Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321831202

PENETAPAN KADAR NILAI SPF (SUN PROTECTION FACTOR) DENGAN


MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS PADA KRIM PENCERAH
WAJAH YANG MENGANDUNG TABIR SURYA YANG BERED....

Conference Paper · August 2016

CITATIONS READS

0 16,073

3 authors, including:

Senadi Budiman
Universitas Jenderal Achmad Yani
16 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Senadi Budiman on 15 December 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016

PENETAPAN KADAR NILAI SPF (SUN PROTECTION FACTOR) DENGAN


MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS PADA KRIM
PENCERAH WAJAH YANG MENGANDUNG TABIR SURYA YANG
BEREDAR DI KOTA BANDUNG

Risna Rachma Pratiwi1, Senadi Budiman2*, dan Ginayati Hadisoebroto3


1,3
Prodi Farmasi FMIPA Universitas Al-Ghifari Bandung
2
Prodi Kimia FMIPA Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
*E-mail: senadiunjani@yahoo.com

ABSTRAK

Krim pencerah kulit wajah pada umumnya mengandung UV protection ataupun Sun Protection Factor
(SPF), yang seharusnya memiliki efikasi sesuai dengan syarat kualitas yang ditetapkan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sifat fisik krim (organoleptis, tipe krim, pH, dan daya tercuci krim), dan
mengetahui kesesuaian nilai SPF dari krim pencerah wajah yang mengandung tabir surya yang beredar
di pasar tradisional dan modern Kota Bandung. Jumlah sampel yang diambil ada tujuh, dua
diantaranya adalah sampel dengan merek yang cukup terkenal. Pengujian sifat fisik ketujuh sampel
menghasilkan enam sampel memiliki hasil yang baik sedangkan satu sampel hasilnya kurang baik.
Sampel diukur menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada tiap 5 nm dari panjang gelombang
290 nm-320 nm dan dilakukan pengembangan modifikasi pelarut etanol dan kloroform. Pengukuran
nilai SPF ketujuh krim sampel dievaluasi menggunakan persamaan Mansur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sampel PI-20 dan L-24 memiliki SPF diatas label, sampel W-30 dan PO-18
memiliki SPF dibawah label, sedangkan sampel M-UP, PL-UP, PA-UP terbukti mengandung SPF
sebagai UV protection walaupun nilai SPF nya tidak tercantum pada label.

Kata kunci: Krim pencerah kulit, sifat fisik, spektrofotometri UV-Vis, SPF, tabir surya

PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman, kosmetik seolah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian kaum
wanita. Hal ini memberikan peluang bagi industri kosmetik di Indonesia. Produsen kosmetik
diwajibkan secara hukum untuk memenuhi produksi mereka dengan prinsip-prinsip dan panduan-
panduan CPKB (Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik) guna menjamin bahwa produk kosmetik
dengan efikasi yang konsisten dan diuji sesuai dengan standar baku tertentu. Standar dan cara produksi
kosmetika yang baik telah diatur oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI no.
965/MENKES/SK/XI/1992 dan Kepala Badan POM RI no. HK.00.05.4.1745 (Departemen Kesehatan,
1992).
Penyinaran matahari yang berlebihan menyebabkan jaringan epidermis kulit tidak cukup
mampu melawan efek negatif seperti kelainan kulit mulai dari dermatitis ringansampai kanker kulit,
sehingga diperlukan perlindungan baik secara fisik dengan menutupi tubuh misalnya menggunakan
payung, topi, atau jaket dan secara kimia dengan menggunakan kosmetika tabir surya.Tabir surya
dapat menyerap sedikitnya 85% sinar matahari pada panjang gelombang 290-320 nm untuk UVB
tetapi dapat meneruskan sinar pada panjang gelombang lebih dari 320 nm untuk UVA (Novia Ade M,
dkk. 2013)

15
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016

Senyawa Tabir surya merupakan zat yang megandung bahan pelindung kulit terhadap sinar
matahari sehingga sinar UV tidak dapat memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi
sinar). Tabir surya dapat melindungi kulit dengan cara menyebarkan sinar matahari atau menyerap
energi radiasi matahari yang mengenai kulit, sehingga energi radiasi tersebut tidak langsung mengenai
kulit. Sebagai kosmetik, tabir surya sering digunakan dalam penggunaan harian pada daerah
permukaan tubuh yang luas. Selain itu, tabir surya juga dapat digunakan pada bagian kulit yang telah
rusak karena matahari. Tabir surya mungkin juga digunakan pada semua kelompok umur dan kondisi
kesehatan yang bervariasi. (Wiweka Adi Pratama, dkk. 2015)
Skin care adalah serangkaian perawatan kulit yang berada dalam klinik kecantikan. Saat ini
banyak skincare di Indonesia telah membuat racikan sediaan atau produk yang mengandung tabir
surya. Banyaknya produk skincare yang mengandung tabir surya telah beredar di pasaran, sehingga
meningkatkan kekhawatiran akan adanya ketidaksesuaian efikasi tabir surya yang dihasilkan dengan
yang tercantum pada label. Oleh karena itu, perlu dilakukan penentuan nilai SPF sebagai parameter
efikasi tabir surya tersebut.
Kosmetik sebagai produk kesehatan salah satunya berfungsi sebagai perawatan dan pelindung
kulit. Kosmetik yang digunakan untuk melindungi kulit dari bahaya paparan sinar matahari/ultraviolet
disebut sebagai tabir surya. Efektifitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya
adalah dengan nilai sun protection factor (SPF), yang didefinisikan sebagai jumlah energi UV yang
dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir
surya, dibagi dengan jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang tidak
diberikan perlindungan. MED didefinisikan sebagai jangka waktu terendah atau dosis radiasi sinar UV
yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya erythema. (Wiweka Adi Pratama, dkk. 2015).
Pengukuran nilai SPF suatu sediaan tabir surya dapat dilakukan secara in vitro. Metode
pengukuran nilai SPF secara in vitro secara umum terbagi dalam dua tipe. Tipe pertama adalah dengan
cara mengukur serapan atau transmisi radiasi UV melalui lapisan produk tabir surya pada plat kuarsa
atau biomembran. Tipe yang kedua adalah dengan menentukan karakteristik serapan tabir surya
menggunakan analisis secara spektrofotometri larutan hasil pengenceran dari tabir surya yang diuji
(Wiweka Adi Pratama, dkk. 2015)

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional di laboratorium secara kualita-tif dan
kuantitatif dan penyajian data secara deskriptif.

Populasi
Populasi yang digunakan adalah sampel krim pemutih yang mengandung tabir surya pada
kosmetik yang beredar di Kota Bandung yaitu :
 Pasar Kiara Condong
 Pasar Andir
 Pasar Ujung Berung
 Pasar Simpang Dago
 Griya Antapani

Persiapan sampel
1) Sampel ditimbang 1,000 gram sebanyak 3 kali,

16
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016

2) Ke-3 sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam masing-masing labu takar 50 mL,
3) Pertama larutkan sampel dengan etanol 98%, kedua larutkan sampel dengan campuran etanol
98% dan klorofom (1:1), dan ketiga larutkan sampel dengan campuran etanol 98% dan
klorofom (1:4),
4) Ke-3 larutan sampel disaring dengan kertas saring Whatman
5) Larutan sampel masing-masing diambil 1,0 mL dari ketiga larutan induk, masukkan dalam
labu takar 50 mL,
6) Larutkan lagi ketiga larutan induk yang telah dimasukkan dalam masing-masing labu takar 50
ml. Larutan sampel pertama ditambahkan etanol 98% sampai tanda batas, Larutan sampel
kedua ditambahkan campuran etanol dan kloroform (1:1) sampai tanda batas, dan Larutan
sampel ketiga ditambahkan campuran etanol 98% dan klorofom (1:4) sampai tanda batas,
7) Ukur serapannya dengan spektrometer UV-Vis.

Pembuatan Larutan Blanko


Sebagai blanko digunakan larutan campuran etanol murni tanpa campuran klorofom, campuran
etanol dan kloroform (1:1) dan campuran etanol dan klorofom (1:4).

Evaluasi Krim
Pengujian Organoleptis
Evaluasi ini dilakukan langsung secara visual pada sediaan yang meliputi bentuk, warna, dan
bau krim yang dihasilkan. (Lidya Ameliana,dkk., 2015)

Pengujian Tipe Krim


Tipe krim diuji dengan metode pewarnaan dengan menggunakan methylene blueyang larut
dalam fase air. Jika medium pendispers berwarna biru merata, maka krim bertipe M/A . (Ameliana,
dkk., 2015)

Pengujian pH
Evaluasi pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sebanyak 2 gram sampel krim
dilarutkan dengan aquades bebas CO2 hingga 20 ml. Elektroda pada pH meter dicuci terlebih dahulu
dengan akuades, selanjutnya pH meter distandardisasi dengan larutan standar pH 7, pH 4, dan pH 10.
Elektroda dicelupkan kedalam sampel. pH sediaan diketahui dari angka yang ditunjukkan oleh pH
meter. (Lidya Ameliana,dkk., 2015)

Pemeriksaan Daya Tercuci Krim

Pemeriksaan daya tercuci krimdilakukan dengan cara 1 gr krim, dioleskan pada telapak tangan
kemudian dicuci dengan sejumlah volume air sambil membilas tangan. Air dilewatkan dari buret
dengan perlahan-lahan, amati secara visual ada atau tidaknya krim yang tersisa pada telapak tangan,
dicatat volume air yang terpakai (Jellinek, 1970).

Evaluasi Efektifitas Krim Tabir Surya Penentuan Nilai SPF


Pada penelitian ini uji aktivitas tabir surya dilakukan secara in vitro. Aktivitas tabir surya
ditentukan dari nilai SPF sampel yang dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Penentuan
nilai SPF melalui spektrofotemeter UV-Vis dapat diketahui dari karakteristik serapan sampel tabir

17
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016

surya pada panjang gelombang 290-320 nm dengan interval 5 nm. Perhitungan nilai SPF menggunakan
persamaan berikut :

Keterangan :
CF : Faktor koreksi (10)
Abs : Absorbansi sampel
EE : Efektifitas eritema yang disebabkan sinar UV pada panjang gelombang nm
I : Intensitas sinar UV pada panjang gelombang nm

Tabel 1. Nilai EE x I adalah suatu konstanta pada 290-320 nm


Panjang gelombang (nm) EE x I
290 0,015
295 0,0817
300 0,2874
305 0,3278
310 0,1864
315 0,839
320 0,018

Klasifikasi yang paling banyak digunakan dari phototypes adalah Fitzpatrick yang didasarkan
pada skala pertama 30-45 menit dari paparan sinar matahari setelah musim dingin setelah tidak terkena
paparan sinar matahari, seperti yang disajikan pada Tabel berikut :(L. Mbanga, et al., 2014).

Tabel 2. Klasifikasi Fitzpatrick dari Prototipe Kulit


Prototype Rekomendasi SPF
I 40
II 20-40
III 7-20
IV 6-15
V 5-10
VI 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Pendahuluan (Sifat Fisik)
Pemeriksaan organoleptis terhadap krim meliputi pengamatan terhadap bentuk, warna serta
bau yang diamati secara visual. Dari uji organoleptis tujuh sampel dapat dilihat bahwa ke-enam sampel
menunjukkan hasil dari uji organoleptis tersebut memiliki hasil yang baik. Sedangkan, pada satu
sampel memiliki hasil uji organolepstis yang kurang baik, karena bentuknya yang lengket,agak kasar
dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sampel tidak homogen, kemudian juga memiliki bau wangi
yang menyengat, bau ini tidak baik karena nantinya akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan
mengurangi nilai kemasan produk yang bagus. Pengujian pH ke tujuh sampel diperoleh hasil rata-rata

18
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016

mulai dari pH 5,0 – 8,0. Menurut standar mutu sediaan tabir surya dalam SNI 16-4399-1996, pH untuk
sediaan tabir surya adalah sebesar 4,5-8,0. Sehingga, hasil pH ke tujuh sampel masih dalam batas
standar yang baik untuk krim sediaan yang mengandung tabir surya. (Lidya Amelia. dkk. 2015)

Tabel 3. Hasil Uji Oranoleptis, pH, dan Tipe Krim pada sampel
Tipe Uji Organoleptis
No. Sampel ID pH
Krim Bentuk Warna Bau
1 M – UP 6 m/a Lembut Putih susu Wangi Khas
2 PL – UP 5 m/a Lembut Merah muda Wangi
3 PA – UP 6 m/a Lembut Merah muda Wangi
8 m/a lengket, Agak Wangi Khas
4 W – 30 Kuning
kasar, dan lengket Menyengat

5 PI – 20 6 m/a Lembut Putih susu Wangi


6 L – 24 7 m/a Lembut, padat Coklat muda Wangi
Wangi
7 PO – 18 6 m/a Lembut Merah muda
Mawar

Tabel 4. Hasil Uji Daya Tercuci Krim pada sampel

No. Sampel ID Volume air


1 M - UP 30 ml
2 PL - UP 13 ml
3 PA - UP 13 ml
4 W - 30 17 ml
5 PI - 20 26 ml
6 L - 24 40 ml
7 PO - 18 15 ml

Pemeriksaan daya tercuci krim menunjukkan hasil yang diperoleh pada sediaan krim ke tujuh
sampel rata-rata dibutuhkan air 10 – 35 ml untuk membersihkan 1 gram sediaan. Hal ini menandakan
bahwa sediaan mudah tercuci karena memiliki kandungan air yang tinggi. Sementara itu, ada satu
sampel yang dinyatakan agak sulit tercuci air. (Rini A. dkk. 2013 )
Analisis Kuantitatif Pengukuran Nilai SPF
Krim Pencerah yang mengandung tabir surya diperoleh di pasar tradisional dan swalayan kota
Bandung. Bertujuan untuk mengetahui kesesuaian nilai SPF hasil uji dengan spektrofotometri UV-Vis
dengan SPF label pada berbagai merek dari yang memiliki brand ternama sampai yang tidak. Semua
sampel ditimbang seberat 0,5 gram lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml sehingga konsentrasinya
sesuai dengan penelitian Wiweka,dkk (2015), kemudian dilarutkan dengan 3 campuran modifikasi
pelarut yaitu etanol; etanol:kloroform (1:1); dan etanol:kloroform (1:4) yang masing-masingnya
dilarutkan hingga mencapai batas volume. Dalam penggunaan campuran modifikasi pelarut kloroform
dan etanol diharapkan dapat melarutkan zat aktif tabir surya yang memiliki tingkat kepolaran yang
berbeda beda. Sebanyak 1 ml larutan ditempatkan di labu takar berukuran 50 mL dan dilarutkan dengan
masing-masing modifikasi pelarut yang sama sampai mencapai batas volume.

19
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016

Tabel 5. Hasil Nilai SPF 7 macam Sampel dengan Pelarut Etanol


WL (nm) SPF
No. Sampel ID
290 295 300 305 310 315 320
1 M - UP 0,174 0,184 0,194 0,202 0,211 0.21 0,183 3,4
2 PL - UP 0,364 0,393 0,414 0,433 0,453 0,437 0,382 7,6
3 PA - UP 0,225 0,250 0,266 0,284 0,285 0,265 0,235 4,7
4 W - 30 0,182 0,206 0,206 0,181 0,133 0,084 0,048 2,2
5 PI - 20 1,389 1,512 1,600 1,675 1,767 1,707 1,491 29,4
6 L - 24 1,309 1,332 1,324 1,326 1,314 1,329 1,202 23,3
7 PO - 18 0,507 0,530 0,540 0,547 0,572 0,568 0,533 9,8

Tujuh produk tabir surya yang didapat di pasaran dievaluasi nilai SPFnya dengan
spektrofotometri UV menggunakan pelarut etanol dan dihitung dengan menerapkan persamaan
matematika Mansur. Sampel yang didapat memiliki nilai SPF dari sampel yang berlabel UV-Protection
sampai sampel yang berlabel SPF 30. Dari tabel diatas dapat diamati bahwa pada sampel M-UP; PL-
UP; PA-UP memiliki nilai SPF. Sedangkan, sampel L-24 memiliki nilai SPF mendekati label, sampel
W-30 dan PO-18 memiliki nilai SPF dibawah label,sampel PI-20 memiliki nilai SPF diatas label.

Tabel 6. Hasil nilai SPF 7 macam sampel dengan modifikasi pelarut etanol : kloroform (1:1)
WL (nm)
No. Sampel ID SPF
290 295 300 305 310 315 320
1 M - UP 0,116 0,123 0,128 0,132 0,139 0,137 0,125 1,2
2 PL - UP 0,224 0,348 0,382 0,397 0,416 0,404 0,352 6,9
3 PA - UP 0,349 0,391 0,417 0,439 0,451 0,420 0,370 7,4
4 W - 30 0,034 0,036 0,036 0,032 0,023 0,014 0,008 0,4
5 PI - 20 1,163 1,272 1,342 1,394 1,468 1,425 1,251 22,1
6 L - 24 1,431 1,468 1,452 1,430 1,460 1,421 1,291 28,2
7 PO - 18 0,507 0,530 0,540 0,547 0,572 0,568 0,533 13,2

Tujuh produk tabir surya yang didapat di pasaran di evaluasi nilai SPFnya dengan spektrometri
UV menggunakan modifikasi pelarut etanol:kloroform (1:1) dan dihitung dengan menerapkan
persamaan matematika Mansur. Sampel yang didapat memiliki nilai SPF yang berlabel UV-Protection
sampai SPF 30. Dari tabel di atas dapat diamati bahwa pada sampel M-UP; PL-UP; PA-UP memiliki
nilai SPF. Sedangkan, sampel L-24; PI-20 memiliki nilai SPF di atas label, dan sampel W-30; PO-18
memiliki nilai SPF di bawah label.
Tabel 7. Nilai SPF 7 macam sampel modifikasi pelarut etanol : kloroform (1:4)
WL (nm)
No. Sampel ID SPF
290 295 300 305 310 315 320
1 M - UP 0,177 0,188 0,195 0,199 0,208 0,203 0,183 4,9
2 PL - UP 0,349 0,379 0,396 0,407 0,424 0,408 0,354 9,9
3 PA - UP 0,298 0,327 0,343 0,355 0,369 0,354 0,308 6,2
4 W - 30 0,116 0,142 0,159 0,160 0,143 0,112 0,075 2,3
5 PI - 20 1,321 1,442 1,512 1,557 1,630 1,570 1,370 27,3
6 L - 24 1,475 1,508 1,480 1,451 1,473 1,433 1,310 25,4
7 PO - 18 0,415 0,437 0,447 0,456 0,480 0,481 0,455 8,2

20
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016

Tujuh produk tabir surya yang didapat di pasaran di evaluasi nilai SPFnya dengan
spektrofotometri UV menggunakan modifikasi pelarut etanol:kloroform (1:4) dan dihitung dengan
menerapkan persamaan matematika Mansur. Sampel yang didapat memiliki nilai SPF dari sampel
yang berlabel UV-Protection sampai sampel yang berlabel SPF 30. Dari tabel diatas dapat diamati
bahwa pada sampel M-UP; PL-UP; PA-UP memiliki nilai SPF. Sedangkan, sampel L-24; PI-20
memiliki nilai SPF diatas label, dan sampel W-30; PO-18 memiliki nilai SPF jauh dibawah label.

Tabel 8. Perbandingan Nilai SPF 7 Macam Sampel dengan Modifikasi Pelarut dan Label
Nilai SPF Modifikasi Pelarut SPF
No. Sampel ID
E E : K (1:1) E : K (1:4) Label
1 M - UP 3,4 1,2 4,9 UV-Pro
2 PL - UP 7,6 6,9 9,9 UV-Pro
3 PA - UP 4,7 7,4 6,2 UV-Pro
4 W - 30 2,2 0,4 2,3 30
5 PI - 20 29,4 22,1 27,3 20
6 L - 24 23,3 28,2 25,4 24
7 PO - 18 9,8 13,2 8,2 18

Pengukuran SPF adalah cara utama untuk menentukan efektivitas pada formulasi tabir surya.
Semakin tinggi nilai SPF, semakin baik perlindungan tabir surya terhadap sinar UV. Tabir surya
digunakan untuk membantu mekanisme pertahanan alami tubuh untuk melindungi terhadap radiasi
UV yang berbahaya dari matahari. Yang tujuannya didasarkan pada kemampuannya untuk menyerap,
memantulkan atau menyebarkan sinar matahari. (L. Mbanga, et al., 2014)
Hasil tabel di atas dapat diamati perbandingan nilai SPF tujuh macam sampel dengan
modifikasi pelarut etanol dan etanol:kloroform yang diukur pada spektrofotometri UV-Vis dan
dihitung dengan persamaan Masur. Sampel M-UP; PL-UP; W-30 memiliki hasil nilai SPF yang tinggi
pada campuran modifikasi pelarut E:K (1:4), sampel PA-UP; PI-20; L-24; PO18 memiliki hasil nilai
SPF yang tinggi pada campuran modifikasi pelarut E:K (1:1), sedangkan sampel PI-20 memiliki hasil
tinggi di campuran pelarut hanya etanol saja. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya zat aktif tabir
surya yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda beda, sehingga hasil yang diperoleh menunjukkan
banyaknya zat aktif yang dapat larut maksimal dengan kesesuaian tingkat kepolarannya pada
campuran modifikasi pelarut yang digunakan.
Dari hasil tabel diatas juga dapat dilihat hasil nilai SPF tertinggi pada salah satu modifikasi
pelarut bahwa terdapat sampel yang memiliki nilai SPF dibawah label yaitu sampel W-30 dan PO-18
(2,3; 13,2) dari hasil nilai SPF tersebut terbukti kedua sampel tersebut tidak sesuai dengan label
produk. Kemudian untuk nilai SPF diatas label yaitu sampel PI-20 dan L-24 (29,4; 28,2) hal ini
menunjukkan bahwa kedua sampel tersebut memiliki nilai yang bagus bahkan diatas label produk.
Sedangkan sampel M-UP, PL-UP, dan PA-UP dapat dikatakan terbukti memiliki nilai SPF karena pada
label hanya tercantum mengandung UV-Protection saja.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi penentuan nilai SPF, misalnya, tidak adanya penerapan
metode yang tepat untuk mengevaluasi produk tabir surya, kombinasi dan konsentrasi tabir surya,
penggunaan pelarut yang berbeda di mana tabir surya dilarutkan, jenis emulsi, efek dan interaksi
komponen tambahan lainnya seperti ester, emolien dan pengemulsi yang digunakan dalam formulasi;
penambahan bahan aktif lainnya; sistem pH, viskositas dan emulsi sifat reologi, antara faktor-faktor

21
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016

lain, yang dapat meningkatkan atau menurunkan penyerapan UV setiap tabir surya.(L. Mbanga, et al.
2014)
Oleh karena itu, untuk mengembangkan formulasi kosmetik dengan keamanan yang lebih baik
dan SPF yang tinggi sehingga dapat digunakan oleh prototipe IV Fitzpatrick dan klasifikasi IV (rata-
rata tipe kulit asia), perumus harus memahami prinsip fisika, tidak hanya absorbansi UV dari zat aktif,
tetapi juga komponen tambahan lainnya, seperti ester, emolien dan pengemulsi yang digunakan dalam
formulasi. Karena, tabir surya dapat berinteraksi dengan komponen tambahan lainnya, dan interaksi
ini dapat mempengaruhi efektivitas tabir surya. Di sisi lain, penting bahwa memilih SPF harus benar
untuk jenis prototype pada masing-masing individu. Penerapan tabir surya harus dilakukan dengan
benar (di seluruh tubuh, sebelum paparan sinar matahari dan diterapkan kembali secara teratur) dan
dalam jumlah yang benar, sekitar 2g / cm2. (L. Mbanga, et al. 2014)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan, sebagai berikut:
1) Penentuan hasil nilai-nilai SPF yang dihitung dari ke-tujuh sampel yang dianalisis dengan
menggunakan modifikasi pelarut etanol dan kloroform yaitu berkisar mulai dari 0,4 – 29,4. Hasil
perhitungan sampel W-30 memiliki hasil nilai SPF terendah (SPF = 2,3) dan sampel PI-20; L-24
memiliki perhitungan hasil nilai SPF terbesar dari ketujuh sampel (SPF PI-20 = 29,4 dan SPF L-
24 = 28,2). Kedua sampel merupakan sampel yang memiliki brand lokal di Indonesia.
2) Sampel M-UP; PL-UP; dan PA-UP dari hasil perhitungan nilai SPF terbukti mengandung SPF
sesuai dengan label sampel yang hanya mencantumkan informasi memiliki UV-Protection.
Kemudian, untuk sampel W-30 dan PO-18 hasil nilai SPF yang telah dihitung ternyata
menghasilkan nilai dibawah label dan tidak sesuai dengan label yang tercantum.

DAFTAR PUSTAKA
Wiweka Adi Pratama, A Karim Zulkarnain., 2015., Uji Spf In Vitro Dan Sifat Fisik Beberapa Produk
Tabir Surya Yang Beredar Di Pasaran., Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 1., Fakultas farmasi
UGM, Yogyakarta

BPOM., 2009., Sediaan Kosmetik Tabir Surya dan Manfaat yang Berguna dari Kayu Manis.,
Naturakos, Vol. IV/No.11

Ade Novia Mokodompit, Hosea Jaya Edy, Weny Wiyono., 2013., Penentuan Nilai Sun Protection
Factor (SPF) Secara In Vitro Krim Tabir Surya Ekstrak Kulit Alpukat., Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi-UNSRAT Vol. 2 No. 03., Program Studi FMIPA UNiversitas Sam Ratulangi

Mulyani, Armini Syamsidi, Pramita Putri., 2015., Penentuan Nilai SPF (Sun Protection Factor)
Ekstrak N-Heksan Etanol Dari Rice Bran (Oryza Sativa) Secara In Vitro dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis., Online Jurnal of Natural Science Vol 4(1) :89-95., Farmasi FMIPA,
Universitas Tadulako
Lidya Amelia, Lusia Oktora R.K.S, Zulniar Mahanani., 2015., Optimasi Komposisi Asam Laktat dan
Zink Oksida dalam Krim Tabir Surya Kombinasi Benzophenone-3 dan Octyl Methoxynnamate
dengan Desain Factorial., Fakultas Farmasi Universitas Jember

22
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016

Beny Suryanto, Sri Hidayati Syarief., 2013., Uji Aktifitas Tabir Surya Paduan Oktil P-Metoksinamat
(OPMS)-Nanopartikel Emas sebagai Bahan Kosmetik., UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No.
3., Jurusan Kimia FMIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya

Rini Agustin, Yulida Oktadefitri, Henny Lucida., 2013., Formulasi Krim Tabir Surya dari Kombinasi
Etil p-Metoksinamat dengan Katekin., Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains
Farmasi dan Klinik III ISSN: 2339-2592., FMIPA Universitas Andalas

Anonim, 1992, Pemenkes RI No. 965/MenKes/SK/XI/1992 tentang Cara Pembuatan Kosmetika


yang Baik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim,2010,PeraturanMenteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1176/MenKes/ Per/VIII/2010


tentang Notifikasi Kosmetika, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:445/MENKES/PER/V/1998 tentang


Bahan,zat warna, substratum, zat pengawet, dan tabir surya pada kosmetika Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
Deni Anggaini, Masril Malik, Maria Susiladewi., Formulasi Krim serbuk Getah Buah Pepaya (Carica
papaya L.) Sebagai Anti Jerawat., Fakultas Farmasi Universitas Andalas., Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Riau

L. Mbanga, et al., 2014., Sun Protection Factor (SPF) Determination of Cosmetic Formulations Made
in Kinshasa (DR Congo) by In-Vitro Method using UV-VIS Spectrophotometer., Département de
Chimie, Faculté des Sciences, Université de Kinshasa., Democratic Republic of Congo

Sri Purwaningsih, Ella Salamah1, dan M. Nur Adnin., 2015., Efek Fotoprotektif Krim Tabir Surya
Dengan Penambahan Karaginan Dan Buah Bakau Hitam (Rhizopora mucronata Lamk.).,
Departemen Teknologi Hasil Perairan., FPIK-IPB, Bogor

23

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai