utk mendapatkan informasi langsung dari sumber independen di luar organisasi klien
d. Mengajukan Pertanyaan (Inquiring) : dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis
e. Menghitung (Counting), contoh: perhitungan fisik atas barang berwujud seperti kas, sediaan,
dokumen dengan nomor urut tercetak
f. Menelusur (Tracing)
 memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi terjadi
 Menentukan bahwa informasi dlm dokumen tsb telah dicatat
 Arah pengujian dari dokumen ke pencatatan akuntansi
g. Mencocokkan (Vouching)
 Memilih ayat-ayat jurnal ttt dlm catatan akuntansi
 Mendapatkan & menginspeksi dokumen yg menjadi dasar pembuatan ayat jurnal tsb utk
menentukan validitas & ketelitian transaksi yg dicatat
h. Mengamati (Observing) : meliputi tindakan melihat atau menyaksikan pelaksanaan sejumlah
kegiatan atau proses
i. Melakukan Ulang (Reperforming) : mengerjakan ulang perhitungan & rekonsiliasi yg dilakukan
klien
j. Teknik Audit Berbantuan Komputer (Computer-assisted audit techniques) : menggunakan
perangkat lunak komputer utk melakukan berbagai prosedur audit, seperti: perhitungan dan
membandingkan dlm prosedur analitis, melakukan sampel pemilihan piutang dagang utk
konfirmasi, membandingkan elemen-elemen data dlm file yg berbeda utk memeriksa kecocokan,
dll

Anda mungkin juga menyukai